MANAJEMEN FISIOTERAPI
OLEH:
HALAMAN PERSETUJUAN
i
Yang bertandatangan di bawah ini, menerangkan bahwa mahasiswa berikut:
Gangguan Fungsional Paru-Paru Berupa Sesak Napas dan Batuk Dada e.c Asma
Tahun Sejak 7 Bulan yang Lalu” pada bagian Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Makassar (BBKPM)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan laporan studi
kasus dengan judul “Manajemen Fisioterapi Gangguan Fungsional Paru-Paru Berupa
Sesak Napas dan Batuk Dada e.c Asma Tahun Sejak 7 Bulan yang Lalu”
Penyusunan laporan studi kasus ini merupakan salah satu tugas pada pelaksanaan
Program Studi Pendidikan Profesi Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.
Melalui penyusunan laporan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih tentang
patofisiologi dan penatalaksanaan fisioterapi kardiopulmonal pada kasus Penyakit Paru
Obstruktif Kronik yang ditemui penyusun pada saat melakukan praktek lapangan yang akan
bermanfaat pada masa yang akan datang.
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini, banyak ditemui tantangan dan hambatan
yang mendasar. Namun semua itu dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan, bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini sudah selayaknya
penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada para instruktur klinis di Unit Fisioterapi
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar dan edukator klinis yang telah
membimbing dalam penyusunan laporan studi kasus ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa laporan studi kasus
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun
memohon maaf yang sebesar-besarnya dan membuka diri untuk segala saran dan kritik yang
sifatnya membangun sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih
baik. Akhirnya, penyusun berharap semoga laporan studi kasus dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Makassar, 19 November 2021
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru................................................... 1
BAB II ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
A. Kerangka/Mind Mapping Teori..................................................... 10
B. Definisi Penyakit Asma................................................................. 10
C. Etiologi........................................................................................... 11
D. Epidemiologi.................................................................................. 13
E. Klasifikasi...................................................................................... 14
F. Patomekanisme............................................................................... 15
G. Manifestasi Klinis.......................................................................... 16
H. Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis......................................... 16
I. Diagnosis Banding......................................................................... 19
J. Penatalaksanaan Fisioterapi........................................................... 20
K. Kerangka/Mind Mapping Teknologi Fisioterapi........................... 23
BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI
A. Data Umum Pasien........................................................................ 24
B. Assessment..................................................................................... 24
C. Pemeriksaan Spesifik FT............................................................... 26
D. Diagnosa FT................................................................................... 28
E. Program Fisioterapi........................................................................ 29
F. Evaluasi dan Modifikasi................................................................. 30
G. Home Program.............................................................................. 31
H. Kemitraan...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
pada trakea dan rangsangan multipel bronkus dengan manifestasi penyumbatan jalan
nafas yang luas dan pangkat dapat berubah secara spontan atau sebagai akibat
dapat hilang dengan sendirinya). Namun ada kalanya sifat reversible ini dapat hilang
sendiri adalah sesak napas, penumpukan sputum, dan spasme pada otot pernapasan
umur dan mengancam jiwa penderitanya. Epidemiologi asma dahulu dialami oleh
negara maju selama kurun waktu 30 tahun terakhir tetapi sekarang menyerang negara
tersebut. Lebih dari serratus juta penduduk di seluruh dunia menderita sama dengan
asma semakin meningkat tiap tahunnya dan saat ini asma diketahui sebagai salah satu
Penyakit yang membutuhkan biaya banyak dan penyakit dengan kematian yang dapat
1
sebesar 2,5%. Prevalensi asma tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,59%),
Asma dan rinitis alergi merupakan penyakit alergi yang saat ini masih menjadi
problem kesehatan karena pengaruhnya dalam menurunkan tingkat kualitas hidup dan
tenaga kesehatan yang mempunyai peran aktif dalam upaya peningkatan pelayanan
dan memulihkan gerak dan kemampuan fungsional pasien, sehingga mampu hidup
Problematika yang muncul pada kondisi asma yaitu berupa adanya sesak
napas, kesulitan mengeluarkan sputum, dan biasanya di sertai dengan hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari bila tidak segera ditangani oleh fisioterapi. Fisioterapi
sebagai bagian dari tim medis yang memiliki peran penting dalam memberikan
nebulizer untuk mengurangi sekresi bronkus, infrared untuk mengurangi spasme pada
otot pernapasan. Serta memberikan breathing exercise, tapotement, dan vibrasi untuk
2020).
