Oleh:
Gusti Akhmad Ratomi
NIM.11194692011004
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Mohammad Basit,S.Kep,,Ns.,MM
NIK. 1166102012053
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL CARE
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpatru) sejak uterus berkontrasi dan menyebabkan perubahan
pada servik (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu belum inpartu bila kontrasi uterus tidak mengakibatkan
perubahan servik (Manuaba, 2002).
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman dari
setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir (APN,
2008).
2. Jenis Persalinan
Menurut Manuaba (1998), persalinan dibedakan menjadi:
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan.
Macam-macam persalinan :
a. Partus precipitates
Bila persalinan berlangsung sangat cepat (2 jam sejak tanda persalinan janin
sudah lahir).
b. Partus dengan tindakan
Bila persalinan dilakukan dengan bantuan alat .
c. Painless Labor
Merupakan persalinan dengan mengurangi rasa nyeri pada ibu.
3. Sebab - Sebab Terjadinya Persalinan
3.1 Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum persalinan, terjadi penurunan kadar hormone estrogen
dan progesterone dimana progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan ketegangan pembuluh darah sehingga
timbul his apabila kadar progesteron menurun.
3.2 Teori plasenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang akan menimbulkan
kontraksi rahim.
3.3 Teori distensi rahim
Rahim menjadi meregang dan membesar sehingga menyebabkan kontraksi
otot-otot rahim yang mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
3.4 Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale yang apabila digeser/ditekan
akan menyebabkan kontraksi uterus.
3.5 Induksi persalinan
Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan:
3.5.1 Gagang laminaria = beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikale dengan tujuan merangsang frankenhauser.
3.5.2 Amniotomi = pemecahan ketuban.
3.5.3 Oksitosin drip = pemberian oksitosin menurut tetesan per-infus
(Rustam Mochtar, 1998).
3.6 Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise pars posterior. Dengan
menurunnya kadar progesterone akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin
dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat dimulai.
3.7 Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh dicidua. Prostaglandin memicu terjadinya persalinan.
Prostaglandin memegang peranan penting dalam proses pematangan
serviks pada manusia. Prostaglandin utama yang dihasilkan oleh serviks
adalah PGE2, PGI2 dan PGFα2 yang peningkatannya dihubungkan dengan
proses pematangan serviks. Prostaglandin memberikan efek stimulasi otot
polos uterus sehingga memberikan stimulan yang baik untuk kontraksi
uterus dan menyebabkan portio melunak.
3.8 Teori berkurangnya nutrisi janin
Teori ini menyatakan dimana berkurangnya nutrisi janin akibat tuanya
placenta akan memberikan feed back ke otak bahwa hasil konsepsi harus
segera dikeluarkan (Sarwono, 2006)
c) Syok
Tanda dan gejala :
- Nadi cepat dan lemah lebih dari 110x/menit.
- TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg)
- Pucat.
- Berkeringat
- Nafas cepat lebih dari 30x/menit.
- Produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
Manajemen :
- Baringkan ibu miring ke kiri.
- Jika memungkinkan naikkan kedua kaki ibu untuk
meningkatkan aliran darah ke jantung.
- Pasang infuse RL.
- Rujuk.
7.1.5 Asuhan Kala I
a. Pengurangan rasa sakit
(1) Lakukan perubahan posisi
(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat
tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kekiri.
(3) Sarankan ibu untuk berjalan bila masih mampu dan ketuban belum
pecah.
(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat
atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara
kontraksi.
(5) Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan
kesanggupannya.
(6) Ajarkan kepadanya teknik bernafas : Ibu diminta untuk menarik nafas
panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan
cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
(7) Sentuhan dan masase.
(8) Kompres hangat dan kompres dingin.
(9) Mendengarkan music.
(10) Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang
nyaman, dan dorongan dari orang yang mendukung.
