Jurnal Keperawatan
ABSTRAK
Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah sekelompok sindrom klinis yang ditandai dengan iskemia
miokard mendadak yang disebabkan oleh terhalangnya aliran darah koroner, umumnya karena
pecahnya plak aterosklerotik. Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak
ditemukan pada penderita akut coronary sindrom. Data laboratorium eksperimental telah
merekomendasikan penggunaan oksigen untuk pasien yang menderita infark miokard. Penelitian ini
bertujuan mereview dan menganalaisis pengaruh pemberian terapi oksigen pada pasien acute
coronary syndrome dengan chest pain di Instalasi Gawat Darurat. Metode penelitian merupakan
studi literatur dengan menelusuri secara online berbagai sumber literatur terkait melalui database
Google Scholar, Pubmed dan Sciendirect dengan hasil didapatkan sebanyak 620 jurnal. Selanjutnya
dilakukan screening menghasilkan dan diuji kelayakan sehingga menghasilkan 10 jurnal, kemudian
diinklusi berdasarkan kriteri judul yang sesuai dan terbit 5 tahun terakhir menjadi 5 jurnal yang
kemudian direview dan dianalisis.Hasil studi literatur didapatkan bahwa pemberian oksigen masih
menjadi perdebatan dalam manajemen chest pain et causa ACS. Kesimpulan dari studi literatur
ini adalah Pemberian terapi oksigen secara rutin tidak direkomendasikan dan terapi oksigen
diberikan jika pasien memiliki SpO2 <94% atau disertai tanda distress pernafasan/ hipoxia,
breathlessness, gejala heart failure dan syok.
Kata Kunci : Terapi Oksigen, Acute Coronary Syndrome Dan Chest Pain
ABSTRACT
Acute coronary syndromes (ACS) are a group of clinical syndromes characterized by sudden
myocardial ischemia caused by obstruction of coronary blood flow, generally due to rupture of
atherosclerotic plaques. Chest pain is one of the most common complaints in patients with acute
coronary syndrome. Experimental laboratory data have recommended the use of oxygen for patients
suffering from myocardial infarction. This study aims to review and analyze the effect of giving
oxygen therapy to patients with acute coronary syndrome with chest pain in the Emergency Room.
The research method is a literature review by searching online various related literature sources
through the Google Scholar, Pubmed and Sciendirect databases with the results obtained as many as
620 journals. Furthermore, screening was carried out to produce and tested for feasibility so as to
produce 10 journals, then included based on the appropriate title criteria and published in the last 5
years into 5 journals and then reviewed and analyzed. The results of the literature study showed that
the administration of oxygen is still a debate in the management of chest pain et causa ACS. The
conclusion from this literature study is that routine oxygen therapy is not recommended and oxygen
therapy is given if the patient has an SpO2 <94% or is accompanied by signs of respiratory distress/
hypoxia, breathlessness, symptoms of heart failure and shock.
1
Jurnal Zaitun
Jurnal Keperawatan
2
PENDAHULUAN
menyebabkan iskemia dan nekrosis sel kasus infark miokard akut menemukan bahwa
miokard. Istilah ACS mencakup diagnosis 96% pasien mereka dengan ACS menerima
angina tidak stabi UA), infark miokard non- terapi oksigen. Sekitar 50% dari semua
ST-elevasi segmen (NSTEMI), dan ST- responden percaya bahwa oksigen mengurangi
segmentelevation myocardial infarction kematian, 25% berpikir oksigen membantu
(STEMI) (3). menghilangkan rasa sakit dan 25% berpikir itu
Nyeri dada merupakan salah satu tidak berpengaruh (5).
keluhan yang paling banyak ditemukan pada Banyak terapi dan intervensi tidak
penderita akut coronary sindrom. Sebagian didasarkan pada manfaat yang belum terbukti.
besar penderita merasa ketakutan bila nyeri Hal ini terutama berlaku untuk terapi oksigen,
dada tersebut disebabkan oleh penyakit yang masih dipertanyakan namun telah
jantung Infark miokard akut atau dikenal digunakan selama lebih dari 100 tahun (6).
juga sebagai serangan jantung atau serangan Pada saat ini pemberian oksigen berdasarkan
coroner. Umumnya disebabkan oleh tradisi lama pada semua pasien dengan
penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba gejala ACS tidak direkomendasikan
akibat pecahnya plak lemak aterosklerosis berdasarkan evidance based terbaru.
