Anda di halaman 1dari 19

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA GANGGUAN FUNGSIONAL PARU-


PARU BERUPA SESAK NAPAS DAN

BATUK ET CAUSA ASMA ”


Kelompok 4 :
ABD JAMAL K
ADHE YULFIYAH GANI
YUSTINA SANTI
Anatomi Sistem Respirasi
Otot – Otot Pernapasan

INSPIRASI Otot bantu saat Inspirasi


 Diafragma  M. Sternocleidomastoideus
 Intercostalis  M. Upper Trapezius
Eksternal  M. Pectoralis Major
 M. Pectoralis Minor

EKSPIRASI
 Abdominalis
 Interostalis Internal
Fisiologi Pernafasan
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka
pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 jenis:

a) Eksternal
Repirasi luar adalah pertukaran udara yang terjadi
antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler dan merupakan pertukaran O2 dan CO2
antara darah dan udara.

b) Internal
Respirasi dalam adalah pernapasan yang terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh
dan merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran
darah ke seluruh tubuh.
Pernafasan Dada Pernafasan Perut
Pernafasan dada adalah pernapasan yang Pernafasan perut merupakan pernafasan yang
melibatkan otot antar tulang rusuk. mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot
1. Fase inspirasi : Fase ini berupa diafragma yang membatasi rongga perut dan
berkontraksinya Otot antar tulang rusuk rongga dada
sehingga rongga dada membesar, akibatnya 1. Fase Inspirasi : Pada fase ini otot diafragma
tekanan dalam rongga dada menjadi lebih
berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
kecil daripada tekanan di luar sehingga udara
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan
dari luar akan masuk.
menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2. Fase ekspirasi : Fase ini merupakan fase 2. Fase Ekspirasi: Fase ekspirasi merupakan
relaksasi Atau kembalinya otot antara tulang rusuk fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang posisi semula yaitu melengkung) sehingga
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. rongga dada mengecil dan tekanan menjadi
Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, paru
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya akan
karbon dioksida keluar.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SISTEM PERNAPASAN
 Jenis Kelamin
Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi sebesar 20-25% dari pada funsgi ventilasi
wanita, karena ukuran anatomi paru pada laki-laki lebih besar dibandingkan wanita.
Selain itu, aktivitas laki-laki lebih tinggi sehingga recoil dan compliance paru sudah
terlatih.
 Usia
Kekuatan otot maksimal paru-paru pada usia 20-40 tahun dan dapat berkurang sebanyak
20% setelah usia 40 tahun.
 Tinggi Badan
Seorang yang memiliki tubuh tinggi memiliki fungsi ventilasi lebih tinggi daripada orang
yang bertubuh kecil pendek.
TINJAUAN TENTANG KASUS
Definisi Asma Etiologi Asma
Asma adalah gangguan pada Bronkus
dan trakhea yang memiliki Reaksi Penyebab awal terjadinya inflamasi
berlebihan terhadap stimulus tertentu dan saluran pernapasan pada penderita asma
bersifat reversibel(Padila, 2015). Belum diketahui mekanismenya
Definisi asma juga disebutkan oleh (Soedarto,2012). Terdapat berbagai
Reeves dalam buku Padila yang keadaan yang memicu terjadinya
menyatakan bahwa asma adalah obstruksi serangan asma, diantara lain: Kegiatan
pada bronkus yang mengalami inflamasi fisik (exercise) Kontak dengan alergen
dan memiliki respon yang sensitif serta dan irritant.
bersifat reversible.
Patofisiologi Asma
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul
IgE yang berikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang menimbulkan
asma bersifat airborne. Alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak
dalam periode waktu tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma.
Obat yang sering berhubungan dengan induksi fase akut asma adalah aspirin,
bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik dan bahan sulfat.
Sindrom khusus pada sistem pernafasan yang sensitif terhadap aspirin terjadi
pada orang dewasa, namun dapat pula dilihat dari masa kanak-kanak. Masalah
ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial lalu menjadi
rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal akhirnya diikuti oleh munculnya
asma progresif.
Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya dengan
pemberian obat setiap hari.
Gambaran Klinis

