A DIAGNOSTIC APPROACH
Oleh:
Pembimbing:
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................................... v
RINGKASAN ........................................................................................................................ 30
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 6. Transtorakal Echocardiografi dengan intimal flap pada arkus aorta dan false lumen
iii
DAFTAR SINGKATAN
LV : Left Ventricular
CV : Columna Vertebrae
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
I. PENDAHULUAN
autosomal, yang terkakit dengan mutasi fibrin pada TGFBR1 atau TGFBR2.1 Manifestasi
Sindrome Marfan diperkirakan 1 per 5.000 populasi dan 26% tidak memiliki riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga.3 Tidak ada perbedaan angka kejadian pada laki-laki
dan perempuan.4 Patologi dalam sistem kardiovaskular termasuk dilatasi akar aorta dan
Diseksi Aorta (AoD) merupakan penyebab kematian utama pada pasien MFS.5 Angka
kematian pada MFS yang disebabkan Aod sekitar 1-3%.6 Ciri khas gambaran klinis MFS
termasuk deformitas dada bagian depan, jari tangan lebih panjang, dilatasi Akar aorta dan
Aod, dislokasi lensa dan myopia. Gejala klinis yang kurang spesifik termasuk palatum
anatomi dan fisiologi seperti semua, tetapi dapat menurunkan perkembangan dan
keparahan dari gejala. Beta Blocker (BBs) merupakan terapi standar, yang dapat
menurunkan stres tegangan pada aorta dan menurunkan denyut jantung. Diagnosisnya
menggunakan kriteria Ghent and pemeriksaan fisik klinis. 7 Diagnosis awal yang baik,
penanganan medis serta tindakan bedah dapat meningkatkan harapan hidup dari 40 menjadi
70 tahun.
Pada laporan kasus ini akan dilaporkan seorang laki-laki berusia 33 tahun dengan
diagnosis Congestive Heart Failure New York Heart Association III, Sindrom Marfan,
Diseksi Aorta Stanford A tipe I yang menolak untuk tindakan operatif. Dalam diskusi kasus
ini akan dibahas mengenai terapi medis secara optimal dan edukasi aktifitas fisik.
1
BAB II
II. ILUSTRASI KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 33 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan 1 bulan, bertambah berat 1 minggu terakhir, sesak nafas dirasakan hilang timbul,
berkurang dengan istirahat, Dyspneu on Effort ada, Orthopnea ada, Paroxysmal Nocturnal
Dyspneu ada, riwayat sesak nafas ada sejak 1 tahun yang lalu. Dada terasa panas, terasa
tidak nyaman dan rasa menyempit sejak 1 minggu yang lalu, riwayat nyeri dada
sebelumnya tidak ada. Berdebar tidak ada, riwayat berdebar tidak ada. Demam tidak ada,
riwayat demam tidak ada. Batuk kering ada apabila cuaca dingin, riwayat batuk
sebelumnya tidak ada. Mual ada, muntah tidak ada. Pasien post dirawat inap di Rumah
Sakit Ibnu Sina dengan keluhan yang sama dan muntah-muntah seminggu yang lalu selama
10 hari. Riwayat didiagnosis MFS sejak 2019, rutin berobat sejak 2019 mendapatkan terapi
Bisoprolol 2.5 mg per 12 jam, Ramipril 2.5 mg per 24 jam, Furosemid 40 mg per 24 jam,
Spironolacton 25 mg per 24 jam. Riwayat hipertensi ada sejak 2019. Riwayat diabetes
mellitus tidak ada. Riwayat merokok tidak ada. Riwayat penyakit kardiovaskular dalam
keluarga ada yaitu paman pasien meninggal di usia 40 tahun dengan postur tubuh tinggi.
2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita tampak kurus dengan
berat badan 65.5 kg dan tinggi badan 185 cm. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 115/58 mmHg, nadi 102 kali permenit, napas 24 kali permenit, dan suhu
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
Pada pemeriksaan jugular venous pressure R+3 centi meter air raksa. Pada pemeriksaan paru
pergerakan dada simetris, suara paru vesikuler, ronki basah halus di basal bilateral, tidak ada
wheezing. Pada pemeriksaan jantung suara jantung S1 dan S2 tunggal, didapatkan adanya
murmur diastole derajat ¾ di ICS 2 para sternal kiri atas. Tidak didapatkan edema
3
Gambar 2. 1. Foto klinis pasien
dengan laju jantung 110 kali permenit, reguler, dengan deviasi aksis jantung ke kiri,
hipertrofi ventrikel kiri, tidak ada perubahan pada segmen ST dan gelombang T.
4
Gambar 2. 3 Foto thoraks
Hasil
Laboratorium
Wbc 8800 103/mm3 4-10x103/mm3
Neut/Lymph/Mono/Eo/Baso 76.7/16.8/5.0/0.8/0.7 %
HGB 15.1 g/dl 12-16
PLT 283 103/mm3 150-
400x103/mm3
HCT 45 % 37-48%
PT 13.7 Second 10-14
INR 1.30
APTT 27.1 Second 22.0-30.0
GDS 114 Mg/dl 114
SGOT 36 U/L <38
SGPT 27 U/L <41
Ureum 45 Mg/dl 10-50
Creatinin 1.40 Mg/dl <1.3
eGFR 68.1 mL/min/1.73m2 >90
Natrium 131 Mmol/l 136-5.1
Kalium 4.7 Mmol/l 3.5-5.1
Klorida 102 Mmol/l 97-111
Tabel 1. Hasil Laboratorium
yaitu 1.4 mg/dl dan penurunan kadar Natrium yaitu 131 Mmol/l. Sedangkan hasil
5
Gambar 2. 4. Transtorakal Echocardiografi memperlihatkan regurgitasi aorta
Gambar 2. 6. Transtorakal Echocardiografi dengan intimal flap pada arkus aorta dan
false lumen pada aorta desenden
didapatkan mitral: mild mitral regurgitation, with conccentric jet, regurgitant jet length
6
area < 25% of LA (MR VC 0.3 cm, MR ERO 0.1 cm2, MR RV 13 ml). Aorta: 3 cuspis,
regurgitation (AR PHT 265 ms, AR VC 0.4 ms) with eccentric jet, Aortic root
measurement (Annulus Aorta 2.2 cm, Sinus Valsava 3.0 cm, Sinotubular Juction 2.1 cm,
Aorta Ascendens 3.8 cm). Tricuspid: mild tricuspid regurgitation with eccentric jet,
regurgitant jet length area > 20% of RA (TR Vmax 2.93 m/s, TR Max PG 34.29 mmHg,
regurgitation, regurgitant jet width < 1/3 RVOT (PvAcct 179 ms, PR PHT 219 ms, PASP
42.33 mmHg, MPAP 27.82 mmHg). LA: normal, LA mayor 6.0 cm, LA minor 4.5 cm.
