Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK 15

“Malaria”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Choiros Sirli S. (20191880004)


Havila Aryasuta H. (20191880007)
Ziyan Nabilla Mustika L. (20191880015)
Gusti Ayu Azzahra S. P. (20191880027)
Nandana Rangga Danuarta (20191880032)
Muhammad Sabiq (20191880035)
Adisty Nadiatul Mufliha (20191880037)
Alifia Mazaya Aliya Nugroho (20191880052)
Shakina Reza W. (20191880072)
Viyone Nabila Hasyalwa (20191880082)

PROGRAM STUDI S-1 KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURABAYA
2021

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan tutorial ini telah disetujui pada:


Hari :
Tanggal :

Dosen Tutor

dr. Annisa Nurida, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario 2 dengan
judul “Malaria”.

Dalam penyelesaian laporan ini penyusun banyak mendapatkan bantuan


dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan tidak lupa
pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pengajar tutorial 2, dr. Annisa Nurida, M.Kes


2. Rekan-rekan kami yang banyak membantu namun tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua keikhlasan dan


bantuan yang diberikan kepada penyusun. Akhir kata penyusun berharap laporan
ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, 16 November 2021

Penyusun

3
4
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
1.1 Skenario........................................................................................................5
1.2 Tujuan Pembelajaran.............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Definisi Malaria............................................................................................8
2.2 Etiologi Malaria............................................................................................8
2.3 Patofisiologi Malaria....................................................................................9
2.4 Gejala Klinis Malaria..................................................................................9
2.5 Kriteria Diagnosa Malaria........................................................................12
2.6 Pemeriksaan Penunjang Penegakkan Diagnosa Malaria.......................14
2.7 Komplikasi dan Prognosis Malaria..........................................................16
2.7.1 Komplikasi Malaria...............................................................................16
2.7.2 Prognosis Malaria.................................................................................17
2.8 Diagnosa Banding Malaria........................................................................18
2.9 Tatalaksana Malaria..................................................................................19
2.10 Hikmah Penyakit Malaria dengan Al-Quran dan Al hadist................29
BAB III FINAL CONCEPT MAP..........................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................33
BAB V SIMPULAN..............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

5
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Judul : Menggigil
Isi : Seorang perempuan berusia 25 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan
demam menggigil sejak 1 minggu yang lalu. Sempat mereda kemudian
demam tinggi lagi.
Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan umum : Lemah, compos mentis
b. Tanda vital
TD : 100/80mmHg
Nadi : 110x/menit reguler
RR : 22x/menit
Suhu :38,9`C
c. Kepala Leher
 Ikterik +
 Anemia +
 Cyanosis –
 Dyspneau –
d. Thorax
 Rhoncii-/-
 Wheezing -/-
 Jantung ICS DBN
 S1 dan S2 tunggal
 Murmur –
e. Abdomen
 Supel
 Meteorismus –
 Bisis usus DBN
 Hepar : Hepatomegali
6
 Lien : Splenomegali
f. Ekstremitas
 Akral hangat kering merah
 CRT < 2 detik
 Edema -/-

Pemeriksaan Penunjang:
a. Darah lengkap
 Hb : 9,0 gr/dl
 Eritrosit : 3,1 juta/µl
 HCT : 27%
 Leukosit : 4,2x103 /µl
o Basophil 1%
o Eosinophil 3%
o Batang 6%
o Segmen 70%
o Limfosit 20%
o Monosit 8%
 Trombosit : 120x103 /µl
b. Hapusan darah tepi
 Eritrosit : Kesan jumlah menurun, anisositosis poikilositosis ringan
 Leukosit : Kesan jumlah normal, ring (+), schizont (+)
 Trombosit : Kesan jumlah menurun
 Kesan : Anemia hemolitik, trombositopenia, malaria falciparum
c. Fungsi hepar
 SGOT : 78 U/L
 SGPT : 66 U/L
 Bil D/T : 0,9 / 4,31 mg/dL
d. Fungsi ginjal
 BUN : 20mg/dL
 Kreatinin : 1,2mg/dL
7
 Urinalisis : DBN
e. USG abdomen : Hepatomegali dan splenomegali
f. Pemeriksaan RDT : RDT plasmodium falciparum (+)

1.2 Tujuan Pembelajaran


1.2.1 Definisi malaria
1.2.2 Etiologi malaria
1.2.3 Patofisiologi alaria
1.2.4 Gejala klinis malaria
1.2.5 Kriteria diagnosa malaria
1.2.6 Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis
malaria
1.2.7 Komplikasi dan prognosis malaria
1.2.8 Diagnosis banding malaria
1.2.9 Tatalaksana malaria
1.2.10 KDI

BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Malaria
Infeksi malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium didalam darah
atau jaringan yang dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif,
adanya antigen malaria dengan tes cepat, ditemukan DNA/RNA parasit pada
pemeriksaan PCR. Infeksi malaria dapat memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegali. Pada individu yang imun dapat berlangsung
tanpa gejala (asimtomatis) [ CITATION Pau17 \l 1057 ].

