Oleh :
Nama : Octavia Maretanse
NIM : 2018.C.10a.0979
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.M Dengan Diangnosa Medis Fraktur Femur Di Sistem Muskuloskeletal
Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK II
4. Ibu Kristinawati, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 6 Januari 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................i
iii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3
....................................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit ..............................................................................................5
2.1.1 Definisi....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisologi.....................................................................................5
2.1.3 Etiologi..................................................................................................10
...............................................................................................................................
2.1.4 Fatosiologi.............................................................................................11
2.1.5 Manifestasi Klinis .................................................................................13
2.1.6 Komplikasi ...........................................................................................13
2.1.7 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................14
2.1.8 Penatalaksanaan Medis .........................................................................15
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................22
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................24
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................25
2.2.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................27
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................28
3.1 Pengkajian ...................................................................................................28
3.2 Diagnosa ......................................................................................................34
3.3 Intervensi .....................................................................................................35
3.4 Implementasi ...............................................................................................42
3.5 Evaluasi .......................................................................................................42
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................43
4.1 Kesimpulan .................................................................................................43
4.2 Saran ............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................44
iii
2
BAB 1
PENDAHULUAN
berkolaborasi antara perawat dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri,
sedangkan teknik non-farmakologi adalah penatalaksanaan manajemen nyeri
tanpa obat-obatan, penatalaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi meliputi
Guided imagery, distraksi, hypnoanalgesia.
Teknik hypnoanalgesia merupakan teknik non-farmakologi yang dapat
dilakukan oleh perawat dalam mengatasi rasa nyeri. Kunci dari hypnoanalgesia
adalah adanya kekuatan sugesti atau keyakinan terhadap sesuatu hal positif yang
muncul berdasarkan pada konsep pikiran, sehingga akan memberikan energi
positif bagi suatu tindakan yang dilakukan. Penggunaan metode ini
mengakibatkan berkurangnya bahkan menghilangkan rasa nyeri yang dialami
tubuh manusia sebagai respon terhadap suatu trauma (Amarta, 2012).
Beberapa penelitian lain menunjukkan adanya pengaruh teknik relaksasi
terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi, salah satunya adalah
Ayudianingsih (2009) disebutkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi
fraktur femur antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di Rumah Sakit
Karima Utama Surakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah :
1.2.1 Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa
medis Faktur Femur Di Sistem Muskuloskeletal RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka raya ?
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
terdapat persambungan tulang maupun tulang itu sendiri. Salah satu contoh dari
fraktur adalah yang terjadi pada tulang femur. (Brunner & Suddarth, 2011).
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Anatomi
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal
dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang
dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya :
a. Tulang panjang (Femur, Humerus)
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama
beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian
dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan
terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem
saluran mikroskopik di tulang.
rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh
beberapa faktor fisik dan hormon.
2.1.3 Etiologi
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulan
Trauma Gerakan pintir mendadak Kontraksi otot ekstem Keadaan
Keadaan patologis
patologis 12
BI B2 B3 B4 B6 Nafsu makan
menurun
Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Kerusakan jaringan Perubahan jaringan Mual muntah
sekitar sekitar tulang sekitar sekitar
Kurangnya asupan
Spasme otot Inflamasi Laserasi kulit makanan
Laserasi kulit Kerusakan sel Laserasi kulit
Penekanan
MK : Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer. pembuluh
Menurunnya
darah
perfusi jaringan
12
20
Tanda dan gejala fraktur femur (Brunner & Suddarth, 2011) terdiri atas:
1) Nyeri
Nyeri yang terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergeraksecara
tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
yang normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot..
3) Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah
tempat fraktur. Leg length discrepancy (LLD) atau perbedaan panjang tungkai bawah
adalah masalah ortopedi yang biasanya muncul di masa kecil, di mana dua kaki
seseorang memiliki panjang yang tidak sama. Penyebab dari masalah Leg length
discrepancy (LLD), yaitu osteomielitis, tumor, fraktur, hemihipertrofi, di mana satu atau
lebih malformasi vaskular atau tumor (seperti hemangioma) yang menyebabkan aliran
darah di satu sisi melebihi yang lain. Pengukuran Leg length discrepancy (LLD) terbagi
menjadi, yaitu true leg length discrepancy dan apparent leg length discrepancy.True leg
length discrepancy adalah cara megukur perbedaan panjang tungkai bawah dengan
mengukur dari spina iliaka anterior superior ke maleolus medial dan apparent leg
length discrepancy cara megukur perbedaan panjang tungkai bawah dengan mengukur
dari xiphisternum atau umbilikus ke maleolus medial.
