Karakteristik Bunyi
01 Definisi Auskultasi 02 Auskultasi
Macam-Macam Daerah
03 Pemeriksaan 04 Auskultasi
01
DEFINISI
AUSKULTASI
adalah suatu tindakan pemeriksaan
dengan mendengarkan bunyi yang
terbentuk di dalam tubuh. Hal ini di
maksudkan untuk mendeteksi
adanya kelainan dengan cara
membandingkan dengan
bunyi normal. Auskultasi dilakukan
di dada dengan cara mendengarkan
suara napas dan bila di lakukan
di abdomen mendengarkan suara
bising usus.
02
KARAKTERISTIK
BUNYI
1. Frekuensi atau jumlah siklus gelombang per detik yang dihasilkan oleh benda yang bergetar.
Semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi nada bunyi dan sebaliknya.
2. Kekerasan atau amplitudo gelombang bunyi. Bunyi terauskultasi digambarkan sebagai keras atau
pelan.
3. Kualitas, atau bunyi-bunyian dengan frekuensi dan kekerasan yang sama dari sumber berbeda.
Istilah seperti tiupan atau gemuruh menggambarkan kualitas bunyi.
4. Durasi, atau lamanya waktu bunyi itu berlangsung. Durasi bunyi adalah pendek, sedang dan
panjang. Lapisan jaringan lunak mengendapkan durasi bunyi dari organ internal dalam. Pemeriksa
harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang berbeda, sehingga
bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi suara diperlukan suatu alat
yang disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi
suara.
03
Pemeriksaan
1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan
bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
3. Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan
telinga
4. Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah, ukuran dan
lengkungannya. Stetoskop telinga
5. Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa
atau menggosokan pada pakaian pemeriksan
6. Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan
pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
7. Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan
yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi
seperti bunyi usus dan paru
8. Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status
04
Macam-Macam Daerah
Auskultasi
A. AUSKULTASI JANTUNG
Dari jantung yang normal dapat didengar lub-dub, lub-dub, lub-dub... Lub adalah suara penutupan
katup mitral dan katup trikuspid, yang menandai awal sistole. Dub adalah suara katup aorta dan
katup pulmonalis sebagai tanda awal diastole. Pada suara dub, apabila pasien bernafas akan
terdengar suara
yang terpecah.
• Posisi pasien berbaring dengan sudut 30 derajat
• Mintalah pasien relak dan bernapas biasa
• Tempelkan kepala stetoskop pada ictus cordis dengarkan suara dasar jantung
• Bila auskultasi dengan corong stestokop untuk daerah apek dan ruang interkosta 4 dan 5 kiri
kearah sternum. Dengan membran untuk ruang interkosta 2 kiri kearah sternum
• Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
• Bedakan irama systole, diastole dan intensitasnya
• Perhatikan suara tambahan yang mungkin timbul
• Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsus (denyut nadi)
• Tentukan daerah penjalaran bising dan titik maksimumnya
B. AUSKULTASI PARU-PARU
Tujuan pemeriksaan auskultasi paru adalah untuk menentukan adanya perubahan dalam
saluran napas dan pengembangan paru. Dengan auskultasi dapat didengarkan suara napas, suara
tambahan, suara bisik dan suara percakapan. Suara napas adalah suara yang dihasilkan aliran udara
yang masuk dan keluar paru pada waktu bernapas. Pada proses pernapasan terjadi pusaran/ eddies
dan benturan/ turbulensi pada bronkus dan percabangannya. Getaran dihantarkan melalui lumen
dan dinding bronkus. Pusaran dan benturan lebih banyak pada waktu inspirasi/menarik napas
dibanding ekspirasi/ mengeluarkan napas, hal inilah yang menyebabkan perbedaan suara antara
inspirasi dan ekspirasi.
Lanjutan….