Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.M DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR


FEMUR DI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Oleh :
Nama : Octavia Maretanse
NIM : 2018.C.10a.0979

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Octavia Maretanse


NIM : 2018.C.10a.0979
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn.M
Dengan Diagnosa Medis Fraktur femur
Pada Sistem Muskuloskeletal

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui pada tanggal, 6 januari 2021

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui, Pembimbing Akademik

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep Kristinawati, S.Kep., Ners

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.M Dengan Diangnosa Medis Fraktur Femur Di Sistem Muskuloskeletal
Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK II
4. Ibu Kristinawati, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 6 Januari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................i

iii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3
....................................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit ..............................................................................................5
2.1.1 Definisi....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisologi.....................................................................................5
2.1.3 Etiologi..................................................................................................10
...............................................................................................................................
2.1.4 Fatosiologi.............................................................................................11
2.1.5 Manifestasi Klinis .................................................................................13
2.1.6 Komplikasi ...........................................................................................13
2.1.7 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................14
2.1.8 Penatalaksanaan Medis .........................................................................15
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................22
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................24
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................25
2.2.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................27
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................28
3.1 Pengkajian ...................................................................................................28
3.2 Diagnosa ......................................................................................................34
3.3 Intervensi .....................................................................................................35
3.4 Implementasi ...............................................................................................42
3.5 Evaluasi .......................................................................................................42
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................43
4.1 Kesimpulan .................................................................................................43
4.2 Saran ............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................44

iii
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan
tulang yang disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur pada tahun
2011-2012 terdapat 1,3 juta orang yang menderita fraktur. Menurut DEPKES RI
tahun 2011 di Indonesia sendiri juga banyak yang mengalami fraktur, fraktur di
Indonesia terdapat 45.987 orang yang mengalami fraktur, prevalensi kejadian
fraktur yang paling tinggi adalah fraktur femur yaitu terdapat 19.729 orang yang
mengalami fraktur, sedangkan ada 14.037 orang yang mengalami fraktur cluris
dan terdapat 3.776 orang mengalami fraktur tibia. Salah satu cara untuk
mengembalikan fraktur seperti semula yaitu salah satu cara adalah rekognisi atau
dilakukan tindakan pembedahan (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).
Pembedahan adalah segala upaya tindakan pengobatan yang secara invasif
dengan cara membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani. Setelah tindakan
pembedahan akan dilakukan tindakan untuk menangani rasa nyeri yaitu dengan
menggunakan obat penghilang rasa nyeri (Sjamsuhidajat, R. & Jong, 2005).
Menurut The International Association for the Study of Pain, nyeri adalah
suatu pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh
kerusakan jaringan ataupun yang berpotensi merusak jaringan. Nyeri itu
merupakan suatu hak yang kompleks meliputi aspek fisik dan psikis. Aspek
fisik meliputi perubahan keadaan umum, denyut nadi, suhu tubuh, pernapasan,
sedangkan aspek psikis akibat nyeri dapat terjadinya stress yang bisa mengurangi
sistem imun dalam proses inflamasi. Nyeri merupakan hak yang bersifat subjektif
dan personal, sehingga masing-masing individu akan memberikan respon yang
berbeda terhadap rasa nyeri berdasarkan pengalaman sebelumnya (Judha, Sudarti
& Fauziah,2012).
Penatalaksanaan manajemen nyeri ada 2 teknik yaitu dengan cara
farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan manajemen nyeri farmakologi
adalah penatalaksanaan manajemen nyeri dengan menggunakan obat yang
2

berkolaborasi antara perawat dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri,
sedangkan teknik non-farmakologi adalah penatalaksanaan manajemen nyeri
tanpa obat-obatan, penatalaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi meliputi
Guided imagery, distraksi, hypnoanalgesia.
Teknik hypnoanalgesia merupakan teknik non-farmakologi yang dapat
dilakukan oleh perawat dalam mengatasi rasa nyeri. Kunci dari hypnoanalgesia
adalah adanya kekuatan sugesti atau keyakinan terhadap sesuatu hal positif yang
muncul berdasarkan pada konsep pikiran, sehingga akan memberikan energi
positif bagi suatu tindakan yang dilakukan. Penggunaan metode ini
mengakibatkan berkurangnya bahkan menghilangkan rasa nyeri yang dialami
tubuh manusia sebagai respon terhadap suatu trauma (Amarta, 2012).
Beberapa penelitian lain menunjukkan adanya pengaruh teknik relaksasi
terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi, salah satunya adalah
Ayudianingsih (2009) disebutkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi
fraktur femur antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di Rumah Sakit
Karima Utama Surakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah :
1.2.1 Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa
medis Faktur Femur Di Sistem Muskuloskeletal RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka raya ?
3

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Faktur Femur Di Sistem Muskuloskeletal RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.