pada arteri koroner, yang mengakibatkan Pemberian oksigen secara rutin pada semua
terbentuknya sumbatan atau oklusi sehingga pasien chest pain penyebab ACS dapat
memutuskan aliran darah ke otot jantung dan berpotensial membahayakan pasien karena
hal ini menjadi pemicu nyeri dada pada pasien pemberian oksigen dapat meningkatkan
(4). tekanan oksigen arteri akibat efek dari
Data laboratorium eksperimental telah coronary artery tone dan juga dapat
merekomendasikan penggunaan oksigen untuk menyebabkan hiperoxia yang dapat
pasien yang menderita infark miokard. menurunkan aliran darah di arteri koroner.
Penggunaan oksigen pada pasien yang Efek yang lain pada jantung adalah dapat
mengalami hipoksia, yaitu mereka yang tingkat menurunkan cardiac output, stroke volume
saturasi oksigen darahnya lebih rendah dari dan meningkatkan systemic vascular
90%, telah diterima di dunia yang resistance serta tekanan darah (7).
meningkatkan pengiriman oksigen ke sel dan Pemberian terapi oksigen dalam
meningkatkan efek hipoksia. Kebanyakan penanganan chest pain masih menjadi
pasien dengan sindrom koroner akut (ACS) perdebatan. Beberapa penelitian menunjukkan
menerima terapi oksigen sebagai bagian dari adanya efek negative akibat pemberianb
perawatan darurat mereka, dimulai oleh oksigen. Hal ini sebagaimana hasil penelitian
paramedis selama pemindahan dan sebelum Sparv et al., (2018) dimana tidak ditemukan
kontak pertama mereka dengan dokter. Sebuah efek analgesik oksigen dibandingkan dengan
survei di antara dokter yang terlibat dengan udara ambien. Hasil penelitian juga
2
Jurnal Zaitun
Jurnal Keperawatan
3
Jurnal Zaitun
Jurnal Keperawatan
(robekan) atau erosi plak substansi tidak stabil distress pernafasan. Sehingga keadaan ini dapat
dan kaya lipid memulai hampir semua berpotensi membahayakan pasien. Beberapa
sindrom ini. Ruptur menyebabkan adesi akibat dari pemberian oksigen secara rutin
keping darah, pembentukan gumpalan fibrin, pada pasien ACS dijelaskan sebagai berikut:
dan pengaktifan thrombin (9). pertama, dengan banyaknya O2 didalam
Sindrom koroner akut merupakan suatu darah yang berikatan dengan Hb akan
kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang meningkatkan oxygen-haemoglobin
terjadi secara tiba-tiba akibat kurangnya aliran dissociation yang juga berdampak pada
darah ke miokard berupa angina, perubahan peningkatan aliran O2 ke jaringan yang
segmen ST pada elektrokardiografi (EKG) 12 secara otomatis akan meningkatkan
lead, dan peningkatan kadar biomarker pembentukan active oxygen species (ROS).
kardiak. SKA terdiri dari tiga kelompok ROS ini akan menstimulasi proses inflamasi
yaitu angina pektoris tidak stabil/ APTS pada otot jantung dan merusak elektron
(unstable angina (UA), non-ST-segmen transport mitokondria yang berdampak
elevation myocardial infarction (NSTEMI), matinya sel-sel jantung. Selain itu ROS ini
dan ST-segmen elevation myocardial infarction menstimulasi terjadinya vasokontriksi
(STEMI) (10). pembuluh darah yang dapat meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis dari studi tahanan sistemik pembuluh darah sehingga
literatur ini maka dapat ditemukan ada menyebabkan penurunan stroke volume dan
perbedaan efektivitas penggunaan oksigen cardiac output yang pada akhirnya terjadi
dalam menurunkan nyeri dada pada pasien gagal jantung (Shuvy et al, 2013). Kedua
acute coronary syndrome. Pada penelitian yang pemberian O2 yang terus-menerus tanpa
dilakukan oleh Khoshnood et al (2018), Sparv memperhatikan saturasi oksigennya. Ketiga,
et al., (2018) dan Ripley et al., (2015) O2 tidak memberikan efek yang
ditemukan penggunaan oksigen tidak menguntungkan pada kestabilan darah dan
menunjukkan adanya perbaikan nyeri dada lebih bersifat membahayakan. Terapi
ataupun efek analgesia. Menurut analisis dari oksigen pada pasien normoxaemic
ketiga peneliti tersebut, O2 tidak memberikan (SaO2>90%) dengan IMA dapat menurunkan
efek yang menguntungkan pada kestabilan CO dan stroke volume serta meningkatkan
darah dan lebih bersifat membahayakan. sistemic vascular resistane (SVR).
