Anda di halaman 1dari 33

Penggunaan tanaman obat (jamu

saintifikasi) sebagai alternative


suplemen dalam pengobatan modern

 Oleh : Fany L. Djala. S. Kep, M. biomed


OBAT TRADISIONAL
(OBAT BAHAN ALAM INDONESIA)

1. JAMU
2. OBAT HERBAL
TERSTANDAR
3. FITOFARMAKA
Fenomena
Pemakaian obat Promosi >>>>>
berbahan baku herbal
pada saat ini sangat
marak di masyarakat.

Persepsi masyarakat
Australia 48.50%, China 90%, ????
Hongkong 60%, Japan 49%,
Nauru 60%, Republic of Korea
69%, Philipine 57,30%,
Singapore 45%, Vietnam 50%,
and Indonesia 45,17%
OBAT TRADISIONAL
(OBAT BAHAN ALAM INDONESIA)
 Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan
tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokkan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia
No. HK. 00.05.4.2411 Tanggal : 17 Mei 2004
JAMU
(Empirical based herbal medicine)
 Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil,
dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secara tradisional.
 Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu
pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari
berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup
banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
 Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti
empiris.
 Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun
selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan
tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu
OBAT HERBAL TERSTANDAR
(Scientific based herbal medicine)

 Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak


atau penyarian bahan alam yang dapat berupa
tanaman obat, binatang, maupun mineral.
 Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan
peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung
dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak.
 Ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart
kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan
ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat
tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut
maupun kronis.
FITOFARMAKA
(Clinical based herbal medicine)
 Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan
alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar,
 ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan
uji klinik pada manusia.
 Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal
di sarana pelayanan kesehatan.
 Masyarakat juga bisa didorong untuk
menggunakan obat herbal karena manfaatnya
jelas dengan pembuktian secara iLmiah.
LOGO OBAT ASLI INDONESIA
JAMU
JAMU
 Bentuk lingkaran
lambang sebuah proses dan aman
 Warna hijau dan kuning (KONTRAS)
perwujudan kekayaan sumber daya alam
Indonesia (keanekaragaman hayati)
 Stilisasi jari-jari daun
lambang sebuah proses sederhana,
sebagai visualisasi proses pembuatan
jamu
JAMU
Jamu harus memenuhi kriteria :
 Aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan;
 Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan
data empiris;
 Memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku.
OBAT HERBAL TERSTANDAR
 Bentuk lingkaran
lambang proses dan aman
 Warna hijau dan kuning
(KONTRAS)
wujud kekayaan Indonesia
(keanekaragaman hayati)
 Stilisasi jari-jari daun (3 pasang)
lambang serangkaian proses
pembuatan ekstrak tumbuhan
obat (uji lab., uji toksisitas
dan uji praklinis)
OBAT HERBAL TERSTANDAR
harus memenuhi kriteria :
 Aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan;
 Klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra
klinik;
 Telah dilakukan standardisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi;
 Memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku.
FITOFARMAKA
 Bentuk lingkaran
lambang sebuah proses dan aman
 Warna hijau dan kuning (KONTRAS)
perwujudan kekayaan sumber daya alam
Indonesia (keanekaragaman hayati)
 Stilisasi jari-jari daun membentuk bintang
lambang sebuah proses yang lebih
kompleks, sebagai visualisasi proses
pembuatan fitofarmaka (uji lab., uji
toksisitas, uji praklinis, uji klinis)
FITOFARMAKA
harus memenuhi kriteria :
 Aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan;
 Klaim khasiat harus dibuktikan
berdasarkan uji klinik;
 Telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi;
 Memenuhi persyaratan mutu yang
berlaku.
PENANDAAN
 PADA PEMBUNGKUS , WADAH, ETIKET DAN
BROSUR OBAT TRADISIONAL HARUS
DICANTUMKAN KATA “JAMU” YANG
TERLETAK DALAM LINGKARAN DAN
DITEMPATKAN PADA BAG. ATAS SEBELAH
KIRI
PENANDAAN
 KATA JAMU HARUS JELAS DAN MUDAH
DIBACA
 UKURAN HURUF MIN.TINGGI 5mm, dan
TEBAL 0.5mm
 WARNA HITAM DI ATAS WARNA PUTIH
ATAU WARNA LAIN YANG MENYOLOK
PENANDAAN
BERISI INFORMASI TENTANG :
 NAMA OBAT TRADISIONAL ATAU NAMA
DAGANG
 KOMPOSISI
 BOBOT, ISI, ATAU JUMLAH OBAT TIAP
WADAH
 DOSIS PEMAKAIAN
 KHASIATATAU KEGUNAAN
 KONTRA INDIKASI (BILA ADA)
 KADALUWARSA
 NOMOR PENDAFTARAN
 NOMOR KODE PRODUKSI
 NAMA INDUSTRI ATAU ALAMAT
SEKURANG-KURANGNYA NAMA KOTA
DAN KATA INDONESIA
Pengobatan tradisional
(PERMENEKES 1076/2003)
 pengobatandan / atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan ketrampilan turun temurun
secara empiris dan/atau pendidikan/pelatihan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat
Obat tradisional
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) , atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat
Pelayanan medik herbal
(Kepmenkes 121/2008)
 Pengobatan herbal adalah pengobatan yang
menggunakan bahan yang berasal dari tanaman,
bisa berupa daun, akar, bij-bijian dan lainnya yang
mengandung bahan yang berkhasiat untuk tubuh.
 Pelayanan medik herbal dilakukan oleh
dokter, dokter gigi, dan dokter spesialis
dengan pendidikan pengobatan herbal
dasar
Standar pelayanan medik
herbal
1. Melakukan anamnesis
2. Melakukan pemeriksaan, meliputi pemeriksaan
fisik dan penunjang
3. Menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran
4. Memperoleh informed consent dari penderita
sesuai ketentuan yang berlaku
5. Pemberian obat herbal dilakukan pada pasien
usia dewasa
6. Pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis
yang telah ditegakkanpenggunaan pegobatan
herbal dilakukan dengan menggunakan tanman
berkhasiat obat
Dalam memberikan obat herbal perlu
dilakukan hal berikut :

