Anda di halaman 1dari 6

BAB V

HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati
Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
5.2 Hasil Penelitian Univariat
Analisis Univariat
Sugiyono (2012) mengatakan analisis univariat digunakan untuk
melakukan analisis terhadap distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini antara lain kecemasan
dan kejadian insomnia. Analisis yang digunakan yaitu proporsi dari masing-masing
kategori pada variabel yang diteliti.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Lansia di RT 001 RW 02
Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
Usia
45-59 tahun
(middle age)
60-74 tahun
(elderly)
75-90 tahun
(old);
Total

Frekuensi

Persen (%)

22

34,9

37

58,7

6,3

63

100

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi usia responden berdasarkan insomnia


pada lansia di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok
Tahun 2014, didapatkan responden yang berusia 45-59 tahun sebanyak 22 responden
(34,9%), 60-74 tahun sebanyak 37 responden (58,7%), dan 75-90 tahun sebanyak 4
responden (6,3%).

5.2.1

Jenis Kelamin

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia di RT 001 RW
02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
Jenis Kelamin

Frekuensi

Persen (%)

Laki-laki

21

33,3

Perempuan

42

66,7

Total

63

100

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin


lansia di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok
Tahun 2014, didapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21
responden (33,3%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden (66,7%).
5.2.2

Pendidikan
Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Lansia di RT 001 RW 02


Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
Pendidikan

Frekuensi

Persen (%)

Tinggi (SMA-PT)

39

61,9

Rendah (SD-SMP)

24

38,1

Total

63

100

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan


terakhir lansia di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota
Depok Tahun 2014, didapatkan responden dengan pendidikan tinggi sebanyak 39
responden (61,9%) dan pendidikan rendah sebanyak 24 responden (38,1%).
5.2.3

Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Lansia di RT 001 RW 02
Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
Pekerjaan

Frekuensi

Persen (%)

Bekerja

16

25,4

Tidak bekerja

47

74,6

Total

63

100

Tabel 5.4 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan


lansia di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok
Tahun 2014, didapatkan responden yang bekerja sebanyak 16 responden (25,4%) dan
tidak bekerja sebanyak 47 responden (74,6%).
5.2.4

Tingkat Kecemasan
Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Lansia di RT 001


RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
Tingkat Kecemasan

Frekuensi

Persen (%)

Ringan

14,3

Sedang

16

25,4

Berat

29

46,0

Panik

14,3

Total

63

100%

Tabel 5.5 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat


Kecemasan di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan
Cinere Kota Depok Tahun 2014, didapatkan responden dengan kecemasan ringan
sebanyak 9 responden (14,3%), responden dengan kecemasan sedang sebanyak 16
responden (25,4%), responden dengan kecemasan berat sebanyak 29 responden
(46,0%), dan responden dengan kecemasan panik sebanyak 9 responden (14,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Wayan
(2011) dengan judul hubungan asuhan keperawatan oleh perawat dengan tingkat
kecemasan pasien rawat inap di RSUD Cendrawasih Dobo Maluku. Penelitian terhadap
tingkat kecemasan pasien diperoleh hasil bahwa 63% klien mengalami cemas berat. Hal
ini dikarenakan pasien yang baru pertama kali dirawat dan kurangnya komunikasi yang
dilakukan perawat terhadap pasien khususnya dalam pembuatan inform consent.
5.2.5

Insomnia
Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Insomnia pada Lansia di RT 001 RW


02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
Insomnia

Frekuensi

Persen (%)

Ringan

24

38,1%

Berat

39

61,9%

Total

63

100%

Tabel 5.6 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan insomnia pada


lansia di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok
Tahun 2014, didapatkan responden yang mengalami insomnia ringan sebanyak 24
responden (38,1%) dan insomnia berat sebanyak 39 responden (61,9%).
Tidur merupakan proses normal yang bersifat aktif, teratur, berulang, reversible
yang dibutuhkan oleh otak untuk menunjang proses fisiologisnya. Menurut Patricia dan
Anne (2005), tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur merupakan bagian penting dalam siklus
24 jam dimana organisme manusia harus berfungsi (Hudack & Gallo,1998).
Amir (2007),mendefinisikan tidur sebagai suatu proses otak yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk berfungsi dengan baik. Tujuan tidur untuk mencegah kelelahan
fisik dan psikis. Kurang tidur memperpanjang waktu sembuh dari sakit.
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur. Periode
singkat insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan, baik secara
keseluruhan terhadap pengalaman yang mencemaskan atau dalam menghadapi
pengalaman yang menimbulkan kecemasan (Kaplan & Sadock, 1997). Pada penderita
depresi sering timbul keluhan tidur tidak nyenyak pada malam hari dan telah terbangun
pada dini hari (early morning insomnia)
5.3 Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara data variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat yang dilakukan dengan uji Chi-Square yaitu uji
statistik yang digunakan untuk menguji signifikasi dua variabel (Hastono, 2007). Analisis
ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu varibel independen
(tingkat kecemasan) dan variabel dependen (kejadian insomnia).
Tabel 5.3