LAVI 34.31 ml/m2. LV: dilatasi, LVIDd 5.8 cm, LVIDs 4.5 cm. LV SEC (+). RA:
normal, RA mayor 5.1 cm, RA minor 4.3 cm. RA area 16.8 cm2. RV: normal, RVDB
2.7 cm, RVDM 2.8 cm, RVDL 7.6 cm. Aorta: dilatasi, Ao 4.7 cm, LA 2.3 cm, LA/Ao
systolic function, TAPSE 1.9 cm, S’lat 10 cm/s. Eccentric left ventricle hypertrophy (+):
(LVMI 135.53 g/m2, RWT 0.34). Regional wall motion: akinetic anteroseptal dan
inferoseptal, hipokinetic basal mid inferior, inferolateral. eRAP 8 mmh g (IVC exp 1.8
cm, IVC insp 1.4 cm). LV diastolic function: (E/A 0.79, E’ med 5 cm/s, E’Lat 7 cm/s,
Normal RV Systolic Function, TAPSE 1.9 cm, S’lat 10 cm/s. Moderate Aortic
7
Gambar 2. 7. Hasil MSCT thoraks
Pada hasil pemeriksaan MSCT thoraks pada tanggal 14 Januari 2021, didapatkan
kaliber lumen aorta ascenden dilatasi pada seluruh dindingnya dengan ukuran terbesar
+/- 6.6 x 6.6 cm. Tampak diseksi aorta mulai dari pangkal aorta assenden setinggi CV
T8 dengan diameter false lumen +/- 3.1x0.9 cm dan diameter true lumen +/- 4.7 x
5.0cm, dan mulai dari brachiocephalic trunk setinggi CV T2-T3 dengan diameter false
lumen +/- 1.0 x 0.3cm dan diameter true lumen +/-1.5 x 1.5 cm, hingga ke arteri iliaca
8
cabangnya: Kaliber lumen pembuluh darah tampak dalam batas normal dengan
permukaan/ dinding yang tampak licin. Tidak tampak aneurisma maupun stenosis. A.
pembuluh darah tampak dalam batas normal dengan permukaan/ dinding yang tampak
licin. Tidak tampak aneurisma maupun stenosis. A. Renal Kanan (setinggi CV L1)
dengan cabang-cabangnya: Kaliber lumen pembuluh darah tampak dalam batas normal
dengan permukaan/ dinding yang tampak licin, tampak 2 cabang a.segmenntalis. Tidak
tampak aneurisma maupun stenosis. A. Renal Kiri (setinggi CV L2) dengan cabang-
cabangnya: Kaliber lumen pembuluh darah tampak dalam batas normal dengan
permukaan/ dinding yang tampak licin, tampak 2 cabang a.segmentalis. Tidak tampak
Kaliber lumen pembuluh darah tampak dalam batas normal dengan permukaan/ dinding
yang tampak licin. Tidak tampak aneurisma maupun stenosis. A. Iliaca communis kiri
setinggi CV L4 dengan diameter false lumen +/- 0.8x0.5cm dan diameter true lumen +/-
1.2x1.4cm. Kesan Aneurisma fusiform aorta ascenden, Diseksi Aorta mulai dari pangkal
ditegakkan diagnosa kerja dengan Congestive Heart Failure NYHA III, Sindrom Marfan
dan Aorta Disection Stanford A tipe I. Kemudian dilakukan terapi dengan target
menurunkan denyut jantung hingga dibawah 60 kali permenit, dan tekanan darah sistol
di bawah 120 mmHg dengan Furosemid 20 mg per 12jam intravena, Carvedilol 6.25 mg
per 12 jam oral, Ramipril 2.5 mg per 24 jam oral, Spironolacton 25 mg per 24 jam oral.