(11) Visualisasi dan pemusatan perhatian
b. Pendampingan pada kala I:
(1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
(2) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
(3) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
(4) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
(5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
(6) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
(7) Menjadi teman bicara dan pendengar yang baik.
(8) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi untuk memenuhi kecukupan
energi dan mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan
kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
(9) Membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan eliminasi (Pusdiknakes-
WHO-JHPIEGO, 2003).
c. Pemantauan Persalinan dengan Partograf
(1) Definisi Partograf
Adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.
(2) Tujuan dari penggunaan partograf adalah :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan srviks melalui periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan. Pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medis ibu bersalin dan bayi baru lahir.
(3) Hal-hal yang dicatat pada partograf :
Informasi tentang Ibu: nama, umur, gravida, para, abortus,
nomor catatan medik atau nomor puskesmas, tanggal dan
waktu mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi janin: DJJ (Detak Jantung Janin) dicatat setiap ½ jam,
warna dan adanya air ketuban, penyusupan ( moulage )
kepala janin.
Kemajuan persalinan: pembukaan serviks, penurunan bagian
terendah atau presentasi janin, garis waspada dan garis
bertindak. Pembukaan serviks dan penurunan bagian
terendah janin dicatat setiap 4 jam.
Jam dan waktu: waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu
aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus: frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit,
lama kontraksi (dalam detik). Frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus dicatat setiap ½ jam.
Obat-obatan dan cairan yang diberikan: oksitosin, obat-obatan
lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Kondisi Ibu, nadi dicatat setiap ½ jam , tekanan darah dan
temperatur tubuh dicatat setiap 4 jam, urine (volume, aseton,
protein) dicatat setiap 2-4 jam.
(4) Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-
hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi
baru lahir (APN, 2008)
(5) Lembar partograf terlampir
7.2 Kala II Persalinan
7.2.1 Batasan Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi. Kala II berlangsung selama rata-rata 1 ½ hingga 2 jam
pada primigravida dan selama ½ hingga 1 jam pada multipara. Transisi dari
kala I ke kala II kerap kali terjadi dengan sangat cepat pada multipara. Kala II
terjadi dengan kontraksi uterus yang kuat, penggunaan otot abdomen dan
diafragma untuk menekan janin kebawah, pergeseran otot dasar panggul,
dilatasi vagina, penipisan dan pemanjangan perineum, serta penonjolan
vulva yang puncaknya adalah dengan kelahiran bayi.
7.2.2 Tanda dan Gejala Kala II
Tanda dan gejala dari kala II antara lain:
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)
yang hasilnya adalah:
a. Pembukaan serviks telah lengkap.
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
7.2.3 Perubahan Fisik pada Kala II
a. Perubahan kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan curah jantung sekitar 30-50 % pada tahap kedua
persalinan.
b. Perubahan pernapasan
Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka
dia akan mengkonsumsi oksigen hampir 2 kali lipat. Kecemasan juga
akan meningkatkan pemakaian oksigen.
c. Perubahan integument
Jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah introitus vagina.
Tingkatannya berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu
dapat meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit
sekitar introitus vagina sekaligus tidak dilakukan episitomy.
d. Perubahan Muskuloskletal
Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat
menimbulkan kram kaki.
e. Perubahan Neurologi
Endorphin endogen meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan
sedasi. Selain itu anesthesia fisiologis jaringan perineum, yang
ditimbulkan tekanan bagian presentasi menurunkan persepsi nyeri.
f. Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernapas melalui
mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap persalinan. Selama
kala II, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan pengosongan
lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan
memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin.
