Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG
KONSEP INSTALANSI GAWAT DARURAT (IGD)

DISUSUN OLEH :

FITRIA FRANSISKA

1714201151

Dosen Pembimbing :

Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


INSTALANSI GAWAT DARURAT (IGD)

A. Pengertian
Gawat    : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien.
Darurat  : Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit rumah sakit yang memberikan
perawatan pertama kepada pasien. Menurut Undang-undang RI No.44 Tahun 2009 pasal 1
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. IGD merupakan salah
satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang
menderita sakit dan cedar, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
(Wikipedia,2015). Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit
yang memberi penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera, yang
membutuhkan perawatan gawat darurat (Queensland Helth ED, 2012). Menurut Undang-
undang  RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab II Pasal 32 :

- Ayat (1) dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik


pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
- Ayat (2) Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien dan atau meminta uang
muka.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan


pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan
darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. IGD memiliki peransebagai
gerbang utama masuknya penderita gawat darurat (Ali, 2014). Pelayanan pasien gawat
darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan
cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pelayanan ini bersifat penting
(emergency) sehingga diwajibkan untuk melayani pasien 24 jam sehari secara terus
menerus. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit rumah sakit yang memberikan
perawatan pertama kepada pasien. Unit ini dipimpin oleh seorang dokter jaga dengan
tenaga dokter ahli dan berpengalaman dalam menangani PGD (Pelayanan Gawat Darurat),
yang kemudian bila dibutuhkan akan merujuk pasien kepada dokter spesialis tertentu
(Hidayati, 2004).

Instalasi Gawat Darurat menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita
sakit dan cidera yang dapat mengancam jiwa dan kelangsungan hidupnya. Adapun tugas
Instalasi Gawat Darurat adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan
keperawatan serta pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan kondisi
gawat darurat. Menurut Depkes R.I (2006), petugas tim kesehatan di Instalasi Gawat
Darurat di rumah sakit terdiri dari dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah
mendapat pelatihan penanganan kegawatdaruratan yang dibantu oleh perwakilan unit-unit
lain yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat.

B. Prinsip Umum Instalansi Gawat Darurat

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.856/Menkes/SK/IX/2009 bahwa


Prinsip Umum IGD adalah sebagai berikut :

1. Setiap Rumah Sakit wajib mimiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
kemampuan :

 Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat.


 Melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving)

a. Pelayanan di instalasi gawat darurat rumah sakit harus dapat memberikan


pelayanan 24 jam alam sehari dan 7 hari dalam seminggu
b. Berbagai nama untuk instalasi atau unit pelayana gawat darurat dirumah sakit
di seragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
c. Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat .
d. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah
sampai di IGD.
e. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan berdasarkan Organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat
darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh yang
dipimpin oleh dokter.
f. Setiap rumah sakit wajip berusaha untuk meyesuaikan pelayanan gawat
daruratnya minimal sesuai engan klasifikasi.

Prinsip umum pelayanan IGD Rumah Sakit dari Depkes (2010):

 Rumah sakit harus memiliki pelayanan emergencyyang memiliki kemampuandan


pengetahuan untuk melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus emergencydan
resusitasi serta stabilisasi (live saving).
 Instalasi Gawat Darurat rumah sakit diwajibkan untuk memberikan pelayanan 24 jam
dalam sehari selama satu minggu
 Nama untuk instalasi atau unit gawat darurat di Rumah Sakit harus sama atau
diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat
 Rumah sakit tidak diperkenankan meminta uang pembayaran awalpada saat
menangani kasus gawat darurat.
 Pasien gawat darurat wajib ditangani maksimal dalam waktu5 menit setelah sampai di
IGD.
 Organisasi IGD didasarkan pada organisasi fungsional, dimana terdapat unsur
pimpinan dan unsur pelaksanaan.
 Semua Rumah sakit harus berusaha dalam penyesuaian pelayanan gawat darurat
minimal sesuai dengan standar yang ada

