Oleh:
Pembimbing:
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI
Ringkasan.................................................................................................................................... 22
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 6. Prevalensi spesies Plasmodium berdasarkan jenis kelamin pasien diRS.Mitra Masyarakat
Timika periode Januari 2014 – Juli 2018…………………………………………………………11
Tabel 7. Prevalensi spesies Plasmodium berdasarkan kelompok umur pasien di RS.Mitra Masyarakat
Timika periode Januari 2014 – Juli 2018…………………………………………………………11
Tabel 8. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin …...14
Tabel 9. Pengobatan Malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin..………...14
v
BAB I
I. PENDAHULUAN
global, malaria tetap menjadi penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia. Pada
tahun 2018, sekitar 228 juta kasus dan 405.000 kematian di seluruh dunia disebabkan oleh
malaria.1 Di negara dengan penduduk yang berpenghasilan rendah dan menengah, malaria
tetap menjadi beban utama layanan kesehatan, seringkali penedrita malaria dirawat inap
yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur, dengan
proporsi 79% kasus malaria di Indonesia pada tahun 2012. Data secara nasional
menunjukkan bahwa angka kasus malaria yang sudah dikonfirmasi per-seribu penduduk
atau yang dikenal dengan Annual Parasite Incidence (API) dalam 3 dekade terakhir
ancaman terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang hidup di daerah
terpencil. Selain itu, faktor efikasi dan resistensi obat Anti Malaria menjadi tantangan besar
dibuktikan sebelumnya, saat ini penelitian tentang hubungan antara malaria dan penyakit
sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas yang sering terjadi pada malaria. Hal ini
perikarditis, efusi perikard, penyakit iskemik, dan gagal jantung.3 Sebagian besar
1
manifestasi atau komplikasi yang tidak umum dilaporkan pada infeksi Plasmodium
falciparum. Penelitian terbaru melaporkan manifestasi malaria pada jantung terdapat pada
beberapa kasus malaria P. falciparum yang parah tetapi sangat jarang dengan infeksi
Plasmodium vivax.3
salah satu daerah endemik malaria di Indonesia, datang dengan keluhan nyeri dada tipikal
yang dirasakan seminggu lalu. Sebelumnya pasien telah didiagnosis dengan Malaria serta
sedang dalam terapi obat Anti Malaria oral. Hasil Angiography koroner dengan CAD 2VD
dengan Critical Left Main Disease. Pasien direncanakan untuk menjalani Tindakan
Coronary Artery Bypass Graft (CABG). Dalam diskusi kasus ini akan berfokus pada
pengaruh malaria terhadap Acute Coronary Syndrome, baik dari kondisi klinis, terapi dan
prognosis.
2
BAB II
II. ILUSTRASI KASUS
Seorang perempuan berusia 56 tahun rujukan dari RS Primaya dengan nyeri dada
tipikal yang dikeluhkan sejak 6 hari sebelum masuk IGD Pusat Jantung Terpadu. Durasi
nyeri dada lebih dari 20 menit dengan NRS 6/10, tidak menjalar, disertai keringat dingin
tanpa mual dan muntah. Riwayat nyeri dada sebelumnya pada April 2022, terasa hilang
timbul dan membaik dengan istirahat. Nyeri dada dirasakan berkurang Ketika pasien tiba
di IGD PJT dengan NRS 2/10. Sesak nafas tidak ada, Riwayat sesak sebelumnya tidak ada.
Berdebar tidak ada, riwayat berdebar tidak ada. Riwayat demam 1 minggu lalu, naik turun
dialami selama 4 hari, pasien juga mengeluhakan rasa menggigil dan nyeri pada persendian
Ketika demam. Saat di IGD PJT keluhan demam tidak ada. Sebelumnya pasien dirawat di
RS Primaya dan mendapat terapi Ticagrelor 180 mg loading dose lanjut dosis maintenance
40 mg per 24 jam, Lansoprazole 30 mg/12 jam, dan Primaquin 15 mg per 24 jam. Riwayat
hiperetensi ada, sejak 3 tahun terakhir. Pasien rutin meminum Amlodipin 10 mg per 24
jam. Riwayat Diabetes Mellitus tidak ada, Riwayat merokok ada selama 1 tahun, 3
batang/hari. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga tidak ada. Riwayat pasien
mendapatkan terapi malaria dengan DHP 4 tablet per hari selama 3 hari dan Primaquin 15
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita sakit sedang, berat
badan 62 kg, tinggi badan 158 cm, IMT 24.83 kg/m2 . Dari pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 135/70 mmHg, frekuensi nadi 78 kali per menit, frekuensi napas
20 kali per menit, dan suhu badan 36.5° celcius, saturasi Oksigen 99% dengan udara
ruangan.