Sesak nafas

Batuk

Rasa nyeri di dada

Penurunan Toleransi Kerja

Produksi Sputum
Proses Assesment Fisioterapi

Identitas Pasien:
Nama : Ny. Mariada
Umur : 47 Tahun/14 November 1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Residen 2000 Blok 1D No. 12 Gowa
History Taking
 Keluhan utama : sesak napas dan batuk (tidak berdahak)
 Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien pernah mengalami sesak napas waktu masih kecil tetapi kemudian hilang dengan
sendirinya. Pada tahun 2000 pasien kembali merasakan sesak dan melakukan pengobatan di
RS Islam Faisal dan pernah di rawat inap 3x. Sampai sekarang pasien masih merasakan
sesak dan mulai melakukan check up di BBKPM Makassar dari tahun 2019 sampai sekarang.
 Pemeriksaan Penunjang :
• Hasil Lab : Pemeriksaan BTA (negatif)
• Tes VCT Anti Bodi (Non Reaktif) (12 Februari 2019)
 Pemeriksaan Radiologi : TB Paru aktif lesi minimal pada tanggal 12 Februari 2019
Temuan Pemeriksaan
4. Pemeriksaan Vital Sign
1. Inspeksi/Observasi
• Statis : Pasien nampak sesak Tekanan Darah : 100/70 mmHg
• Dinamis : Saat berjalan terlalu lama Denyut Nadi : 78 x / menit
Frekuensi Pernapasan : 24 x / menit
pasien mengalami sesak nafas
Suhu : 36º C
2. Palpasi :
• Ada nyeri tekan pada dada SaO2 : 98%
3. Kemampuan functional dan 5. Pemeriksaan Panjang Otot
lingkungan aktivitas M. Pectoralis Major : Kontraktur
• Pasien mampu melakukan ADL (Dextra)
mandiri tetapi jika beraktivitas berat M. Pectoralis Minor : Normal
pasien masih sering merasa sesak. M. Upper Trapezius : Normal
M. sternocleidomastoideus : Normal
Param Best Pred % Pred

6. Pemeriksaan Spirometri FVC 1.34 3.15 42.47

Interpretasi : Restrictive Abnormality Severe FEV1 1.25 2.70 46.33

FEV1/FVC 93.64 80.16 116.82

7. Pengukuran Mobilitas
Selisih

Titik
Inspirasi Awal Ekspirasi
Thorax menggunakan Ukur Inspirasi Ekspirasi

Meteran Axilla 88 86 85 2 1

Interpretasi : Terjadi penurunan Pappila


91 89 88 2 1
sangkar thorax pada saat inspirasi Mamae
dan ekspirasi.
Xyphoid 79 77 76 2 1
8. Pengukuran Nyeri Dada dengan VAS
Interpretasi : (2) Nyeri Ringan

9. Pengukuran Skala Sesak


dengan Skala Borg
SKALA DERAJAT SESAK Interpretasi :
0 Tidak sesak sama sekali Sesak nafas
10. Auskultasi 0,5 Sesak sangat-sangat ringan
sedang (3).
1 Sesak nafas sangat ringan
Interpretasi : Terdapat bunyi ronchi pada
2 Sesak nafas ringan
segmen apical pada paru bagian sinistra.
3 Sedang

4 Sesak nafas cukup berat

5 Sesak berat

6  

7 Sesak nafas sangat berat

8  

9 Sangat-sangat berat (hampir maksimal)

10 Maksimal
1. Impairment
 Sesak nafas
 Gangguan pembersihan jalan nafas
 Nyeri dada
 Penurunan volume paru-paru
 Penurunan mobilitas sangkar thorax
2. Functional Limitation
Tidak dapat berjalan jauh dan melakukan pekerjaan berat
3. Disability
-
Intervensi Fisioterapi

Microwave Diathermy (MWD), Untuk meningkatkan metabolisme jaringan dan


mengurangi nyeri
TENS, Untuk mengurangi nyeri
Pursed Lip Breathing, Untuk menurunkan derajat sesak
Latihan Batuk, Untuk membersihkan jalan napas.
Tappottement, Untuk merangsang dan mengeluarkan mucus ke saluran yang lebih
besar.
Postural Drainage, Untuk mengalirkan mucus dari berbagai segmen paru ke
saluran napas yang lebih besar dengan bantuan gravitasi.
Mobilisasi sangkar Thorax, Untuk merangsang dan mengeluarkan mucus ke
saluran yang lebih besar.
Posisi Postural Drainase
Home Program

Pasien di anjurkan untuk selalu


melakukan latihan pursed lip
breathing. Yang dilakukan 1x sehari
dengan 8 hitungan, 3x repetisi, 3
set. Tekniknya Bernapas melalui
hidung tahan 3 detik, kemudian
hembuskan napas melalui mulut
secara perlahan selama 6 detik
dengan bibir rapat seperti meniup
lilin. Selama 3 menit
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai