Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Instalasi Gawat Darurat

2.1.1 Pengertian

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di Rumah

Sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya

pasien dengan kondisi gawat darurat (Depkes RI, 2009). Menurut Ryadi (2010,

dalam Mashuri, 2012) gawat darurat medik adalah suatu kejadian yang menimpa

seseorang atau sekelompok orang yang secara tiba-tiba dan dapat membahayakan

nyawa serta memerlukan tindakan medik yang cepat dan tepat untuk mencegah

terjadinya komplikasi atau kematian.

2.1.2 Tujuan Pelayanan Gawat Darurat

Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan

kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately)

untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Tergantung dari kemampuan

yang dimiliki, keberadaan IGD tersebut dapat beraneka macam, namun yang

lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit (hospital based

emergency unit). Hanya saja betapapun telah majunya sistem rumah sakit yang di

anut oleh suatu negara, bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan

mengelola IGD sendiri, untuk mengelola kegiatan IGD memang tidak mudah

penyebab utamanya adalah karena IGD adalah salah satu dari unit kesehatan yang

padat modal, padat karya dan padat teknologi (Muslihah,2010).

Tujuan Pelayanan Gawat Darurat (Depkes, R.I, 2009):

8
1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat sehingga dapat hidup

dan berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistim rujukan untuk memperoleh

pananganan yang lebih memadai.

3. Menanggulangi korban bencana.

2.1.3 Kegiatan pelayanan Kegawat Daruratan

Kegiatan yang menjadi tanggung jawab IGDbanyak macamnya, secara

umum dapat dibedakan atas tiga macam (Muslihah, 2010) :

1. Menyelenggarakan Pelayanan Gawat Darurat

Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab IGDadalah menyelenggarakan

pelayanan gawat darurat. Pelayanan gawat darurat sebenarnya bertujuan untuk

menyelamatkan kehidupan penderita (life saving) sering dimanfatkan hanya

untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid).Pengertian gawat

darurat yang di anut oleh anggota masyarakat memang berbeda dengan petugas

kesehatan. Oleh anggota masyarakat setiap gangguan kesehatan yang

dialaminya dapat saja di artikan sebagai keadaan darurat (emergency) dan

karena itu mendatangi IGD untuk meminta pertolongan.

2. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang

membutuhkan pelayanan rawat inap intensif

Kegiatan kedua yang menjadi tangung jawab IGD adalah menyelenggarakan

pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan

intensif. Pada dasarnya kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat

darurat yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang di nilai berat

untuk memperoleh pelayanan rawat inap yang intensif.

9
3. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat

Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab IGD adalah

menyelenggarakaninformasi medis darurat dalam bentuk menampung serta

menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya

dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).

2.1.4 Standar Pelayanan Gawat Darurat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.856/Menkes/ SK/IX/2009,

Standar IGD Rumah Sakit adalah :

1. Standar 1 : Falsafah Dan Tujuan

Instalasi/Unit Gawat Darurat dapat memberikan pelayanan gawat darurat

kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan

sesuai dengan standar.

2. Standar 2 : Administrasi Dan Pengelolaan

IGD harus dikelola dan diintegrasikan dengan Instalasi lainnya di Rumah Sakit.

3. Standar 3 : Staf Dan Pimpinan

IGD harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga medis keperawatan dan

tenaga lainnya yang telah mendapat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat

(PPGD).

4. Standar 4 : Fasilitas Dan Peralatan

Fasilitas yang disediakan di instalasi/unit gawat darurat harus menjamin

efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam, 7

hari seminggu secara terus menerus.

5. Standar 5 : Kebijakan Dan Prosedur

10
Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu di

tinjau dan di sempurnakan (bila perlu) dan mudah dilihat oleh seluruh petugas.

6. Standar 6 : Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan

IGD dapat di manfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan (in service training)

dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas.

7. Standar 7 : Evaluasi Dan Pengendalian Mutu

Dalam Undang-undang R.I No. 44 tahun 2009, tentang rumah sakit pada bab

IV pasal 29 (1) point c bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban

memberi pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanan dan point f bahwa rumah sakit berkewajiban melaksanakan fungsi

social antara lain memberikan fasilitas pelayanan bagi pasien tidak

mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulans gratis,

pelayanan korban bencana dan kejaian luar biasa atau bakti sosial bagi

kemanusiaan.

Menurut Kartikawati (2014) Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

adalah :

1. Memberikan asuhan keperawatan

Mempersiapkan alat yang digunakan untuk tindakan gawat darurat,

melakukan Triase, melakukan tindakan keperawatan maupun kolaborasi

dengan profesi yang lain dan melakukan tindakan intervensi krisis psikososial

individu.