1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga


Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis Faktur Femur secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah
dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Faktur Femur dan Asuhan
Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
4

diagnosa medis Faktur Femur melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan


secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
11

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi Fraktur Femur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2011).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, fraktur terjadi ketika
tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan yang sedang pada
tulang yang terkena penyakit, misalnya osteoporosis (Grace & Borley, 2007 : 85).
Fraktur adalah terputusnya tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2011 ) .
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Wijaya & Putri, 2013 : 235).
Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas
tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisisatau kartilago (Chang, 2010 :
371).
Fraktur atau yang seringkali disebut dengan pataha tulang, adalah sebuah
patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price
& Wilson, 2006 dalam Wijaya & Putri, 2013 : 235).
Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan
menghasilkan daya untuk menekan. Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang ,
maka periosteum serta pembuluh darah di dalam korteks, sumsum tulang, dan
jaringan lunak di sekitarnya akan mengalami disrupsi. hematoma akan terbentuk
diantara kedua ujung patahan tulang serta di bawah periosteum, dan akhirnya
jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut (Wong, 2009 : 1377).
Fraktur merupakan salah satu gangguan atau masalah yang terjadi pada
sistem muskuloskeletal yang menyebabkan perubahan bentuk dari tulang maupun
otot yang melekat pada tulang. Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat dimana
11

terdapat persambungan tulang maupun tulang itu sendiri. Salah satu contoh dari
fraktur adalah yang terjadi pada tulang femur. (Brunner & Suddarth, 2011).
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Anatomi
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal
dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang
dalam tubuh manusia, Tulang   dapat   diklasifikasikan   dalam   lima   kelompok  
berdasarkan   bentuknya :
a.       Tulang panjang (Femur, Humerus) 

terdiri dari batang tebal panjang yangdisebut diafisis dan dua ujung yang


disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara
epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang
disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh
karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh
sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone
(cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis,
lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan,
estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis.
Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis
medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.

b.       Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari


cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
11

c.       Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.

d.      Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang


pendek.

e.       Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar


tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan
jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya


terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi
dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks
tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam
polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-
garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat
dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks
tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah


osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang
yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh
nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1
mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat


dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan
ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan
yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel
pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum


tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang
11

melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum


dan dalam lacuna  Howship (cekungan pada permukaan tulang).

Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 %


endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 %
serat kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus
sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit
natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks
dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik
menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan
kompresi (kemampuan menahan tekanan).

Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa


pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah
selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor
makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi
akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas


berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang.
Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa
11

hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama
beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian
dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan
terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem
saluran mikroskopik di tulang.

Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang,


sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini
dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan
dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah.

Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan


dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel
yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang
berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya
mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan
fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan
tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu
daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi
daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang
tua yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan


tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan
remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka
menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas
osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas
osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang
konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas
dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada
tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau
kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi
11

rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh
beberapa faktor fisik dan hormon.

2.1.2.2 Fisiologi Tulang


Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
a.       Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

b.       Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan


jaringan lunak.

c.       Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan


pergerakan).

d.      Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema


topoiesis).

e.       Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

2.1.3 Etiologi

Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai


kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Penyebab fraktur batang
femur antara lain (Muttaqin, 2011):
1) Fraktur femur terbuka
Fraktur femur terbuka disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
2) Fraktur femur tertutuFraktur femur tertutup disebabkan oleh trauma
langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis)
dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
patologis.
2.1.4 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
11

berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya 

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

 1.      Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

 2.      Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulan
Trauma Gerakan pintir mendadak Kontraksi otot ekstem Keadaan
Keadaan patologis
patologis 12

FRAKTUR FEMUR MRS B5

Diskontiunitas tulang Pergeseran fragmen tulang


Nyeri

BI B2 B3 B4 B6 Nafsu makan
menurun

Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Kerusakan jaringan Perubahan jaringan Mual muntah
sekitar sekitar tulang sekitar sekitar
Kurangnya asupan
Spasme otot Inflamasi Laserasi kulit makanan
Laserasi kulit Kerusakan sel Laserasi kulit

Merangsang Terputusnya vena /


Terputusnya vena/ Peningkatan tekanan MK : Defisit nutrisi
neurotransmiter arteri Ada luka terbuka
arteri kapiler Merasang resptor nyeri

Hipotalamus perdarahan Sebagai media


perdarahan Pelepasan histamin Nyeri saat bergerak masuknya virus
penyebab infeksi
Reseptor nyeri Perdarahan MK : Hambatan
Suplai O2 oleh Protein plasma
Mobilitas Fisik MK : ResikoInfeksi
darah hilang

Edema Persepsi nyeri Kehilangan volume


Kebutuhan O2
cairan
Penekanan MK : Nyeri Akut
Takipnea, dispnea
pembuluh darah
MK : Kekurangan
Volume Cairan
MK: Ketidakefektifan perfusi jaringan
Pola Napas

Penekanan
MK : Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer. pembuluh
Menurunnya
darah
perfusi jaringan
12
20

2.1.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala fraktur femur (Brunner & Suddarth, 2011) terdiri atas:
1) Nyeri
Nyeri yang terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergeraksecara
tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
yang normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot..
3) Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah
tempat fraktur. Leg length discrepancy (LLD) atau perbedaan panjang tungkai bawah

adalah masalah ortopedi yang biasanya muncul di masa kecil, di mana dua kaki
seseorang memiliki panjang yang tidak sama. Penyebab dari masalah Leg length
discrepancy (LLD), yaitu osteomielitis, tumor, fraktur, hemihipertrofi, di mana satu atau
lebih malformasi vaskular atau tumor (seperti hemangioma) yang menyebabkan aliran
darah di satu sisi melebihi yang lain. Pengukuran Leg length discrepancy (LLD) terbagi
menjadi, yaitu true leg length discrepancy dan apparent leg length discrepancy.True leg
length discrepancy adalah cara megukur perbedaan panjang tungkai bawah dengan
mengukur dari spina iliaka anterior superior ke maleolus medial dan apparent leg
length discrepancy cara megukur perbedaan panjang tungkai bawah dengan mengukur
dari xiphisternum atau umbilikus ke maleolus medial.

4) Krepitus tulang (derik tulang)


Krepitasi tulang terjadi akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Pembengkakan dan perubahan warna tulang terjadi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau hari.