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada
di atas rusuk (rib) pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru terbagi
menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat
dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi
2
sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru
kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum (Sherwood, 2014).
dan sangat elastis. Permukaan paru-paru halus, bersinar, dan membentuk beberapa
oleh garis-garis yang lebih ringan (fisura). Setiap paru memiliki bentuk kerucut yang
terdiri dari bagian puncak (apeks), dasar (basis), tiga perbatasan, dan dua permukaan.
Puncak (apeks pulmonis) memiliki permukaan halus dan tumpul. Puncak apeks
menonjol ke atas dalam leher sekitar 2,5 cm di atas klavikula. Dasar (basis pulmonis)
memiliki permukaan luas, konkaf, dan terletak di atas diafragma, yang memisahkan
paru-paru kanan dari lobus kanan hati, dan paru-paru kiri dari lobus kiri hati,
lambung, dan limpa. Karena diafragma sebelah kanan lebih tinggi daripada di sisi kiri,
kecekungan dasar paru kanan lebih dalam dari yang di sebelah kiri. Basis pulmonalis
paru turun selama inspirasi dan naik selama ekspirasi (Snell, 2012).
Pergerakan dari dalam ke luar paru terdiri dari dua proses, yaitu inspirasi dan
3
ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat
berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas
jaringan paru. Menurut fungsinya, otot pernapasan dibedakan menjadi otot inspirasi,
yang terdiri dari otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot ekspirasi. Yang
termasuk dalam otot inspirasi utama yaitu m. intercostalis externus dan m. diafragma,
Selama pernapasan normal dan tenang (quiet breathing), tidak ada otot
pernapasan yang bekerja selama ekspirasi, hal ini akibat dari daya lenting elastis paru
dan dada. Namun pada keadaan tertentu, di mana terjadi peningkatan resistensi jalan
nafas dan resistensi jaringan, misalnya saat serangan asma, otot ekspirasi dibutuhkan
memberikan efek tarikan ke arah inferior yang sangat kuat terhadap costa bagian
bawah, pada saat yang bersamaan otot ini dan otot abdominal lain menekan isi
4
Sumber: Majumder, 2015
1. Mekanisme Bernapas
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta
dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
a. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh
d. Pengaturan ventilasi
berkontraksi, tulang kosta dan sternum akan tertarik ke atas, karena tulang
5
bagian atas akan membesar dan memperbesar diameter transversal rongga
dada bagian bawah. Pada saat inspirasi ini, diafragma berkontraksi sehingga
permukaan pleura (dalam keadaan normal negatif) menjadi lebih negatif: -2.5
menjadi -6 mmHg, lalu jaringan elastis pada paru akan meregang, dan paru
akan mengembang memenuhi kapasitas rongga dada. Pada saat ini tekanan
udara di alveolus adalah -1,5 mmHg (lebih rendah dari tekanan atmosfir).