11
2. Edukator klien

Sebagai pendidik,perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung

dengan memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan padapasien dan

keluarga maupun secara tidak langsung dengan menolong pasien dan

keluarga memahami pengobatan dan perawatan. Sebagai konselor, perawat

dapat memberikan konseling keperawatan ketika pasien dan keluarga yang

membutuhkan.

3. Managemen klien

a. Mampu mengatasi pasien : Syok, Gawat Nafas, Gagal Jantung Paru Otak,

Kejang, Koma, Perdarahan, Kolik, Status Asthmatikus, Nyeri hebat daerah

pinggul & Kasus Ortopedi.

b. Mampu Melaksanakan pencatatan dan pelaporan pelayanan asuhan

keperawatan.

c. Mampu berkomunikasi : Intern, Ekstern

d. Melakukan penelitian dalam lingkup tertentu untuk meningkatkan kualitas

2.1.5 Indikator IGD

Menurut Maryuani(2009) adapun yang menjadi Indikator IGD adalah

kemampuan menangani life saving anak dan dewasa, standar 100%; jam buka

pelayanan gawat darurat, standar 24 jam; response time< 5 menit; pemberi

pelayanan ke gawat daruratan yang bersertifikat “yang masih berlaku”, standar

100%; ketersediaan tim penanggulangan bencana, standar 1 tim; kepuasan

pelanggan, standar ≥ 70%; kematian pasien ≤ 24 jam, standar ≤ 2 per 1000

(pindah ke pelayanan rawat inap setelah 8 jam ); khusus untuk rumah sakit jiwa,

12
pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam, standar 100%; perawat minimal

D3 dan bersertifikat pelatihan pelayanan gawat darurat; tidak adanya pasien yang

diharuskan membayar uang muka standar 100%.

2.1.6 Klasifikasi pelayanan gawat darurat di Rumah Sakit

Klasifikasi pelayanan gawat darurat di Rumah Sakit menurut keputusan

Menteri Kesehatan R.I no.856/menkes/SK/IX/2009 adalah :

1. Level IV pelayanan IGD sebagai standar minimal untuk rumah sakit tipe A.

2. Level III pelayanan IGD sebagai standar minimal untuk rumah sakit tipe B.

3. Level II pelayanan IGD sebagai standar minimal untuk rumah sakit tipe C.

4. Level I pelayanan IGD sebagai standar minimal untuk rumah sakit tipe D.

2.1.7 Klasifikasi Pasien Gawat Darurat

Departemen Kesehatan R.I (2009) mengklasifikasi pasien gawat darurat

sebagai berikut :

1. Pasien Tidak Gawat Tidak darurat “false emergency” ( label hijau ) korban

memerlukan tindakan medis tidak segera

2. Pasien Darurat Tidak Gawat (label kuning) korban tidak gawat memerlukan

pertolongan medik untuk mencegah lebih gawat atau mencegah cacat.

3. Pasien Gawat Darurat (label merah) korban dalam keadaan mengancam nyawa

bila tidak segera ditolong.

4. Pasien Gawat Tidak Darurat (label biru) pasien parah pertolongan tidak

mempunyai arti bagi penyelamatan jiwanya.

5. Pasien yg meninggal/Death on Arrival (label hitam)

13
Dalam pedoman akreditasi rumah sakit yang dikeluarkan kementerian

Kesehatan R.I (2011), pasien gawat darurat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Pasien tidak gawat darurat

Pasien yang datang ke rumah sakit tidak gawat dan tidak darurat atau disebut

juga false emergensi misalnya pasien TBC.

2. Pasien akut

Pasien yang datang ke rumah sakit akibat musibah bencana alam secara tiba-

tiba akan tetapi tidak mengancam nyawa tapi hanya berakibat pada kecacatan.

Misalnya pasien yang mengalami luka sayat atau fraktur.

3. Pasien gawat darurat

Pasien dalam keadaan gawat darurat secara tiba-tiba dan terancam jiwanya

atau badannya (terjadi kecacatan) apabila tidak mendapatkan pertolongan

secepatnya. Misalnya pasien dengan kegawatan nafas, tidak sadar, atau pasien

kejang.