Penyakit malaria (malaria disease) ialah penyakit yang disebabkan oleh


infeksi parasit plasmodium didalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala
demam. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria
ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis [ CITATION Pau17 \l
1057 ].

2.2 Etiologi Malaria


Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium. Terdapat
empat spesies yang menyerang manusia yaitu:

a. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum atau malaria


tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
b. Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana
benigna.
c. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana
benigna ovale.
d. Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae atau malaria
kuartana.

Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber
infeksinya adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan
9
suatu komplikasi yang berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat
[ CITATION Fit18 \l 1057 ].

2.3 Patofisiologi Malaria

[ CITATION Put11 \l 1057 ].


2.4 Gejala Klinis Malaria

Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:

A. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)


Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan
penderitanya cukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang utama
yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi
tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal.
10
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga
berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau
skizon),pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya
sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa
gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia
dan splenomegali. (Fitriany J, 2018)
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
 Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya
infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes.
Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau
secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium
aseksual).
 Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
 Gejala-Gejala Umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym)
secara berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai
dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat
tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit
kering dan terkadang disertai muntah.
b. Stadium demam (hot stage)

11
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka
merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi
kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat
hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi
dapat menimbulkan kejang-kejang.
c. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat
banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah
normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur.
Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain
sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya


dialami oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita
yang belum mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita
yang baru pertama kali menderita malaria.Di daerah endemik malaria dimana
penderita telah mempunyai kekebalan (imunitas) terhadap malaria, gejala klasik
timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu ada, dan seringkali bervariasi
tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di daerah yang mempunyai
tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali penderita tidak
mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-
pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik (Fitriany
J, 2018)

Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat
atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam
yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria
vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae (Nugroho, 2000).

B. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)


Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya
ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan

12
Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu
atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini: (Fitriany J, 2018)
 Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti:
mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah
 Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
 Kejang-kejang
 Panas sangat tinggi
 Mata atau tubuh kuning
 tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang
 Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
 Nafas cepat atau sesak nafas
 Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
 Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
 Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
 Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g
%)
2.5 Kriteria Diagnosa Malaria
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan sampai
membahayakan jiwa. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan infeksi lain:
seperti demam typhoid, demam dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi
saluran nafas. Adanya thrombositopenia sering didiagnosis dengan leptospirosis,
demam dengue atau typhoid. Apabila ada demam dengan ikterik bahkan sering
diintepretasikan dengan diagnosa hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran
dengan demam sering juga didiagnosis sebagai infeksi otak atau bahkan stroke.

Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka anamnesis


riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap penderita dengan
demam harus dilakukan. Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit
lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

13
Untuk anak <5 tahun diagnosis menggunakan MTBS namun pada daerah
endemis rendah dan dan sedang ditambahkan riwayat perjalanan ke daerah
endemis dan transfuse sebelumnya. Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan
atau pucat untuk dilakukan pemeriksaan sediaan darah.

Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah


secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test=RDT).

 Anamnesis

Anamnesis Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

a. Keluhan: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.

c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.

d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.

 Pemeriksaan Fisik

a. Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C

b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat

c. Sklera ikterik

d. Pembesaran Limpa (splenomegali)

e. Pembesaran hati (hepatomegali)

 Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis untuk menentukan:

a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)

b) Spesies dan stadium plasmodium

14
c) Kepadatan parasit

- Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu
dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan
RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi pengobatan [ CITATION Kem17 \l
1057 ].