(Sherwood, 2014).
interkostal eksternal akan relaksasi. Tulang kosta dan sternum akan turun.
keadaan semula. Tekanan udara pada alveolus saat ini adalah +1,5 mmHg
(lebih tinggi dari tekanan udara). Udara akan terdorong keluar alveolus
(Sherwood, 2014).
hidung dan otot glotis akan berkontraksi untuk membantu masuknya udara ke
dalam paru-paru. Otot pada leher akan berkontraksi, tulang kosta pertama akan
bergerak ke atas (dan sternum bergerak naik dan ke depan). Pada saat ekspirasi
kosta akan menurun lebih dari pernafasan normal. Otot abdominal juga
6
Gambar 3. Aktivitas Otot Pernapasan Saat Inspirasi dan Ekspirasi
Sumber: Seeleys Essential Anatomy, 2016
a. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada
dewasa.
d. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi
Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup
7
seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru
volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang
udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu
banyaknya.
d. Kapasitas Vital paksa (KVP) atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah
maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Hasil ini didapat
e. Volume ekspirasi paksa satu detik (VEP1) atau Forced Expiratory Volume
in One Second (FEV1) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi maksimum per satuan detik. Hasil ini didapat setelah seseorang
8
paru pada wanita ± 20 – 25% lebih kecil daripada pria, dan lebih besar pada
atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
Klasifikasi Nilai
Normal KVP≥ 80%, VEP1/KVP≥75%
Gangguan Obstruksi VEP1< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 70% nilai prediksi
Gangguan Campuran KVP< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 75% nilai prediksi
Sumber: Price, 2014
tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernafasan dan
pengembangan paru dan rangka dada. Volume udara normal dalam paru
bergantung pada bentuk dan ukuran tubuh. Posisi tubuh juga mempengaruhi
volume dan kapasitas paru, biasanya menurun bila berbaring, dan meningkat
bila berdiri. Perubahan pada posisi ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu
berbaring dan peningkatan volume darah paru pada posisi berbaring, yang
berhubungan dengan pengecilan ruang yang tersedia untuk udara dalam paru-
paru.
Fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru
nilai VEP1/KVP kurang dari 70% dan menderita gangguan fungsi paru
restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai
9
BAB II
Kaliber bronkus
menyempit Asma
Nyeri dada
Gambar 4. Kerangka/Mind Mapping Teori
B. Definisi
hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala efisodik berulang berupa mengi
atau wheezing, sesak nafas, berat, batuk dan dada terasa terutama dimalam hari
suatu penyakit yang disebabkan oleh reaksi berlebihan jalan napas terhadap iritasi
atau stimuli lain asma biasanya terjadi berulang dan serangan dapat disebabkan oleh
10
C. Etiologi
keluarga seperti rinitis, urtikaria, dan eksema sering dihubungkan dengan kejadian
asma alergi. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau
c. Asma gabungan: Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
11
2. Faktor presipitasi
a) Alergen
Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
b) Perubahan cuaca
c) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
Asma yang timbul harus segera diobati penderita Asma yang mengalami
stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa
diobati.
12
d) Lingkungan kerja
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri, tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
D. Epidemiologi
menunjukkan peningkatan kejadian asma, WHO menyatakan bahwa pada saat ini
ada sekitar 300 juta orang yang menderita asma di seluruh dunia. Terdapat sekitar
250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan
kedepan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diseluruh dunia
diperkirakan akan meningkat 20%. Jika tidak terkontrol dengan baik. Prevalensi
asma diseluruh dunia sebesar 8-10% pada anak-anak dan 3-5% pada dewasa dan
Tercatat prevalensi asma di Bali sebesar 3,9%. Penderita asma sering mengalami
13
penurunan arus puncak ekspirasi (APE) ini dikarenakan adanya penyempitan dan
juga sumbatan pada jalan nafas.prevalensi asma di Indonesia menurut data survei
Kesehatan rumah tanggga tahun 2018 sebesar 4%, sedangkan berdasarkan riset
Kesehatan dasar tahun 2019 prevalensi asma untuk seluruh kelompok umur sebesar
3,5% dengan anak-anak usia 1-4 tahun sebesar 2,4%, usia 5-12 tahun sebesar 2,0%.
E. Klasifikasi
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) asma dibagi menjadi 4 yaitu:
b. Eksaserbasi singkat.