9
BAB III
III. PEMBAHASAN
Sindrom marfan (MFS) disebabkan oleh mutasi gen Fibrillin-1 yang terletak di
lokus kromosom 15q21. Protein Fibrillin-1 adalah glikoprotein matrix ektraselular yang
merupakan komponen penting dari mikrofibril elastis jaringan ikat dan berperan penting
dalam proses fibrinogenesis. Fragmentasi dan disorganisasi dari serat fiber pada bagian
Penetrasi mutasi tinggi fibrillin dan ekspresi fenotipik sangat bervariasi. Hingga
saat ini, lebih dari 1.000 mutasi berbeda yang melibatkan gen fibrillin-1 telah
Sekitar 75% kasus mewarisi kelainan tersebut dari orang tua. Sisanya 25% hasil dari
mutasi. Sedikit informasi prognostik disediakan oleh deteksi mutasi di luar informasi
yang tersedia dari riwayat keluarga pasien sendiri. Dalam kriteria Ghent yang direvisi
untuk diagnosis MFS, pengujian genetik (meskipun tidak wajib) memiliki peran lebih
Gejala klinis termasuk dilatasi aorta ascenden terutama pada sinus valsava,
jarang pada Aorta Descenden dan Aorta Thoracal dengan peningkatan resiko terjadinya
kelainan katub jantung, Aod termasuk diseksi arteri koroner dan bisa menyebabkan
infark miokard, prolaps katub mitral dengan atau regurgitasi katub mitral. 8
10
Penyakit akar aorta menyebabkan aneurysma akar aorta yang bersifat progresif
dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada MFS. Penyakit Akar aorta
ini terjadi sekitar 50-60% pasien Sindrome Marfan dewasa dan 50% pada anak-anak,
kekakuan aorta merupakan 2 faktor yang mempengaruhi progress dilatasi aorta, dimana
hal ini menjadi faktor predisposisi terjadinya Aod. Penyakit akar aorta terjadi karena
proses degenerasi dari lapisan medial aorta, yang berhubungan dengan fragmentasi,
kerusakan dan hilangnya elastisitas dari lapisan aorta. Aod terjadi 90% pada aorta
Pasien muda dengan umur < 40 tahun disertai Aod seharusnya sudah dicurigai
Sindrome Marfan. Data terbaru menunjukkan MFS 50% terjadi pada pasien Aod < 40
tahun dan 2% pada pasien yang lebih tua. Banyak pasien MFS dan Aod memiliki riwayat
keluarga penyakit yang sama. Dimensi maksimal aorta dan adanya riwayat keluarga
merupakan 2 faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya Aod.8 Aod terjadi ketika
lapisan intima robek dan menyebabkan darah masuk pada lapisan antara intima dan
adventitia. Pada MFS terjadi karena degenerasi dari struktur mikrofibril dan integritas
Prolaps katub mitral dengan atau tanpa regurgitasi mitral ditemukan pada 28-
50% pasien MFS dan dapat ditemukan pada pemeriksaan ekokardiografi. Pada MFS ciri
khas Katub Mitral meliputi penipisan, pemanjangan dan prolaps anterior katub atau
kedua katub. Diperkirakan 25% pasien MFS dan prolaps katub mitral memiliki progres
terjadinya regurgitasi yang bisa terjadi karena proses degenerasi yang memberat pada
11
katub atau ruptur spontan pada korda tendinea. Prolaps katub tricuspid dengan atau
regurgitasi dapat terjadi disertai atau tidak prolaps katub mitral.8 Pembesaran arteri
pulmonal, dan dilatasi ventrikel kiri atau disfungsi, dapat ditemukan pada MFS. Namun,
Pada kasus ini, pasien didapatkan usia muda dibawah 40 tahun yaitu umur 33
tahun, adanya hasil CT Thoraks yang didapatkan hasil Diseksi Aorta serta didapatkan
riwayat keluarga dengan tampilan fisik yang sama dan meninggal di usia muda < 40
tahun. Oleh karena itu,dari data diatas pasien sudah dicurigai Sindrom Marfan.
3.2 Diagnosis
tentang anggota keluarga yang mungkin memiliki gejala klinis yang sama seperti yang
dijelaskan diatas atau anggota keluarga yang meninggal mendadak tidak diketahui
menentukan apakah diagnosis dapat ditegakkan secara klinis. Ghent kriteria, diusulkan
pada tahun 1996 dan direvisi pada tahun 2010, bertujuan memudahkan diagnosis MFS
1. Adanya aneurisma akar aorta (dengan a z skore > 2 sesuai standart usia dan ukuran
2. Adanya aneurisma akar aorta (dengan a z skore > 2 sesuai standart usia dan ukuran
12
tubuh) atau Aod dan teridentifikasi mutasi gene Fibrillin-1
3. Adanya aneurisma akar aorta (dengan a z skore > 2 sesuai standart usia dan ukuran
tubuh) atau Aod dan adanya klinis dengan skor 7 atau lebih
4. Adanya ecopia lentis dan teridentifikasi mutasi gen Fibrillin yang berhubungan
Untuk pasien dengan riwayat keluarga positif MFS, diagnosis dapat ditegakkan
dengan adanya 1) ectopia lentis, 2) gejala sistemik dengan skor 7 atau lebih, atau 3)
dilatasi Akar aorta (dengan skor z ≥ 2 untuk orang dewasa > 20 tahun atau skor z ≥ 3
13
bidang yang sejajar dengan katup aorta dan tegak lurus terhadap sumbu aliran darah.
Dimensi aorta biasanya maksimal pada sinus valsava, teknik pencitraan lainnya seperti
ekokardiografi transesofageal, CT, angiografi, dan MRI juga dapat membantu. Namun,
ekokardiografi bisa menilai manifestasi kardiovaskular lainnya dari MFS dan karena itu
pasien selama perawatan.8 Pada pasien ini didapatkan dada tidak simetris, kelainan
bentuk kaki, penurunan ekstensi bahu, striae kulit, skoliosi, dan wrist dan thumb sign.
aceta buli, dan MRI atau CT lumbosakral dapat membantu untuk mendiagnosis
ektasiadural. Namun, MRI dan CT dilakukan jika pasien bergejala atau untuk
memastikan dan melengkapi kriteria Ghent pada MFS. Gejala klinis muskuloskeletal
yang paling penting dan mudah dinilai dengan pemeriksaan fisik lengkap mencakup
evaluasi untuk kelainan bentuk pectus, arcahnodactyly, flatfoot, wajah yang khas,
Dislokasi lensa merupakan manifestasi penting yang terjadi pada 60% pasien
dengan MFS. Lensanya terbaik dinilai oleh dokter mata dalam pemeriksaan slitlamp
dengan pelebaran pupil. Dislokasi lensa biasanya terjadi pada bayi baru lahir, tetapi
evaluasi tiap tahun oleh oftalmologi diperlukan pada pasien dengan resiko miopia berat
Pasien muda yang diduga MFS tetapi yang tidak memenuhi kriteria diagnostik
kriteria Ghent seharusnya dievaluasi saat prasekolah dan pada usia 18 tahun karena
beberapa manifestasi klinis MFS menjadi lebih jelas seiring bertambahnya usia. Evaluasi
14
selanjutnya disarankan ketika aorta membesar terlepas dari kriteria diagnostik.8
tulang panjang yang berlebihan) dan fitur okular (ectopia lentis), selain itu prolaps
katup mitral. Namun, sebaliknya pada pada pasien MFS sering disertai
2. Mass phenotype termasuk myopia, prolaps katub mitral, pelebaran ringan aorta,
3. Ehlers-Danlos syndrome type IV termasuk skars pada kulit, memar ringan, tanda
hipermobilitas sendi.