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di RT 001


RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014
Tingkat

Insomnia

Total

Ringan

Ringan
f
%
8
88,9

Berat
f
%
1
11,1

f
9

%
100

Sedang

18,8

13

81,2

16

100

Berat

31,0

20

69,0

29

100

Panik

44,4

55,6

100

Jumlah

125

58,4

89

41,6

214

100

Kecemasan

Pvalue

0,004

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 29 lansia yang mengalami tingkat


kecemasan berat, 20 responden (69,0%) mengalami insomnia berat, sedangkan 9
responden (31,0%) mengalami insomnia ringan. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue =
0, 004 (Pvalue = 0,05), maka dapat disimpulkan Ada Hubungan Tingkat Kecemasan
dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di RT 001 RW 02 Kelurahan Pangkalan Jati
Kecamatan Cinere Kota Depok Tahun 2014.
Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis
untuk tidur, sering terbangun dari tidur atau tidur singkat atau tidur non restoratife.
Penderita insomnia mengeluarkan rasa ngantuk yang berlebihan di siang hari dan
kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup. Insomnia dapat menandakan adanya
gangguan fisik atau psikologis. Seseorang dapat mengalami insomnia transient akibat
stres situsional seperti masalah keluarga, kerja, sekolah, kehilangan orang yang dicintai.
Insomnia dapat terjadi berulang tetapi diantara episode tersebut klien dapat tidur dengan
baik. Namun, kasus insomnia temporer akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan
kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh
kekhawatiran dan kecemasan yang terjadi untuk mendapatkan tidur yang adekuat
tersebut (Patriscia & Anne, 2005).
Menurut Suwahadi (2008) dan Perry Potter (2006), penyebab inso,mnia adalah
Stres yang berkepanjangan sering menjadi penyebab dari insomnia jenis kronis,
sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia transient.
Depresi paling sering ditemukan. Bangun lebih pagi dari bisaanya yang tidak diinginkan

adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa dan gangguan psikologi
lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur
5.4 Keterbatasan Penelitian
Proses penelitian ini, peneliti masih ditemukan berbagai keterbatasan oleh peneliti
Beberapa keterbatasan penelitian yang ada sebagai berikut:
1. Keterbatasan Waktu dan Tenaga
Penyusunan hasil penelitian ini, disusun secara individu oleh peneliti sendiri dengan
menggunakan variabel bebas yang terbatas, namun tidak mengurangi tujuan yang
akan dicapai.
2. Keterbatasan Dana
Keterbatasan peneliti dalam dana penelitian ini masih dibantu oleh orang tua karena
dalam hal ini peneliti tidak bekerja
3. Keterbatasan Pengalaman
Pengalaman yang belum cukup dalam hal penyusunan skripsi, sehingga hasil
penelitian ini masih banyak kekurangan
4. Keterbatasan rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional sehingga
hubungan yang ditentukan dari variabel independen dan variabel dependen bukanlah
merupakan hubungan sebab akibat, karena penelitian dilakukan dalam waktu
bersamaan. Penelitian ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh peneliti
sehingga pengetahuan peneliti terhadap teori dan aplikasi metode penelitian masih
sangat kurang sehingga dalam proses pengumpulan data dan pengolahannya peneliti
mendapatkan kesulitan.
5. Keterbatasan alat pengumpulan data
Pengumpulan data menggunakan kuesioner mempunyai dampak yang subjektif
sehingga kebenaran data tergantung pada kejujuran dari responden. Peneliti belum
menemukan standar baku kuesioner untuk variabel insomnia sehingga instrument
tersebut dibuat berdasarkan pemahaman dan pengalaman dari peneliti sendiri yang
tentunya masih terbatas.

Anda mungkin juga menyukai