14
d. Membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator setiap hari;
F. Patomekanisme
Suatu serangan asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible.
Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot
polos baik saluran napas, pembengkakan membrane yang melapisi bronki, pengisian
bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa
membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi,
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast
15
Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu
G. Manifestasi Klinis
dispnea, dan wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Asma biasanya
bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan
pernapasan lambat, wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding
inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-
Serangan Asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
hilang secara spontan. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi
reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
menemukan lesi. walaupun dengan harga yang lebih mahal karena beberapa
dilakukan adalah darah rutin. Pemeriksaan darah mempunyai hasil yang tidak
sensitif dan spesifik. Pemeriksaan penunjang yang menjadi gold standart adalah
16
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Spirometri
Spirometri adalah suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan secara obyektif
ntuk mengukur hambatan aliran udara yang ada. Spirometri pada dasarnya
resistensi elastik dan non elastik sehingga dapat menghasilkan fungsi ventilasi
Pemeriksaan faal paru adalah mengukur berapa banyak udara yang dapat masuk
kedalam paru – paru dan seberapa cepat udara dapat keluar dari paru – paru.
Pada pasien asma terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan
KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan
KAEM (kecepatan arus ekspirasi maksimal), kenaikan KRF dan VR, sedangkan
KTP bertambah atau normal. Kelainan di atas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran nafas kecil yang dapat
17
5. Analisis Gas Darah
baik, sehingga PaCO2 naik. Saturasi hemoglobin menurun, dan timbul sianosis.
6. Foto toraks PA
1) ICS melebar
3) Hiperinflasi,
18
Gejala Klinis & PF
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
spirometri
Pemeriksaan penunjang
laboratorium
X-Ray Asma
1. Bronkitis kronik
sputum biasanyadidapatkan pada pasien berumur lebih dari 35 tahun dan perokok
berat. Gejalanyadimulai dengan batuk pagi hari, lama kelamaan disertai mengi
2. Emfisema paru
emfisema tidak pernahada masa remisi, pasien selalu sesak pada kegiatan
19
jasmani. Pada pemeriksaan fisik ditemukan dada kembung, peranjakan napas
Dulu gagal jantung kiri akut dikenal dengan nama asma kardial, dan bila
4. Emboli paru
batuk yang dapatdisertai darah, nyeri pleura, keringat dingin, kejang, dan pingsan.
J. Penatalaksanaan Fisioterapi
diantaranya:
1. Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat dalam bentuk
cairan menjadi aerosol stabil. Bersamaan dengan cairan dapat dapat diberikan
juga obat bronkodilator atau kortikosteroid. Pada eksaserbasi akut terapi oksigen
hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa (Balte et al., 2020).
20
2. Chest Fisioterapi
Chest Fisioterapi yaitu upaya untuk membersihkan jalan napas dari mukus/
sekresi yang berlebih. Chest fisioterapi terdiri dari breating exercise, postural
drainage, perkusi/ tapotement, batuk efektif dan active exercise (Malesker et al.,
2020).