C. Tujuan Instalansi Gawat Darurat


IGD memiliki tujuan utama diantaranya adalah menerima, melakukan triage,
menstabilisasi, dan memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk
pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu
(Australasian Collage for Emergency Medicine, 2014). Beberapa tipe pasien khusus
yang biasa ditemui di IGD yang membutuhkan pemeriksaan dan tindakan yang
khusus, antara lain: pasien dengan traumamayor, pasien lansia, anak-anak dan remaja,
pasien dengan gangguan jiwa, pasien dengan penyakit infeksius, dan pasien yang
terpapar bahan kimia, biologi atau kontaminasi radiologi (Australasian Collage for
Emergency Medicine, 2014).
Menurut Azrul (1997:37) Tujuan Insatalasi Gawat Darurat, adalah :

1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat.


2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien.
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi
dalam maupun diluar rumah sakit.
4. Suatu IGD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada
masyarakat dengan probelam medis akut.

D. Persyaratan Fisik Bangunan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.856/Menkes/SK/IX/2009 persyaratan


fisik bangunan IGD sebagai berikut :

1. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja Rumah Sakit dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban masal atau bencana.
2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan Rumah Sakit, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar rumaha sakit.
3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur
masuk kendaraan/ pasien tidak sama dengan arus keluar) kecuali pada klasifikasi IGD
level I dan II.
4. Ambulans atau kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu
yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang tidak
sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
5. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampug lebih dari 2 ambulans
(sesuai dengan beban Rumah Sakit).
7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehinga arus dapat lancar dan tidak ada “cross
infaction”, dapat menampug korban bencana sesui dengan kemampuan Rumah Sakit,
mudah dibersihkan dn memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala juga.
8. Area dekontaminasi ditempatkan didepan atau luar IGD atau terpisah dengan IGD
9. Ruang triase harus memuat minimal 2 (dua) brankar.
10. Mempunyai ruang tunggu keluarga pasien.
11. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.
12. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat).
E. Triage

Triage mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan


pasien yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan  yang tepat.
Triage merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan merupakan
proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan.(Azrul:1997). Triage yang akurat
merupakan kunci untuk tindakan yang efisien di IGD (Manitoba Health, 2010).

F. Formulir Rekam Medis Gawat Darurat

Formulir rekam medis gawat darurat terdiri dari berbagai informasi yang setidaknya
meliputi unsur data sebagai berikut (Hatta, 2010:109) :

1. Informasi demografi pasien (ringkasan riwayat klinik) termasuk identitas pasien


(nama sendiri, nama ayah/suami/marga).
2. Kondisi saat pasien tiba di rumah sakit.
3. Saat tiba di rumah sakit menggunakan alat transportasi apa (misalnya ambulans,
kendaraan pribadi, becak, ojek, taci, kendaraan polisi, dll).
4. Nama orang tua atau pihak tertentu (seperti kantor, sekolah, fakultas dan lainnya)
yang membawa pasien ke IGD.
5. Riwayat yang berhubungan, termasuk keluhan utama dan muncunya injury atau
penyakit.
6. Temuan fisik yang bermakna.
7. Hasil lab, radiologi dan EKG.
8. Pelayanan yang diberikan.
9. Ringkasan sebelum meninggalkan pelayanan IGD (terminasi pelayan).
10. Disposisi pasien, termasuk pulang kerumah, dirujuk atau diteruskan kerawat inap.
11. Kondisi pasien saat pulang atau dirujuk.
12. Diagnosis saat meninggalkan IGD.
13. Instruksi kepada pasien/wali tentang pelayanan selanjutnya dan tindak lanjut.
14. Tanda tangan dan gelar yang memberikan pelayanan kepada pasien.

