Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN XV PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN Percobaan 1 : Ketajaman pendengaran.

Sumbatlah sebelah telinga saudara dengan kapas dan periksalah ketajaman pendengaran masing-masing telinganya sekarang, berdasarkan berapa jarak yang terbesar masih dapat terdengar bunyi yang tetap umpamanya bunyi alroji tangan. Jarak ini memberi ukuran untuk ketajaman pendengaran. Beda jarak untuk telinga disumbat dengan telinga yang tak disumbat menjadi ukuran untuk ketulianbuatan yang diakibatkan oleh sumbatan kapas tadi.

Percobaan 2 : Lokalisasi suara. a. Ada dua cara untuk melakukan lokalisasi, yaitu dengan melihat perbedaan intensitas suara yang sampai ke telinga atau dengan beda waktu dimana suara mencapai telinga. Seorang praktikan dengan cara mata tertutup dan seorang praktikan leinnya membunyikan seikat anak kunci. Ini dilakukan pada semua arah sekitar kepala praktikan tersebur dan praktikan itu diharuskan menunjukkan dari mana arah suara itu dating. Apakah ada daerah dimana menentukan lokalisasi tidak mungkin? b. Kedua ujung gagang stethoscop dihubungkan dengan pipa karet yang panjang. Tentukanlah pertengahannya. Praktikan itu mengenakan gagang stethoscop; sedang bagian tengah pipa karet ditaruh diatas meja dibelakangnya. Seorang praktikan lainnya mengetuk pipa karet itu dengan pinsil pada berbagai-bagai jarak dari titik tengahnya. Praktikan pertama harus menunjukkan dari mana datangnya suara tadi. Catatlah jarak yang terpendek dari titik tengah dimana praktikan masih dapat menentukan tempat datangnya suara yang benar. Kalau kecepatan suara 340 m/detik, hitunglah perbedaan sampainya suara pada kedua telinga (nyatakan dalam detik).

Percobaan 3. Percobaan Rinne. Getarkanlah garpu suara dan tekanlah tangkainya pada mastoid. Apabila suara tidak kedengaran lagi, letakkan garpu suara itu kedekat telinga, maka suara akan kedengaran lagi, bila pendengaran normal. Inilah yang dikatakan tanda Rinne positif. Ini akan menjadi degatif pada ketulian telinga tengah dan ketulian oleh karena sumbatan. Ulangi percobaan diatas tetapi dengan menyumbat telinga kiri dengan kapas. Apakah hasil Rinne yang terdapat sekarang?

Percobaan.3. Percobaan Weber. Garpu suara digetarkan dan tangkainya diletakkan ditengah atas kepala. Pada ketulian telinga tengah suara itu akan terdengar dari arah yang tuli, sedang pada ketulian oleh karena syaraf, suara itu terdengar dari arah telinga yang sehat. Hal-hal ini disebut Weber lateralisasi kekiri atau kekanan tergantung dari arah terdengarnya suara.

Kerjakan percobaan ini lagi tetapi telinga kanan disumbat dengan kapas (ini identik dengan ketulian telinga tengahkanan ataupun ketulian karena sunbatan kanan). Kemana lateralisasinya terdengar? Percobaan. 5. Masking Suruhlah seorang praktikan membaca buku. Setelah membaca beberapa kalimat, adakanlah suara bising yaitu dengan mempergunakan sebuah kotak-kotak yang berisi batu-bati kecil (seikat anak kunci) didekat telinganya. Intensitas suaranya membaca buku tadi akan bertambah dengan adanya suara bising ini. hal ini tidak akan terjadi pada seotang yang tuli. Percobaan ini dipakai untuk menentukan apakah seseorang itu memang betul-betul tuli ataukah dibuat-buat(pura-pura/bohong). A 50 -

40 -

30 -

20 B 10 -

PENGECAPAN Larutan larutan yang dipergunakan : 1. 5% gula tebu 2. 1% quinine disulphate 3. 2% citric acid 4. 5% sodium chlorida Rasa bahan-bahan ini manis, pahit, asam dan asin. Lidah praktikan keringkan dulu dengan kertas penghisap dan letak reseptor untuk tiap macam pengecapan tadi ditentukan dengan meletakkan setetes larutan-larutan itu pada berbagai-bagai bagian dari lidah dengan pertolongan ujung sebuah batang gelas. Gambarkan bagian dari lidah dan beri tanda tempat-tempat dimana kita merasai pengecapan tertentu. Keringkanlah lidah dan letakkan pada tempat yang peka terhadap manis sebuah kristal gula yang kering. Apakah memberi sesuatu rasa:

PENCIUMAN Sejumlah botol tertentu berisi bahan-bahan yang berbau. Tentukanlah waktu berapa lama botol-botol itu harus didekatkan ke hidung supaya: a. mencium bau b. mengenal bau Cobalah membagi-bagi bau kedalam beberapa golongan.

