Anda di halaman 1dari 11

SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN FAKTOR SOSIAL


EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING DI DESA
PALEMBIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAREK
KEC. PRAYA BARAT DAYA

AHMAT RAFI’I
NIM. 113120002

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga

mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan

anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Dampak

dari stunting akan berlangsung seumur hidup bahkan mempengaruhi

generasi berikutnya atau keturunannya dan perkembangan yang kurang

di sisi kognitif, motorik verbal (UNICEF, 2018), anak stunting akan

mengalami penurunan kecerdasan, produktivias yang akan menghambat

seluruh aktivitas (Dwi, 2019), postur tubuh yang tidak maksimal ketika

dewasa (lebih pendek jika dibandingkan dengan seumurannya), berisiko

obesitas dan penyakit lainnya seperti resistensi insulin, serta diabetes

gestasional (Syifa, 2016) dan mengalami penurunan terhadap kesehatan

reproduksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak sangat

dipengaruhi oleh status gizi. Antropometri adalah salah satu cara untuk

mengukur status gizi. Ketidakseimbangan antara asupan protein dan

energi mengakibatkan gangguan yang dapat dilihat dari pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan contohnya lemak, jumlah air

dalam tubuh dan otot.

Angka kejadian balita stunting di dunia sangatlah tinggi. Pada

tahun 2017, kejadian stunting di Asia mencapai 83,6 juta. Sedangkan

untuk wilayah Asia, Asia Tenggara menempati posisi kedua tertinggi


3

pada kasus kejadian stunting mencapai (14,9%) (Kemenkes RI, 2019).

Menurut Kemenkes RI tahun 2018, menyatakan bahwa data prevalensi

balita stunting di Indonesia termasuk golongan tertinggi di regional Asia

Tenggara. Data stunting Indonesia menduduki peringkat ketiga di Asia

Tenggara. Prevalensi kejadian stunting pada tahun 2015 mengalami

penurunan menjadi (29%), tahun 2016 menjadi (27,5%), tahun 2017

mengalami kenaikan hingga (29,6%) dan pada tahun 2019 menjadi

(30,8%) (KEMENKES RI, 2019). Sedangkan proporsi status gizi sangat

pendek dan pendek BADUTA Indonesia pada tahun 2018 mencapai

(29,9%) (KEMENKES, 2018). Kejadian balita stunting menjadi

permasalahan gizi utama yang dihadapi Indonesia hingga saat ini.

Berdasarkan data Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS,

2018) menginformasikan bahwa angka kejadian stunting secara nasional

rata-rata sebesar 30,8%, di NTB sebesar 33,49%. Tingginya angka

kejadian stunting dan gizi buruk tersebut menunjukkan bahwa kondisi

kesehatan balita di NTB sangat memprihatinkan dan diperlukan

perhatian yang serius karena akan berimbas pada kualitas generasi

penerus dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dari data tersebut

dapat dikatakan bahwa 1 (satu) dari 3 (tiga) anak di NTB rentan

mengalami stunting dan gizi buruk ( Asmawatui, et al, 2021).

Berdasarkan temuan (P2PTM, 2018) bahwa penyebab stunting

rendahnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kelahiran anak, yaitu

sejak anak dilahirkan hingga berumur 2 tahun. Selain itu juga akibat

buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih dan rendahmya


4

kebersihan lingkungan. Lebih lanjut dipaparkan bahwa penyebab

stunting pada anak disebabkan pula oleh pola asuh yang kurang baik dan

asupan gizi yang tidak memenuhi standar kecukupan untuk tumbuh

kembang anak, dan akibat dari ibu yang ketika masa remajanya pernah

mengalami kurang gizi, masa kehamilan dan masa laktasi yang kurang

mengkonsumsi makanan bergizi semakin memperparah keadaan dan

mempengaruhi proses tumbuh kembang badan dan otak pada anak.

(Hidayat Yusuf , 2022)

Orang tua memiliki peran penting dalam memenuhi gizi balita

karena balita masih membutuhkan perhatian khusus dalam

perkembangannya, lebih khususnya peran orang tua sebagai sosok yang

paling sering bersama dengan balita. Jika orang tua memiliki

pengetahuan yang baik tentang stunting, maka akan lebih aktif dalam

mendeteksi sejak dini dan mencegah stunting (Suharto, dkk, 2020).