2.1.6 Komplikasi
20

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur femur (Muttaqin,
2008), antara lain:
1). Fraktur leher femurKomplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru,
pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur
yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lebih
ke proksimal, kemungkinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
2). Fraktur diafisis femur
Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur adalah sebagai
berikut:
a) Syok terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersifat tertutup.
b) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur.
c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus jaringan
lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan kontusi dan
oklusi atau terpotong sama sekali.
d) Trauma saraf pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat disertai
kerusakan saraf yang bervariasi dari neuropraksia sampai ke aksonotemesis.
Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya,
yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya distraksi
di tempat tidur dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.
f) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeklsi
dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.
Komplikasi lanjut pada fraktur diafisis femur yang sering terjadi pada klien dengan fraktur
diafisis femur adalah sebagai berikut:
a) Delayed Union, yaitu fraktur femur pada orang dewasa mengalami union
dalam empat bulan.
b) Non union apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik.
c) Mal union apabila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen. Mal
union juga menyebabkan pemendekan tungkai sehingga dipelukan koreksi
berupa osteotomi.

d) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan


pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang
intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
e) Refraktur terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang solid.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


20

1) Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi, luasnya fraktur, trauma, dan jenis


fraktur.
2) Scan tulang, temogram, CT scan/MRI :memperlihatkan tingkat keparahan fraktur,
juga dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3) Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma)
peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma.
5) Kretinin : trauma otot meningkatkan beban tratinin untuk klien ginjal.
6) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilingan darah, tranfusi mulpel
atau cedera hati (Lukman & Ningsih, 2009).
2.1.8 Penatalaksanaan Medis

1) Fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan
kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi
tersebut meliputi:

a. Profilaksis antibiotik

b. Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit mungkin penundaan.
Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieksisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi
fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi.
c. Stabilisasi dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
2) Fraktur femur tertutup

Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam melakukan asuhan
keperawatan.

a. Fraktur diafisis femur, meliputi:


1. Terapi konservatif
2. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif
untuk mengurangi spasme otot.
3. Traksi tulang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut. Indikasi
traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan segmental.
4. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur secara klinis.
3) Terapi Operasi
1. Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal
femur
2. Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi tertutup
maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah farktur diafisis.
3. Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif, infected
pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang
20

hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
1. Traksi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
2. Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail- phorc dare
screw dengan berbagai tipe yang tersedia (Muttaqin, 2011).
22

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
2.2.1.1 Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien,
dan nama penanggung jawab.
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien berobat ke rumah
sakit. Biasanya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa
akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan
bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain

3) Riwayat Kesehatan Lalu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk
berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker
tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan
tulang

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
sama.
4) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
24

2.2.1.3 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual


1) Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Keluhan yang dialami pasien dengan Faktur Femur adalah berupa
batuk produktif/non produktif, disertai dengan dahak yang sulit di keluarkan dan sesak
nafas.
2) Makan dan Minum
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor
predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
3) Eliminasi
Untuk kasus fraktur Femur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu
perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi
alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
4) Gerak dan Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
5) Istirahat dan tidur
Akibat Nyeri yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat.
6) Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu oleh
orang lain.
7) Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C).
8) Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Nyeri yang dirasakan
menyebabkan merasa tidak nyaman dan disertai sesak nafas.
9) Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit yang dialaminya.
10) Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan keluarga atau
temannya.
24

2.2.1.4 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan commond adalah sebagai
berikut:
1) Pernafasan (Breathing).
1 Inspeksi
Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan serta penggunaan otot bantu
nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara yang tertangkap) atau bisa juga normo
chest,penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir dirapatkan. Terlihat asimetris,
terdapat tarikan otot bantu pernafasan dan tekanan pada otot diafragma akibat pembesaran
hati (hepatomegali).
2 Palpasi
Pada palpasi, denyutan jantung teraba cepat, ekspansi meningkat dan taktil fremitus
biasanya menurun.
3 Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor sedangkan diafrgama menurun.
4 Auskultasi
Auskultasi didinding usus
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.3.2.1 Gangguan rasa aman dan nyaman kaki sebelah kiri b.d diskontinuitas jaringan
2.3.2.2 Intoleransi aktivitas b.d cedera jaringan sekitar/fraktur
2.3.2.3 Resiko tinggi infeksi b.d fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak
2.3.2.4 Gangguan pola tidur b.d letidaknyamanan
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan Faktur Femur meliputi :
Diagnosa I : Gangguan rasa aman dan nyaman kaki sebelah kiri b.d diskontinuitas
jaringan(D.0077 hal : 172)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah gangguan rasa
aman dan nyaman dapat teratasi
Kriteria hasil :
2.3.2.1 Klien mengatakan nyeri berkurang
2.3.2.2 Klien tampak rileks

Intervensi Rasional
1. Indentifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
karakteristik, durasi, karakteristik, frekuensi,
frekuensi, kualitas dan kualitas dan intensitas nyeri.
intensitas nyeri. 2. Mengetahui skala nyeri yang
2. Identifikasi skala nyeri dirasakan pasien
3. Kontrol lingkungan yang 3. Meringankan nyeri dengan
memperberat rasa nyeri (mis. melakukan control ruangan
Suhu ruangan, pencahayaan, 4. Pasien merasa lenih nyaman
kebisingan) saat istirahat atau tidur
4. Fasilitasi istirahat dan tidur 5. Pasien mengetahui dan
24

5. Jelaskan penyebab, periode mengerti penyebab, periode


dan pemicu nyeri dan pemicu nyeri
6. Kolaborasi pemberian 6. Meringankan skala nyeri
analgetik dengan pemberian analgetik.