7.2.4 Komplikasi Kala II
a. Tali pusat menumbung
Tanda dan gejala:
- Teraba tali pusat saat pemeriksaan dalam
Manajemen :
- Bila DJJ +, rujuk dengan posisi terlentang dan kepala janin ditahan
oleh 2 jari penolong dari dalam vagina
- Atau Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
- Bila DJJ -, beritahu ibu dan keluarga tentang kondisinya dan
penatalaksanaannya sesuai persalinan kala II
b. Perubahan DJJ
Tanda dan gejala :
- Takikardi (>160 dlm 10 menit)
- Bradikardi (<100 dlm 10 menit)
Manajemen:
- Pantau DJJ tiap 15 menit
- Beri O2
- Ubah posisi ibu dengan miring kiri
- Periksa adanya prolapsus tali pusat
- Pastikan lama persalinan yang diharapkan
- Bila tidak ada perbaikan, segera rujuk
c. Kelelahan maternal
Tanda dan gejala :
- Ibu tampak lemah
- Apatis
- Dehidrasi
- Suhu dan nadi meningkat
Manajemen :
- Pencegahan adalah cara yang terbaik
- Koreksi ketidak seimbangan cairan elektrolit
- Rujuk bila keadaan menurun
d. Dystocia
Sebab-sebab dystocia dapat dibagi dalam 3 golongan besar:
1) Dystocia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak
keluar kurang kuat.
a. Karena kelainan his: inertia uteri atau kelemahan his
merupakan sebab terpenting dari dystocia.
b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena
cicatrix baru pada dinding perut, hernia, diastase musculus
rectus abdominis atau karena sesak nafas.
2) Dystocia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya
letak lintang, letak dahi, hydrocephalus atau monstrum.
3) Dystocia karena kelainan jalan lahir: panggul sempit, tumor-
tumor yang mempersempit jalan lahir.
e. Partus macet
Adalah tidak adanya kemajuan pada kala II dalam hal :
(1) Penurunan bagian bawah janin
(2) Putaran paksi dalam
(3) His adekuat
2. Kala II
2.1 Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
Ibu mengeluh sakit perut seperti ingin BAB, ingin meneran, ada keluar lendir
bercampur darah yang bertambah banyak dan disertai/tidak keluhan adanya
pengeluaran air dari alat kelamin ibu yang tidak dapat ditahan.
b. Data Objektif
KU, Tanda-tanda vital: suhu (36,5-37,5°C), nadi (60-100 x/menit), respirasi
(16-24 x/menit), TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang dari 90/70
mmHg, perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya. His 3-5x
dalam 10 menit durasi ≥40 x/menit, serta DJJ (120-160 x/menit). Perlimaan
(3/5-5/5), ada tanda gejala kala II yaitu vulva membuka, perineum menonjol
serta ada tekanan pada anus. VT : portio lunak, pembukaan 10 cm,
penipisan 100%, presentasi, denominator, posisi denominator, moulage (0-
3), penurunan Hodge, teraba/tidak bagian kecil janin atau tali pusat.
3. Kala III
3.1 Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
Kaji perasaan ibu setelah kelahiran bayinya.
b. Data Objektif
KU, Tanda-tanda vital: suhu (36,5-37,5°C), nadi (60-100 x/menit), respirasi
(16-24x/menit), TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang dari 90/70
mmHg, perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya, kontraksi
+, TFU (normal: sepusat), kandung kemih kosong/tidak, tidak ada janin
kedua, jumlah perdarahan (50-<200 cc), anogenital: tali pusat memanjang,
ada semburan darah secara tiba-tiba dan singkat.
Keadaan bayi: yang dikaji tangis, gerak, warna kulit, jam lahir.
