HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBARAN PENGESAHAN........................................................................ii
KEASLIAN PENELITIAN.............................................................................iii
HALAMAN MOTTO.......................................................................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR......................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
B. Kebutuhan Oksigenasi............................................................................15
Kebutuhan Oksigenasi............................................................................21
i
B. Subyek Studi Kasus................................................................................35
C. Fokus Studi.............................................................................................36
D. Definisi Operasional...............................................................................36
G. Penyajian Data........................................................................................41
B. Pembahasan............................................................................................59
A. Kesimpulan.............................................................................................66
B. Saran.......................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................69
DOKUMENTASI.............................................................................................72
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
number one killer of children). Di Negara berkembang begitu banyak anak yang
2010)
mycoplasma, virus, jamur, aspirasi benda asing, dan bacteria. Menurut Wonodi,
dkk, 2012 dalam (Irma et al, 2016) beberapa faktor penyebab yang
nutrisi, faktor lingkungan serta riwayat penyakit yang pernah diderita. Tanda dan
gejala klinis ialah demam disertai gangguan pada kebutuhan oksigenasi, misalnya
batuk berdahak dan tidak berdahak, dan juga dapat menyebabkan sesak dimana
sesak merupakan gejala utama dari pneumonia, serta gambaran foto thoraks/dada
Organization (WHO) adalah napas cepat, napas sesak, sianosis, dan terdapat
1
bahaya yang membutuhkan rujukan segera agar mendapatkan perawatan yang
napas, ketidakefektifan pola napas, dan gangguan pertukaran gas. Oleh karena
posisi semi fowler, fisioterapi dada, pemberian oksigen, melakukan suction, dan
pemberian oksigen. Peneliti melakukan tindakan tersebut selama 3x24 jam. Hasil
yang didapatkan pada saat evaluasi yaitu frekuensi napas kembali normal, dan
terdapat 1 anak yang meninggal dunia akibat Infeksi Saluran Napas Bawah
2
menyebabkan kematian utama pada anak berusia dibawah lima tahun yaitu
pneumonia tercatat 900.000 yang merupakan 16% dari total kematian anak balita
sebagian besar korbannya berusia dibawah 2 tahun, diare (14%), infeksi lain
503.738 jiwa (57,84 %) dan jumlah kematian 551 jiwa (0,11%). Di Sulawesi
pneumonia pada anak balita tahun 2015 sebanyak 305 kasus, tahun 2016
sebanyak 324 kasus, tahun 2017 sebanyak 301 kasus. (Laporan tahunan RSU
hidung, terdapat tarikan dinding dada, dypsneu dan suara krekels saat
pemenuhan suplai oksigen ke otak dan sel-sel diseluruh tubuh, jika dibiarkan
dalam waktu yang lama keadaan ini akan menyebabkan hipoksemia lalu terus
3
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menyajikan studi
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
d. Mampu menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien
1. Bagi Masyarakat/Klien
3. Bagi Institusi
5
5. Bagi penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Secara klinis pneumonia dapat menjadi penyakit primer atau menjadi komplikasi dari
penyakit lain. Terjadinya inflamasi parenkim paru merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak namun lebih sering terjadi pada bayi dikarenakan sistem imun bayi masih rendah.
(Wong et al, 2008)
Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. (Setiati, et al, 2014)
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan parenkim paru yang terjadi pada
pengisian rongga alveoli oleh eksudat dan terdapat konsolidasi. Umumnya disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda- benda asing pada saluran pernapasan (Ardiansyah, 2012).
Sedangkan menurut Suriadi & Yuliani (2010 : 226) pneumonia adalah peradangan alveoli
atau parenchyma paru yang terjadi pada anak
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa pneumonia adalah
penyakit infeksi saluran napas bawah akut yang mengalami peradangan alveoli atau pada
parenchyma paru yang sering terjadi pada bayi dan anak yang disebabkan istem imun masih
rendah.
B. Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur. Menurut
hasil penelitian penyebab pneumonia adalah bakteri (70%), kemudian virus dan
jamur yang sangat jarang ditemukan sebagai penyebab pneumonia. (Kemenkes
RI, 2010)
Menurut Nurarif & Kusuma (2016), penyebab pneumonia pada anak dapat
digolongkan menjadi:
1. Bacteria: Staphylococcus aureus, Hemophilus influinzae, Streptococcus
Pneumoniae, dan Klebsiella Pneumoniae.