2.6 Pemeriksaan Penunjang Penegakkan Diagnosa Malaria


Malaria dapat didiagnosis menggunakan pemeriksaan laboratorium seperti
mikroskopis, RDT, Polimeration Chain Reaction (PCR) maupun serologi, WHO
merekomendasikan bahwa semua kasus yang dicurigai malaria dikonfirmasikan
menggunakan tes diagnostik (baik mikroskop atau tes diagnostik cepat) sebelum
memberikan pengobatan.

a. Pemeriksaan Mikroskopis
Sejak ditemukan tahun 1904 pemeriksaan mikroskopis masih dianggap paling
baik sampai sekarang dan menjadi standar emas yang dapat mengidentifikasi
parasit malaria dengan pewarnaan giemsa. Pemeriksaan mikroskopis dapat
dilakukan dengan sediaan tebal maupun sediaan tipis. Prinsip kerja pemeriksaan
ini adalah pembuatan melihat parasit dengan pewarnaan giemsa 10x dibawah
mikroskop dengan lensa objektif 100 x pada 100 lapangan pandang sampai
ditemukan parasit. Pemeriksaan mikroskopis masih menjadi standar emas dalam
pemeriksaan malaria. Pemeriksaan malaria secara mikroskopis tidak selalu
menunjukkan hasil yang tepat. Ketidaktepatan dalam pemeriksaan malaria dapat
disebabkan oleh petugas yang kurang terampil, peralatan yang kurang memadai,
bahan dan reagen tidak sesuai standar, jumlah sediaan yang diperiksa melebihi
beban kerja. Pelatihan bagi tenaga mikroskopis diharapkan dapat meningkatkan
kinerja, berdasarkan penelitian bahwa pelatihan petugas laboratorium mikroskopis
malaria dapat meningkatkan pengetahuan dan skill dalam mendeteksi parasit
malaria. Agar sesuai dengan tuntutan kerja pengadaan pelatihan/ pendidikan perlu
dilakukan seperti pelatihan case manajemen bagi dokter dan paramedis (bidan dan

15
perawat), pelatihan parasitologi malaria (mikroskopis dari pusat sampai
puskesmas / UPT), pelatihan manajemen dan epidemiologi malaria (Basic
Training) dan pelatihan juru malaria desa (JMD) atau kader dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan, memperbaiki,
mengatasi kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan standar
kebijakan program.Managemen kasus malaria perlu diadakan pelatihan tentang
diagnosis laboratorium penggunaan mikroskop dan RDT, pengobatan malaria
b. Sediaan darah tebal
Pemeriksaan mikroskopis dengan sediaan darah tebal mampu mendeteksi
plasmodium tunggal maupun campuran karena parasit berkumpul sehingga mudah
untuk dilihat namun tidak dapat melihat spesies dan stadium parasit. Sediaan
darah tebal di buat dengan meneteskan sampel di objek glass ratakan searah jarum
jam sampai berdiameter 1-2 cm, tunggu sampai kering tanpa di fiksasi dengan
methanol seperti sediaan darah tipis lalu dilakukan pewarnaan giemsa 2,5%
selama 45-60 menit atau giemsa 10% selama 10 menit tunggu sampai kering
sebelum di lihat dibawah mikroskop
c. Sediaan darah tipis
Sediaan darah tipis berguna untuk mengidentifikasi spesies parasit, stadium
dan kepadatan parasit bisa juga untuk skrining malaria apabila sediaan tebal tidak
memungkinkan dilakukan. Pemeriksaan setidaknya 100- 300 lapangan pandang
dengan lensa objektif 100 x minyak imersi.
d. Pemeriksaan dengan Rapid Diagnostic Test (Tes Diagnostik Cepat)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstick dapat
mendeteksi 200 and 2000 parasites/ μL. Tes ini sangat berguna pada unit gawat
darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan di daerah terpencil yang
tidak tersedia fasilitas laboratorium serta untuk survei terbatas. Penyimpanan RDT
sebaiknya di lemari es, tidak disimpan di dalam Freezer. Alat tes ini sangat
efektif digunakan dalam diagnosis cepat malaria, keuntungan dari alat tes ini
dimana tidak memerlukan keahlian khusus seperti mikroskopis, siapa saja dapat
menggunakan. Meskipun demikian pelatihan terhadap kader malaria dalam
penggunaan RDT perlu dilakukan, berdasarkan penelitian pelatihan pada kader
16
malaria dalam penggunaan alat diagnostik (RDT) lebih efektif (93%) dalam
peningkatan skill daripada yang tidak diberikan pelatihan.