Diagnosa II : Intoleransi aktivitas b.d cedera jaringan sekitar/fraktur (D.0056 Hal : 128)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktivitas
dapatteratasi.
Kriteria hasil :
- Mampu menggerakan otot ototnya secara mandiri
- Kekuatan otot meningkat
Intervensi Rasional
1. Indentifikasi deficit 1. Mengetahui tingkat
tingkat aktivitas aktivitas yang mampu
2. Fasilitasi focus pada pasien lakukan
kemampuan, bukan 2. Mempasilitasi kemampuan
deficit yang dialami aktivitas pasien
3. Kordinasikan pemilihan 3. Membantu pasien memilih
aktivitas sesuai usia terapi aktivitas
4. Fasilitasi makna makna 4. Membantu pasien
aktivitas yang dipilih mengetahui makna
5. Ajarkan melakukan aktivitas yang dilakukan
aktivitas yang dipilih 5. Pasien mampu melakukan
6. Kolaborasi dengan terapis aktivitas secara mandiri
okupasi dalam 6. Mengontrol dan dan
merencanakan memonitor memonitor program
program aktivitas. aktivitas
24

Diangnosa III : Resiko tinggi infeksi b.d fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak (D.0142
Hal. 304)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharap kan resiko tinggi infeksi dapat
teratasi.

kriteria hasil:

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Bersihkan 1. Untuk mencegah infeksi yang
lingkungan ditularkan oleh pasien lain
setelah dipakai pasien lain 2. Memotong rantai infeksi
2. Gunakan sabun 3. Memotong rantai infeksi
antimikrobia untuk cuci 4. Tenaga kesehatan dapat
tangan mencegah infeksi
3. Cuci tangan setiap sebelum nosokomial
dan sesudah tindakan 5. Resiko infeksi tidak terjadi
keperawatan 6. Diet makanan tinggi protein
4. Gunakan baju, untuk
sarung tangan 7. mempercepat penyembuhan
sebagai alat pelindung luka
5. Pertahankan lingkungan 8. Untuk mencegah atau
aseptik selama pemasangan 9. mengobati infeksi
alat
6. Tingktkan intake nutrisi
7. Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Diagnosa IV: Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan ditandai dengan
mengeluh sulit tidur
1) Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan diharapkan masalah gangguan
pola tidur dapat teratasi.
2) Kriteria Hasil :
 Tidur malam terpenuhi selama 8 jam
 Suhu kulit hangat
 Klien menjadi rileks
 TTV dalam batas normal.

3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
24

1. Identifikasi pola aktivitas dan 1. Mengumpulkan data


tidur. seberapa lama aktivitas dan
2. Modifikasi lingkungan tidur klien.
3. Sesuaikan jadwal pemberian 2. Menciptakan lingkungan
obat yang nyaman
4. Tetapkan jadwal tidur rutin 3. Membantu dalam menunjang
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup siklus tidur.
selama sakit 4. Waktu tidur menjadi
6. Anjurkan menepati kebiasaan terkontrol.
waktu tidur. 5. Memberitahukan pentingnya
kecukupan tidur untuk
meningkatkan kesehatan.
6. Mendorong waktu tidur tepat
waktu.
27

2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk 
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang  baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan
dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota
tim kesehatan lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Octavia Maretanse


NIM : 2018.C.10a.0979
Ruang Praktek : Sistem Muskuloskeletal
Tanggal Praktek : 6-13 Januari 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 6 januari 2021 pukul : 16:00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : Tn. M
Umur : 48 Thn
TTL : Palangka Raya 1 Februari 1979
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Dayak/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Rajawali 1
Diagnosa medis : Faktur Femur
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan utama

Klien mengatakan “Pasien mengatakan kaki sebelah kirinya yang patah nyeri
saat di gerakkan”.P : Nyeri saat melakukan aktivitas,Q : Nyeri seperti dipukul-pukul
R : Kaki sebelah kiri,S : Skala 7,T : Saat gerak, sewaktu-waktu

3.1.2.2 Riwayat penyakit sekarang

Pada tanggal 5 januari 2021, pasien mengatakan jatuh dari sepeda motor,
kemudian pasien dibawa ke dukun pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa kedukun pijat
ternya tidak kunjung sembuh tapi malah tambah parah, kaki membengkak, maka pada
tanggal 5 januari 2021 baru pasien dibawa ke RSUD RSUD dr. Sylvanus Palangka
Raya pada jam 14.23 WIB oleh keluarganya. Pasien datang langsung dibawa ke IGD I
pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tetes/ menit dan dilakukan operasi pada tanggal
19 September 2020.Pada tanggal 19 September 2020 pasien mengatakan nyeri, skala
nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan,ekspresi wajah tegang,bingung saat
di tanya perawatan luka post operasi, TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36 OC. Luka
operasi sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit
8000H/mm3, pasien dalam mengatakan dalam beraktifitas tidak bisa mandiri dan
membutuhkan bantuan orang lain dan alat. Dalam berjalan pasien masih menggunakan
tongkat, personal hygiene kurang, aktifitas pasien di bantu keluarga.

3.1.2.3 Riwayat penyakit sebelumya ( riwayat penyakit dan riwayat operasi)

28
Klien mengatakan tidak ada riwayat operasi

28
33

3.1.2.4 Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien mengatakan di dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita TB
paru, Hepatitis, atau Diabetes mellitus

Genogram Keluarga

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal Dalam Satu Rumah
: Peerempuan
: Klien
: Laki-laki Wafat
: Wanita Wafat
: Hubungan Pernikahan
: Hubungan Darah
Penjelasan :
1. Klien adalah anak ke dua dari tiga bersaudara
2. Klien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak tetapi anak ke dua meninggal
dunia.