2. Virus: Respiratory syncytial virus, dan Virus influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur: Pneumocystis jiroveci (PCP)
5. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, dan
benda asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom loeffler.
7
akan mudah terserang penyakit infeksi terutama pneumonia
(Sediaoetama, 2008). Balita yang tidak mengkonsumsi ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan dan pemberian ASI kurang dari 24 bulan lebih
beresiko terkena pneumonia, dibandingkan Pemberian ASI selama 6
bulan pertama. Pemberian ASI selama 2 tahun juga akan menambah
ketahanan anak dalam melawan gangguan penyakit infeksi salah satunya
adalah Pneumonia. (Choyron, 2015)
b. Faktor lingkungan: anak balita yang tinggal di rumah dengan
menggunakan jenis bahan bakar yang memiliki banyak asap lebih
beresiko terkena pneumonia. (Khasanah, Suhartono, & Dharminto, 2016)
C. Klasifikasi Pneumonia
1. Berdasarkan anatomi, pneumonia terbagi mejadi 3:
a. Pneumonia lobaris, terjadi pada bagian ujung bronkiolus, yang
tersumbat karena adanya eksudat mukopurulen yang membentuk
bidang yang terkonsolidasi pada lobus terdekat. (Wong et al, 2008)
b. Pneumonia interstitial, terjadi proses inflamasi didalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobaris.
Pneumonia interstitial disebut juga dengan bronkiolitis. (Nurarif &
Kusuma, 2016)
1) Bronkopneumonia ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada
8
Tabel 2.1 Klasifikasi Pneumonia Pada Anak Balita
Kelompok Umur Klasifikasi Gejala
2 bulan - <5 tahun Pneumonia berat Tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam (Chest in drawing)
2. Patofisiologi
langsung dari saluran pernapasan atas. Akibat sekunder dari Viremia atau
9
sistemik. Barrier anatomi dan meknik diantaranya adalah filtrasi partikel di
asing melalui refleks batuk dan upaya menjaga kebersihan jalan napas oleh
lapisan mukosiliat.
lebih banyak mengenai lobus. Pada infeksi virus awalnya ditandai oleh lesi
didapatkan dalam saluran napas kecil. Bila proses inflamasi meluas maka sel
debris, mucus serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran napas
inflamasi di dalam alveoli sama seperti yang terjadi pada ruang intertisial
yang terdiri dari sel-sel mononuclear. Prosen infeksi yang berat akan
akan diaktifkan. Saat terjadi kontak antara bakteri dan dinding alveoli
10
maka bakteri akan ditangkap oleh lapisan cairan epitel yang mengandung
dalam alveolar, leukosit PMN dengan aktivitas fagositosi akan dibawa oleh
edema yang luas. Area edema akan membesar dan membentuk area sentral
yang terdiri dari eritrosit, eksudat, purulent (fibrin, sel-sel lekosit PMN) dan
fagositosis aktif oleh leukosit PMN. Proses ini akan mengakibatkan kaburnya
mukosa melalui teichoid acid yang terdapat pada dinding sel dan paparan di
11
proses difusi gas akan terganggu dan menyebabkan hipoksia bahkan gagal
3. Manifestasi Klinis
yaitu:
a. Demam tinggi
berwarna keputihan, takipnea, bunyi napas ronki atau ronki kasar, pekak
12
sampai sianosis (bergantung pada tingkat keparahan), frekuensi pernapasan
>60 kali/menit.
peribronkial.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologis
bronchial.
d. ABGs/Pulse Oximetry
13
5. Penatalaksanaan Medis
(Ardiansyah, 2012):
b. Intra vena fluid drip dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10 mEq/500 ml
cairan, jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu dan
status hidrasi.
1. Definisi
kardiovaskuler.
14
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. (Hidayat, 2009)
Hardiono, 2012)
kebutuhan oksigenasi merupakan suatu zat yang paling penting bagi manusia
15
Gambar 2.2 Sistem Pernapasan (Sumber: https://malekbio.blogspot.co.id)
3. Proses Oksigenasi
tahap yaitu:
a. Ventilasi
Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau
3) Jalan napas
16
merangsang pusat pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan
b. Difusi gas
c. Transportasi gas
sempurna.
17
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
otak dan sel-sel diseluruh tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama
e. Pertukaran gas
Kebutuhan Oksigenasi
terdapat tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
(Hidayat, 2009)
kekuatan dari otot pernapasan, dan eliminasi sekret yang berasal dari
metabolisme tubuh.