2.7 Komplikasi dan Prognosis Malaria


2.7.1 Komplikasi Malaria
Malaria dengan berbagai komplikasi digolongkan sebagai malaria berat
yang mana menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi plasmodium falciparum
dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:

a. Malaria serebral (coma)


Malaria Serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau
lebih dari 30 menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran
harus dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) (Sudayo,
2017).
b. Acidemia/acidosis
pH darah < 7,25 atau plasma bicarbonate < 15 mmol/l, kadar laktat vena
<> 5 mmol/l, klinis pernapasan dalam/respiratory distress (Sudayo, 2017).
c. Anemia berat
(Hb < 5 g/dl atau hematokrit < 15%) pada keadaan parasit > 10.000/ul;
bila anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus dikesampingkan
adanya anemia defisiensi besi, talasemia/ hemoglobinopati lainnya
(Sudayo, 2017).
d. Gagal ginjal akut
(urin kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB
pada anak- anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.
e. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (Adult Respitarory Distress
Syndrome) dapat dideteksi secara radiologi (Sudayo, 2017).
f. Hipoglikemi: gula darah < 40 mg/dl.
g. Gagal sirkulasi atau syok:
tekanan sistolik < 70 mmHg (anak 1-5 tahun <50 mmHg); disertai keringat
dingin atau perbedaan temperatur kulit-mukosa > 100 C; Perdarahan
spontan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan/ atau disertai kelainan
laboratorik adanya (Sudayo, 2017).
17
h. Gangguan koagulasi intravascular.
i. Kejang berulang lebih dari 2 kali/ 24 jam.
j. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan
karena obat anti malaria /kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD) (Sudayo,
2017).
k. Piagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak (Sudayo, 2017).
l. Hiperparasitemia
m. Merupakan keadaan dimana pasien penderita malaria falciparum memiliki
kepadatan parasit yang tinggi dalam darahnya (> 5% eritrosit dihinggapi
parasit). Kondisi hiperparasitemia meningkatkan terjadinya risiko multiple
organ failure (Kemenkes, 2019).
n. Distress pernafasan
Komplikasi ini sering terjadi pada anak-anak. Penyebab terbanyak adalah
asidosis metabolik. Asidosis biasa berhubungan dengan malaria serebral
(Kemenkes, 2019).

2.7.2 Prognosis Malaria

 Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan &


kecepatan pengobatan.

 Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang


dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan
meningkat sampai 50 %.

 Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik
daripada kegagalan 2 fungsi organ (Fitriany J. 2018).

- Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %.

- Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %.

- Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:

18
a.Kepadatan Parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
b.Kepadatan Parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
c.Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 %

2.8 Diagnosa Banding Malaria


Gejala Malaria Demam Demam Leptospirosis Demam Malaria Berat
Tifoid Dengue Kuning

Nyeri kepala  -    Penurunan


kesadaran
(tifoid
enselopati),
radang otak,
stroke
Demam Hilang timbul, Naik Tinggi Tinggi Demam Hipotensi,
naik turun perlahan mendadak mendadak 1-2 mendadak takipnea,
terutama selama 2- hari desaturasi
sore hari 7hari oksigen,
demam tifoid
Menggigil  -    -
Berkeringat   - - - -
Nyeri otot      
Pegal pegal Nyeri Paha, Di
sendi, pinggang punggung
tulang
Diare      Melena
BAK spt teh     diuresis
Perut tdk      Hematemesis
nyaman
Ikterus  -    
Konjuntiva    - - -
anemia
Leukositosis     - 
Hb turun     - 
Trombositopenia     - 
19
Bilirubin ↑    - - 
SGOT↑   -   
SGPT ↑  - -    Hepatitis

[ CITATION Put11 \l 1057 ].


2.9 Tatalaksana Malaria
Terapi obat yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan cara
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk
stadium gametosit. Tujuannya untuk mendapat kesembuhan klinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung karena itulah penderita harus makan
terlebih dulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat
berdasarkan berat badan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Metode pengobatan yang dilakukan di Indonesia adalah dengan


pemberian Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi. Yaitu penggunaan dua atau
lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai,
bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi. Tujuan terapi kombinasi ini
adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah terjadinya resistensi
Plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan kombinasi malaria harus
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020):

a. aman dan toleran untuk semua umur

b. efektif dan cepat kerjanya

c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi

d. harga murah dan terjangkau

Dibawah ini merupakan alogaritme tatalaksana pada penderita positif


malaria. Pasien dibedakan menjadi pasien malaria tanpa komplikasi dan pasien
20
malaria berat atau yang dengan komplikasi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020):

Alogarit
me Terapi Malaria (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum atau


Plasmodium vivax atau Plasmodium knowlesi stadium aseksual dengan minimal
satu dari manifestasi klinis sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020):

 Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)


 Kelemahan otot (tak dapat duduk/berjalan)
 Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
 Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).