Bernafaslah dari botol yang berisi ammonia yang encer beberapa menit. Perhatikan adanya kelelahan perasaan (fatique of sensation). Apabila perasaan itu seluruhnya lelah, cobalah kepekaannya terhadap bau yang lain. Apakah kelelahan olfactory spesifik? PERCOBAAN XV PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN

I. 1.TIU TIK 2.TIU TIK 3.TIU TIK II. TIU

: Mahasiswa dapat memahami proses pendengaran pada manusia. : Dapat menerangkan cara perangsangan organ of corti. : Mahasiswa dapat memahami 3 macam proses konduksi suara. : Dapat menyebutkan 3 jenis konduksi suara : Mahasiswa dapat memahami proses penciuman dan pengecapan pada manusia : Dapat menerangkan cara perangsangan olafactory cells dan tastebuds. : Mahasiswa dapat mengerjakan berbagai test untuk

pendengaran/penciuman/pengecapan. TIK : 1. Dapat mengerjakan/mendemonstrasikan pemeriksaan untuk ketajaman

pendengaran. 2. Dapat menentukan lokalisasi suara dengan 2 cara. 3. Dapat mengerjakan percobaan Rinne. 4. Dapat mengerjakan percobaan Weber. 5. Dapat mengerjakan percobaan masking. 6. Dapat mengerjakan kurve audiogram yang normal. 7. Dapat mencoba 4 primary taste sensation yang normal. 8. Dapat melakukan percobaan untuk mencium bau dan mengenal bau. II. TIU : Memahami hasil yang diharapkan diperbandingkan dengan hasil observasi pada praktikum (ditulis pada observation sheet) TIK : 1. Dapat memberikan definisi ketajaman pendengaran. 2. Dapat menyebut 2 faktor yang menentukan lokalisasi suara. 3. Dapat menyebut hasil-hasil normal terhadap threshold pendengaran. 4. Dapat menyatakan efek Masking terhadap threshold pendengaran. 5. Dapat menyebutkan 4 primary taste sensations. 6. Dapat menyatakan (dari hasil observasi) apakah fungsi pendengaran, penciuman dan pengecapan normal.

References: 1. Guyton. Ed. Revisi, hal. 557 - 568 2. Ganong. Ed. XVII, hal. 165 - 184

_______________________________

Observation Sheet. PERCOBAAN XV PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN Nama/stb Tkt./Fak. Group/Meja Tanggal No. : : : : Hasil yang diharapkan

Hasil observasi

1. Ketajaman pendengaran (dengan memakai arloji tangan) Subjek : Telinga terbuka - telinga kanan - telinga kiri . . . . . . . . . . .. . cm . . . . . . . . . . .. . cm Ketajaman pendengaran (dengan memakai arloji tangan) Subjek : Telinga terbuka - telinga kanan - telinga kiri . . . . . . . . . . .. . cm . . . . . . . . . . .. . cm Artificial-deafness= ..% Kesalahan pada : teknik . . . . . . . . . . . . . cm . . . . . . . . . . . . cm mendekati Menjauhi . . . . . . . . . . . . . cm . . . . . . . . . . . . cm mendekati Menjauhi

2.

Menentukan lokalisasi suara. Subjek : a. anak kunci dibunyikan dari arah : kanan : lokalisasi suara kedengaran dari kanan kiri : lokalisasi suara kedengaran dari kiri Ya / tidak Ya / tidak

media plane : lokalisasi suara tidak dapat ditentukan b. dengan stetoschope pipa karet panjang. Jarak terpendek dari titik tengah yang masih dapat terdengar: - telinga kiri : - telinga kanan : cm cm Ya / tidak

- arah sumber bunyi dapat ditentukan bila perbedaan waktu 3. Rinne test. Subjek : Rinne positif 4. Weber test Subjek telinga tanpa disumbat Weber test : - latelarisasi kekanan Lateralisasi kekiri Lateralisasi tidak ada telinga disumbat Weber test : - latelarisasi kekanan Lateralisasi kekiri Lateralisasi tidak ada 5. Masking Subjek Masking effek : threshold pendengaran naik 6. Gambarkan kurva audiogram normal pengecapan Subjek : Ya / tidak Ya / tidak Ya / tidak Ya / tidak Ya / tidak Ya / tidak Ya / tidak Ya / tidak telinga kiri . . . . . . . . telinga kanan . . . . . .