18
1) Postural drainage merupakan teknik pengaturan posisi tubuh dengan
pernapasan.
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir
2009)
(Aisyarini, 2016)
e. Pemberian posisi semi fowler adalah posisi tidur pasien dengan kepala
dan dada lebih tinggi daripada posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi
flower kepala dan dada dinaikkan dengan sudut 30°-45°. Posisi ini
19
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumonia Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di berbagai
1. Pengkajian
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari
berupa data dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif.
20
a) Pernah menderita ISPA
5) Demografi
mikroorganisme).
c) Pola eliminasi
21
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
d) Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak
e) Pola akitivitas-latihan
bedrest.
f) Pola kognitif-persepsi
h) Pola peran-hubungan
i) Pola seksual-reproduksi
Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
22
j) Pola toleransi stress-koping
mudah tersinggung.
7) Pemeriksaan Fisik
somnolent
c) Tanda-tanda vital:
takikardi
Suhu: hipertermi
g) Paru:
23
Palpasi: adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada
24
Bakteri, virus, jamur, parasit, banda asing
Droplet
Pneumonia
Kuman masuk ke dalam bronkus Infeksi saluran pernapasan Terbentuk jaringan ikat
Proses peradangan Pelepasan histamine, prostaglandin Jaringan paru >> jaringan ikat
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Gangguan difusi dalam kapiler Tekanan dinding paru
dan alveoli
pernapasan
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil:
27
3) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Intervensi:
sesak
tambahan
Rasional: penurunan aliran udara dapat terjadi pada area paru yang
5) Lakukan suction
pemasangan ventilator
28
Rasional: membantu mempermudah secret untuk keluar
sekitar pasien
pernapasan
Kriteria Hasil:
Intervensi
29
Rasional: Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak
dada.
Napas Intervensi:
sesak
tambahan
Rasional: penurunan aliran udara dapat terjadi pada area paru yang
30
5) Lakukan suction
31
Rasional: Suction dilakukan apabila SPO2 100% tanpa
pemasangan ventilator
sekitar pasien
alveolar-kapiler
Kriteria hasil:
5) PaCO2 normal
32
Rasional: Posisi semi fowler dapat mengurangi sesak
dada.
4. Implementasi Keperawatan
33
jam yaitu dengan melakukan monitor vital sign (Suhu, RR, Nadi),
34
auskultasi bunyi napas, berikan ASI pada bayi, kolaborasi terapi inhalasi,
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi:
pernapasan
Evaluasi:
35
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler
Evaluasi:
5) PaCO2 normal
36
BAB III
METODE STUDI
KASUS
Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah anak atau balita
1. Kriteria Inklusi
37
2. Kriteria Eksklusi
d. Orang tua pasien dan pasien yang tidak menyetujui untuk jadi
responden.
C. Fokus Studi
D. Definisi Operasional
1. Pneumonia yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah anak balita yang
38
pada pasien atau keluarga pasien serta melihat buku rekam medik
1) Terdapat sputum
3) Dyspnea
pernapasan
39
c. Intervensi keperawatan yaitu membuat prencanaan pelaksanaan
yang telah ditulis pada tinjauan pustaka. Dalam studi kasus ini peneliti
NOC: Status
Pernapasan Kriteria
Hasil:
40
yang
41
diangkat yaitu ketidakefektifan pola napas berhubunga dengan
ditemukan:
6) Compos mentis
42
E. Tempat Dan Waktu
Anak Rsu Bahteramas Prov. Sultra pada tanggal 19 Juli sampai 25 Juli 2018.
dengan pasien dan ibu pasien, selain itu pengumpulan data juga dilakukan
dengan cara melihat buku status pasien, rekam medik, dan catatan
laboratorium di RSU Bahteramas Prov. Sultra. Studi kasus ini diawali dengan
thermometer, jam tangan, pita lingkar lengan atas, pita ukur, pena, buku
yang sesuai dengan masalah yang muncul serta melakukan evaluasi dari
ukur untuk melihat bagaimana intensitas yang dirasakan oleh pasien terhadap
b. Berat (2)
c. Cukup (3)
d. Ringan (4)
43
e. Tidak ada/normal (5)
G. Penyajian Data
hasil penelitian.
izin kepada institusi tempat penelitian dalam hal ini RSU Bahteramas Prov.
bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak
1. Prinsip Manfaat
kepada subjek.
44
c. Risiko (benefits ratio)
self determination)
to full disclosure)
c. Informed Consent
diskriminasi.