21
 Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi oksigen <92%
dan frekuensi pernafasan > 30 kali/menit)
 Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80
mmHg (pada anak: <70 mmHg)
 Jaundice (bilirubin>3 mg/dL dan kepadatan parasit >100.000/uL pada
malaria falciparum, pada malaria knowlesi kepadatan parasit >20.000/uL)
 Perdarahan spontan abnormal
 Hipoglikemia (gula darah <40 mg%)
 Anemia berat pada anak < 12 tahun: Hb <5 g/dl , Hematokrit<15% pada
endemis tinggi dan ; Hb <7g/dl, Hematokrit <21%untuk endemis sedang-
rendah ; pada dewasa Hb<7g/dl atau hematokrit <21%
 Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit/µL di daerah
endemis sedang-rendah atau >5% eritrosit atau >250.000 parasite/µL di daerah
endemis tinggi)
 Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
 Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg/dL) atau ureum darah >20
mmol/L

Pengobatan malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian DHP


(Dihidroartemisinin-Piperakuin) secara oral. Disamping itu diberikan juga
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).

22
Alogaritme Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020)
A. Pengobatan malaria tanpa komplikasi

i. Pengobatan infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax (Lini


1)

23
Saat ini untuk terapi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax digunakan
DHP ditambah dengan Primakuin. Dosis DHP dan Primakuin yang digunakan
sama, tetapi untuk malaria falsiparum hanya diberikan primakuin selama 1 hari
saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, sedangkan untuk malaria vivax diberikan
primakuin selama 14 hari dengan dosis yang sama yaitu 0,25 mg/kgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada bayi yang usianya dibawah 6 bulan, ibu
hamil, ibu menyusui bayi usia dibawah 6 bulan dan penderita defisiensi G6PD.
Pengobatan malaria falsiparum adalah seperti dibawah ini (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020):

Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Berat Badan dengan DHP
dan Primakuin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

Pengobatan malaria vivax dan ovale adalah seperti dibawah ini:

Pengobatan Lini Pertama Malaria Vivax dan Ovale Menurut Berat Badan dengan
DHP dan Primakuin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

ii. Pengobatan infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax (Lini


2)

Pengobatan lini kedua Malaria falciparum diberikan jika pengobatan lini


pertama tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi
parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
24
Diberikan kina serta primakuin dan kombinasi doksisiklin atau tetrasiklin. Berikut
jumlah tablet yang dikonsumsi per harinya dengan kombinasi doksisiklin
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020):

Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum Dengan Obat Kombinasi Kina


Primakuin dan Doksisiklin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

25
Berikut jumlah tablet yang dikonsumsi per harinya dengan kombinasi tetrasiklin:

Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum Dengan Obat Kombinasi Kina


Primakuin dan Tetrasiklin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

Pengobatan lini kedua malaria vivax dan ovale menggunakan kombinasi kina dan
primakuin saja, seperti dibawah ini:

Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivax dan Ovale Dengan Kina dan Primakuin
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)
26
iii. Pengobatan infeksi campur Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax/Plasmodium ovale
Pada pasien dengan infeksi campus diberikan DHP selama 3 hari serta
primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB selama 14 hari.

Pengobatan Infeksi Campur Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax/ovale


Dengan DHP dan Primakuin (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

iv. Pengobatan infeksi Plasmodium Malariae

Pengobatan P. Malariae diberikan DHP selama 3 hari, dengan dosis sama dengan
pengobatan malaria lainnya tapi tidak diberikan primakuin (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

v. Pengobatan infeksi Plasmodium knowlesi

Diagnosa malaria knowlesi ditegakkan dengan PCR (Polymerase Chain


Reaction). Pengobatan suspek malaria knowlesi sama seperti malaria falciparum
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

B. Pengobatan malaria berat

Semua pasien dengan malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS)
atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas dan tenaga kurang memadai pasien harus
dirijuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Malaria berat diobati dengan
injeksi artesunate dilanjutkan dengan DHP oral (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).