2.1.8 Prosedur IGD

Menurut Krisanty (2009) adapun adapun Prosedur IGD adalah :

1. Pasien masuk ruang gawat darurat.

2. Pengantar mendaftar ke bagian administrasi (front liner).

3. IGDmenerima status pasien dari rekam medik dan map plastik merah.

4. Paramedik dan dokter triase memeriksa kondisi pasien.

5. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai SPM

emergensi dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan di setujui

oleh pasien/keluarga (informed consent).

14
6. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau paramedis

berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat kondisi yang

mengancam jiwa pasien.

7. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke unit

terkait dan mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel laboratorium

dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan rontgen, paramedik

mengantarkan pasien ke unit radiologi.

Menurut Mashuri (2012), Alur Pelayanan pada IGD sebagaimana


digambarkan dalam bagan berikut :

Label Merah Ruang Resusitasi


Prioritas I

Label Kuning Ruang Observasi


Prioritas II dan pemeriksaan
Pasien masuk IGD diagnostik

Label Hijau Ruang Observasi


Prioritas III

Label Hitam Kamar Mayat


Prioritas 0

Gambar 2.1 Alur Triage IGD

Pasien masuk IGD dengan keadaan gawat darurat menjadi prioritas I diberi

label merah dan masuk diruang Resusitasi. Untuk label kuning prioritas II adalah

pasien darurat tidak gawat, namun darurat dan masuk di ruang observasi serta

dilakukan pemeriksaan diagnostik. Pasien prioritas III diberi label hijau

15
untukpasien tidak gawat dantidak darurat masuk di ruang observasi. Pasien

prioritas 0 (Death on Arrival) label hitam langsung masuk ke kamar mayat.

2.2 Tinjauan tentang Kepercayaan

2.2.1 Pengertian

Kepercayaan (trust) merupakan kesediaan (Willingness) individu untuk

menggantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat pertukaran karena individu

mempunyai keyakinan (confidence) terhadap pihak lain. Kepercayaan juga dapat

diartikan gambaran sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa

menunjukan sikap pro atau kontra. Kepercayaan lebih mudah untuk tumbuh

diantara orang – orang yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama,

sehingga lebih mudah untuk mengubah kepercayaan individu dari pada mengubah

kepercayaan suatu kelompok (Moorman, Krech 1993 dalam Rembet, 2015).

Kepercayaan merupakan bagian dari sikap. Sikap terdiri dari aspek kognitif,

afektif dan konasi. Kepercayaan adalah aspek yang dibentuk dalam kognitif.

Sikap itu sendiri merupakan suatu perilaku pasif yang tidak kasat mata, namun

tetap akan mempengaruhi perilaku aktif yang kasat mata. Dengan adanya

kepercayaan, seorang individu akan bersedia mengambil risiko yang mungkin

terjadi dalam hubungannya dengan pihak lain. Ketergantungan pada pihak lain

selalu terlibat dengan tingkat kepercayaan(Azwar, 2009).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kepercayaan

merupakan suatu keyakinan di manasalah satu pihak yang terlibat dalam

pertukaran memiliki keandalan dan integritas yang dapat memberikan hasil yang

positif. Kepercayaan adalah variabel terpenting dalam membangun hubungan

16
jangka panjang antara pihak satu dengan yang lainnya. Dalam konteks pelayanan

kesehatan, kepercayaan pasien dapat diartikan sebagai keyakinan pasien bahwa

pengelola layanan kesehatan akan bertindak sesuai dengan harapan mereka.

2.2.2 Indikator Kepercayaan

Menurut Mayer et al dalam Mula (2010) faktor yang membentuk

kepercayaan seseorang terhadap yang lain ada tiga, yaitu:

1. Kemampuan (Ability)

Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi

dalam mempengaruhi atau mengotorisasi wilayah yang spesifik. Dalam hal

ini, bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan

transaksi dari gangguan pihak lain.

2. Kebaikan Hati (Benevolence)

Kebaikan hati merupakan kemampuan penjual dalam memberikan manfaat

yang saling menguntungkan antara dirinya dan konsumen. Profit

yangdiperoleh penjual dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan konsumen juga

tinggi. Penjual bukan mengejar profit maksimum semata, melainkan juga

memiliki perhatian yang besar dalam mewujudkan keinginan konsumen.

3. Integritas (Integrity)

Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam

menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah

benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk/jasa yang di jual apakah

dapat dipercaya atau tidak.

17
2.3 Waktu Tanggap (Response time)

2.3.1 Pengertian

Response time adalah satu pengukuran umum dalam pembandingkan

efektivitas waktu tanggap layanan darurat respon yang dibutuhkan bagi pasien

darurat tiba di tempat kejadian setelah sistem tanggap darurat diaktifkan. Waktu

tanggap yang cepat sering merupakan komponen penting dari sistem pelayanan

darurat (Kemenkes, R.I, 2011).