a. Sedapat mungkin tidak mengkombinasi


dengan obat klinis
b. Mencatat hasil pelayanan baik efek
terapi maupun efek samping
c. Mencatat setiap intervensi jenis obat
herbl yang diberikan termasuk
dosis/takaran, cara pemberian obat dan
bentuk sediaan
d. rujukan
Pengobatan komplementer alternatif
(PERMENKES RI No 1109/2007)
Pelaksanaan pengobatan
komplementer-alternatif
 Sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan kesehatan komplementer-alternatif
dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosis, terapi dan
proses rujukan
 Jenis pengobatan komplementer-alternatif telah
dilakukan pengkajian dan dapat
dipertanggungjawabkan
Pengobatan Komplementer-
Alternatif
 Terapi Herbal  Terapi Khelasi
 Akupuntur  Hiperbarik
 Pijat  Stem Cell
 Reiki  Ozon
 TCM  Bio Energy
 Ayurveda  Hipnoterapi
 Homeopathi  Cuci Colon
 Bekam  Chiropraktik
 dll  dll
Pelaksana pengobatan
komplementer-alternatif
 Dokter dan dokter gigi, serta tenaga kesehaan
lainnya yang teregristrasi dan memiliki surat tugas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, memiliki
sertifikat kompetensi sesuai bidang keahliannya,
mendapat rekomendasi dari organisasi profesi
terkait
 Pelaksana utama adalah dokter dan dokter gigi
 Tenaga kesehatan lainnya berfungsi untuk
membantu tugas dokter
TANAMAN OBAT YANG DIPAKAI DI
POLI komplementer-alternatif
 DIABETES MELITUS -> herba sambiloto
( Andrographis paniculata )
 HIPERTENSI -> herba pegagan
( Centella asiatica )
 DISLIPIDEMIA -> daun kemuning (
Murrayae paniculata )
 HIPERUROSEMIA -> herba tempuyung (
Sonchus arvensis ), daun salam ( Eugenya
poliantha )
 ASTHMA BRONKIALE -> daun legundi ( Vitex
trifolia ), daun sembung ( Blumea
balsamifera ), daun srawung ( Ocimum
gratissimum )
 REMATIK -> biji jinten hitam ( Nigella sativa ),
temulawak ( Curcuma xanthoriza ), kunyit (
Curcuma domestica )
 HEPATITIS -> daun dewa ( Gynura
procumbens ), herba meniran ( Phyllanthus
niruri ), temulawak ( Curcuma xanthoriza )
 BATU GINJAL -> ngokilo jejeg (
Strobillanthus crispus )
 KANKER -> benalu mangga (
Dendropthoe pentandra ), herba
pegagan ( Centella asiatica )
 GASTRITIS -> daun swanggi ( Degluphta
alba )

Anda mungkin juga menyukai