27
Alogaritme Terapi Malaria Berat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2020)

 Pengobatan malaria berat di puskesmas/klinik non perawatan

Jika puskesmas tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien harus langsung dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk diberikan pengobatan
pra rujuk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020):

a. Diberikan suntikan artesunate iv/ im dosis awal yaitu 2,4 mg/kgBB (3


mg/kgBB untuk anak dengan BB < 20 kg) satu kali dan dirujuk

b. Bila tak ada artesunate injeksi dapat diberikan DHP per oral, satu kali
pemberian dosis sesuai BB.

28
 Pemberian antibiotik

a. Pada kasus anak dengan malaria berat antibiotik spektrum luas diberikan
segera sesudah pemberian artesunate. Antibiotik dihentikan bila keadaan umum
membaik dan tidak ada infeksi (antibiotik dievaluasi dalam 48-72 jam)
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

b. Pemberian antibiotik untuk kasus malaria dewasa dipertimbangkan pada


kasus-kasus dengan risiko terjadinya sepsis seperti hiperparasitemia, acute kidney
injury, asidosis, malaria dan syok (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2020).

 Pemantauan pengobatan

a. Rawat jalan

Pada pasien rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 3, 7, 14, 21,
dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah darah secara mikroskopis.
Apabila terdapat perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi,
pasien dianjurkan segera datang kembali tanpa menunggu jadwal (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

b. Rawat inap

Pada pasien rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan
pemeriksaan klinis dan darah malaria secara kuantitatif hingga klinis membaik
dan hasil mikroskopis negative. Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke 3,
7, 14, 21, dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Catatan:

- Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan, apabila


penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.

29
- Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
- Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal
- Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan bayi < 6 bulan.
- Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan
terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).

c. Pencegahan

Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap


risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, kemoprofilaksis, dan pengendalian
vektor. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan
kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100
mg/hari, yang diberikan 2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah
tersebut, sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan
penggunaan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Selain itu ada vaksin malaria yang dibuat dari antigen circumsporozoite protein
yang ada pada stadium sporozoit Plasmodium. Setelah dilakukan penelitian dan
uji klinis selama bertahun-tahun, vaksin malaria generasi pertama resmi
diterapkan pada awal tahun 2018 di beberapa wilayah endemis malaria di Afrika.
Vaksin tersebut diberi nama RTS, S/AS01. Penggunaan vaksin RTS, S/AS01
untuk mencegah kejadian malaria merupakan sebuah pendekatan yang
menjanjikan mengingat angka resistensi obat yang meningkat. Vaksin ini
memiliki efikasi sebesar 80% untuk pencegahan invasi parasit pada stadium pre-
eritrositik (Juliawan, 2019).

30
2.10 Hikmah Penyakit Malaria dengan Al-Quran dan Al hadist
- Qs. Al Baqarah ayat 26

‫ين آ َمنُ[[وا‬ َ ‫ُوضةً فَ َما فَ ْوقَهَا ۚ فَأ َ َّما الَّ ِذ‬


َ ‫ب َمثَاًل َما بَع‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْستَحْ يِي أَ ْن يَضْ ِر‬
‫ون َما َذا أَ َرا َد هَّللا ُ ِب ٰهَ[ َذا‬ َ ‫ق ِم ْن َربِّ ِه ْم ۖ َوأَ َّما الَّ ِذ‬
َ ُ‫ين َكفَرُوا فَيَقُول‬ ُّ ‫ون أَنَّهُ ْال َح‬
َ ‫فَيَ ْعلَ ُم‬
‫ين‬ ِ َ‫ضلُّ بِ ِه إِاَّل ْالف‬
َ ِ‫اسق‬ ِ ‫َمثَاًل ۘ ي‬
ِ ُ‫ُضلُّ بِ ِه َكثِيرًا َويَ ْه ِدي بِ ِه َكثِيرًا ۚ َو َما ي‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan


seekor  nyamuk  atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang
beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir
berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan
(perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu
banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia
sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik. 

Allah juga memberikan perumpamaan lain seperti zubab yang berarti lalat
pada surat al Hajj ayat 73 atau juga laba-laba pada surat Al Ankabut ayat 41. Al
hajj ayat 73 yang isinya mengecam berhala-berhala kaum musyrikin dan
menyebutkan bahwasanya menyembah Tuhan mereka itu sangat lemah seperti
rapuhnya rumah laba-laba. Orang Yahudi mempertanyakan kepada Rasulullah apa
gerangan keutamaan atau kelebihan serangga atau laba laba, sehingga Allah
menjadikan permisalan dalam Firman-Nya lalu turunlah Al Baqarah ayat 26. ( HR
Ibnu Abbas).