Biasanya informasi gawat darurat (emergency) dicatat dalam satu lembar rekam
kesehatan (pada format kertas). Lembaran lain seperti informasi laboratorium, radiologi,
tes atau uji lain: formulir izin (consent) dan instruksi tindak lanjut untuk melengkapi data
IGD.

G. Prosedur dan Pelayanan

Prosedur pelayanan di IGD merupakan kunci awal pelayanan petugas kesehatan rumah
sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya, dilihat dari sikap yang ramah,
sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab (Depkes RI, 2006). Pasien yang datang untuk
berobat di IGD jumlahnya lebih banyak dan silih berganti setiap hari. Di IGD perawat
merupakan anggota tim kesehatan digaris terdepan yang menghadapi masalah kesehatan
klien selama 24 jam secara terus menerus (Lestari dan Retno, 2010). Kondisi ini dapat
menimbulkan kejenuhan kerja dan beban kerja perawat yang tinggi dapat mengakibatkan
penurunan kinerja perawat.Ada beberapa pembagian penanganan dan kriteria pasien
dalam kondisi kegawatdaruratan di IGD, yaitu:

 Prioritas I (label merah): EmergencyPada prioritas I yaitu pasien dengan kondisi


gawat darurat yang mengancam nyawa/fungsi vital dengan penanganan dan
pemindahan bersifat segera, antara lain: gangguan pernapasan, gangguan jantung dan
gangguan kejiwaan yang serius.
 Prioritas II (label kuning): UrgentPada prioritas II yaitu pasien dalam kondisi darurat
yang perlu evaluasi secara menyeluruh dan ditangani oleh dokter untuk stabilisasi,
diagnosa dan terapi definitif, potensial mengancam jiwa/fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam waktu singkat penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat,
antara lain: pasien dengan risiko syok, fraktur multiple, fraktur femur/pelvis, luka
bakar luas, gangguan kesadaran/trauma kepala.
 Priotas III (label hijau): Non EmergencyPada prioritas III yaitu Pasien gawat darurat
semu (false emergency) yang tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan segera.
 Prioritas IV (label hitam): Death, Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal.

Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan dapat dilihat dalam Pasal 63 ayat (4) dinyatakan bahwa pelaksanaan
pengobatan dan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan.
Dalam pelayanan kegawatdarutan, Depkes RI (2006), menyebutkan perawat gawat
darurat mempunyai peran dan fungsi seperti fungsi independen yang merupakan fungsi
mandiri yang berkaitan dengan pemberian asuhan (care), fungsi dependen merupakan
fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain, dan ungsi
kolaboratif, yaitu melakukan kerjasama saling membantu dalam program kesehatan
(perawat sebagai anggota tim kesehatan).

H. Alur penanganan pasien di IGD


Alur penanganan pasien di IGD yaitu perawat menerima pasien, kemudian
mencatat identitas lengkap dan jelas dan informed concernt, perawat melakukan
anamnesa(auto dan hetero anamnesa), perawatmelakukan pemeriksaan Glasgow
Coma Scale (GCS), TTV (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) dan pemeriksaan fisik
awal, pengelompokan pasien dan diagnosa awal, seperti gawat darurat: memerlukan
tindakan segera dan mengancam jiwa, gawat non darurat: memerlukan tindakan
segera tapi tidak mengancam jiwa, non gawat darurat: tidak urgent tindakan segera
dan tidak mengancam jiwa. Non gawat non darurat boleh diberi terapi simptomatis
(berdasar gejala). Gawat darurat dan gawat non darurat, perawat menghubungi dokter
jaga pada hari tersebut dan melaporkan kondisi terakhir pasien dan boleh melakukan
tindakan awal pertolongan pertama/ Basic Live Support(BLS) meliputi: Air way, jaw
trust, chin lift dan hiperekstensi, kemudian membersihkan jalan nafas dari sumbatan
(sekret dan benda asing), memeriksa breathing dengan memasang oksigen, dan
memeriksa circulation, serta memonitor pengeluaran urin.
Kegawatdaruratan merupakan keadaan yang mengancam jiwa, untuk itu
diperlukan perawat yang kompeten sebagai praktisi, juga harus meningkatkan
kemampuan yang terkait berbagai peran, harus mengerti karakteristik pelayanan
keperawatan yang tepat, cermat dan cepat serta mengerti tugas, cara bersikap dan cara
berkomunikasi dengan baik dalam kondisi emergency. Makin luas lingkup tanggung
jawab yang diemban perawat pada pelayanan gawat darurat, makin banyak peran dan
beban kerja yang harus dilakukan.
KAMAR OPERASI