45
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
46
BAB IV
1. Pengkajian
a. Identitas Anak
Nama pasien adalah By. R berusia 2 bulan 4 hari. Pasien lahir pada
kedua orang tua pasien. Nama orang tua pasien adalah Tn A dan
Ny.
dengan Pneumonia.
b. Riwayat Keperawatan
47
perawatan di Rumah Sakit Bombana, karena keterbatasan alat
perokok aktif.
4) Riwayat Nutrisi
Ibu pasien tidak memberikan By. R ASI eksklusif. Setiap hari By.
kebutuhan nutrisinya.
48
5) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Saat ini By. R memiliki berat badan 3 Kg, tinggi badan 56 cm,
lingkar kepala 37 cm, dan lingkar lengan atas 9 cm. Berat badan
lahir 3,5 Kg dan berat badan sebelum sakit 3,6 Kg. Pasien
menggenggam.
6) Genogram
26 2
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Pasien
: Tinggal Serumah
Sumber: Data Primer, 2018
49
1) Pernapasan
dan wheezing, ada retraksi otot bantu napas, pada dinding dada
mulut pasien.
2) Kardiovaskuler
Irama jantung regular, pulsasi kuat, tidak ada murmur, CRT <3
3) Persyarafan
minum susu.
4) Genetourinaria
eliminasi urine.
5) Pencernaan
50
6) Musculoskeletal dan Integumen
kebersihan bersih.
7) Penginderaan
pada palpebra.
8) Endokrin
9) Aspek Psikososial
d. Pemeriksaan
Diagnostik Foto
Thoraks AP
5) Tulang-tulang intak
6) Kesan: Pneumonia
51
e. Terapi
Klasifikasi Data
Data Subjektif:
Data Objektif:
d) Dyspnea
i) Batuk
52
k) Menggunakan alat bantu pernapasan (nasal kanul)
Analisa Data
53
bantu pernapasan
(nasal kanul)
13. Pemeriksaan
diagnostik: kesan
pneumonia
Sumber: Data Primer, 2018
2. Diagnosa Keperawatan
Data Subjektif: Ibu pasien mengatakan By. R sesak napas dan gelisah.
Data Objektif:
kali/menit
d) Dyspnea
i) Batuk
54
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Pneumonia
55
6. Penggunaan otot fowler dapat mengurangi
bantu pernapasan sesak.
berkurang atau 4. Bantu pemberian 4. Membantu
tidak ada inhalasi (nebulizer) mempermudah
secret untuk
5. Bantu kelola keluar.
oksigen yang 5. Memenuhi
dilembabkan (nasal kebutuhan oksigen
kanul) pasien.
6. Ajarkan pada Ibu 6. ASI dapat
pasien tentang memperkuat daya
pentingnya tahan tubuh anak.
pemberian ASI.
7. Kolaborasi 7. Mempercepat
pemberian obat proses
penyembuhan
Sumber: Data Primer, 2018
4. Implementasi Keperawatan
Diagnosa : Pneumonia
56
Respirasi: 64 kali/ menit
09.10 2. Mengauskultasi area paru
Hasil: Crackels dan wheezing (+)
13.45 3. Memberikan posisi semi fowler
Hasil: Ibu pasien tampak memangku
anaknya dengan posisi kepala lebih tinggi
daripada kaki
14.00 4. Mmbantu pemberian inhalasi (nebulizer)
Hasil: Combivent 1 2 + NaCl 1cc/ 8 jam
14.30 5. Mmbantu mengelola oksigen yang
dilembabkan (nasal kanul)
Hasil: Oksigen (nasal): 1 liter/menit
15.00 6. Mengajarkan pada Ibu pasien tentang
pentingnya pemberian ASI
Hasil: Ibu pasien tampak memberikan ASI
pada pasien.
14.00
7. Berkolaborasi pemberian obat
Hasil: IVFD D5% 1⁄2 NS (10 tetes/menit)
Injeksi ceftrazidin 2x250 mg/ Intravena
Injeksi Gentamisin 2x16 mg/ Intravena
Zink 1x1 tablet (puyer)/ oral
2
57
Hasil: Ibu pasien tampak memangku
anaknya dengan posisi kepala lebih tinggi
14.00 dari kaki
4. Membantu pemberian inhalasi (nebulizer)
14.30 Hasil: Combivent 1 2 + NaCl 1cc/ 8 jam
5. Membantu mengelola oksigen yang
dilembabkan (nasal kanul)
15.00 Hasil: Oksigen (nasal): 1 liter/menit
6. Mengajarkan pada Ibu pasien tentang
pentingnya pemberian ASI.