- Qs. Al Hajj ayat 73:

‫ب َمثَ ٌل فَا ْستَ ِمع ُْوا لَ[[هٗ ۗاِ َّن الَّ ِذي َْن تَ[ ْد ُع ْو َن ِم ْن ُد ْو ِن هّٰللا ِ لَ ْن‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ ض‬
َ ‫ُر‬
ُ‫ي َّْخلُقُ ْوا ُذبَابًا َّولَ ِو اجْ تَ َمع ُْوا لَهٗ َۗواِ ْن يَّ ْسلُ ْبهُ ُم ال[ ُّذبَابُ َش ْئـًًٔ[ا اَّل يَ ْس[تَ ْنقِ ُذ ْوهُ ِم ْن[ ۗه‬
ْ ‫ب َو ْال َم‬
ُ‫طلُ ْوب‬ [ُ ِ‫ُف الطَّال‬
َ ‫ضع‬
َ

31
Artinya: Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah!
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan
seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat
itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali
dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.

- Qs. Al-Anfal ayat 11:

‫هّٰللا‬
‫ت بَ ْيتً[ ۗ[ا َواِ َّن‬ ِ ۚ ‫[ل ْال َع ْن َكبُ[ ْ[و‬
ْ ‫ت اِتَّ َخ[ َذ‬ ِ [َ‫َمثَ ُل الَّ ِذي َْن اتَّ َخ[ ُذ ْوا ِم ْن ُد ْو ِن ِ اَ ْولِيَ[ ۤ[ا َء َك َمث‬
‫ت لَ ْو َكانُ ْوا يَ ْعلَ ُم ْو َن‬ ِ ۘ ‫ْت ْال َع ْن َكب ُْو‬ ِ ‫اَ ْوهَ َن ْالبُي ُْو‬
ُ ‫ت لَبَي‬

Artinya: "(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu


penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit
untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh
dengannya telapak kaki(mu)."

Allah SWT telah memberikan kita hujan dan air untuk membersihkan diri. Karena
itu, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa air adalah hak istimewa yang kita
dapat sebagai bentuk hadiah dari Allah SWT. Menjaga kebersihan adalah bentuk
kewajiban dari Allah SWT. Oleh karena itu, menjaga kebersihan pula hanya
dilakukan bagi orang-orang yang bertakwa untuk memastikan kita tetap bersih
dan suci. Tentunya, kita diharuskan untuk terus bersyukur atas semua bimbingan
dan cinta yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya dan dengan mensucikan
diri, berarti telah menunjukkan cinta dan pengabdian kepada Allah SWT.

Hadis lain Riwayat at-Tirmizi dari Sahl bin Sa'ad " Andaikan dunia ini dalam
pandangan Allah sama dengan bobot satj sayap nyamuk saja, maka dia tidak akan
memberi orang kafir seteguk air pun."

Dalam Tafsir Ilmi para ulama dan pakar sains, menuliskan, nyamuk selalu

32
digambarkan sebagai hewan penghisap darah namun gambaran ini tidak
sepenuhnya benar. Pada kenyataannya nyamuk betina yang menghisap darah,
sedangkan jantan tidak. Karena nyamuk betina menghisap darah untuk
memperoleh protein guna mematangkan telur yang dikandungnya. Pada dasarnya
nyamuk jantan maupun betina makan nektar bunga.

BAB III

FINAL CONCEPT MAP

33
BAB IV

PEMBAHASAN

34
Dari hasil anamnesis didapatkan seorang perempuan berusia 25
tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan demam menggigil sejak 1 minggu
yang lalu. Sempat mereda kemudian demam tinggi lagi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg, suhu


tubuh 38,9 oC, nadi 110x/menit dan pernapasan 22x/menit. Dari pemeriksaan fisik
di kepala dan leher ditemukan adanya anemia dan ikterik. Pada pemeriksaan fisik
abdomen ditemukan  hepatomegaly. Hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan
hemoglobin 9,0 g/dl, hematokrit 27%, leukosit (White Blood Cell / WBC) 4.200
sel/ul darah, trombosit (platelet) 120.000 sel/ul darah, eritrosit (Red Blood Cell /
RBC) 3,1 juta sel/ul darah. Hasil hapusan darah tepi pada eritrosit kesan jumlah
menurun dan anisositosis poikilositosis ringan. Pada leukosit kesan jumlah
normal, ring (+) dan schizont (+). Trombosit kesan jumlah menurun dan kesan
anemia hemilitik, trombositopenia dan malaria falciparum. Hasil pemeriksaan
fungsi hepar didapatkan SGOT 78 U/L, SGPT 66 U/L dan bill D/T 0,9 / 4,31
mg/dL. Sedangkan hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit (Diff Count)
didapatkan hasil eosinofil 3 %, basophil 1%, batang 6 %, segmen 70%, limfosit
20%, monosit 8%. Dari pemeriksaan hapusan darah tepi, Eritrosit : kesan jumlah
menurun, anisositosis poikilositosis ringan, Leukosit: kesan jumlah normal, ring
(+), schizont (+), Trombosit: kesan jumlah menurun.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