4. Stickler syndrome cirinya ablasi retina (tidak ektopia lentis), celah palatum yang
kondisi dengan ciri dilatasi aorta assenden bagian tengah dibanding akar aorta.
8. Loeys-Dietz syndrome termasuk termasuk fitur unik hipertelorisme, uvula bifida luas,
dan kelainan vaskular ditandai dengan tortuositas arteri dan aneurisma dengan
15
peningkatan risiko diseksi sering di arteri kecil.
Pada kasus ini, pasien datang dengan dengan manifestasi klinis congestive
heart failure. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala klinis khas gejala heart
failure. Pada pemeriksaan EKG tidak menujukkan tanda yang spesifik hanya
didapatkan hasil yang tidak signifikan. Menilik kriteria diagnosis dari Sindrom
Marfan, yang menggunakan kriteria Ghent, didapatkan gejala klinis yang khas, yaitu
pectus carinatum, foot deformity, reduced elbow extension, skin striae, spine
deformity, wrist sign and thumb sign dengan kriteria Ghent total 10. Pada
pemeriksaan CT Thoraks didapatkan Diseksi Aorta. Dari hasil pemeriksaan fisik dan
pengobatan harus disesuaikan dengan manifestasi klinis, karena setiap pasien memiliki
derajat yang bervariasi dari keterlibatan organ. Semua pasien MFS disarankan untuk
untuk membantu dalam diagnosis dan juga untuk para calon orang tua karena
kemungkinan 50% ditutunkan dari orang tua ke anak. Variabilitas fenotipik, konseling
Pemeriksaan rutin di dokter mata disarankan tiap tahun, mencakup skrining dan
16
Kelainan histologis pada aorta menunjukkan penurunan distensibilitas dan
kompliance. Akibatnya, aorta menjadi lebih kaku dan memiliki dilatasi berlebihan. β-
blocker (BBs) dapat meningkatkan distensibilitas aorta dan mengurangi kekakuan aorta,
selain penurunan denyut jantung dan pompa ventrikel kiri, sehingga obat ini telah
menjadi pengobatan pilihan dan harus dipertimbangkan untuk semua pasien dengan
MFS. Pada randomized trial pengobatan propranolol pada pasien remaja dan dewasa
muda dengan MFS menunjukkan penurunan tingkat dilatasi aorta dan lebih sedikit
komplikasi aorta. Dalam studi lain yang melibatkan 44 pasien dengan MFS yang diikuti
selama hampir 4 tahun, pasien yang menggunakan BBs (atau Calsium Channel Blocker
jika tidak toleran terhadap BBs) menunjukkan tingkat pertumbuhan aorta tahunan
absolut yang lebih lambat sebesar 0,9 mm dibandingkan dengan 1,8 mm setelah
penyesuaian untuk usia dan ukuran tubuh. Selain itu, perawatan medis profilaksis
mungkin paling efektif pada pasien dengan diameter aorta kurang dari 4,0 cm. Pasien
dengan BBs cenderung memiliki diameter aorta yang lebih kecil (<4,0 cm), dan data
menunjukkan bahwa penurunan tingkat dilatasi aorta dengan BBs paling besar pada
pasien muda. Oleh karena itu, BBs harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan
MFS, termasuk anak-anak, dan pada mereka dengan diameter akar aorta kurang dari 4
cm, kecuali ada kontraindikasi. Dosis BBs harus disesuaikan untuk mempertahankan
detak jantung istirahat 60 -70 kali per menit atau detak jantung 100 detak per menit
17
Gambar 3. 2. Target terapi farmakologis12
pengobatan alternatif telah muncul yaitu angiotensin receptor blocker (ARB). Di model
apoptosis, mendorong proliferasi sel, dan melestarikan histologi serat elastis aorta
Pengobatan dengan BBs, meskipun sebagian besar bermanfaat pasien MFS, tidak
mengurangi penanganan pembedahan aorta. Dalam satu penelitian, 20% pasien dengan
MFS yang menerima pengobatan dengan BBs atau ARB memiliki komplikasi
kardiovaskular utama dan tetap membutuhkan tindakan operasi setelah 4 tahun. Faktor
18
risiko Aod pada MFS meliputi 1). Diameter aorta lebih dari 5 cm, 2). Dilatasi aorta
melampaui sinus Valsava, 3). Peningkatan ukuran dilatasi aorta yang cepat (>5% per
tahun atau >5 mm per tahun pada orang dewasa), dan 4). Riwayat keluarga dengan Aod.8
Dalam sebuah penelitian pada tahun 1970 pada aorta anjing menunjukkan bahwa BBs
kronotropik negatif dan inotropik yang dapat mengurangi stres hemodinamik pada
dinding aorta.13 Ini pertama kali diusulkan oleh Halpern et al. di 1971 dan dianggap
sebagai profilaksis lini pertama untuk MFS.14 Namun, beberapa penelitian menunjukkan
hasil yang beragam dan bahkan menujukkan hasil bahwa BBs mungkin dapat
memperburuk elastisitas aorta, terutama pada mereka yang memiliki diameter akar aorta
>40 mm pada fase akhir diastolik atau peningkatan berat badan.15 Salim et al.