3
Pada pemeriksaan Head to Toe tidak didapatkan konjungtiva anemis dan sklera
ikterik. Tekanan vena jugularis R+2 cmH2O. Pergerakan dada simetris, suara paru vesikuler,
tidak terdengar rhonki dan wheezing. Suara jantung S1 dan S2 regular, murmur tidak
4
Pada pemeriksaan elektrokardiografi di Rumah Sakit Primaya Makassar
didapatkan gambaran irama sinus dengan laju jantung 100 kali per menit, aksis jantung
normal, depresi segmen ST pada lead I, avL, V2-V6 dan elevasi segmen ST pada avR
Wahidin Sudirohusodo Makassar didapatkan gambaran irama sinus dengan laju jantung
88 kali per menit, aksis jantung normal, Fragmented QRS pada lead II, III, avF, depresi
segmen ST pada lead V4-V6 dan elevasi segmen ST pada V4-V6 sugestif Ischemic
Anterolateral Wall. Pemeriksaan ekokardiografi bedside pada pasien ini dalam batas
normal
5
Hasil Laboratorium RS Primaya (3 Januari 2023)
nilai Hemoglobin sedikit menurun 10.9 g/dl dan peningkatan kadar troponin T 0.020
6
Hemoglobin menurun 10.7 g/dl , peningkatan kadar SGOT dan SGPT masing-masing
144 U/L dan 188 U/L sedangkan parameter laboratorium lainnya dalam batas normal.
ditemukan Malaria jenis Tertiana dan Tropicana pada sampel darah pasien.
pasien menjalani Angiografi Koroner didapatkan stenosis 90% pada distal Left Main
Artery, stenosis 90% dengan lesi ostial pada Left Circumflex dan stenosis 80% pada
mid Left Aanterior Descending, dengan kesimpulan Coronary Artery Disease 2 Vessels
7
Gambar 3. Angiografi koroner di RS Primaya
ekokardiografi, dan Angiografi Koronner maka ditegakkan diagnosa kerja dengan Non
from admission to 6 months), Coronary Artery Disease 2 Vessels Disease with Critical
Left Main Disease, Hipertensi Grade I dan Malaria. Terapi awal yang diberikan berupa
Aspilet 80 mg per 24 jam, Bisoprolol 1.25 mg per 24 jam, Enoxaparin 60 mg per 12 jam
per 24 jam, primaquine 15 mg per 24 jam. Pasien direncanakan untuk menjalani Urgent
relative stabil, nyeri dada dirasakan berkurang, terkadang muncul hilang timbul. Sesak
nafas tidak ada, dan berdebar tidak ada. Pada tanggal 5 Januari 2023 dilakukan
8
pemeriksaan profil lipid dan HbA1c dengan hasil dalam batas normal. Pada tanggal 6
Januari 2023 dilakukan pemeriksaan Malaria (DDR) control dengan hasil Negatif.
Kemudian dilakukan pemeriksaan Ekokardiografi full study dan Echo doppler vascular
serta pemeriksaan Laboratorium darah rutin, elektrolit (11 Januari 2023) dan panel
HCT % 37-48%
PT 10.1 Second 10-14
INR 0.93
APTT 27.6 Second 22.0-30.0
GDS 99 mg/dl 140
SGOT 54 U/L <38
SGPT 76 U/L <41
Ureum 25 mg/dl 10-50
Creatinin 0.68 mg/dl <1.3
eGFR 102 mL/min/1.73m2 >90
Natrium 136 mmol/l 136-5.1
Kalium 4.0 mmol/l 3.5-5.1
Klorida 103 mmol/l 97-111
Tabel 5. Pemeriksaan Laboratorium kontrol
9
BAB III
III. PEMBAHASAN
secara global, malaria tetap menjadi penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia.1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sekitar 207 juta kasus malaria dan
627.000 kematian pada tahun 2012. Malaria banyak ditemukan di daerah tropis dan
Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur, dengan proporsi
vivax dan ovale dan ditularkan oleh nyamuk anopheles yang terinfeksi. 5 Jenis
sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain Lampung, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua. P.ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan
Papua. Sejak tahun 2009 di Pulau Kalimantan dan Sumatera melaporkan kasus P.
