ASKEP HIPERBILIRUBENIMEA
DOSEN : AYU PUSPITA,Ners.,M.Kep
DI SUSUN OLEH :
NIM : 2018.C.10A.0989
i
KATA PENGANTAR
Saya mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia
danrahmat-Nya. Hanya dengan karunia-Nya makalah ini yang berjudul
hiperbilirubinemia dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ada beberapakendala
yang menghambat terselesainya karya tulis ini diantaranya keterbatasan
pengetahuan serta sumber yang penulis miliki.
Saya menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga tugas
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBHASAN
2.3 Patofisiologi.......................................................................................11
2.4 Etiologi..............................................................................................12
2.5 Epidemiologi.....................................................................................13
2.7 Pathway............................................................................................15
2.12 Penatalaksanaan.............................................................................20
iii
BAB III PENUTUP
1.1 Simpulan..........................................................................................27
1.2 Saran................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
didefinisikan sebagai kulit dan selaput lendir menjadi kuning. Ikterus terjadi
apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah.
6
g. Untuk mengetahui pathway penyakit hiperbilirubinemia.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
2.2 Metabolisme Bilirubin
9
Hemoglobin
Heme Globin
Fe Biliverdin
Bilirubin Indirek
Mengikat
Albumin
Hepar
Membran Sel
Bilirubin Direk
Empedu
Usus/ Duodenum
10
c. Karena bilirubin terkonjugasi dapat larut dalam lemak dan tidak dapat
diekskresikan di dalam urine atau empedu, bilirubin ini dapat keluar
menuju jaringan ekstravaskular, terutama jaringan lemak dan otak,
mengakibatkan hiperbilirubinemia.
11
bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air
(bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin
dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu
zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit
melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan
mengikat bilirubin keasam glukoronat (bilirubin terkonjugasi, direk).
2.4 Etiologi
12
golongan darah lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan
tertutup dan sepsis.
c. Gangguan transportasi
2.5 Epidemiologi
13
pada pengakuan visual dari penyakit kuning oleh penyedia layanan kesehatan,
yang sangat bervariasi dan tergantung baik pada perhatian pengamat dan pada
karakteristik bayi seperti ras dan usia kehamilan.
Dalam sebuah studi tahun 2003 di Amerika Serikat, 4,3% dari 47.801 bayi
memiliki total serum bilirubin. dalam rentang di mana fototerapi
direkomendasikan oleh tahun 1994 American Academy of Pediatrics (AAP)
pedoman, dan 2,9% memiliki nilai dalam rentang di mana tahun 1994 AAP
pedoman menyarankan fototerapi mempertimbangkan.
Insiden penyakit kuning neonatal meningkat pada bayi dari Asia Timur,
Indian, Amerika, dan keturunan Yunani, meskipun yang terakhir tampaknya
hanya berlaku untuk bayi yang lahir di Yunani dan dengan demikian mungkin
lingkungan bukan etnis di asal. Bayi kulit hitam yang terpengaruh lebih sering
dari pada bayi putih. Untuk alasan ini, penyakit kuning yang signifikan dalam
manfaat bayi hitam evaluasi lebih dekat dari kemungkinan penyebab,
termasuk G-6-PD kekurangan.
14
Risiko pengembangan penyakit kuning neonatal signifikan lebih tinggi
pada bayi laki-laki. Ini tidak muncul terkait dengan tingkat produksi bilirubin,
yang mirip dengan yang ada di bayi perempuan. Risiko penyakit kuning
neonatal signifikan berbanding terbalik dengan usia kehamilan.
- Infeksi
- Gangguan pernafasan
2.7 Pathaway
Terlampir
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau
setelah beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang
cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak
terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang
berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang
mendapatkan terapi sinar.
15
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis,
mudah dan sederhana adalah dengan penilaian. Caranya dengan jari telunjuk
ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat
atau kuning. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam
diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus
mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut.
d. Bilirubin direk.
16
2.10 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan menelan
e. Risiko cidera.