melaporkan bahwa pertumbuhan akar aorta mencapai puncaknya pada usia 6 sampai 14
tahun.16 Oleh karena itu BBs umumnya dimulai setelah didiagnosis MFS terutama yang
sebelum pubertas, dan menyarankan pengobatan seumur hidup, bahkan pada pasien yang
menerima operasi aorta. Detak jantung istirahat disarankan untuk menjaga sekitar 60-70
bpm dewasa, dan kurang dari 100 bpm selama latihan submaksimal di dewasa atau
remaja, dan kurang dari 110 bpm pada anak-anak.17 Saat ini, propranolol atau atenolol
adalah yang paling banyak digunakan BBs untuk MFS pediatrik dengan toleransi yang
baik.18 Sebuah acak uji coba pengobatan propanolol pada 70 remaja dan muda pasien
dewasa MFS menunjukkan penurunan dilatasi aorta dan lebih sedikit komplikasi aorta.
19
metoprolol meningkatkan distensibilitas aorta, dan mengurangi kekakuan aorta dan
Argumen kuat menyatakan bahwa hipertensi arteri diakui sebagai penyebab AoD
yang paling penting. Tekanan nadi sentral adalah penentu utama pelebaran aorta
asendens pada MFS. Konsekuensi tekanan darah sentral dan tekanan pada dinding aorta
yang kaku, diameter aorta yang melebar juga meningkatkan risiko AoD.36 Pada
penelitian meta analisis yang membandingkan efek BBs vasodilatasi dan BBs non-
arteri sentral yang lebih rendah dibanding tekanan sistolik brakial.37 Bisoprolol terbukti
secara efektif mengurangi tekanan sistolik aorta sentral dan efek ini berbanding lurus
dengan pengurangan tekanan sistolik brakial.38 Studi acak double-blind, pada subjek
hipertensi yang tidak pernah diobati menunjukkan bahwa nebivolol dan atenolol
menurunkan tekanan darah sistolik aorta lebih besar 4.0 mm Hg dibanding atenolol.39
Generasi baru BBs terbukti lebih efektif dalam mengurangi tekanan sentral dan
mempertahankan atau meningkatkan curah jantung (CO), volume sekuncup, dan fungsi
ventrikel kiri. Generasi baru BBs seperti carvedilol yang bersifat vasodilatasi dan
Remodeling dari arteri kecil, biasanya diukur sebagai peningkatan rasio lumen
dari media ke interna, yang dikaitkan dengan peningkatan resistensi vaskuler perifer (ciri
khas penting hipertensi), penurunan kapasitas vasodilator koroner dan aliran cadangan,
20
memblok β dapat menyebabkan peningkatan denyut sistolik sentral.40 Terapi
terjadi pada BBs non vasaodilatasi seperti atenolol. Carvedilol telah menunjukkan
penurunan denyut jantung yang lebih sedikit saat istirahat atau mengikuti latihan, sedikit
peningkatan tekanan darah pasca latihan, dan sedikit peningkatan cardiac output
jantung yang luar biasa karena antagonis neurohormonal multi-fungsional dan efek
aorta aneurisma dan diseksi yang bersifat eksaserbasi, sehingga ini menjadi dasar untuk
penggunaan ARB.11 Sebuah studi retrospektif kecil melaporkan hasil yang bermanfaat
dari losartan pada pasien MFS muda dengan dilatasi aorta meskipun mendapatkan terapi
β-blocker.8 Pada studi tikus, menunjukkan bahwa mutasi gen FBN1 dapat mengaktifkan
TGF-β dan mengakibatkan fragmentasi dan kerusakan serat elastis di media aorta, yang
mengurangi dilatasi akar aorta dan degradasi jaringan paru-paru di MFS model tikus
Losartan mengurangi dilatasi akar aorta dan dilatasi arcus aorta pada MFS dewasa baik
yang dilakukan tindakan operasi atau tidak dilakukan tindakan operasi.21 Efektifitas
terapi berhubungan dengan lama pengobatan dan usia awal pengobatan, tidak terkait
21
dengan mutasi FBN1 atau presentasi klinis.22
apoptosis otot polos pembuluh darah yang terlibat pada degenerasi medial kistik. 5
Golongan ACE-I seperti enalapril dan perindopril juga telah terbukti mengurangi tingkat
pertumbuhan aorta.8 Uji coba kecil acak terkontrol dari perindopril dibandingkan dengan
plasebo pada orang dewasa MFS yang menerima beta-blocker menunjukkan penurunan
tingkat perubahan dalam diameter akar aorta yang berkorelasi dengan penurunan kadar
sirkulasi TGF-β selama masa tindak lanjut yang singkat (24 minggu) dan mengurangi
kekakuan aorta dan diameter akar aorta lebih dari terapi β-blocker.28 ACE-I dilaporkan
aorta dalam studi aterosklerosis.27 Efek ACE-I dapat mengontrol tekanan darah dan
dapat mengurangi apoptosis dinding aorta dengan memblokir angiotensin II reseptor tipe
II.12 Namun, penelitian lain menunjukkan efek ACE-I hanya terbatas pada pertumbuhan
aorta.29
selama 3 tahun untuk anak-anak dan dewasa MFS dengan dilatasi akar aorta dilaporkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat pertumbuhan akar aorta.23
Beberapa uji klinis melaporkan bahwa kombinasi Losartan dan BBs memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap dilatasi akar aorta daripada hanya BBs.24
Irbesartan juga dilaporkan mengurangi tingkat dilatasi aorta pada anak-anak dan muda
MFS dewasa. Oleh karena itu, Losartan atau ARB lainnya tampaknya memiliki efek
yang setara dengan BBs dan bisa menjadi alternatif yang aman dalam pengelolaan
22
MFS.25 Saat ini, sebuah meta analisis melaporkan efektifitas ARB untuk perlindungan
Dalam studi klinis aneurisma aorta abdominal, golongan statin dilaporkan dapat
mencegah dilatasi akar aorta progresif dan penurunan mortalitas jangka panjang dengan
penurunan produksi matriks MMP‑9. Meskipun Statin umumnya aman, beberapa efek
samping yang penting seperti peningkatan risiko diabetes mellitus, disfungsi hati,
mialgia, dan yang jarang seperti rhabdomyolysis harus diwaspadai dan dipantau. Uji
klinis lebih lanjut dengan skala besar diperlukan untuk evaluasi efikasi dan keamanan.30
pecahnya aorta aneurisma dengan menekan respon aneurisma aorta abdominal.31 Dalam
sebuah studi dengan sampel yang sedikit, doksisiklin terlibat untuk menurunkan tingkat
pertumbuhan aneurisma aorta abdominal. Namun demikian, klinis bukti pada pasien
apabila diameter akar aorta < 4,5 cm dan tidak ada perubahan yang bermakna dalam
direkomendasikan ketika diameter akar aorta lebih dari 4,5 cm meliputi pemeriksaan CT
atau MRI toraks. Teknik pencitraan ini memberikan penilaian lengkap dari aorta toraks,
termasuk segmen aorta descenden yang mungkin belum optimal divisualisasikan dengan
ekokardiografi. Metode pencitraan ini saling melengkapi antara CT dan MRI untuk
untuk semua pasien dengan MFS, terutama sebelum penggantian akar aorta karena
23
resiko komplikasi aneurisma. Pasien harus diedukasi untuk menghindari merokok dan
memantau tekanan darah mereka karena penggunaan nikotin dan hipertensi diyakini
meningkatkan risiko dilatasi aorta. Target tekanan darah kurang dari 120/80 mm Hg.8
Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi untuk menjaga tekanan darah kurang
dari 120/80 mmHg dan heart rate kurang dari 60 kali per menit dengan golongan Beta
ketiga lebih baik dalam menurunkan tekanan darah, menurunkan heart rate dan
dilatasi akar aorta dan mencegah perkembangan aneurisma aorta, yaitu Ramipril
2.5mg/24jam/oral.
Atas dasar beberapa studi, pasien yang menjalani operasi akar aorta elektif
menunjukkan hasil yang lebih baik, selain melanjutkan perawatan medis. Penggantian
aorta segera pada pasien yang memiliki MFS dikaitkan dengan kematian 30 hari
penggantian aorta secara elektif sangat rendah (<1%). Operasi profilaksis dianjurkan bila
diameter sinus aorta valsava mencapai 5.0 cm atau indeks ukuran aorta 4.25 cm/m2 atau
lebih. Perlunya pembedahan pada dimensi sinus aorta 4,5 cm atau kurang dapat
ditunjukkan oleh adanya faktor lain seperti riwayat keluarga Aod, riwayat Aod
desendens, regurgitasi katup aorta berat dengan gejala terkait adanya dilatasi atau
disfungsi ventrikel progresif, kehamilan, dan laju dilatasi aorta yang cepat (pertumbuhan
akar aorta >5 mm per tahun). Diameter akar aorta harus diukur secara serial sesuai luas
24
permukaan tubuh, dan operasi harus dipertimbangkan jika diameter mulai meningkat
dengan cepat. Peningkatan dimensi aorta lebih dari 1.0 cm per tahun dianggap sebagai
perkembangan yang cepat pada seorang anak, sedangkan peningkatan tahunan sebesar
5% atau lebih atau peningkatan tahunan lebih dari 5 mm pada orang dewasa dianggap
Tingkat keparahan regurgitasi katup aorta karena dilatasi akar aorta merupakan
penentu utama jenis intervensi bedah. Dengan regurgitasi katup aorta atau distorsi katup
yang signifikan secara klinis penggantian katup aorta diindikasikan. Jenis tindakan
operasi yang dikembangkan untuk pasien dengan MFS adalah Prosedur Bentall, yang
menggunakan cangkok komposit. Prosedur ini termasuk akar aorta dan penggantian
katup dengan biologis katup atau katup mekanik dan membutuhkan reimplantasi arteri
koroner. Cangkok aorta komposit adalah pilihan yang baik untuk pasien yang lebih tua,
anak-anak dan orang dewasa, terutama dengan adanya Aod asenden atau regurgitasi
katup aorta yang bermakna secara klinis. Satu studi melaporkan bahwa kelangsungan
hidup 8 tahun adalah 90% setelah Prosedur Bentall dan kemungkinan dilakukan operasi
Dengan tidak adanya regurgitasi katup aorta yang signifikan secara klinis,
Yacoub, dimana saluran aorta melekat pada katub aorta asli tepat di luar katup aorta dan
katup dipertahankan (remodeling), dan 2) prosedur David, di mana katup aorta asli katup
ditanam kembali ke cangkok aorta, yang melekat pada saluran keluar ventrikel kiri
(teknik reimplantasi). Beberapa modifikasi dari pendekatan ini telah dijelaskan. Risiko
25
kematian rendah saat tindakan operasi valve-sparing dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman. Studi telah melaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pada 8 tahun
adalah 100%. Regurgitasi ringan atau tanpa regurgitasi dapat terjadi pada 75% pasien
selama 10 tahun. Risiko pasien yang membutuhkan penggantian katup aorta pada kasus
regurgitasi katup aorta berat diperkirakan 6% menjadi 10% pada 10 tahun. Perlunya
operasi katup aorta merupakan indikasi untuk operasi awal, dan oleh karena itu
dilakukan operasi aorta diameter akar kurang dari 5,0 cm dengan fungsi katup aorta yang
operasi katup atau penggunaan prostesis biologis direkomendasikan untuk wanita yang
ingin hamil dan untuk pasien lain dengan kontraindikasi relatif penggunaan antikoagulan
jangka panjang.8
Perbaikan katup mitral untuk regurgitasi mitral berat dengan gejala terkait
dilatasi atau disfungsi ventrikel kiri progresif dikaitkan dengan resiko operasi yang
sangat rendah (<1%). Di sebuah studi dari 23 pasien dengan MFS yang memiliki katup
mitral perbaikan, tingkat kelangsungan hidup 10 tahun adalah 79% dan tidak adanya
komplikasi regurgitasi mitral adalah 87%.8 Pada kasus ini pasien menolak untuk
tindakan operasi.