knowlesi yang menular dari monyet / primata ke manusia, tetapi infeksi dari manusia ke
manusia lainnya sampai saat ini belum dilaporkan.2 Pasien pada kasus ini berdomisili di
Timika, Provinsi Papua Tengah. Data dari penelitian di RS Mitra Masyarakat Timika
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia menyatakan prevalensi kasus malaria
10
Tabel 6. Prevalensi spesies Plasmodium berdasarkan jenis kelamin pasien di
RS.MitraMasyarakat Timika periode Januari 2014 – Juli 2018.6
Gambaran khas malaria adalah demam dan menggigil, kondisi umum yang
buruk, diare, mual, dan muntah, tetapi pada malaria ganas, gambaran klinisnya
bergantung pada pengaruhnya terhadap sistem organ tubuh yang berbeda.4 WHO telah
menguraikan kriteria malaria berat sebagai berikut ; anemia berat, malaria serebral,
koma, kejang multipel, cedera ginjal akut, cedera paru akut, sindrom gangguan
pernapasan akut, hipotensi, kolaps sirkulasi, hepatitis akut termasuk gagal hati fulminan,
11
ruptur limpa, infark limpa, torsi limpa, dan pankreatitis. Selain itu, beberapa penelitian
Sebelumnya pasien mengeluhkan riwayat demam 1 minggu sebelum tiba di IGD PJT
RSWS. Demam dialami selama 4 hari, naik turun disertai dengan menggigil dan nyeri
pada persendian. Demam naik turun pada pasien ini sesuai dengan pola demam pada
infeksi P. falciparum dapat terjadi setiap hari dan P. vivax / P. ovale dimana demam
jiwa. Gejala utama demam sering didiagnosis dengan infeksi lain: seperti demam tifus,
Apabila ada demam dengan ikterik bahkan sering diintepretasikan dengan diagnosis
hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran dengan demam sering juga disebut
sebagai infeksi otak atau bahkan stroke. Mengingat bervariasinya manifestasi klinis
malaria maka anamnesis riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap
laboratorium.7 Pasaien pada kasus ini mempunyai gejala demam, menggigil, nyeri pada
malaria (DDR) dengan hasil positif ditemukan malaria tertiana dan tropicana.
12
Gambar 4. Alur penemuan pasien malaria.
Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria diobati
dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT oral. Di samping itu diberikan
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan
dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg/kgBB.7 Pada pasien ini mendapatkan terapi DHP 4 tablet selama 3 hari dan
13
Tabel 8. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin.7
Tabel 9. Pengobatan Malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin.7
kardiovaskular dianggap sebagai komplikasi yang jarang terjadi. Mayoritas data yang
dipublikasikan tentang keterlibatan kardiovaskular berasal dari laporan kasus atau studi
kecil. Meskipun parah, komplikasi kardiovaskular mungkin tidak dikenali atau tidak
dengan komplikasi fatal lainnya (manifestasi paru, kolaps sirkulasi akibat penyebab lain,
kematian mendadak). Selain itu, obat antimalaria juga dapat menimbulkan komplikasi
pada jantung.3
Malaria dapat menjadi faktor risiko infark miokard akut (MI). Sebuah studi
jauh lebih tinggi pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena malaria daripada mereka
yang dirawat karena penyebab lain. Namun, sebagian besar kasus MI menderita malaria
14
falciparum daripada malaria vivax.5 MI juga telah dilaporkan sebagai komplikasi pada
malaria eksperimental.8
Presentasi klinis sindrom koroner akut (ACS) sangat luas. Ini berkisar dari
karena iskemia yang sedang berlangsung atau komplikasi mekanis seperti regurgitasi
mitral yang parah, hingga pasien yang sudah bebas rasa sakit lagi pada saat presentasi.