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tampak ,lemah dan sesak nafas, kesadaran compos menthis, posisi berbaring semi
fowler, terpasang O2 nasal kanul 5 Lpm dan infus NaCl 9% 20 Tpm di tangan sebelah kiri
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis,bentuk badan klien simetris,klien berbicara jelas,
suasana hati klien sedih, penampilan klien cukup rapi, klien mengetahui waktu pagi, siang
dan malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya
sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien
adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
33

Saat pengkajian TTV klien tanggal 18 September 2020 pukul 16:00 WIB, suhu tubuh
klien/ S = 36, °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 88 x/menit dan pernapasan/ RR = 20
x/menit, tekanan darah TD = 110/ 70 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien terlihat simetris, klien tidak memiliki kebiaasaan merkok, tidak
sianosis,tidak terdapat nyeri pada dada,tidak sesak nafas, type pernapasanan klien normal,
irama pernapasan teratur, bunyi napas tambahan tidak ada.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, edema ekstermitas bawah,tidak ada peningkatan
Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama sinus rythm.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal baik), M = 6
(mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien tampak normal, pupil
isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien merasakan nyeri di punggung
bagian kanan, tangan kanan, pantat, kaki kiri dan kaki kanan, tidak vertigo, tampak
gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria
dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti : minyak
kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada
disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas dan ke
bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti : nasi, kue,
buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan
keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
33

Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung. Ekstermitas bawah
klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks
bisep kanan dan kiri klien baik .
Keluhan lainnya : Klien mengeluhnyeri pada bagian kaki sebelah kiri
Masalah keperawatatan : Nyeri Akut
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x 24 jam
(normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami masalah atau
lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak
poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak
pernah melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi klien lengkap
tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien tidak ada lesi, mokosa
klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada peradangan, rectum normal, tidak
mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari warna kekuningan dengan konsistensi lemah,
tidak diarem tidak konstipasi, tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal
26 x/hari.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak ada paralise,
tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, terdapat nyeri di bagian punggung bagian kanan,
tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki kanan, tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan,
tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan
otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah = 5 (normal). Terdapat
peradangan dan perlukakaan di bagian punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat kaki
kiri dan kaki kanan dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba
normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalsah keperawatan : Tidak ada
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan lainnya. Suhu
kulit klien teraba hangat, warna kulit coklat tua, turgor kuarng, tekstur kasar, tidak ada
tampak terdapat lesi, tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku
simetris.
33

Keluhan lainnya : tidak ada


Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.11 Sistem Penginderaan
1) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien tampak
bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) = 6/6, sclera
klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea bening, tidak terdapat alat bantu
penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
2) Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan tidak tuli.
3) Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi, tidak
terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi, cavum
nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak
ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba kelenjar
limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Pria
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-gatal, gland penis
baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge, srotum normal, tidak ada
hernia, dan tidak ada keluhan lainnya.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan 110cm, berat badan sebelum sakit 55 kg, berat badan saat sakit 50 kg, IMT
18,3 Pasien Diet nasi lembek, muntah 3x tidak kesukaran menelan atau normal.
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x/ hari 3x/ hari
Porsi ½ 1 sedang

Nafsu makan baik Baik


Jenis Makanan Bubur, lauk nasi, lauk
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1300cc 1600 cc
33

Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore


Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masasah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur siang 1-2 jam sedangkan pada saat malam hari 3-4 jam.
Masalah Keperawatan : gangguan pola tidur
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan ingin cepat
sembuh ”
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini, klien ingin cepat
sembuh dari penyakitnya.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien tidak dapat berktivitas secara bebas dan beraktivitas namun sesudah
sakit klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gerakan terbatas.
Masalah keperawatan : Intoleransi Aktivitas
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
klien mengatakan bila ada masalah Tn.M selalu bercerita dan meminta bantuan kepada
keluarga, dan keluarga selalu menolong Tn.M
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan
yang di anut.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan yang
dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat selalu
memperhatikan dan mendampingi Tn.M selama diarawat di rumah sakit.
33

3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :


Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi juga dengan
keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah Ayah dan Ibu
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk beraktivitas dan membantu orangtua
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah sholat 5 waktu yang didampingi oleh ibunya di
saat sakit klien tidak bisa beribadah.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 18 September 2020
Tabel pemeriksaan laboratorium
No Parameter Hasil Nilai normal
3
1 KIBC 8.000 H/mm (3.500-10.000)
2 HGM 228.000 H/mm3 (150.000-390.000)
3 PLT 252+(10^3/uL) 150-400

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Tanggal 29 Juni 2020
No Nama obat Dosis rute Golongan INDIKASI
1. Cipro 2x500 Oral Antibiotilk Adalah obat yang
mg digunakan untuk
menangani infeksi.