2.1.6 Komplikasi
20
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur femur (Muttaqin,
2008), antara lain:
1). Fraktur leher femurKomplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru,
pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur
yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lebih
ke proksimal, kemungkinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
2). Fraktur diafisis femur
Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur adalah sebagai
berikut:
a) Syok terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersifat tertutup.
b) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur.
c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus jaringan
lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan kontusi dan
oklusi atau terpotong sama sekali.
d) Trauma saraf pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat disertai
kerusakan saraf yang bervariasi dari neuropraksia sampai ke aksonotemesis.
Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya,
yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya distraksi
di tempat tidur dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.
f) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeklsi
dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.
Komplikasi lanjut pada fraktur diafisis femur yang sering terjadi pada klien dengan fraktur
diafisis femur adalah sebagai berikut:
a) Delayed Union, yaitu fraktur femur pada orang dewasa mengalami union
dalam empat bulan.
b) Non union apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik.
c) Mal union apabila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen. Mal
union juga menyebabkan pemendekan tungkai sehingga dipelukan koreksi
berupa osteotomi.
1) Fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan
kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi
tersebut meliputi:
a. Profilaksis antibiotik
b. Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit mungkin penundaan.
Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieksisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi
fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi.
c. Stabilisasi dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
2) Fraktur femur tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam melakukan asuhan
keperawatan.
hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
1. Traksi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
2. Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail- phorc dare
screw dengan berbagai tipe yang tersedia (Muttaqin, 2011).
22
Intervensi Rasional
1. Indentifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
karakteristik, durasi, karakteristik, frekuensi,
frekuensi, kualitas dan kualitas dan intensitas nyeri.
intensitas nyeri. 2. Mengetahui skala nyeri yang
2. Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien
3. Kontrol lingkungan yang 3. Meringankan nyeri dengan
memperberat rasa nyeri (mis. melakukan control ruangan
Suhu ruangan, pencahayaan, 4. Pasien merasa lenih nyaman
kebisingan) saat istirahat atau tidur
4. Fasilitasi istirahat dan tidur 5. Pasien mengetahui dan
24
Diagnosa II : Intoleransi aktivitas b.d cedera jaringan sekitar/fraktur (D.0056 Hal : 128)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktivitas
dapatteratasi.
Kriteria hasil :
- Mampu menggerakan otot ototnya secara mandiri
- Kekuatan otot meningkat
Intervensi Rasional
1. Indentifikasi deficit 1. Mengetahui tingkat
tingkat aktivitas aktivitas yang mampu
2. Fasilitasi focus pada pasien lakukan
kemampuan, bukan 2. Mempasilitasi kemampuan
deficit yang dialami aktivitas pasien
3. Kordinasikan pemilihan 3. Membantu pasien memilih
aktivitas sesuai usia terapi aktivitas
4. Fasilitasi makna makna 4. Membantu pasien
aktivitas yang dipilih mengetahui makna
5. Ajarkan melakukan aktivitas yang dilakukan
aktivitas yang dipilih 5. Pasien mampu melakukan
6. Kolaborasi dengan terapis aktivitas secara mandiri
okupasi dalam 6. Mengontrol dan dan
merencanakan memonitor memonitor program
program aktivitas. aktivitas
24
Diangnosa III : Resiko tinggi infeksi b.d fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak (D.0142
Hal. 304)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharap kan resiko tinggi infeksi dapat
teratasi.
kriteria hasil:
Diagnosa IV: Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan ditandai dengan
mengeluh sulit tidur
1) Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan diharapkan masalah gangguan
pola tidur dapat teratasi.