Sejalan dengan peneliti sebelumnya, Melalui hasil analisis studi literatur dari
Shuvy et al (2013) menjelaskan bahwa tiga jurnal tersebut maka peneliti berpendapat
berdasarkan tradisi yang lama semua pasien bahwa Pemberian O2 100% pada pasien
chest pain karena ACS selalu diberikan ACS dapat meningkatkan produksi asam
oksigen tanpa melihat apakah pasien laktat yang kemungkinan dapat menurunkan
hipoxia, syok atau terlihat tanda-tanda aliran koroner sehingga iskemik semakin
4
Jurnal Zaitun
Jurnal Keperawatan
meluas. Pemberian oksigen dapat akibat serius dari disfungsi oksigen seperti
menurunkan aliran darah pada sinus koroner kerusakan jaringan, otak dan ginjal serta yang
baik pada pasien dengan ACS maupun terparah adalah sampai dapat menyebabkan
subjek sehat dan meningkatkan pertahanan kematian. Dibuktikan oleh penelitian RCT
koroner. Peningkatan pertahanan koroner Wilson & Channer (1997) dalam Metcalfe
akan menstimulasi terjadinya vasokontriksi (2012) pada 42 pasien yang mengalami
yang akan ditambah lagi adanya efek IMA dengan onset 24 jam teridentifikasi
vasokontriktor dari oksigen yang akan hipoxia dan berdasarkan evidance dianjurkan
menyebabkan keadaan yang lebih berbahaya untuk diberikan oksigen. Hasilnya kelompok
karena diameter arteri koroner lebih sempit yang diberikan oksigen 31% yang
yang dapat menyebabkan terjadinya trombosis mengalami hipoxemia dan kelompok yang
serta kematian jantung mendadak (sudden tidak diberikan oksigen 70% yang
cardiac death). mengalami hipoxemia. Sehingga secara jelas
Hasil analisis dari tiga jurnal tersebut, pada kondisi hipoxia pemberian oksigen
menurut peneliti terdapat kelebihan dari desain merupakan suatu hal yang terpenting dan
penelitian yang mereka gunakan dimana tidak bisa terbantahkan.
ketiganya menggunakan desain randomized Kelebihan dari penelitian Susilodewi
control trial (RCT) dan prospective study. (2015) dan Widyaresmi (2018) adalah desain
Desain penelitian ini memungkinkan tidak penelitian sudah menggunakan eksperimen
adanya resiko bias dan diperkuat juga dengan sehingga dapat menghasilkan data yang cukup
jumlah sampel yang digunakan dianggap akurat. Namun kelemahannya adalah jumlah
cukup representative atau dapat mewakili sampel yang sedikit sehingga belum
populasi pasien nyeri dada akibat akut koronari merepresntasikan dari populasi pasien nyeri
syndrome. Sedangkan kelemahannya adalah uji dada akibat akut koronari sindrome.
statistik yang digunakan hanya menggunakan Berdasarkan hasil studi Literatur review
uji non paramterik sehingga data statistik maka berpendapat bahwa pada pasien chest
belum akurat seperti pada uji parametrik. pain karena acute coronary syndrom,
Pendapat tersebut sejalan dengan pemberian oksigen masih menjadi suatu
pendapat yang dikemukakan oleh Metcalfe yang diperdebatkan. Penggunaan oksigen
(2012) bahwa pada situasi kegawatan oksigen untuk penanganan nyeri pada acute coronary
merupakan suatu hal darurat, dengan adanya syndrome sangat perlu diberikan terutama di
hipoksia berpengaruh besar terhadap unit gawat. Namun pemberian oksigen harus
mortalitas sehingga dibutuhkan identifikasi mempertimbangkan nilai saturasi oksigen
disaat yang tepat terhadap hipoxia. Oleh dimana pemberian saturasi oksigen yang
karena pada keadaan emergency oksigen dapat direkomenadikan ada < 94%. Hal ini ditujukan
menyelamatkan nyawa dengan mencegah untuk mencegah terjadi hyperoxia pada jantung
5
Jurnal Zaitun
Jurnal Keperawatan
6
Jurnal Zaitun
Jurnal Keperawatan