untuk pasien dengan MFS, bahkan setelah aorta operasi akar aorta merupakan komitmen
utama bagi pasien dan dokter. Terapi BBs atau ARB (atau keduanya) harus dilanjutkan
pasca operasi dan dilanjutkan tanpa batas waktu kecuali kontraindikasi. Terapi aspirin
26
yang memiliki prostesis mekanis atau indikasi lain seperti fibrilasi atrium. Setidaknya
toraks dan aorta abdominal harus dilakukan pemeriksaan pencitraan secara berkala.
Seiring bertambahnya usia pasien dengan MFS, operasi ulang sering diperlukan jika
penggantian akar aorta, penyebab kematian yang paling sering adalah diseksi atau
pecahnya sisa aorta. Oleh karena itu, pencitraan periodik seluruh aorta
direkomendasikan tanpa batas waktu setelah perbaikan aorta awal, dan pemantauan
dapat dilakukan dengan MRI atau CT angiografi. Indikasi untuk tindakan bedah
penggantian segmen aorta desendens yang membesar harus termasuk salah satu dari
berikut ini:8
3. Diameter segmen yang terkena 2 kali lipat lebih besar dari segmen yang berdekatan
5. Syndrome malperfusi
Penggantian atau perbaikan katup mitral mungkin diperlukan hingga 10% dari
pasien yang membutuhkan operasi akar aorta. Lebih dari 60% pasien dengan MFS
memerlukan beberapa operasi selama hidup mereka, dan oleh karena itu disarankan
untuk tindak lanjut multidisiplin komprehensif. Komplikasi lanjut tambahan dari operasi
27
perioperatif dari dinding yang melemah dari ostium koroner.8
pasien dengan klinis Congestive Heart Failure NYHA III, adanya klinis dilatasi aorta >
45 mm dan adanya diseksi aorta. Namun, pada kasus ini, pasien belum bersedia untuk
Pasien dengan MFS harus menghindari latihan isometrik yang berat seperti
angkat berat. Latihan statis dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah perifer yang
signifikan dan stres aorta proksimal. Selain itu, olahraga kompetitif seperti hoki, bola
basket dan selancar seharusnya dihindari karena meningkatnya risiko benturan tubuh.8
Sebaiknya menghindari latihan isometrik, termasuk sit-up, push-up, dan pull-up, karena
peningkatan tekanan darah yang nyata yang terjadi selama kontraksi otot yang
pasien dengan MFS. Aktivitas dinamis atau aerobik tingkat sedang aman untuk sebagian
besar pasien Marfan. Pasien yang sudah dilakukan tindakan bedah pada akar aorta dan
kategori dengan intensitas rendah hingga sedang, seperti golf, berperahu, skating,
snorkeling, jalan cepat, menggunakan treadmill atau sepeda statis, hiking, atau bermain
tenis ganda. Evaluasi lanjut pada pasien MFS untuk kegiatan lain yang dianggap kategori
28
Aktifitas fisik yang direkomendasikan yang bersifat nonkompetitif, aktifitas pada
arah yang cepat, kontak dengan pemain lainnya. Melakukan aktiftas aerobic dengan
intensitas sedang (50% kapasitas aerobik), menjaga denyut jantung <100 kali permenit
atau <110 permenit yang menggunakan terapi BBs. Menghindari latihan yang
melibatkan komponen isometrik substansial (angkat besi, mendaki, senam dan pull up).
Menghindari aktifitas yang berhubungan dengan perubahan yang cepat dalam tekanan
atmosfer (diving, terbang dengan pesawat tanpa tekanan). Untuk latihan ketahanan,
direkomendasikan pengulangan yang lebih rendah dengan beban yang lebih ringan,
Disarankan olahraga yang termasuk dalam kategori dinamis rendah dan statis
3.7 Prognosis
Harapan hidup pasien yang tidak diterapi dengan baik akan menurun. sebuah
studi awal melaporkan umur rata-rata sekitar 42 tahun. Namun, dengan kemajuan terapi
elektif, umur rata-rata telah meningkat secara bertahap menjadi lebih dari 72 tahun.8
29
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus seorang laki-laki umur 33 tahun dengan keluhan sesak
nafas. Berdasarkan anamnesis pasien merasakan sesak nafas dan didapatkan riwayat
keluarga yang sama dengan pasien dan meninggal di usia muda, pemeriksaan fisis
menggunakan kriteria Ghent dengan total 10 dan pemeriksaan penunjang berupa pelebaran
akar aorta pada ekokardiografi, sedangkan pada CT thoraks didapatkan Diseksi Aorta,
pasien didiagnosis dengan diagnosa kerja dengan Congestive Heart Failure NYHA III,
Telah diberikan dosis terapi adekuat dengan golongan ACE inhibitor dan Beta-
Blocker dengan edukasi untuk restriksi aktivitas fisik. Terapi utama pada pasien SIndrom
Marfan dan Diseksi Aorta adalah tindakan pembedahan. Pasien belum setuju dilakukan
30
DAFTAR PUSTAKA
1. John C S Dean. Marfan syndrome: clinical diagnosis and management. Eur J Med Genet.
2. Rangasetty UC, Karnath BM. Clinical signs of Marfan syndrome. Hosp physician 2006 April;
42(4):33-38.