Waktu tanggap gawat darurat merupakan gabungan dari waktutanggap saat

pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapatrespon dari petugas IGD

(response time) denganwaktu pelayanan yang diperlukan sampai selesai proses

penanganangawat darurat (Krisanty. 2009).

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Waktu Tanggap (response time)

Kecepatan dan ketepatanpertolonganyang diberikan padapasien yang

dating ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat

dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat

dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan

manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kemenkes, R.I, 2009).

Menurut Supriyanto dan Ratna (2010) karakteristik individu yang meliputi

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja adalah faktor yang tidak

bisa lepas dari produktivitas kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya.

18
1. Umur

Ada batas usia produktif seseorang dalam usia yang memungkinkan bertahan

dengankekuatan pekerjaannya. Adapula saat terjadi penurunan kemampuan

dalammenghasilkan pekerjaan karena bertambahnya usia.Pada usia 25 tahun

yang merupakan awal individu berkarir, dan usia25-30 tahun merupakan tahap

penentu seseorang untuk memilih bidang pekerjaanyang sesuai bagi karir

individu tersebut, usia 30-40 tahun merupakan tahappemantapan pilihan karir

untuk mencapai tujuan.

Kematangan individu dengan pertambahan usia berhubungan erat

dengankemampuan analitis terhadap permasalahan atau fenomena yang

ditemukan bahwa umur mempunyai kaitan erat dengan berbagai

segiorganisasi, kaitan umur dengan tingkat kedewasaan psikologis

menunjukkankematangan dalam arti individu menjadi semakin bijaksana

dalam mengambilkeputusan bagi kepentingan organisasi. Kemampuan analitis

akan berjalan sesuai dengan pertambahan usia, seorang individudiharapkan

dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentusesuai

dengan kematangan usia.

2. Jenis kelamin

Produktivitas kerja pria dan wanita dalam bekerja saat ini masih menjadi

perdebatan oleh beberapa para ahli. Robbin (2009) dalam teorinya

mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan antara pria dan wanita

dalam memecahkan masalah, keterampilan menganalisis, dorongan

kompetitif, sosialitas dan kemampuan belajar.

19
3. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografi yang dapat

mempengaruhiseseorang baik terhadap lingkungan maupun obyek tertentu.

Selain itu pendidikanmerupakan faktor tidak langsung yang berpengaruh pada

kinerja.Semakin tinggi pendidikan seseorang makabesar keinginan untuk

memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yangdimilikinya.Upaya untuk

tercapainya kesuksesan didalam bekerja dituntut pendidikan yang sesuai

dengan jabatan yang dipegangnya. Pendidikan merupakan suatu bekal yang

harus dimiliki seseorang dalam bekerja, dimana dengan pendidikan seseorang

dapat mempunyai suatu keterampilan, pengetahuan serta kemampuan.

Menurut Anderw (Mangkunegara, 2010), tingkat pendidikan adalah suatu

proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistimatis dan terorganisir

tenaga kerja manajerialnya mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis

untuk tujuan-tujuan umum. Tingkat pendidikan merupakan pengalaman yang

berfungsi mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadian seseorang

dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar untuk memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan. Tingkat pendidikan lebih tinggi pada

umumnya menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia menerima

posisi dan tanggung jawabnya. Notoatmodjo (2010) juga mengemukakan

bahwa melalui pendidikan, seseorang akan mampu meningkatkan

pengetahuannya serta kematangan intelektualnya sehingga dapat membuat

keputusan lebih baik dalam bertindak.

20
4. Lama kerja

Kurniadi (2013) menyatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka

orang tersebut akan memiliki pengalaman yang baik. Masa kerja dapat

mempengaruhi pengalaman kerja seseorang, sehingga semakin lama bekerja

diharapkan seseorang memiliki pengalaman kerja yang semakin banyak. Masa

kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih pada seseorang

dibandingkan dengan rekan kerja yang lain. Nursallam (2013) menyatakan

bahwa semakin banyak masa kerja perawat, maka semakin banyak pula

pengalaman perawat tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan

sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

5. Motivasi

Motivasi kerja perawat yang baik akan sangat mempengaruhi produktivitas

kerja perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Motivasi adalah kondisi atau status pikiran

seseorang yang digambarkan dalam beberapa tugas khusus atau tujuan.