2. Asam Oral Antiinflam Adalah obat untuk


Mefenamat 2X50 mg asi meredakan nyeri

Palangka Raya,18 September 2020

Mahasiswa
( Octavia Maretanse)
33

ANALISIS DATA

Nama : Tn.M
Umur : 48 Tahun

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Klien mengatakan Pergeseran Nyeri Akut
“Pasien mengatakan kaki Fragmen tulang
sebelah kanannya yang 
patah nyeri saat di Inflamasi
gerakkan”.P: Nyeri saat 
melakukan aktivitas,Q : Merangsang
Nyeri seperti dipukul-pukul neurtransmiter
R : Kaki sebelah kiri,S : 
Skala 7,T : Saat gerak, Reseptor Nyeri
sewaktu-waktu 
DO : Nyeri Akut
- Terdapat luka post
operasi pembedahan
- Luka tertutup perban
pada kaki sebelah
kanan
- Tampak luka 3 cm
di paha,dengan
ukuran 3x1 cm
- Jumlah jahitan 5
- Berbaring klien
tampak semi-fowler
- Eksperesi wajah
klien meringis
kesakitan
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 88x/menit
S : 37,0oC

2 DS : Klien mengatakan Post operasi adanya Gangguan mobilitas


merasa terganggu saat luka insis fisik
beraktivitas 
DO : Terputusnya
- Aktivitas klien jaringan
tampak terbatas 
- Klien tampak lemah Kerusakan jaringan
- Kesadaran Compos 
mentis Merangsang
- Aktivitas klien reseptor nyeri
tampak di bantu oleh 
keluarga Skala Nyeri saat bergerak
aktivitas 3 : 
- Kekuatan otot Gangguan
Atas 5 5 mobilitas fisik
Bawah 5 1
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/menit
S : 36.00C
33

3 DS : Klien dan keluarga Kecelakaan Defisit Pengetahuan


mengatakan tidak 
mengetahui tentang Faktur
perawatan setelah operasi 
Pembedahan
DO : 
- Saat ditanyakan apa Perubahan status
yang klien dan kesehatan
keluarga ketahui 
tentang perawatan Kurang terpapar
paska operasi,pasien informasi
dan keluarga 
menjawab luka Defisit
operasi dapat cepat Pengetahuan
sembuh bila
diberikan obat
- Klien post op ORIF
fraktur femur H1
- Klien dan keluarga
tampak bingung

4 Data Subjektif : Gelisah Gangguan Pola Tidur


Klien mengatakan sulit 
tidur. Waktu tidur
berkurang
Data Objektif : 
Ketidaknyamanan
- Suhu kulit klien
teraba panas 
Gangguan Pola
- Klien tampak
tidur
gelisah.
- Wajah klien tampak
meringis
- Kuantitas tidur siang
1 jam,
- Kuantitas tidur
malam 5 jam.
- Terpasang infus
Ringer Lactate 500 ml
15 tpm ditangan
sebelah kanan klien.
- TV
TD : 120/80 mmHg
N : 120 x/menit
S : 37,0 0C
RR : 25 x/menit
33

5. Kerusakan fragmen Perfusi jaringan


DS: Pasien mengatakan tulang perifer
pusing

DO: Tekanan sumsum
1.Tekanan darah pasien tulang lebih tinggi
menurun dalam rentang 90 dari kapiler
Mmhg
2. klien tampak lemah 
Melepaskan
ketekolamin


Metabolisme asam
lemak


Bergabung dengan
trombosit

emboli


Menyumbat
pembuluh darah
34

PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai darah jaringan ditandai dengan klien
mengatakan pusing,lemas, Wajah klien tampak lemah klien tampak berbaring lesu,wajah
klien tampak pucat,ekspresi wajah klien tampak meringis,hasil pemeriksaan TTV TD : 90/80
mmHg, N : 88x/menit, S : 36,0C.

2. Gangguan rasa aman dan nyaman kaki sebelah kiri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan ditandai dengan Tn.s Klien mengatakan “Pasien mengatakan kaki sebelah kanannya
yang patah nyeri saat di gerakkan”.P: Nyeri saat melakukan aktivitas,Q : Nyeri seperti
dipukul-pukul R : Kaki sebelah kiri,S : Skala 7,T : Saat gerak, sewaktu-waktu dan hasil
pemeriksaan TTV TD : 110/70 mmHg, N : 88x/menit, S : 36,0C.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan struktur tulang ditandai dengan
Klien mengatakan merasa terganggu saat beraktivitas,aktivitas klien tampak terbatas,klien
tampak lemah,kesadaran Compos mentis,aktivitas klien tampak di bantu oleh keluarga,skala
aktivitas 3,Kekuatan otot atas 5-5,Bawah 5-1 dan hasil pemeriksaan TTV TD : 110/70
mmHg ,N : 88 x/menit, S : 36.0C.

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan Klien
dan keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang perawatan setelah operasi,Saat
ditanyakan apa yang klien dan keluarga ketahui tentang perawatan paska operasi,pasien dan
keluarga menjawab luka operasi dapat cepat sembuh bila diberikan obat,Klien post op ORIF
fraktur femur H1,Klien dan keluarga tampak bingung.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai dengan sulit tidur,
suhu kulit teraba panas, gelisah, ekpresi wajah meringis, aktivitas tidur siang 2 jam, aktivitas
tidur malam 4 jam dan pemeriksaan, terpasang infus Ringer Lactate 500 ml 15 tpm ditangan
sebelah kiri klien dan hasil pemeriksaan TTV : TD :140/90 mmHg N : 88x/menit S :
395,0 0C RR : 26 x/menit.
35

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan kunjungan
jaringan perifer b.d suplai sebanyak 3x24 diharapkan
ketidakefektifan jaringan ferifer
darah jaringan ditandai
dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
dengan klien mengatakan
1. Tekanan systole dan diastole
pusing,lemas, Wajah
dalam rentang yang di
klien tampak lemah klien
harapkan
tampak berbaring
2. Tidak ada ortostatik
lesu,wajah klien tampak
hipertensi
pucat,ekspresi wajah
klien tampak
meringis,hasil
pemeriksaan TTV TD :
90/80 mmHg, N :
88x/menit, S : 36,0C.
35