Hasil: Ibu pasien tampak memberikan ASI
14.00 pada pasien.
7. Berkolaborasi pemberian obat
Hasil: IVFD D5% 1⁄2 NS (10 tetes/menit)
Injeksi ceftrazidin 2x250 mg/ Intravena
Injeksi Gentamisin 2x16 mg/ Intravena
Zink 1x1 tablet (puyer)/ oral
2
58
Hasil: Combivent 1 2 + NaCl 1cc/ 8 jam
14.30 5. Membantu mengelola oksigen yang
dilembabkan (nasal kanul)
Hasil: Oksigen (nasal): 1 liter/menit
15.00 6. Mengajarkan pada Ibu pasien tentang
pentingnya pemberian ASI
Hasil: Ibu pasien tampak memberikan ASI
pada pasien.
14.00 7. Berkolaborasi pemberian obat
Hasil: IVFD D5% 1⁄2 NS (10 tetes/menit)
Injeksi ceftrazidin 2x250 mg/ Intravena
Injeksi Gentamisin 2x16 mg/ Intravena
Zink 1x1 tablet (puyer)/ oral
2
59
15.00 6. Mengajarkan pada Ibu pasien tentang
pentingnya pemberian ASI.
Hasil: Ibu pasien tampak memberikan ASI
pada pasien.
14.00 7. Berkolaborasi pemberian obat
Hasil: IVFD D5% 1⁄2 NS (10 tetes/menit)
Injeksi ceftrazidin 2x250 mg/ Intravena
Injeksi Gentamisin 2x16 mg/ Intravena
Zink 1x1 tablet (puyer)/ oral
2
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa : Pneumonia
60
- Pasien tampak tenang
- Irama pernapasan tidak teratur
- Pernapasan cuping hidung tidak ada
- Penggunaan otot bantu pernapasan ada
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dilanjutkan
1 20/07/2018 15.00 S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih
sesak
O: Keadaan umum lemah
- S: 37,2°C, N: 120 kali/menit, RR: 56
kali/menit
- Crakels dan wheezing berkurang
- Batuk berkurang
- Dyspnea berkurang
- Pasien tampak tenang
- Irama pernapasan tidak teratur
- Pernapasan cuping hidung tidak ada
- Penggunaan otot bantu pernapasan ada
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dilanjutkan
1 21/07/2018 15.00 S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih
sesak
O: Keadaan umum lemah
- S: 36,6°C, N: 120 kali/menit, RR: 54
kali/menit
- Crakels berkurang
- Batuk berkurang
- Dyspnea berkurang
- Pasien tampak tenang
- Irama pernapasan tidak teratur
- Pernapasan cuping hidung tidak ada
- Penggunaan otot bantu pernapasan ada
61
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dilanjutkan
1 22/07/2018 15.00 S: Ibu pasien mengatakan sesak pada anaknya
berkurang
O: Keadaan umum sedang
- S: 36,6°C, N: 110 kali/menit, RR: 50
kali/menit
- Crakels dan wheezing berkurang
- Batuk berkurang
- Dyspnea berkurang
- Pasien tampak tenang
- Irama pernapasan teratur
- Pernapasan cuping hidung tidak ada
- Penggunaan otot bantu pernapasan ada
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dilanjutkan
1 23/07/2018 10.00 S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
sesak
O: Keadaan umum sedang
- S: 36,8°C, N: 110 kali/menit, RR: 42
kali/menit
- Crackels berkurang (ringan)
- Batuk berkurang
- Dyspnea tidak ada
- Pasien tampak tenang
- Irama pernapasan teratur
- Pernapasan cuping hidung tidak ada
- Penggunaan otot bantu pernapasan
tidak ada
A: Masalah teratasi
P: Intervensi 7 dilanjutkan
Sumber: Data Primer, 2018
62
B. Pembahasan
bukti ilmiah dan kondisi nyata yang dialami pasien selama penulis melakukan
1. Pengkajian
wawancara, observasi, dan melihat rekam medic pasien. Fokus pada studi
oksigenasi pasien.
Pada kepala tidak ada kelainan, mata konjungtiva bisa anemis, pernapasan
pada cuping hidung. Paru: pengembangan paru berat, tidak simetris jika
hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas, adanya nyeri tekan,
paningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena, pekak terjadi bila
crackels.