Barri, Syaiffudin Abdullah, dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Bobak, Jensen. 2005. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Hidayat, Asri, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC
Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2003. Asuhan Intrapartu. Jakarta: Pusdiknakes-WHO-
JHPIEGO
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Tim Perumus FKPKB. 2010. Buku Petunjuk Dokumentasi Asuhan Kebidanan Untuk
Mahasiswa Diploma III Kebidanan. Denpasar: FKPKB
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA Ny. EP DENGAN INTRA NATAL CARE
DI RUANG OPERASI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN
Oleh:
Gusti Akhmad Ratomi
NIM.11194692011004
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Mohammad Basit,S.Kep,,Ns.,MM
NIK. 1166102012053
DATA UMUM
DATA PSIKOSOSIAL
1. Penghasilan keluarga
setiap bulan: Rp 10.000.000,-
2. Bagaimana perasaan
anda terhadap kehamilan sekarang :Menerima dan bahagia
3. Bagaimana perasaan
pasangan anda terhadap kehamilan sekarang: Menerima
4. Jelaskan respon sibling
terhadap kehamilan sekarang : -
LAPORAN PERSALINAN
KALA I
Mulai kala I, pukul : - WIB
Keadaan umum
Kesadaran : Composmenits
Tanda vital : TD:130/70 mmHg Nadi: 79 x/mnt
RR:20 x/mnt Suhu: 36,5 ⁰C
Kontraksi uterus
Frekuensi : 2 x/mnt, durasi 20 detik
Intensitas : sedang, DJJ 136x/mnt, teratur/tidak
Pengeluaran cairan amnion : tidak ada
Pemeriksaan dalam
Dilatasi serviks : - cm, Portio:Lunak
Pengeluaran :- Penurunan kepala, bidang hodge: 2
KALA II
Mulai kala II, pukul : 12.00 WITA
Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital : TD:120/70 mmHg Nadi; 80 x/mnt
RR 18 x/mnt Suhu: 36,3 ⁰C
Intensitas kontraksi uterus : sedang, DJJ: 140 x/mnt, teratur
Kebutuhan saat ini:
a. Oksigenasi
Kulit: ( -) pucat ( + ) lembab, (- ) dyspnea (- ) tachipnea
CRT 2 detik
b. Keamanan dan kenyamanan
( + ) nyeri, skala: 4 (- ) berkeringat ( + ) kooperatif
c. Psikososial
Social support: (+ ) suami (+ ) ibu kandug ( + ) lain-lain :anak-anak
KALA III
Mulai kala III, pukul : 12.25 WITA
Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital : TD: 130/80 mmHg Nadi:76 x/mnt
RR: 22 x/mnt Suhu: 36,2 ⁰C
Intensitas kontraksi uterus : lemah
KALA IV
Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital : TD: 130/70 mmHg Nadi: 88 x/mnt
RR: 20 x/mnt Suhu: 36,3 ⁰C
Intensitas kontraksi uterus : kuat/sedang/lemah,
Kebutuhan saat ini:
a. Oksigenasi
Kulit: ( ) pucat ( -) lembab, berkeringat ( - ) dyspnea ( - ) tachipnea CRT :2 detik
b. Nutrisi dan cairan
Nutrisi : bubur biasa
Cairan : Intake 1500 cc/hr, jenis RL dan D5% Out put : perdarahan 500 cc
c. Eliminasi
Kandung kemih: ( - ) kosong
d. Keamanan dan kenyamanan
(- ) berkeringat (+ ) lemah/letih (- ) Bounding attachment
Asuhan Keperawatan Kala 1
Diagnosa
Tanggal NOC NIC Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1-1-2021 Nyeri akut Pain level Pain Management 1. Melakukan pengakjian S : os mengatakan
nyeri secara masih nyeri. Skala
1. Pasien 1. Lakukan pengkajian komprehensif nyeri 4
melaporkan nyeri secara
2. Melakukan observasi
bagaimana rasa komprehensif
nyerinya dan termasuk lokasi, dari ketidaknyamanan O: TD:130/70, N:88
bagaiman karakteristik, durasi, pasien x/menit, RR:16
frekuensinya. frekuensi, kualitas 3. Menggunakan tekhnik x/menit, T:36,3,
2. Ekspresi wajah dan faktor presipitasi komuniasi terapeutik wajah tampak
akibat nyeri 2. Observasi reaksi 4. Mengurangi faktor tegang, os tampak