No. 1. 2. 3. 4

Bahan 5% gula tebu 1% quinie disulphate 2% citric acid 5% sodium sulphate

Rasa Manis Pahit Asam Asin Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak

Penciuman Subjek a. NH4OH : mencium bau mengenal bau Ether : mencium bau : mengenal bau detik detik detik detik

b. Ber nafaslah dari botol yang berisi ammonia encer beberapa menit, maka diperoleh fatique of sensation c. Setelah perasaan seluruhnya lelah, maka penciuman dilakukan pada zat lain (missal ether) masih dapat dikenal Ya / tidak Ya / tidak

Koreksi Instruktur I

Nilai

Tanda tangan

Instruktur II

Total

PEMERIKSAAN PENGLIHATAN

Tujuan : Agar mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan visus, refraksi dan buta warna dengan baik dengan baik. Alat-alat yang diperlukan : Snellens Chart Lensa satu set Kampimeter Buku gambar psudo-isochromatik ischihara atau Stilling

Cara Kerja : 1. Pemeriksaan Visus Praktikan disuruh duduk dengan jarak 6 (enam) meter atau 20 feet dari Snellens Chart. Praktikan memakai gagang kaca mata khusus dimana salah satu matanya ditutup dengan meletakkan kaca hitam (penutup). Periksa visus matanya dengan menyuruh praktikan tersebut membaca mulai dari baris huruf yang terbesar sampai baris huruf yang terkecil pada Snellens Chart yang masi h dapat dibaca seluruhnya dengan lancar dan tanpa kesalahan. Kemudian kaca hitam sebagai penutup mata tersebut dipindahkan kemata sebelahnya dan periksalah visus mata tersebut seperti cara di atas. Ulangi pemeriksaan ini dengan tanpa memakai kaca hitam sebagai penutup mata. Tentukan visusnya. Catatan : Visus dapat dihitung dengan rumus :

d D

Dimana :

V = Visus d = jarak mata dengan Snellens Chart D = jarak dimana mata emetrop masih dapat mengenal huruf terkecil (tertera pada tiap baris huruf di Snellens Chart)

Visus dapat berkurang oleh karena : 1. Ametropia 2. Kerusakan bagian yang membias cahaya 3. Kerusakan syarat yang berhubungan dengan penglihatan

II : Pemeriksaan Refraksi Refraksi mata dapat diperiksa dengan menggunakan Snellens Chart beserta lensa-lensa. Dari pemeriksaan yang visus mata telah kita ketahui visus matanya tanpa menggunakan lensa. Pemeriksaan reftraksi mata dilakukan untuk masing-masing mata sebagai berikut : A. Bila dalam pemeriksaan visus tanpa menggunakan lensa hasilnya sudah 1 maka mata itu tidak mungkin lagi myopia. Mata tersebut kemungkinkan adalah : Emetrop tanpa akomadasi atau Hypermetro dengan akomodasi untuk membedakannya dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : Pasang gagang kaca mata khusus pada praktikan dan tutup salah. Satu matanya dengan kaca hitam. Pasang di depan mata yang lain lensa sferis + 0.25 D dan suruh praktikan membaca huruf-huruf yang ada pada Snellens Chart. Maka : - Seorang yang emetrop akan menjadi Myopia oleh karena visus menjadi lebih kecil (praktikan akan melihat huruf-huruf pada Snellens Chart kabur) - Seorang yang hypermetrop tidak akan berubah visusnya, bahkan akan merasa lebih enak karena akomodasinya berkurang Bila praktikan tersebut Emetrop, pemeriksaan tidak perlu dilanjutkan.

Bila praktikan adalah hypermetrop, lanjutkan dengan pemasangan lensa-lensa dengan setiap kali memberikan lensa positif yang 0.25 D lebih kuat. Lensa positif terkuat, yang memberikan visus maximal merupakan lensa yang dipilih untuk Hypermetrop yang dinyatakanDioptri.