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2. Gangguan rasa aman dan Setelah dilakukan kunjungan 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik, frekuensi,
nyaman kaki sebelah kiri sebanyak 3x24 diharapkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan kualitas dan intensitas nyeri.
dapat berkurang, dengan kriteria intensitas nyeri. 2. Mengetahui skala nyeri yang dirasakan pasien
berhubungan dengan
hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 3. Meringankan nyeri dengan melakukan control
diskontinuitas jaringan 3. Kontrol lingkungan yang ruangan
3. Klien mengatakan nyeri 4. Pasien merasa lenih nyaman saat istirahat atau
ditandai dengan Tn.s memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
berkurang dari skala 7 ke ruangan, pencahayaan, kebisingan) tidur
Klien mengatakan
skala 3 4. Fasilitasi istirahat dan tidur 5. Pasien mengetahui dan mengerti penyebab,
“Pasien mengatakan kaki 5. Jelaskan penyebab, periode dan periode dan pemicu nyeri
4. Klien tampak rileks
sebelah kanannya yang pemicu nyeri 6. Meringankan skala nyeri dengan pemberian
6. Kolaborasi pemberian analgetik analgetik
patah nyeri saat di
gerakkan”.P: Nyeri saat
melakukan aktivitas,Q :
Nyeri seperti dipukul-
pukul R : Kaki sebelah
kiri,S : Skala 7,T : Saat
gerak, sewaktu-waktu dan
hasil pemeriksaan TTV
TD : 110/70 mmHg, N :
88x/menit, S : 36,0C.
36

2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 3x24 kunjungan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui keluhan sehingga
berhubungan dengan di harapkan gangguan mobilitas keluhan fisik mobilisasi terganggu
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi
kerusakan struktur tulang pisik dapat teratasi dengan kriteria 2. Membantu pasien dalam mobilisasi
dengan alat bantu
ditandai dengan Klien hasil : 3. Libatkan keluarga untuk membantu 3. Melatih keluarga dalam membantu
Tn.s mengatakan merasa pasien dalam meningkatkan mobilisasi pasien.
1. Kekuataan otot meningkat pergerakan
terganggu saat ektremitas atas 55 4. Memberikan pemahaman tentang
4. Jelaskan tujuan dari prosedur
beraktivitas,aktivitas ektremitas bawah 51 mobilisasi mobilisasi pada pasien dan keluarga
klien tampak 5. Anjurkan melakukan mobilisasi dan membantu proses penyembuhan.
2. Pasien dapat melakukan
mobilisasi dengan dini
terbatas,klien tampak 5. Menilai batasan kemampuan aktivitas
menggunakan alat bantu 6. Ajarkan dan dukung pasien dalam
lemah,kesadaran Compos (cructh) latihan ROM aktif dan pasif. optimal.
mentis,aktivitas klien 7. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik 6. Mempertahankan /meningkatkan
3. Rentang gerak (ROM) atau okupasi.
tampak di bantu oleh ektremitas bawah sd 900 kekuatan dan ketahanan otot.
keluarga,skala aktivitas 7. Sebagai suaatu sumber untuk
4. Pasien dapat miring kanan
3,Kekuatan otot atas 5- mengembangkan perencanaan dan
dan miring kiri secara
5,Bawah 5-1 dan hasil mempertahankan/meningkatkan
mandiri
pemeriksaan TTV TD : mobilitas pasien.
110/70 mmHg ,N : 88
x/menit, S : 36.0C.
36

3.Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 3x24 kunjungan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan 1. Mengetahui seberapa jauh pengalaman
berhubungan dengan di harapkan depisit pengetahuan keluarga tentang penyakitnya. dan pengetahuan klien dan keluarga
2. Berikan penjelasan pada klien
kurang terpapar informasi dapat teratasi dengan kriteria hasil : tentang penyakitnya.
tentang kondisinya sekarang .
ditandai dengan Klien Tn. 3. Berikan informasi pada klien dan 2. Dengan mengetahui penyakit dan
1. Pasien dan keluarga
s dan keluarga keluarga perawatan paska OREF kondisinya sekarang, klien dan
mengatakan sudah mengerti 4. Minta klien dan keluarga
mengatakan tidak keluarganya akan merasa tenang dan
tentang perawatan paska mengulangi kembali tentang materi
mengetahui tentang yang telah diberikan. mengurangi rasa cemas.
operasi
perawatan setelah 3. Pengetahuan pasien dan keluarga
operasi,Saat ditanyakan 2. Pasien dan keluarga mampu membantu mempercepat pemulihan
apa yang klien dan menjelaskan kembali tentang pasien.
keluarga ketahui tentang perawatan paska operasi 4. Mengetahui seberapa jauh pemahaman
perawatan paska dengan bahasa sederhana klien dan keluarga serta menilai
operasi,pasien dan keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
keluarga menjawab luka
operasi dapat cepat
sembuh bila diberikan
obat,Klien post op ORIF
fraktur femur H1,Klien 1. Identifikasi pola aktivitas dan

dan keluarga tampak tidur

bingung. 2. Modifikasi lingkungan


3. Sesuaikan jadwal pemberian obat

4. Tetapkan jadwal tidur rutin


5. Jelaskan pentingnya tidur cukup
Setelah dilakukan asuhan
36

4. Gangguan pola tidur keperawatan 3x7 jam diharapkan selama sakit 1. Mengumpulkan data seberapa lama
berhubungan dengan masalah gangguan pola tidur dapat aktivitas dan tidur klien
6. Anjurkan menepati kebiasaan
ketidak nyamanan yang teratasi, dengan kriteria hasil : 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
waktu tidur.
ditandai dengan Tn.M 3. Membantu dalam menunjang siklus tidur
1 Tidur malam 8 jam
mengeluh sulit tidur 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
2 Suhu kulit hangat
tidur. 5. Memberitahukan pentingnya kecukupan tidur
3 Ekspresi wajah dan postur
tubuh rileks untuk meningkatkan kesehatan