3. Breathing exercise
mengurangi sesak napas dan mengurangi kerja dari suatu pernapasan, yang
21
4. Mobilisasi lingkar thoraks
Mobilisasi sangkar toraks adalah suatu bentuk latihan aktive movement pada
trunk dan extremitas yang dilakukan dengan deep breathing yang bertujuan untuk
5. Coughing exercise
dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dari jalan napas dan area
paru. Selain itu coughing exercise menekankan inspirasi maksimal yang dimulai
6. IR (Infra Red)
subkutan yaitu epidermis dan dermis. Pemberian Infra Red Luminous diberikan
dengan intensitas sesuai dengan toleransi dari pasien tersebut, dimana pasien
merasakan hangat pada area yang diterapi. Penyinaran diberikan secara tegak
lurus pada area yang diterapi pada jarak 30-45 cm dan dengan dosis terapi selama
22
K. Kerangka/ mind mapping Teknologi Fisioterap
Pemeriksaan Fisik
- Auskultasi Gejala Klinis:
- Fremitus - Batuk
- Perkusi - Sesak napas (ekspirasi lebih lama)
- Lingkar thoraks - Nyeri dada
- NYHA, MET,HRS-A, - Wheezing/Ronkhi
Indeks Barthel, Skala
Borg, dan Six Minutes
Walking Test Asma
Problem FT
- Sesak napas Modalitas Terpilih
- Batuk berdahak
- Spasme otot pernapasan - MWD
- Keterbatasan mobilisasi thorak - Breathing Exercise
- Gangguan Postur - Chest terapi
- Gangguan ADL - Terapi O2
- Six Minutes Walking Exercise
- Respiratory Muscle Strech Gymnastic
Meningkatkan kemampuan - Streatching Exercise
aktivitas fisik individu
Fisioterapi
23
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
Nama : Tn. E
Pekerjaan :-
No RM : 088925
Agama : Islam
Hobby :-
Vital Sign
Saturasi Oksigen : 97 %
Berat Badan : 54 Kg
B. Assesment
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Penyakit
Bulan April 2021 pasien datang ke BBKPM dengan keluhan sesak napas dan
24
kembali tanggal 15 November 2021 dengan keluhan sesak napas. Pasien
mengeluh mudah merasa lelah dan sesak napas setelah beraktivitas atau
berjalan lama. Pasien memiliki riwayat merokok (saat ini telah berhenti) dan
mandiri.
3. Inspeksi: Statis
a. Postur Kifosis
e. Protraksi Shoulder
Inspeksi: Dinamis
b. Sedikit kifosis
4. Palpasi
a. Tenderness : -
c. Suhu : Normal
d. Kontur : Normal
Terganggu saat beraktivitas berat, berjalan lama dan naik turun tangga
25
6. Pemeriksaan Penunjang
Bronchitis Ephysematous
C. Pemeriksaan Spesifik FT
1. Derajat Sesak
Hasil :1
Selisih
Titik Ukur Inspirasi Awal Ekspirasi
Insp Eksp
Axilla 82 80 79 2 1
P. Mamas 88 85 83 3 2
Xypoid 86 84 83 2 1
Interpretasi: Pasien mengalami keterbatasan ekpansi thoraks.
3. Auskultasi
26
Apical √ √
Mild Zone √ √
Low Zone √ √
Posterior √ √
Interpretasi : Terdapat penyempitan jalan napas pada lobus apical paru bilateral
4. Spirometri
6. Pemeriksaan Nyeri
Nyeri dada saat batuk dan beraktivitas dengan skala Vas: 3 (Nyeri ringan)
1) Batuk =3
2) Sesak napas =2
27
(Sulit dilakukan pada beberapa poin pertanyaan karena pasien kurang bisa
mengerti)
D. Diagnosa FT
a. Impairment
Body Function Sesak napas, retensi sputum, nyeri dada, dan keterbatasan
ekspansi thoraks
b. Functional Limitation
E. ProgramFisioterapi
28
T : 10 menit
3. Sesak napas dan penurunan Exercise Therapy F: 1x/10 hari
mobilitas toraks I: 8 hitungan, 3x repetisi
T: Segmental Breathing exc
T: 2 menit
F: 1x/10 hari
I: 8 hitungan, 3x repetisi
T: Pursed Lip Breathing exc
T: 2 menit
F: 1x/10 hari
I: 8 hitungan, 3x repetisi
T: Diaphragmatic
Breathing
exc
T: 2 menit
F: 1x/10 hari
I: 8 hitungan, 3x repetisi
T: Active Shoulder Flex &
Abduction