Gejala utama yang memulai kaskade diagnostik dan terapeutik pada pasien dengan
dugaan ACS adalah ketidaknyamanan dada akut yang digambarkan sebagai nyeri,
tekanan, sesak, dan rasa terbakar. Gejala yang setara dengan nyeri dada mungkin
termasuk dispnea, nyeri epigastrium, dan nyeri di lengan kiri.9 Berdasarkan gambaran
EKG terbagi menjadi 2 grup yaitu 1) pasien dengan nyeri akut dengan gambaran ST
Elevasi, 2) pasien dengan rasa tidak nyama di dada dengan gambaran Non Persistent ST
Elevasi.9
miokard non-ST-segmen elevasi (NSTEMI) atau, lebih jarang, iskemia miokard tanpa
kerusakan sel (angina tidak stabil). Sebagian kecil pasien dapat mengalami iskemia
miokard yang sedang berlangsung, ditandai dengan satu atau lebih hal berikut: nyeri dada
berulang atau berkelanjutan, depresi segmen ST yang nyata pada EKG 12 sadapan, gagal
jantung, dan ketidakstabilan hemodinamik atau listrik. Karena jumlah miokardium dalam
bahaya dan risiko syok kardiogenik dan/atau aritmia ventrikel ganas, Tindakan
diindikasikan.9
15
Gambar 5. Algoritma diagnosis dan triase pada ACS.9
Pasien pada kasus ini mengeluh nyeri dada tipikal yang dikeluhkan sejak 6 hari
sebelum masuk IGD Pusat Jantung Terpadu. Riwayat nyeri dada sebelumnya ada, terasa
hilang timbul dan membaik dengan istirahat, dengan riwayat hipertensi sebagai faktor
risiko koroner. EKG di RS Primaya dengan irama sinus, depresi segmen ST pada lead I,
avL, V2-V6 dan elevasi segmen ST pada avR sugestif Iskemik pada Extensive anterior
dengan Non ST Elevasi Myocardial Infarction. Pasien diberikan loading dual antiplatelet,
LMWH, dan nitrat sebagai penanganan pertama. Kemudian pasien menjalani Coronary
Angiography dan didapatkan hasil CAD 2VD dengan Critical Left Main Disease,
sehingga pasien dirujuk ke PJT untuk Tindakan urgent Coronary Artery Bypass Graft
16
(CABG).
SGPT pada pasien ini dengan nilai 144 mg/dl dan 188 mg/dl. Hai ini mungkin disebabkan
oleh pathogenesis malaria itu sendiri, proses ACS pada pasien ini, atau kemungkinan
karena efek terapi malaria. Peningkatan enzim hati yang signifikan bisa ditemukan pada
biokimia tertentu di dalam inang.16 Mekanisme disfungsi hati pada pasien malaria belum
cabang vena porta oleh eritrosit yang terparasit, kolestasis intrahepatik akibat
bilirubin akibat efek parasitemia atau endotoksemia atau asidosis metabolik, apoptosis
dan stres oksidatif adalah semua mekanisme yang terlibat dalam kerusakan hati. 16
berasal dari Hypoxic Liver Injury (HLI). Kegagalan sirkulasi pada ACS (arterial
hypoperfusion, cardiac output rendah) secara langsung mempengaruhi aliran darah hati,
mengakibatkan disfungsi hepatoselular dan peningkatan AST dan ALT. Hal ini biasanya
Hepatotoksisitas terkait dengan ACT telah dijelaskan pada model hewan dan
beberapa laporan kasus pada manusia telah menunjukkan peningkatan enzim hati dengan
signifikansi klinis yang belum ditentukan. Pinto dkk melaporkan hasil studi mereka
kelainan enzim hati asimtomatik pada hari-hari pertama pengobatan. Namun demikian,
17
kelainan enzim hati ini tampaknya tidak berbahaya, tanpa gejala, dan sembuh sendiri.18
dari malaria tidak diketahui dengan baik. Teori yang mungkin mendasarinya termasuk
respon sitokin proinflamasi yang tidak seimbang dan/atau sekuestrasi eritrosit dengan
berparasit tersebut ke pembuluh pembuluh darah di dalam tubuh. Selain itu pada
permukaan eritrosit yang terinfeksi membentuk kenop yang berisi berbagai antigen
P.falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain-lain) yang diproduksi oleh sel makrofag,
monosit, dan limfosit akan menyebabkan terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada
saat kenop tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses
sitoadherensi. Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi (penyumbatan) pada pembuluh
18
sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya “roset”, yaitu bergerombolnya sel
darah merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya. Pada proses sitoaderensi
ini juga terjadi proses imunologik yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain
sitokin (TNF, IL-6 dan lain lain); mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan
peningkatan kerja jantung dan dengan demikian dapat memicu iskemia koroner pada
pasien dengan penyakit jantung iskemik yang sudah ada sebelumnya.5 Namun pada
pasien kami didapatkan GDS 98 mg/dl dan tidak terjadi penurunan kesadaran, sehingga
tidak didapatkan manifestasi hipoglikemia, meskipun pada pasien ini terdapat riwayat
19
Berdasarkan anatomi koroner pasien dihitung dengan menggunakan SYNTAX
Score, pasien ini direncanakan untuk dilakukan urgent Coronary Artery Bypass Graft
yang dikeluarkan oleh ESC, terapi CABG pada pasien ini termasuk rekomendasi kelas
(CPB). Namun, efek traumatis CPB pada sel darah dapat menyebabkan efek buruk
selama periode pasca operasi.12 Hemolisis adalah komplikasi umum dari malaria yang
dapat diperburuk oleh cardiopulmonary bypass (CPB). Banyak pasien yang menjalani
operasi jantung terbuka pernah terinfeksi oleh parasit malaria, tetapi efek CPB pada
20
malaria serta hemolisis dapat memperburuk dengan melakukan sirkulasi
ekstrakorporeal pada pasien yang terinfeksi Plasmodium dan, oleh karena itu, dapat
menyebabkan koagulopati parah dan hemolisis kritis yang membahayakan hasil klinis
setelah operasi jantung.14 Moutaoukkil dkk mealporkan 3 kasus penderita malaria yang
akan menjalani operasi jantung terbuka, 2 diantaranya mempunyai riwayat malaria dan
1 lainnya dengan kasus malaria aktif. Ketiga pasien tersebut mendapat profilaksis kina.