2) Kriteria Hasil :
Tidur malam terpenuhi selama 8 jam
Suhu kulit hangat
Klien menjadi rileks
TTV dalam batas normal.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
24
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan
dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota
tim kesehatan lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : Tn. M
Umur : 48 Thn
TTL : Palangka Raya 1 Februari 1979
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Dayak/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Rajawali 1
Diagnosa medis : Faktur Femur
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan utama
Klien mengatakan “Pasien mengatakan kaki sebelah kirinya yang patah nyeri
saat di gerakkan”.P : Nyeri saat melakukan aktivitas,Q : Nyeri seperti dipukul-pukul
R : Kaki sebelah kiri,S : Skala 7,T : Saat gerak, sewaktu-waktu
Pada tanggal 5 januari 2021, pasien mengatakan jatuh dari sepeda motor,
kemudian pasien dibawa ke dukun pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa kedukun pijat
ternya tidak kunjung sembuh tapi malah tambah parah, kaki membengkak, maka pada
tanggal 5 januari 2021 baru pasien dibawa ke RSUD RSUD dr. Sylvanus Palangka
Raya pada jam 14.23 WIB oleh keluarganya. Pasien datang langsung dibawa ke IGD I
pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tetes/ menit dan dilakukan operasi pada tanggal
19 September 2020.Pada tanggal 19 September 2020 pasien mengatakan nyeri, skala
nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan,ekspresi wajah tegang,bingung saat
di tanya perawatan luka post operasi, TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36 OC. Luka
operasi sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit
8000H/mm3, pasien dalam mengatakan dalam beraktifitas tidak bisa mandiri dan
membutuhkan bantuan orang lain dan alat. Dalam berjalan pasien masih menggunakan
tongkat, personal hygiene kurang, aktifitas pasien di bantu keluarga.
28
Klien mengatakan tidak ada riwayat operasi
28
33
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal Dalam Satu Rumah
: Peerempuan
: Klien
: Laki-laki Wafat
: Wanita Wafat
: Hubungan Pernikahan
: Hubungan Darah
Penjelasan :
1. Klien adalah anak ke dua dari tiga bersaudara
2. Klien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak tetapi anak ke dua meninggal
dunia.
Saat pengkajian TTV klien tanggal 18 September 2020 pukul 16:00 WIB, suhu tubuh
klien/ S = 36, °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 88 x/menit dan pernapasan/ RR = 20
x/menit, tekanan darah TD = 110/ 70 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien terlihat simetris, klien tidak memiliki kebiaasaan merkok, tidak
sianosis,tidak terdapat nyeri pada dada,tidak sesak nafas, type pernapasanan klien normal,
irama pernapasan teratur, bunyi napas tambahan tidak ada.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, edema ekstermitas bawah,tidak ada peningkatan
Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama sinus rythm.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal baik), M = 6
(mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien tampak normal, pupil
isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien merasakan nyeri di punggung
bagian kanan, tangan kanan, pantat, kaki kiri dan kaki kanan, tidak vertigo, tampak
gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria
dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti : minyak
kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada
disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas dan ke
bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti : nasi, kue,
buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan
keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
33
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung. Ekstermitas bawah
klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks
bisep kanan dan kiri klien baik .
Keluhan lainnya : Klien mengeluhnyeri pada bagian kaki sebelah kiri
Masalah keperawatatan : Nyeri Akut
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x 24 jam
(normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami masalah atau
lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak
poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak
pernah melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi klien lengkap
tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien tidak ada lesi, mokosa
klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada peradangan, rectum normal, tidak
mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari warna kekuningan dengan konsistensi lemah,
tidak diarem tidak konstipasi, tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal
26 x/hari.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak ada paralise,
tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, terdapat nyeri di bagian punggung bagian kanan,
tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki kanan, tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan,
tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan
otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah = 5 (normal). Terdapat
peradangan dan perlukakaan di bagian punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat kaki
kiri dan kaki kanan dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba
normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalsah keperawatan : Tidak ada
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan lainnya. Suhu
kulit klien teraba hangat, warna kulit coklat tua, turgor kuarng, tekstur kasar, tidak ada
tampak terdapat lesi, tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku
simetris.