17
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
18
rapat Kriteria hasil : cairan yang dapat dibentu
menjadi bolus sebelum
Tersedak sebelum menelan Dapat
menelan
mempertahankan
Gangguan fase faring
makanan dalam mulut
Malnutrisi energi-protein
19
Definisi : penurunan cairan Fluid balance Fluid management
intravascular, interstitial, dan/
Hydration Timbang popok/ pembalu
atau intraseluler. Ini mengacu
jika diperlukan
pada dehidrasi, kehilangan cairan Nutritional Status :
saat tanpa perubahan pada Food and Fluid Intake Pertahankan catatan intak
natrium. dan output yang akurat
Kriteria Hasil :
Batasan karakteristik Monitor status hidrasi
Mempertahankan
(kelembaban membran
Perubahan status mental urine output sesuai
mukosa, nadi adekuat,
dengan usia dan BB,
Penurunan tekanan darah tekanan darah ortostatik),
BJ urine normal, HT
jika diperlukan
Penurunan tekanan nadi normal
Monitor vital sign
Penurunan volume nadi Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam Monitor masukan
Penurunan turgor kulit batas normal manan/cairan dan hitung
intake kalori harian
Penurunan turgor lidah Tidak ada tanda
dehidrasi, Kolaborasikan pemberian
Penurunan saluran urin
Elastisitasturgor kulit cairan IV
20
Tiba-tiba (kecuali pada ruang
ketiga)
Haus
Kelemahan
Risk control
Dasar kuku diasnotik Rencanakan monitoring
21
Usia yang ekstrem Keseimbangan asam Selimuti pasien untuk
basa bayi baru lahir mencegah hilangnya
Fluktuasi suhu lingkungan
kengatan tubuh
Temperature stabil :
Penyakit 36,5 – 370C Ajarkan pada pasiwn cara
mencegah keletihan akiba
Trauma Tidak ada kejang
panas
22
Invasi struktur tubuh baik bisa tetap bersih dan kering
dipertahankan
Faktor yang berhubungan : Mobilitas pasien (ubah
(sensasi, elastisitas,
posisi pasien) setiap dua
Eksternal : temperature, hidrasi,
jam sekali
pigmentasi)dan
- Zat kimia, Radiasi perawatan alami Monitor kulit akan adany
kemerahan
- Usiayang ekstrim Tidak ada luka/lesi
pada kulit Oleskan lotion atau
- Kelembapan
minyak/baby oil pada dea
Perfusi jaringan baik
- Hipertermia, Hipotermia yang tertekan
Menunjukkan
- Faktor mekanik (mis.gaya Monitor aktivitas dan
pemahaman dalam
gunting [shearing forces] mobilisasi pasien
proses perbaikan kulit
- Medikal dan mencegah Monitor status nutrisi
terjadinya sedera pasien
- Lembab
berulang
Memandikan pasien
- Imobilitas fisik
Mampu melindungi dengan air hangat dan
Internal : kulit dan sabun
mempertahankan
- Perubahan status cairan kelembaban kulit Insision site care
alami
- Perubahan pigmentasi Membersihkan, memanta
dan meningkatkan
- Perubahan turgor
prosespenyembuhan pada
23
- Penurunan sirkulasi Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
- Kondisi gangguan metabolic
menggunaka lidi kapas
24
- Disfungsi efektor perubahan status
- Disfungsi integratif kesehatan
- Malnutrisi
2.12 Penatalaksanaan
25
3. Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung.
4. Bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat < 14 mg% dan uji
Coombs direct positif.
f. Menghambat produksi bilirubin. Metalloprotoporfirin merupakan
kompetitor inhibitif terhadap heme oksigenase. Ini masih dalam
penelitian dan belum digunakan secara rutin.
g. Menghambat hemolisis. Immunoglobulin dosis tinggi secara sampai 2
hingga 4 jam telah digunakan untuk mengurangi level bilirubin pada
janin dengan penyakit hemolitik isoimun. Mekanismenya belum
diketahui tetapi secara teori immunoglobulin menempati sel Fc
reseptor pada sel retikuloendotel dengan demikian dapat mencegah
lisisnya sel darah merah yang dilapisi oleh antibody.
Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir yang di rawat di rumah sakit.
Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan sebagai
berikut :
BAB III
26
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
27
Penulis berharap jika perawat menemukan gejala hiperbilerubinemia,
perawat dapat mendiagnosa dan dapat melakukan intervensi teerhadap
seseorang tersebut. Dan penulis juga berharap makalah ini dapar bermanfaan
bagi pembaca terutama bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
28
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Nelson Vol I. Edisi 15.
Jakarta : EGC
https://asus10.wordpress.com/asuhan-keperawatan/askep-pada-kasus-bayi-
hiperbilirubinemia/ Diakses pada tanggal 01 Oktober 2015 pukul 16.20 WIB
https://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/asuhan-keperawatan-
dengan-hiperbilirubin.pdf Diakses pada tanggal 01 oktober 2015 pukul 16.30
WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37957/4/Chapter
%20II.pdf Diakses pada tanggal 01 oktober 2015 pukul 16.45 WIB
Sudoyo, Aru W., dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing
29