A. Pengertian

Kamar operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit yang diperlukan
untuk melakukan tindakan pembedahan baik efektif atau akut yang membutuhkan
keadaan suci hama atau steril.

B. Pembagian daerah kamar operasi:

 Daerah public
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Misalnya
kamar tunggu, gang, emperen depan komplek kamar operasi
 Daerah semi public
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja. Dan biasanya diberi
tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. Dan sudah ada pembatasan
tetang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas serta penggunaan alas kaki
khusus di dalam.
 Daerah aseptic
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang langsung
ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang harus dijaga
kesucihannya. Daerah aseptic dibagi menjadi 3 yaitu:
- Daerah aseptic 0
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan
- Daerah aseptic 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk/kain steril, tempat
instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan
alat
- Daerah aseptic 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar ahli
anesthesia

C. Bagian-bagian kamar operasi:

Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi maupun
dilingkungan kamar operasi, antara lain:
 Ruang sterilisasi
 Kamar tunggu
 Gudang
 Kantor
 Kamar mandi (WC) dan tempat cuci alat (spoelhok)
 Kamar istirahat
 Kamar gips
 Recovery room
 Kamar arsip
 Kamar laboratorium
 Kamar untuk ganti pakaian
 Kamar untuk sterilisasi
 Kamar untuk gudang alat-alat instrument
 Kamar untuk mencuci tangan
 Kamar bedah

D. Persyaratan kamar operasi


 Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan dengan
instalasi gawat darurat., ICU, dan unit radiologi
 Bentuk dan ukuran
Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit berbentuk
lengkung, dan warna tidak mencolok. Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus
terbuat dari bahan yang keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak
menampung debu
 System penerangan
System penerangan didalam kamar operasi harus memakai lampu pijar putih dan
mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan khusus yaitu
arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahaya terang dan tidak
menyilaukan serta tidak menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300-500 lux,
meja operasi 10.000-20.000 lux
 System ventilasi
 Suhu dan kelembaban
 System gas medis
 System listrik
 System komunikasi
 Peralatan
 Pintu
 Pembagian area
 Air bersih
 Penentuan jumlah kamar operasi

E. Personil kamar operasi

Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi baik tim inti
maupun tim penunjang antara lain:

 Tim bedah
- Ahli bedah
- Asisten ahli bedah
- Perawat instrument
- Perawat sirkuler
- Ahli anestesi
- Perawat anestesi
 Staf perawat operasi
- Perawat kepala kamar operasi
- Perawat pelaksana
- Tenaga lain terdiri dari: pekerja kesehatan, tata usaha, penunjang medis
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous,1999. Triage Officers Course. Singapore: department of Emergency
Medicine. Singapore General Hospital
Iyer,P, Dokumentasi Keperawatan: suatu pendekatan proses keperawatan. Jakarta:
EGC
Oman, Kathelen S. 2008. Panduan belajar Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC
Wijaya,S. 2010.Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar: PSIK FK
Effendy, Christine.2002. handout kuliah keperawatan medical bedah: properatif
nursing. Tidak dipublikasikan: Yogyakarta
Wibowo. Soetanto,dkk. 2001 pedoman teknik operasi OPTEK. Airlangga universyti
press: Surabaya vol. 1 EGC: jakarta
Snelzer, suzane C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah.
Brunner Suddart

Anda mungkin juga menyukai