33
Mahasiswa
( Octavia Maretanse)
33
ANALISIS DATA
Nama : Tn.M
Umur : 48 Tahun
Metabolisme asam
lemak
Bergabung dengan
trombosit
emboli
Menyumbat
pembuluh darah
34
PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai darah jaringan ditandai dengan klien
mengatakan pusing,lemas, Wajah klien tampak lemah klien tampak berbaring lesu,wajah
klien tampak pucat,ekspresi wajah klien tampak meringis,hasil pemeriksaan TTV TD : 90/80
mmHg, N : 88x/menit, S : 36,0C.
2. Gangguan rasa aman dan nyaman kaki sebelah kiri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan ditandai dengan Tn.s Klien mengatakan “Pasien mengatakan kaki sebelah kanannya
yang patah nyeri saat di gerakkan”.P: Nyeri saat melakukan aktivitas,Q : Nyeri seperti
dipukul-pukul R : Kaki sebelah kiri,S : Skala 7,T : Saat gerak, sewaktu-waktu dan hasil
pemeriksaan TTV TD : 110/70 mmHg, N : 88x/menit, S : 36,0C.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan struktur tulang ditandai dengan
Klien mengatakan merasa terganggu saat beraktivitas,aktivitas klien tampak terbatas,klien
tampak lemah,kesadaran Compos mentis,aktivitas klien tampak di bantu oleh keluarga,skala
aktivitas 3,Kekuatan otot atas 5-5,Bawah 5-1 dan hasil pemeriksaan TTV TD : 110/70
mmHg ,N : 88 x/menit, S : 36.0C.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan Klien
dan keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang perawatan setelah operasi,Saat
ditanyakan apa yang klien dan keluarga ketahui tentang perawatan paska operasi,pasien dan
keluarga menjawab luka operasi dapat cepat sembuh bila diberikan obat,Klien post op ORIF
fraktur femur H1,Klien dan keluarga tampak bingung.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai dengan sulit tidur,
suhu kulit teraba panas, gelisah, ekpresi wajah meringis, aktivitas tidur siang 2 jam, aktivitas
tidur malam 4 jam dan pemeriksaan, terpasang infus Ringer Lactate 500 ml 15 tpm ditangan
sebelah kiri klien dan hasil pemeriksaan TTV : TD :140/90 mmHg N : 88x/menit S :
395,0 0C RR : 26 x/menit.
35
RENCANA KEPERAWATAN
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 3x24 kunjungan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui keluhan sehingga
berhubungan dengan di harapkan gangguan mobilitas keluhan fisik mobilisasi terganggu
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi
kerusakan struktur tulang pisik dapat teratasi dengan kriteria 2. Membantu pasien dalam mobilisasi
dengan alat bantu
ditandai dengan Klien hasil : 3. Libatkan keluarga untuk membantu 3. Melatih keluarga dalam membantu
Tn.s mengatakan merasa pasien dalam meningkatkan mobilisasi pasien.
1. Kekuataan otot meningkat pergerakan
terganggu saat ektremitas atas 55 4. Memberikan pemahaman tentang
4. Jelaskan tujuan dari prosedur
beraktivitas,aktivitas ektremitas bawah 51 mobilisasi mobilisasi pada pasien dan keluarga
klien tampak 5. Anjurkan melakukan mobilisasi dan membantu proses penyembuhan.
2. Pasien dapat melakukan
mobilisasi dengan dini
terbatas,klien tampak 5. Menilai batasan kemampuan aktivitas
menggunakan alat bantu 6. Ajarkan dan dukung pasien dalam
lemah,kesadaran Compos (cructh) latihan ROM aktif dan pasif. optimal.
mentis,aktivitas klien 7. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik 6. Mempertahankan /meningkatkan
3. Rentang gerak (ROM) atau okupasi.
tampak di bantu oleh ektremitas bawah sd 900 kekuatan dan ketahanan otot.
keluarga,skala aktivitas 7. Sebagai suaatu sumber untuk
4. Pasien dapat miring kanan
3,Kekuatan otot atas 5- mengembangkan perencanaan dan
dan miring kiri secara
5,Bawah 5-1 dan hasil mempertahankan/meningkatkan
mandiri
pemeriksaan TTV TD : mobilitas pasien.
110/70 mmHg ,N : 88
x/menit, S : 36.0C.