T: 2 menit
4. Spasme otot Stretching Exercise F : 1x/10 hari
I : 8 hit 3 rep
T : Stretching Otot
Aksesoris Pernapasan
(SCM, Pectoralis,
scalene, dan trapezius)
T : 3 menit
5. Gangguan postur (Protraksi Exercise Therapy F : 1x/10 hari
dan Kyphosis) I : 8 hit 3 rep
T : Active Shoulder
Retraction & Bugnet exc
T : 3 menit
6. Retensi sputum Exercise Therapy F: 1x/10 hari
I: Senyamannya Pasien
T: Postural Drainage Right
Apical Segment (Semi-
Lying)
T: Selama terapi
F: 1x/10 hari
I: 5 kali pengulangan
T: Huffing
T: Toleransi Pasien
7. Gangguan ADL Exercise Therapy F: 1x/10 hari
I: Toleransi pasien
T: Edukasi Home Exercise
T: Toleransi pasien
Sumber: Data Primer, 2021
29
Adapun hasil evaluasi dan modifikasi terhadap program fisioterapi yang telah
diberikan pada klien tersebut, adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Evaluasi Fisioterapi
Evaluasi Sesaat
Problem
No Parameter Kategori Sebelum Setelah Interpretasi
FT
Intervensi Intervensi
Tekanan 150/100
Kapasitas -
Darah mmHg
fungsi Tidak
1. Vital sign
cardio- 85 dilakukan
pulmonal Denyut Nadi -
kali/menit
2 (inspirasi)
2 cm Upper chest 1
(ekspirasi)
3 (inspirasi)
Lingkar Tidak
2. 3 cm Middle chest 2
toraks dilakukan
(ekspirasi)
2 (inspirasi)
5 cm Lower chest 1
(ekspirasi)
Gangguan Tidak
6. Inspeksi - Kifosis -
Postur dilakukan
Gangguan 6 minutes
Tidak
7. ADL walking - 60 m -
dilakukan
berjalan test
30
T: Bugnet exc
T: 5 menit
F : 1x/hari
I : 10 hit 3 rep
3 Ekspansi Toraks Exercise Threapy T : Active Shoulder Movement +
Breathing Exercise
T : 5 menit
Sumber: Data Primer, 2021
G. Home Program
Pasien diberikan edukasi berupa latihan pernapasan, dan latihan berjalan untuk
F : 1x sehari
T : 3 menit
2. Latihan bejalan
F : 2x/hari
I : toleransi pasien
T : Pasien berjalan selama 6 menit jika merasa sesak dan lelah maka latihan
berjalan dihentikan
T : Toleransi pasien
H. Kemitraan
31
Kolaborasi dan kemitraan dengan dokter spesialis paru sangat penting dalam
hal mengenali kondisi umum, tanda dan gealah, patofisiologi pasien, serta
b. Dokter Radiologi
Hasil radiologi memegang peran yang penting, terutama dalam kasus yang
diagnosis pasien. Pada kasus ini pasien belum memiliki hasil radiologi.
c. Ilmu Gizi
Seorang ahli gizi sangat dibutuhkan dalam mengontrol status gizi seorang
d. Apoteker
e. Psikologi
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI. (2020). Laporan
Kinerka Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 206. Retrieved
from https://e-renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-465827-3tahunan-
768.pdf
32
Mahler, B., & Croitoru, A. (2019). Pulmonary rehabilitation and tuberculosis: A new
approach for an old disease. Pneumologia, 68(3), 107–113.
https://doi.org/10.2478/pneum-2019-0024
Prastyanto, D., & Kushartanti, W. (2016). Pengaruh Latihan Pernafasan Buteyko Terhadap
Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada Penderita Asma. Medikora, 15(2).
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2016. PPOK. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika.
Sutrisna, M., Pranggono, E. H., & Kurniawan, T. (2018). Pengaruh Teknik Pernapasan
Buteyko terhadap ACT. Jurnal Keperawatan Silampari.
https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.22
Sari, LWI. 2015. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum Dan Sesudah Pelatihan
Senam Lansia Menpora Pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik. Semarang
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
33