kina jangka pendek, pada pasien yang memiliki infeksi malaria aktif atau riwayat
malaria.13
Pasien menjalani urgent Coronary Artery Bypass Graft (CABG) pada tanggal 14
Januari 2023. Kondisi pasien pasca operasi stabil, hemodinamik stabil. Pasien
diekstubasi 24 jam post operasi. Pada Pemeriksaan Laboratorium post operasi tanggal
294.000/mm3, hasil lab lain dalam batas normal. Pasien diberikan antibotik Meropenem
21
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus seorang perempuan umur 33 tahun dengan keluhan nyeri
dada tipikal dengan riwayat demam, menggigil dan nyeri pada persendian. Berdasarkan
diagnosa kerja dengan Non ST Elevation Myocardial Infarction, Coronary Artery Disease
Telah diberikan terapi standar NSTEMI dan obat anti malaria oral. Setelah dirawat
beberapa hari keluhan pasien berkurang. Pasien menjalani urgent Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) pada tanggal 17 Januari 2023. Kondisi pasien pasca operasi stabil. Pasien
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Holm, Anna Engell et al. Prevalence of Cardiovascular Complications in Malaria: A Systematic Review and
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Malaria.
3. Gupta, Shyla et al. Malaria and the Heart JACC State-of-the-Art Review. Journal of The American College
of Cardiology. 2021
4. Dinkar et al. Acute myocardial infarction associated with severe Plasmodium vivax malaria. J Vector Borne
5. Bhat, S., Alva, J., Muralidhara, K., & Fahad, S. (2012). Malaria and the heart. Case Reports, 2012,
bcr2012007275.
6. Rachmiawati, Ati. Yuslika Rombe, Eldy. Profil Pasien Malaria Di Rs.Mitra Masyarakat Timika Periode
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Subdit Malaria
8. Chakrapani, Karun Jain. Acute Myocardial Infarction in a Hospital Cohort of Malaria. Journal of Global
9. Collet, Jean Philippe et al. 2020 ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients
10. Alencar Filho, A. C. D., Lacerda, M. V. G. D., Okoshi, K., & Okoshi, M. P. (2014). Malaria and vascular
11. Neumann, F. J., Sousa-Uva, M., Ahlsson, A., Alfonso, F., Banning, A. P., Benedetto, U., ... & Zembala, M.
O. (2019). 2018 ESC/EACTS Guidelines on myocardial revascularization. European heart journal, 40(2), 87-
165.
12. Balkanay, M., Mansuroğlu, D., Kirali, K., Ömeroğlu, S. N., & Yakut, C. (2002). Coronary bypass surgery in
patient with malaria. Asian Cardiovascular and Thoracic Annals, 10(2), 160-161.
13. Moutaouekkil, E. M., Drissi, M., Houssa, M. A., Boulahya, A., & El Kirat, A. (2010). The Risk of Performing
23
Cardiopulmonary Bypass in Malaria Patients: A Small Case Series. Texas Heart Institute Journal, 37(2), 213.
14. Gerdes, A., Joubert-Hubner, E., & Sievers, H. H. (2001). Effect of cardiopulmonary bypass on a patient with
15. Chughlay, Mohamed Farouk, et al. "Liver enzyme elevations in Plasmodium falciparum volunteer infection
studies: findings and recommendations." The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene 103.1
(2020): 378.
16. Megabiaw, Fentahun, et al. "Liver enzymes and lipid profile of malaria patients before and after antimalarial
drug treatment at Dembia Primary Hospital and Teda Health Center, Northwest, Ethiopia." Research and
17. Jasiewicz, M., Siedlaczek, M., Kasprzak, M., Gorog, D. A., Jilma, B., Siller-Matula, J., ... & Kubica, J. (2021).
Elevated serum transaminases in patients with acute coronary syndromes: Do we need a revision of exclusion
18. Pinto, A. S., et al. "Artemether-lumefantrine and liver enzyme abnormalities in non-severe Plasmodium
24