Faktor-faktor penyebab Stunting terbagi atas faktor langsung dan

tidak langsung. Faktor langsung antara lain ibu yang mengalami

kekurangan nutrisi, kehamilan pretern, pemberian makanan yang tidak

optimal, tidak ASI eksklusif dan infeksi. Sedangkan faktor tidak

langsungnya adalah pelayanan kesehatan, Pendidikan, sosial budaya dan

sanitasi lingkungan (WHO, 2016).

Faktor sosial yang sering dikaitkan dengan kejadian stunting

adalah pendidikan dan pekerjaan orang tua, jumlah anak balita, jarak

kelahiran, urutan kelahiran, dan jumlah anggota keluarga. Selain itu,

faktor ekonomi yang mempengaruhi kejadian stunting adalah


5

pendapatan dan pengeluaran untuk pangan. Pendapatan akan

berpengaruh terhadap pemenuhan zat gizi keluarga dan kesempatan

dalam mengikuti pendidikan formal. Kemiskinan dalam waktu yang

lama dapat mengakibatkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan

pangan dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Penurunan kualitas

konsumsi pangan yang ditandai dengan keterbatasan pembelian pangan

sumber protein, vitamin, dan mineral akan berakibat pada kekurangan

gizi, baik zat gizi makro maupun mikro .

Masalah kemiskinan juga akan berdampak pada akses masyarakat

yang kurang terhadap pemenuhan kebutuhan pangan maupun pelayanan

kesehatan. Salah satu jenis pelayanan kesehatan berbasis masyarakat

adalah pos pelayanan terpadu (Posyandu). Posyandu mempunyai

manfaat untuk memantau pertumbuhan balita, pemberian vitamin A,

imunisasi, stimulasi tumbuh kembang, serta edukasi tentang gizi dan

kesehatan. Rumah tangga balita yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan, lebih banyak yang memiliki balita berstatus gizi baik dan

angka kesakitan lebih rendah jika dibandingkan dengan rumah tangga

yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Meskipun kemiskinan sering dikaitkan dengan kejadian stunting,

ditemukan fenomena yang menarik bahwa pada populasi keluarga sangat

miskin ternyata terdapat balita dengan status gizi baik dan gizi lebih atau

yang disebut penyimpangan positif (positive deviance). Positive

deviance secara khusus digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan atau status gizi yang baik pada anak-
6

anak yang hidup dalam keluarga miskin di lingkungan miskin, padahal

sebagian besar anak lain mengalami gangguan pertumbuhan dan gizi

kurang. (Nur Farida dkk, 2020).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 19 Oktober 2023

yang di dapatkan dari data posyandu Desa Palembik di temukan balita

yang mengalami stunting sebannyak 37 anak. (Data Registrasi

Puskesmas Darek Kecematan Praya Barat Daya Tahun 2023). Hasil dari

8 ibu balita yang diwawancarai ditemukan data mayoritas ibu

berpendapatan rendah, mayoritas bekerja sebagai tani, mayoritas

berpendidikan rendah, ibu mayoritas berumur dewasa saat menikah,

mayoritas mendapatkan makanan tambahan saat hamil, mayoritas

memiliki pengetahuan kurang tentang gizi dan mayoritas memiliki

jumlah anak banyak.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul hubungan karakteristik ibu dan

faktor sosial ekonomi dengan kejadian stunting di Desa Palembik di

wilayah kerja Puskesmas Darek Kec. Praya Barat Daya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “

Apakah ada hubungan karakteristik ibu dan faktor sosial ekonomi dengan

kejadian stunting di Desa Palembik di wilayah kerja Puskesmas Darek Kec.

Praya Barat Daya.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
7

Untuk Mengetahui hubungan karakteristik ibu dan faktor sosial ekonomi

dengan kejadian stunting di Desa Palembik di wilayah kerja Puskesmas

Darek Kec. Praya Barat Daya.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden

b. Untuk mengidentifikasi karakteristik ibu dengan kejadian stunting

di Desa Palembik di wilayah kerja Puskesmas Darek Kec. Praya

Barat Daya.

c. Untuk mengidentifikasi faktor sosial ekonomi dengan kejadian

stunting di Desa Palembik di wilayah kerja Puskesmas Darek Kec.

Praya Barat Daya.

d. Untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu dan faktor sosial

ekonomi dengan kejadian stunting di Desa Palembik di wilayah

kerja Puskesmas Darek Kec. Praya Barat Daya.