B. Bila dari pemeriksaan visus tanpa menggunakan lensa, visusnya kurang dari 1 maka mata itu biasanya Myopia dan pemeriksaan derajat Myopia dilakukan sebagai berikut : Pasang gagang kaca mata khusus pada praktikan dan tutuplah salah satu matanya dengan kaca hitam Pasang di depan mata yang lain lensa sferis negative mulai dari 0.25 D dengan setiap kali memberikan lensa negatif yang 0.25 D lebih kuat, dan suruh praktikan setiap kali membaca huruf-huruf pada Snellens Chart. Lensa negative yang terlemah yang memberikan visus maximal, merupakan ukuran bagi derajat Myopia yang dinyatakan dalamDioptri. Catatan : Pada orangtua, bila visus tanpa mempergunakan lensa kurang maka kemungkinan adanya Hypermetro belum dapat

dari1,

disingkirkan sama sekali, oleh karena pada orang tua daya akomodasinya sudah berkurang (Presbyopia). Oleh karena itu pada orang tua pemeriksaan lebih baik dimulai dengan lensa-lensa yang positif dan dilihat apakah visusnya bertambah baik atau tidak. C. Bila mata setelah diberi lensa-lensa sferis, visus tidak dapat menjadi sekurang-sekurangnya 1 maka harus diingat adanya Astigmatisma cara memperbaiki Astigmatisma dilakukan dengan lensa silindris sebagai berikut : Pasang gagang kaca mata khusus pada praktikan dan tutup salah satu matanya dengan kaca hitam (penutup) Pasang di depan mata yang lain dengan lensa sferis hingga visusnya hampir mencapai 1.

Tambahkan sekarang di depan lensa itu lensa silindris positif atau negatif dengan cara seperti pada lensa sferis, akan tetapi dengan setiap memutar lensanya, sehingga terdapat penglihatan yang sebaikbaiknya (menyesuaikan lensa) dan dicapai visus yang maximal.

Catat kekuatan lensa yang dipakai dan perhatikan arah sumbu yang harus dibaca dari garis mendatar (horiontal) dari pemeriksaan menurut arah berlawanan dengan jarum jam dan dinyatakan dalam derajat.

Catatan :

Adanya astigmatisma dapat diketahui dengan jalan menyuruh

praktikan melihat dengan tiap-tiap sebelah mata gambar kipas dari optotic Snellen yang terdiri atas garis-garis centrifugal yang arahnya pada masingmasing garis berlainan, praktikan yang astigmatisma akan melihat garis tertentu hitam dan nyata sedangkan lainnya kabur dan kurang hitam. Dengan demikian dapat ditentukan pula sumbunya.

III. Pemeriksaan lapangan pandang Cara : Praktikan duduk menghadap kampimeter. Tutup mata kanan dengan sapu tangan atau telapak tangannya (jangan ditekan). Praktikan menatap pusat kampimeter pada jarak 25 cm dengan tetap. Ambil pulpen yang ujungnya telah diberi kertas hitam. Gerakkan dari luar arah kampimeter menuju ke titik sentral mengikuti garis radial yang ada. Beri tanda pada kampimeter saat praktikan melihat ujung pulpen. Lakukan instruksi di atas pada semula bujur derajat dan hubungan titik-titik yang kita dapatkan sehingga didapat suatu gambaran perimetri. Sebagai ganti warna hitam dapat digunakan berbagai warna lain dan kita akan mendapatkan gambar perimetri untuk berbagai warna.

IV : Pemeriksaan Buta Warna Cara : Praktikan disuruh membaca gambar yang ada dalam buku pseudosochro matik ishihara.

Catat kesalahan yang dibuatnya menurut cara yang tertera dalam petunjuk buku tersebut.

LAPORAN = PEMERIKSAAN PENGLIHATAN= NAMA NO. STB GROUP/ MEJA TANGGAL I. Pemeriksaan Visus Nama praktikan Umur Sex : ........................................... : ........................................... : ........................................... : ........................................................ : ........................................................ : ........................................................ : ........................................................

TINGKAT /SEMESTER : ........................................................

Mata kanan . Visus = ..D Mata kiri . Visus Binokuler . Visus = .D = ..D

II. Pemeriksaan Refraksi Hasil pemeriksaan : I.

II.

III. Pemeriksaan Buta Warna Hasil pemeriksaan : Kesimpulan : Monochromat / Dichromat / Triromat /

Paraf Asisten

Anda mungkin juga menyukai