6. Mendorong waktu tidur tepat waktu


37

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
6 januari 2021 1. Indentifikasi lokasi,krakteristik,durasi dan intensitas S = Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit Octavia maretanse
nyeri berkurang
2. Kaji TTV O=
3. Identifikasi skala nyeri - Dari hasil pemeriksaan sekala nyeri 3 (ringan)
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian - Klien tampak rileks
analgestik - Klien tidak gelisah
TD :110/80 mmhg HR : 98 x/menit RR : 20 x/menit
A = Masalah Belum teratasi
P = intervensi dilanjutkan
38

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
7 januari 2021 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan S : Klien mengatakan sulit untuk menggerakkan kaki Octavia maretanse
sebelah kanan
fisik
O:
- Ekspresi tampak masih meringis
2. Memberikan motivasi pada keluarga untuk - Pergerakan tampak masih terbatas
memberikan dukungan mobilisasi - Klien tampak masih membutuhkan bantuan orang lain.
(skala aktivitas 3)
- Keluarga tampak membantu pasien untuk mirik kiri
3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dan kanan.
dalam meningkatkan pergerakan mobilisasi - Klien dan keluarga dapat mempraktekan latihan gerak
pasif/aktif ROM secara mandiri.
4. Jelaskan tujuan dari prosedur mobilisasi - Klien tampak mengikuti anjuran
A = Masalah teratasi sebagian
5. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini P = Lanjutkan intervensi

6. Mengajarkan dan dukung pasien dalam


latihan ROM aktif dan pasif.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
8 januari 2021 1. Memberikan penjelasan pada klien
tentang S : Klien mengatakan sudah tau apa yang harus dilakukan Octavia Maretanse
kondisinya sekarang. setelah dilakukan operasi yaitu miring kanan kiri dan
menjaga kebersihan sert makan makanan yang bergizi
2. Memberikan informasi pada klien dan keluarga supaya luka cepat sembuh.
O:
tentang tindakan yang akan dilakukan selama
- Klien dan keluarga kooperatif mendengarkan
dirumah sakit terkait perawatan - Klien miring kanan kiri secara berkala
- Keluarga tampak menjaga kebersihan dilingkungan klien
3. Memberikan informasi pada klien dan keluarga agar tetap bersih
tentang perawatan paska OREF A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
4. Memiinta klien dan keluarga mengulangi kembali
tentang materi yang telah diberikan.
43

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
9 januari 2021 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur (Tidur siang S = Klien mengatakan tidur menjadi nyenyak O = Octavia Maretanse
pukul 11:00-13:00 WIB dan tidur malam 20:00-05:00
- Klien mengerti dan ingin melakukan jadwal tidur
WIB, tetapkan jadwal tidur rutin).
rutin
2. Modifikasi lingkungan (suhu rungan 25 °C kulit
- Tidur siang pukul 11:00-13:00 WIB dan tidur malam
klien teraba hangat).
20:00-05:00 WIB, klien menjadi lebih rileks
3. Menyesuaikan jadwal pemberian obat.
- Kulit klien teraba hangat
4. Metetapkan jadwal tidur rutin (tidur siang pukul
- Sudah di beri Injeksi Katerolac 8 mg (IV) dan
11:00-13:00 WIB dan tidur malam 20:00-05:00 WIB,
Paracetamol 200 mg (IV).
klien menjadi lebih rileks).
- Tidur malam menjadi 8 jam
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
- Tn.M tampak mengikuti anjuran kebiasaan waktu
Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur. tidur.

- TTV dalam batas normal


TD : 110/ 80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 37 0C
43

RR : 20 x/menit A = Masalah
teratasi
P = intervensi terselesaikan
43

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.

Asuhan keperawatan merupakan bagian dari pemeliharaan kesehatan.


Asuhan keperawatan medical pada Tn.M dengan pemberian asuhan keperawatan
disesuaikan dengan standar keperawatan dalam pelaksanaan intervensi dan
implementasi ditetapkan bersama pasien Tn.M Dimana masalah yang di temukan
pada kasus Tn.M dengan diagnosa, nyeri akut,gangguan mobilitas fisik,defisit
pengetahuan,dan gangguan pola tidur. Dimana dalam setiap masalah yang
diangkat berbanding lurus dengan teori baik dalam tahap pengkajian, masalah
diagnosa keperawatan yang muncul, dan intervensi keperawatan. Evaluasi
keperawatan dilakukan setelah semua kegiatan intervensi diimplementasikan
dengan hasil masalah, sehingga pasien masih harus mendapatkan perawatan baik
dirumah sakit maupun selama dirumah dan dianjurkan untuk menjaga kebersihan
diri dan menjaga kesehatan.
4.1 Saran
Dalam melakukan perawatan Fraktur Femur hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat
proses penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala, perawat harus mampu mengetahui
kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat
untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan
serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan
kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab, pencegahan, dan
penanganan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta: EGC.

Lukman, N & Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medica


Aesculpalus.

Moffat, D & Faiz, O. 2002. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: PT. Glora
Aksara Pratama.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC.

Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada


Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.

Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif


Watampone.

Siddiqui, Z. 2015. Rehabilitations Following Intramedullary Nailing Of


Femoral Shaft Fracture: A Case Report. International Journal of
Physical Therapy & Rehabilitation Science. Vol 1 (1): 30-35.

Anda mungkin juga menyukai