36
3.Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 3x24 kunjungan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan 1. Mengetahui seberapa jauh pengalaman
berhubungan dengan di harapkan depisit pengetahuan keluarga tentang penyakitnya. dan pengetahuan klien dan keluarga
2. Berikan penjelasan pada klien
kurang terpapar informasi dapat teratasi dengan kriteria hasil : tentang penyakitnya.
tentang kondisinya sekarang .
ditandai dengan Klien Tn. 3. Berikan informasi pada klien dan 2. Dengan mengetahui penyakit dan
1. Pasien dan keluarga
s dan keluarga keluarga perawatan paska OREF kondisinya sekarang, klien dan
mengatakan sudah mengerti 4. Minta klien dan keluarga
mengatakan tidak keluarganya akan merasa tenang dan
tentang perawatan paska mengulangi kembali tentang materi
mengetahui tentang yang telah diberikan. mengurangi rasa cemas.
operasi
perawatan setelah 3. Pengetahuan pasien dan keluarga
operasi,Saat ditanyakan 2. Pasien dan keluarga mampu membantu mempercepat pemulihan
apa yang klien dan menjelaskan kembali tentang pasien.
keluarga ketahui tentang perawatan paska operasi 4. Mengetahui seberapa jauh pemahaman
perawatan paska dengan bahasa sederhana klien dan keluarga serta menilai
operasi,pasien dan keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
keluarga menjawab luka
operasi dapat cepat
sembuh bila diberikan
obat,Klien post op ORIF
fraktur femur H1,Klien 1. Identifikasi pola aktivitas dan
4. Gangguan pola tidur keperawatan 3x7 jam diharapkan selama sakit 1. Mengumpulkan data seberapa lama
berhubungan dengan masalah gangguan pola tidur dapat aktivitas dan tidur klien
6. Anjurkan menepati kebiasaan
ketidak nyamanan yang teratasi, dengan kriteria hasil : 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
waktu tidur.
ditandai dengan Tn.M 3. Membantu dalam menunjang siklus tidur
1 Tidur malam 8 jam
mengeluh sulit tidur 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
2 Suhu kulit hangat
tidur. 5. Memberitahukan pentingnya kecukupan tidur
3 Ekspresi wajah dan postur
tubuh rileks untuk meningkatkan kesehatan
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
8 januari 2021 1. Memberikan penjelasan pada klien
tentang S : Klien mengatakan sudah tau apa yang harus dilakukan Octavia Maretanse
kondisinya sekarang. setelah dilakukan operasi yaitu miring kanan kiri dan
menjaga kebersihan sert makan makanan yang bergizi
2. Memberikan informasi pada klien dan keluarga supaya luka cepat sembuh.
O:
tentang tindakan yang akan dilakukan selama
- Klien dan keluarga kooperatif mendengarkan
dirumah sakit terkait perawatan - Klien miring kanan kiri secara berkala
- Keluarga tampak menjaga kebersihan dilingkungan klien
3. Memberikan informasi pada klien dan keluarga agar tetap bersih
tentang perawatan paska OREF A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
4. Memiinta klien dan keluarga mengulangi kembali
tentang materi yang telah diberikan.
43
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
9 januari 2021 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur (Tidur siang S = Klien mengatakan tidur menjadi nyenyak O = Octavia Maretanse
pukul 11:00-13:00 WIB dan tidur malam 20:00-05:00
- Klien mengerti dan ingin melakukan jadwal tidur
WIB, tetapkan jadwal tidur rutin).
rutin
2. Modifikasi lingkungan (suhu rungan 25 °C kulit
- Tidur siang pukul 11:00-13:00 WIB dan tidur malam
klien teraba hangat).
20:00-05:00 WIB, klien menjadi lebih rileks
3. Menyesuaikan jadwal pemberian obat.
- Kulit klien teraba hangat
4. Metetapkan jadwal tidur rutin (tidur siang pukul
- Sudah di beri Injeksi Katerolac 8 mg (IV) dan
11:00-13:00 WIB dan tidur malam 20:00-05:00 WIB,
Paracetamol 200 mg (IV).
klien menjadi lebih rileks).
- Tidur malam menjadi 8 jam
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
- Tn.M tampak mengikuti anjuran kebiasaan waktu
Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur. tidur.
RR : 20 x/menit A = Masalah
teratasi
P = intervensi terselesaikan
43
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.
Moffat, D & Faiz, O. 2002. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: PT. Glora
Aksara Pratama.