3. Collod-Béroud G, Boileau C. Marfan syndrome in the third Millennium. Eur J Hum Genet.
4. Von Kodolitsch Y, Robinson PN: Marfan syndrome: an update of genetics, medical and
surgical
6. Krause KJ: Marfan syndrome: literature review of mortality studies. J Insur Med. 2000,
32:79-88.
7. Lacro RV, Dietz HC, Wruck LM, Bradley TJ, et al. Rationale and Design of a Randomized
Clinical Trial of Beta Blocker Therapy (Atenolol) vs. Angiotensin II Receptor Blocker
154(4):624–631.
8. Naser M. A and Heidi M. C. Mayo Clinic Cardiology Consice Textbook. 4th ed. Oxford
9. Davies RR, Goldstein LJ, Coady MA, Tittle SL, Rizzo JA, Kopf GS, Elefteriades JA.
Yearly rupture or dissection rates for thoracic aortic aneurysms: simple prediction based
31
10. Prokop EK, Palmer RF, Wheat MW Jr: Hydrodynamic forces in dissecting aneurysms.
In-vitro studies in a Tygon model and in dog aortas. Circ Res. 1970, 27:121-7.
10.1161/01.res.27.1.121
11. Bin Mahmood SU, Velasquez CA, Zafar MA, et al.: Medical management of aortic
10.21037/acs.2017.11.09
12. Cañadas V, Vilacosta I, Bruna I, Fuster V. Marfan syndrome. Part 2: treatment and
13. Shores J, Berger KR, Murphy EA, Pyeritz RE. Progression of aortic dilatation and the
330:1335-41.
14. Halpern BL, Char F, Murdoch JL, Horton WB, McKusick VA. A prospectus on the
prevention of aortic rupture in the Marfan syndrome with data on survivorship without
15. Gersony DR, McClaughlin MA, Jin Z, Gersony WM. The effect of b-blocker therapy on
clinical outcome in patients with Marfan’s syndrome: A meta-analysis. Int J Cardiol 2007;
114:303-8.
16. Salim MA, Alpert BS, Ward JC, Pyeritz RE. Effect of beta-adrenergic blockade on akar
17. Von Kodolitsch Y, Robinson PN. Marfan syndrome: An update of genetics, medical and
18. Keane MG, Pyeritz RE. Medical management of Marfan syndrome. Circulation 2008;
117:2802-13.
32
19. Neptune ER, Frischmeyer PA, Arking DE, Myers L, Bunton TE, Gayraud B, et al.
20. Lee JJ, Galatioto J, Rao S, Ramirez F, Costa KD. Losartan attenuates degradation of aorta
and lung tissue micromechanics in a mouse model of severe Marfan syndrome. Ann
21. Haou M, den Hartog AW, Franken R, Radonic T, de Waard V, Timmermans J, et al.
Losartan reduces aortic dilatation rate in adults with Marfan syndrome: A randomized
losartan on the size of the ascending aorta in an unselected cohort of children, adolescents,
Sánchez V, et al. Losartan versus atenolol for prevention of aortic dilation in patients with
24. Chiu HH, Wu MH, Wang JK, Lu CW, Chiu SN, Chen CA, et al. Losartan added to β–
blockade therapy for akar aorta dilation in Marfan syndrome: A randomized, open-label
25. Mullen M, Jin XY, Child A, Stuart AG, Dodd M, Aragon-Martin JA, et al. Irbesartan in
2019; 394:2263-70
26. Kang YN, Chi SC, Wu MH, Chiu HH. The effects of losartan versus beta-blockers on
33
27. Huang W, Alhenc GF, Osborne-Pellegrin MJ. Protection of the arterial internal elastic
lamina by inhibition of the renin-angiotensin system in the rat. Circulation Res 1998;
82:879-90
28. Ahimastos AA, Aggarwal A, D’Orsa KM, Formosa MF, White AJ, Savarirayan R, et al.
Effect of perindopril on large artery stiffness and akar aorta diameter in patients with
29. Phomakay V, Huett WG, Gossett JM, Tang X, Bornemeier RA, Collins RT 2nd. β-
matrix metalloproteinase-9 in human abdominal aortic aneurysm wall. J Vasc Surg 2002;
36:158-63
31. Xiong W, Knispel RA, Dietz HC, Ramirez F, Baxter BT. Doxycycline delays aneurysm
32. Mosorin M, Juvonen J, Biancari F, Satta J, Surcel HM, Leinonen M, et al. Use of
33. Shimada K, Hirano E, Kimura T, Fujita M, Kishimoto C. Carvedilol reduces the severity of
34. Wu TC, Chen YH, Leu HB, et al. Carvedilol, a pharmacological antioxidant, inhibits
34
Biol Med. 2007;43(11):1508–1522.
36. Goran K, Dejan S, Milan P, Dragana I, et all. Should we prescribe “vasodilating” beta
06-084/-085: 616.132-084:615.22
37. Pucci G, Ranalli MG, Battista F, Schillaci G. Effects of β-blockers with and without
38. Weiwei Z and Brian T. Effect of bisoprolol on central aortic systolic pressure in Chinese
10.17305/bjbms.2021.6483
39. Michala E. P, DPhil, MRCP, and John R. C. The Vasodilatory Beta-blockers. 2007,
9:269–277
40. Williams B, Lacy PS, Thom SM, et al.: Differential impact of blood pressure–lowering
drugs on central aortic pressure and clinical outcomes: principal results of the Conduit
41. Chaddha A, Eagle KA, Braverman AC, et al. Exercise and physical activity for the post-
42. Braverman AC. Exercise and the Marfan syndrome. Med Sci Sports Exerc. 1998;30(10
suppl): S387–S395.
35