kelompok kami mengarah kepada diagnosis Malaria Falciparum. Penegakan
diagnosa dapat ditegakkan dengan temuan gejala berupa demam menggigil sejak
1 minggu yang lalu, lemas, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri seluruh badan
dan juga riwayat bepergian ke daerah endemis. Serta pada pemeriksaan fisik
didapatkan ditemukan keadaan umum pasien tampak lemas, suhu 38.9 oC, pada
kepala dan leher ditemukan anemis dan icterus dan pada abdomen ditemukan
organomegali di hepar dan lien. Pada pemeriksaan penunjang yang menjadi gold
standard adalah pemeriksaan mikroskopik, pada pemeriksaan hapusan darah tepi
di temukan kesan jumlah eritrosit menurun, anisositosis poikilositosis ringan,
pada HDT leukosit terdapat bentukan stadium dari Plasmodium spp. yaitu ring
35
(+), schizont (+), dan kesan jumlah trombosit menurun. Pada pemeriksaan RDT
ditemukan hasil Plasmodium falciparum (+)

Pentatalaksanaan pasien ini dibutuhkan  pengobatan radikal malaria


dengan cara membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia,
termasuk stadium gametosit dengan pemberian Obat Anti Malaria (OAM)
kombinasi. Pengobatan malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian DHP
(Dihidroartemisinin-Piperakuin) secara oral, disamping itu diberikan juga
primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal. Perlu juga dilakukan evaluasi
pengobatan dan dilanjutkan pada hari ke 3, 7, 14, 21, dan 28 dengan pemeriksaan
klinis dan sediaan darah secara mikroskopis.

36
BAB V

SIMPULAN

Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit


plasmodium yang biasanya disertai gejala demam, menggigil, anemia dan
splenomegaly. Penyakit malaria ini disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium (falciparum, vivax, ovale, malariae). Gejala malaria ada 2 gejala
ringan dan berat. Kriteria diagnosis penyakit malaria ini pada anamnesis
ditemukan demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual muntah, diare,
dan nyeri otot. Ditemukan juga riwayat sakit malaria, riwayat
tinggal/berkunjung didaerah endemis malaria. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan demam, konjungtiva pucat, sklera ikterik, splenomegali dan
hepatomegali, pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan
mikroskop dan pemeriksaan RDT. Pada penyakit malaria ini menyebabkan
komplikasi malaria serebral, acidemia/acidosis, anemia berat, gagal ginjal
akut, edema paru non-kardiogenik, hipoglikemi, gagal sirkulasi, gangguan
koagulasi intravascular, kejang berulang, makroskopik hemoglobinuri.
Prognosis penyakit ini jika ringan dubia ad bonam, jika berat dubia ad malam.
Diagnosis bandingnya ditemukan demam tifoid, demam dengue, leptospirosis,
demam kuning. Pengobatan pada malaria ini dapat diberikan DHP +
primaquin, jika malaria berat diberikan artesunat/kinadrip.

37
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Fitriany. J, S. A. (2018). Malaria. Lhokseumawe. Jurnal Averrous , Vol.4 No.2.
Garna, H. H. (2012). Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Bandung
Fakultas Kedokteran Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Bandung.
Harijanto, P. N. (2017). Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing.
Liwang, F. e. (2020). Kapita Selekta Kedokteran Edisi V. Jakarta: Media
Aesculapius.
Reksodiputro. (2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Ed. IV). Jakarta: IPD FK
UI.
RI, K. K. (2017). Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
T.R, P. I. (2011). Malaria dan Permasalahnnya. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ,
Vol. 11 No.2 Agustus 2011.
Tjokroprawiro, A. d. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press.
Zein, U. (2017). Leptospirosis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing.

38
39

Anda mungkin juga menyukai