63
Jantug: tidak ada kelainan jantung, ekstremitas: sianosis, turgor berkurang
jika dehidrasi .
Pada studi kasus pada By. R yang dilakukan pada tanggal 19 Juli 2018
observasi pemeriksaan fisik pada pasien, dan melihat catatan rekam medic
sesak napas dan gelisah. Sementara data objektif yang ditemukan adalah
64 kali/menit, irama tidak teratur, jenis dyspnea, bunyi napas crackels dan
wheezing, ada retraksi otot bantu napas, pada dinding dada terdapat
56 cm, lingkar kepala 37 cm, dan lingkar lengan atas 9 cm. Berat badan
lahir
64
3,5 Kg dan berat badan sebelum sakit 3,6 Kg. Pada pola eliminasi tidak
terdapat gangguan.
simetris, nyeri tekan tidak dapat diukur pada bayi, tidak terdapat sianosis,
turgor baik, tidak terdapat anoreksia dan mual muntah, tidak terdapat
terdapat sianosis dan tanda dehidrasi, anoreksia, mual dan muntah, dan
2. Diagnosa Keperawatan
keperawatan yaitu menganalisa data subjektif dan data objektif yang telah
65
Menurut Suriadi & Yuliani (2010), ada beberapa masalah keperawatan
kematian.
anak usia 2 bulan - <5 tahun yang menderita pneumonia adalah sesak
napas yang ditandai dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke
sampai 11 bulan bernapas 50 kali atau lebih per menit, 12 bulan sampai 5
tahun bernapas 40 kali atau lebih per menit. Pada kasus penelitian ini By.
3. Intervensi Keperawatan
66
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot
67
pernapasan, sehingga perencanaan keperawatan ditujukan sebagai upaya
posisikan pasien dengan posisi semi fowler, auskultasi area paru, lakukan
4. Implementasi Keperawatan
68
Dalam penelitian ini tindakan keperawatan yang diberikan pada By. R
selama 4x24 jam yaitu pada tanggal 19 sampai dengan 22 juni 2018,
inhalasi
obat.
5. Evaluasi Keperawatan
sebagian.
Sedangkan pada studi kasus yang dilakukan pada By. R hasil evaluasi
69
tidak ada, pasien tampak tenang, irama pernapasan teratur, pernapasan
cuping hidung tidak ada, dan penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
pada tanggal 19 Juli sampai dengan 23 Juli 2018, maka penulis menarik
dan melihat catatn rekam medik. Pada By. R ditemukan data subjektif Ibu
napas crackels dan wheezing, ada retraksi otot bantu napas, pada dinding
pernapasan (nasal), batuk, terdapat sedikit lender pada mulut pasien dan
71
oksigen yang dilembabkan (nasal kanul), ajarkan pada ibu pasien tentang
selama 4 hari dari tanggal 19 juli sampai dengan 22 Juli 2018, dan
evaluasi akhir pada jam 10.00 AM, tanggal 23 Juli 2018. Dari evaluasi
hidung tidak ada, dan penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada.
B. Saran
1. Kepada Masyarakat/klien
72
2. Kepada Institusi
Disarankan kepada institusi pendidikan agar karya tulis ilmiah yang ada
73
DAFTAR PUSTAKA
Budiono & Pertami, Sumirah Budi. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Bumi Medika.
74
Irma, Rita et al. 2016. Pemberian Asi Ekslusif, Suplemen Vitamin A Dan Asupan
Seng Dengan Risiko Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di
Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari, Vol.2, No.
2(e-ISSN: 2528-5602), 105. Diperoleh tanggal 13 Maret 2018,
http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/plugins/generic/pdfJsViewer/pdf.js
/ build/pdf.worker.js
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2016. Diperoleh tanggal 13 Maret 2018, https://www.google.com/html.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis :
Berdasarkan Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Yogyakarta: MediAction Publishing
75
Sultra. Kendari: Rekam Medik RSU Bahteramas Prov. Sultra
76
Sari, DP. 2016. Upaya Mempertahankan Kebersihkan Jalan Napas Dengan
Fisioterapi Dada Pada Anak Pneumonia. Publikasi Ilmiah
Dipublikasikan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah
Surakarta
Sediaoetama, AD. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi, Jilid 1.
Jakarta: Dian Rakyat
Setiati, Siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 2. Jakarta:
Interna Publishing
Suriadi & Yuliani, R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto
Wong, DL et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.2. Jakarta: EGC
77
DOKUMENTASI
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90