(tenang dan nonverbal dari presipitasi nyeri seperti tidak rileks
rileks). ketidaknyamanan
mengurangi kebisingan
Pain control 3. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik dan membatasi A: Nyeri akut
1. Menggunakan untuk mengetahui pengunjung
teknik non- pengalaman nyeri 5. Mengajarkan kepada P: Lanjutkan
farmakologis pasien pasien tentang tekhnik intervensi
(biofeedback, 4. Kurangi faktor pengurangan nyeri non 1,2,3,4,5,6,7,8
relaksasi, terapi presipitasi nyeri farmakologis seperti
music, massage, 5. Pilih dan lakukan
kompres mengatur nafas,
penanganan nyeri
panas/dingin) 6. Ajarkan tentang mengalihkan perhatian
Comfort status: teknik nonfarmakologi 6. Meningkatkan istirahat
physical 7. Evaluasi keefektifan pasien dengan
kontrol nyeri menciptakan
1. Klien dapat 8. Tingkatkan istirahat lingkungan yang
mengontrol 9. Berikan informasi tenang
gejala. tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, 7. Berkolaborasi dengan
2. Klien merasa
rileks. berapa lama nyeri dokter untuk
akan berkurang dan pemberian obat anti
antisipasi nyeri
ketidaknyamanan dari 8. Melakukan monitor
prosedur vital sign
10. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Medication
Management
1. Menentukan obat
apa yang di perlukan
dan mengelola
sesuai dengan
kewenangannya.
Analgesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
4. Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
Pain management
1. Pengkajian nyeri
secara komprehensif
dengan PQRST
(penyebab,
bagaimana rasanya,
daerah mana nyeri
terasa, skala nyeri
yang dirasa, kapan
nyeri timbul)
2. Observasi reaksi non-
verbal (ekspresi
wajah)
3. Tingkatkan istirahat
4. Gunakan teknik non-
farmakologis (napas
dalam dan mengatur
posisi)
Enviromental
management comfort
APGAR SKOR
NILAI JUMLAH
TANDA MENIT MENIT
O 1 2
KE 1 KE 5
Denyut Tidak ada <100 100 2 2
jantung
usaha nafas Tidak ada Lambat Menangis 2 2
kuat
Tonus otot Lumpuh Eks fleksi Gerakan 2 2
sedikit aktif
Iritabilitas Tidak Gerakan Reaksi 2 2
refleks bereaksi sedikit melawan
Warna Biru/Pucat Tubuh Kemerahan 1 2
merah,
tangan
kaki biru
Total Menit 1 : 9
Menit 5 : 10
Kesimpulan :
Bayi bugar, lahir segera menangis, tidak ada asfiksia/kegawatan
Asuhan Keperawatan Kala 3
Diagnosa
Tanggal NOC NIC Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2-1-2021 Risiko kekurangan Fluid Balance Fluid Management 1. Melakukan pencatatan S: Os mengatakan;
volume cairan intake dan output tidak ada rasa
1. Keseimbangan 1. Pertahankan catatan cairan haus, minum masih
output dan intake intake dan output
2. Melakukan monitor belum bisa
dalam 24 jam yang akurat
2. Tekanan darah 2. Monitor status status dehidrasi
3. Nadi perifer dehidrasi 3. Monitor vital sign O: TD:120/80, N:
4. Turgor kulit 3. Terapi IV 4. Melakukan monitor 78x/menit,
5. Kelembaban administrasi cairan turgor kulit RR:18x/menit,
membran 4. Berikan cairan 5. Kolaborasi dengan T:36,4, terpasang
mukosa 5. Distribusikan cairan dokter untuk cairan intravena 28
6. Kehausan selama 24 jam
pemberian cairan tpm, terpasang DC,
Vital Sign Monotoring
intravena turgor kembali
1. Monitor tekanan dalam 2 detik
darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, A: Masalah tidak
selama, dan sesudah terjadi
aktifitas, dengan
sesuai
2. Monitor pelebaran P: lanjutkan
atau penyempitan intervensi 1,2,3
tekanan nadi
3. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda vital
Skin Surveilance