Motivasi juga dapat digunakan sebagai istilah untuk menggambarkan proses

perilaku aktivitas seseorang untuk menunjukan pergerakan, kegembiraan dan

harapan. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan

sikap, kepatuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seseorang pegawai dalam menghadapi

situasikerja. Motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri

pegawai yang perludipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri

terhadap lingkungannya,sedangkan motivasi adalah kondisi yang

21
menggerakkan diri pegawai yang terarahuntuk mencapai tujuan organisasi

(Mangkunegara, 2010).

2.4 Penelitian yang relevan

Berikut beberapa hasil peneliti dalam persamaan, perbedaan, metode serta

masing-masing hasil penelitian yang mengenai hubungan antara response time

dalam memberikan pelayanan dengan kepuasan pasien. Berdasarkan eksplorasi

peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini :

Tabel 2.1. Penelitian Relevan

Persamaan/
Peneliti/ Judul Metode Hasil
Perbedaan
Widodo (2015) Metode deskriptif Ada hubungan a. Persamaan
Hubungan korelasi. Jumlah antara response Sama-sama meneliti
response time sampel dalam time perawat dalam response timedan
perawat dalam penelitian memberikan menggunakan
memberikan sebanyak 95 pelayanan dengan desain penelitian
pelayanan pasien yang dipilih kepuasan yang sama.
dengan secara random pelanggan di IGD b. Perbedaan
kepuasan sampling. RS. Panti Waluyo Jumlah sampel yang
pelanggan di Instrument Surakarta dengan digunakan, lokasi
IGD RS. Panti penelitian yang nilai p value 0,042 penelitian serta
Waluyo digunankan adalah dan tingkat variable dependen
Surakarta. arloji stopwatch keeratan hubungan yang digunakan
dan kuisioner 0,209.
kepuasan. Uji
statistik yang
digunakan adalah
pearson r.
Rembet (2015) Metode penelitian Terdapat hubungan c. Persamaan
Hubungan observasional yang signifikan Sama-sama meneliti
Response Time analitik, dengan antara response tentang respon time
Perawat menggunakan time perawat yang dilaksanakan
dengan rancangan Cross dengan tingkat di IGD
Tingkat Sectional. Sampel kepercayaan d. Perbedaan
Kepercayaan diambil dengan keluarga pasien Terdapat pada
Keluarga teknik Total pada triase kuning variable dependen
Pasien Pada Sampling yang di Instalasi Gawat dimana peneliti
Triase Kuning berjumlah 69 Darurat RSU meneliti tingkat
di Instalasi responden..Data GMIM Kalooran kepercayaan

22
Gawat Darurat yang didapat Amurang dengan keluarga pasien.
RSU GMIM Selan-jutnya nilai p value 0,000.
Kalooran dilakukan analisis
Amurang. bivariat dan uji
regresi linier
berganda pada

2.5 Kerangka Berpikir

2.5.1 Kerangka Teori

Pasien
Kegiatan Indikator pelayanan
pelayanan Instalasi Instalasi gawat darurat:
gawat darurat: 1. Kemampuan
1. Menyelenggaraka Instalasi gawat menangani life saving
n Pelayanan darurat anak dan dewasa,
Gawat Darurat standar 100%
2. Menyelenggaraka 2. Jam buka pelayanan
n pelayananuntuk gawat darurat, standar
kasuspelayanan 24 jam.
Respon time 3. Response time< 5
rawat inap
intensif menit
3. Menyelenggaraka 4. Pemberi pelayanan ke
n pelayanan gawat daruratan yang
informasi medis bersertifikat
Kepercayaan 5. Ketersediaan tim
darurat
pasien penanggulangan
1. Ability bencana
2. Kebaikan hati 6. Kepuasan pelanggan,
3. Integritas standar ≥ 70%.
7. Kematian pasien ≤ 24
jam, standar ≤ 2 per
1000

Gambar 2.1 . Kerangka Teori dimodifikasi dari Maryuani(2009), Muslihah


(2010), Ilyas (2009) Meyer (Mula, 2010)

23
2.5.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah Response Time perawat yang

merupakan variabel bebas atau independen. Sedangkan tingkat kepercayaan

keluarga pasien adalah variabel terikat atau dependen.

Tingkat Kepercayaan Keluarga


Respon time
pasien
perawat

Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan Variabel independen dan Dependen

Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitianyaitu ada hubungan response timeperawat dengan

Tingkat kepercayaan keluarga pasien pada triase kuning di Unit Gawat Darurat

Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.

24

Anda mungkin juga menyukai