D. Manfraat Penalitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dan faktor sosial

ekonomi stunting pada balita.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

ilmiah, sebagai bahan referensi dan bacaan bagi peneliti khususnya

mengenai karakteristik ibu dan faktor sosial ekonomi terhadap

kejadian stunting.
8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Peneliti

Diharapkan bisa menjadi data penting dalam meningkatkan wawasan

atau pengetahuan dan perilaku ibu dalam melakukan pencegahan

stunting.

b. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

Puskesmas Darek Kec, Praya Barat Daya dalam meningkatkan

pengetahuan terhadap kejadian stunting.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai panduan yang di gunakan dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar di kampus dan diharapkan mampu memahami tentang apa

itu stunting, penyebab stunting, dan dampak stunting.

E. Keaslian Penelitian

Judul
Hasil
No Peneliti Penelitian Metode Persamaan Perbedaan
Penelitian
Terdahulu
1 (Ismed HUBUNGAN Cross Hasil penelitian 1. Desain 1. Analisa
Krisman SOSIAL Sectional menunjukkan penelitian data
Amazih EKONOMI adanya cross penelitian
ono, DAN hubungan sectional terdahulu
2021) KARAKTERI pendapatan, 2. Variabel menggunak
STIK IBU pekerjaan, indevenden an chi
DENGAN jumlah anak dan sosial square
KEJADIAN pemberian ekonomi penelitian
STUNTING makanan dan sekarang
PADA ANAK tambahan karakteristi spearman
BALITA dengan kejadian k ibu rank
stunting dimana 3. Variabel 2. Populasi
hasil nilai devendent peneliti
significancy kejadian terdahulu
masing – stunting sebanyak
masing adalah 4. Tehnik 63
0,001, 0, 025, pengambila sedangkan
0,030 dan 0,000 n sampel peneliti
dan tidak total sekarang 37
terdapat sampling
9

hubungan
pendidikan,
pengetahuan
dan umur
dengan kejadian
stunting dimana
hasil nilai
significancy
masing –
masing adalah
0,418, 0,197
dan 0, 493.
2 Esti HUBUNGAN Penelitia variabel yang 1. Variabel - variabel
Rahayu KARAKTERI n ini berhubungan devendent indevende
(2022) STIK IBU bersifat dengan kejadian kejadian nt peneliti
DENGAN observasi stunting yaitu stunting terdahulu
KEJADIAN onal status gizi hanya
STUNTING analitik (ρ=0,003, ( karakteri
PADA dengan OR=0,280), stik ibu )
BALITA desain tinggi badan ibu sedangkaa
USIA 24-59 kasus (ρ =0,031, n peneliti
BULAN kontrol OR=2,626) dan sekarang
pendidikan ibu karakterist
(ρ=0,019, OR= ik ibu dan
2,833). faktor
Kesimpulan: sosial
Terdapat ekonomi
hubungan - desain
antara status peneliti
gizi ibu, tinggi terdaulu
badan ibu dan bersifat
pendidikan ibu, observasio
dengan kejadian nal
stunting. analitik
dengan
desain
kasus
control
sedangkan
peneliti
sekarang
mengguna
kan desain
cross
secsional
3 Nur Faktor sosial, Penelitia pendidikan ibu 1. Desain 1. Analisa
Farida ekonomi, dan n (p=0,003; penelitian data
Rahmaw pemanfaatan kuantitati OR=7,278; 95% yakni penelitian
ati dkk, posyandu f dengan CI: 1,928- cross terdahulu
(2020) dengan menggun 27,474); urutan sectional. mengguna
kejadian akan kelahiran kan chi-
stunting balita desain (p=0,013; square
keluarga cross- OR=0,144; 95% penelitian
miskin sectional CI: 0,031- sekarang
penerima PKH 0,664); jumlah spearman
di Palembang anggota rank
10

keluarga 2. Variable
(p=0,013; indevende
OR=10,809; nt peneliti
95% CI: 1,639- terdahulu
71,278); serta Faktor
pemanfaatan sosial,
posyandu tidak ekonomi,
rutin (p=0,041; dan
OR=3,524; 95% pemanfaat
CI: 1,055- an
11,768) dan posyandu
tidak pernah sedangkan
(p=0,019; peniliti
OR=5,282; 95% sekarang
CI: 1,313- karakterist
21,239) ik ibu dan
faktor
sosial
ekonomi
3. Tehnik
pengambil
an sampel
peneliti
terdahulu
yaitu
proportion
al
sampling
sedangkan
peneliti
sekarang
total
sampling
11

Anda mungkin juga menyukai