Oleh:
Kelas I
Kelompok I 2
2016
LAPORAN BESAR
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN
Anggota Kelompok:
No Nama NIM
1 Sena Rizki Triyudanto* 155040201111283
2 Hidayatullah 155040201111091
3 Ajeng Iswantika Putri 155040201111096
4 Gonza Tricaya Nadeak 155040201111109
5 Ulfa Ruly Dianita 155040201111113
6 Novita Devianti 155040201111146
7 Mochammad Fahmi Susanto 155040201111158
8 Irwandi Panggabean 155040201111192
9 Desy Dwi Shinta Rosalina 155040201111233
10 Nur Laili Madarina 155040201111235
11 Bayu Muda Hasiholan Silalahi 155040201111244
12 Silva Monica 155040201111319
13 Yuantika Rahayu 155040207111053
14 Desinta Kumala Sari 155040207111113
15 Hendri Herianto 155040207111116
16 Bagas Prakoso Wilis 155040207111121
17 Sagita Ayu Nur Aulya 155040207111137
18 Reno Esperenso Asmaranta 155040207111138
19 Shaiba Rihhadatul 'Aisy 155040207111146
20 Retry Cavistin Keta 155040207111172
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduki dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik atau non
organik (mineral). Pupuk berbeda dengan suplemen. Pupuk mengandung bahan
bakar yang diperlukan pertumbuhan tanaman, sementara suplemen seperti hormon
tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan pupuk pada
tanaman tersebut agar tanaman tersebut dapat berkembang dengan baik dan saat
melakukan pemupukan tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pupuk pada
tanaman, sehingga tanaman tidak mendapatkan terlalu sedikit atau terlalu banyak
zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya
bagi tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan dibagian
tanaman.
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama
ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan
sebagai pengganti pupuk buatan. Pada praktikum Teknologi Pupuk dan
Pemupukan kita mempelajari tentang pembuatan pupuk kompos dengan berbagai
bahan dan perlakuan yang berbeda-beda untuk mengetahui hasil pupuk kompos
yang terbaik.
2 Tujuan
a Untuk memahami proses pembuatan kompos.
b Untuk memahami pengaruh berbagai kombinasi bahan dan penggunaan
urea terhadap kualitas kompos (pH, kadar air, c-organik, N total dan suhu).
3 Manfaat
a Mampu memahami proses pembuatan kompos.
b Mampu menentukan komposisi bahan dan penggunaan urea untuk
menghasilkan kualitas kompos yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pupuk
a) Pupuk adalah bahan-bahan organik ataupun anorganik yang diberikan pada
tanah untuk memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapi
substansi anorganik esensial bagi tanaman. (Santoso, 1996)
b) Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara
serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau
kesuburan tanah. (Hasibuan, 2006)
c) Fertilizer is any material of natural or synthetic origin (other than liming
materials) that is applied to soils or to plant tissues (usually leaves) to
supply one or more plant nutrients essential to the growth of plants.
(Miescher, 2008)
Pupuk adalah bahan dari alam atau sintetik (selain pengapuran bahan)
yang diterapkan pada tanah atau menanam jaringan (biasanya daun) untuk
memasok satu atau lebih nutrisi tanaman penting untuk pertumbuhan
tanaman..
d) Fertilizer is material use to atter the physical properties, chemical or
biological soil, so that become better for plant growth. (Kleger, 2006)
Pupuk adalah bahan yang digunakan untuk sifat fisik, kimia atau biologi
tanah, sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.
2.2 Macam-Macam Pupuk
1 Berdasarkan Sumber Bahan Baku
Berdasarkan sumber bahan yang digunakan pupuk digolongkan menjadi
pupuk organik dan pupuk anorganik.
a Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang
telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi senyawa kimia yang
mudah diserap tanaman. Bahan baku berasal dari bahan kimia
(sintetis) yang ditambahkan atau bisa dari bahan-bahan mineral yang ada
(Parnata, 2008).
Jenis Pupuk Anorganik:
a) Urea, merupakan pupuk anorganik yang biasa dipakai sebagai pupuk
dasar
b) Zwavelzure Ammonia (ZA), merupakan pupuk anorganik yang
berbentuk kristal, berwarna putih dan sedikit higroskopis
c) Kalium Klorida (KCl), merupakan pupuk yang berasal dari hasil
tambang
d) Pupuk Majemuk, atau NPK merupakan pupuk anorganik majemuk
yang paling banyak digunakan dll (Parnata, 2008).
b Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari makhluk hidup yang
telah mati. Pupuk ini berasal dari bagian darah, tulang, bulu, sisa tumbuhan,
kotoran hewan, daun yang berjatuhan, pohon atau tanaman yang tumbang
dan limbah rumah tangga. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan
oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula
(Parnata, 2008).
Menurut Suwahyono (2011), ada beberapa bahan yang dapat digunakan
sebagai sumber pupuk, yaitu:
a Residu Limbah Pertanian
Pemilihan residu limbah pertanian atau limbah hijauan untuk bahan
baku pupuk organik harus memperhatikan tingkat C/N rasionya. Dikatakan
oleh Johnson (2003) bahwa pada residu bahan organik limbah pertanian
dengan C/N rasio yang tinggi cenderung terjadi proses pengekangan
nitrogen dalam tanah saat proses dekomposisi. Sementara pada C/N rasio
yang rendah cenderung terjadi mineralisasi pada saat proses dekomposisi.
b Sampah Organik
Sampah organik dapat menyediakan bahan organik dengan berbagai
macam kandungan nutrisi. Namun, dalam penanganannya memerlukan
banyak tenaga kerja dan biaya. Hal ini tidak sepadan dengan perolehan
kandungan nutrisi yang relatif rendah. Komposisi sampah organik sangat
kompleks, bisa terdiri dari berbagai jenis sampah seperti urine, kotoran
hewan, dan sisa makanan, yang berasal dari berbagai sumber seperti halnya
sampah pasar.
Sampah organik biasanya hanya akan memberikan manfaat untuk
jangka panjang pada konservasi lahan. Sampah organik juga dapat
menimbulkan masalah yang berkaitan dengan berbagai jenis buangan
terikut, misalnya gulma dan peluruhan nitrogen ke dalam air tanah pada
kondisi lingkungan tertentu. Berkenaan dengan pemanfaatan sampah
organik sebagai sumber pupuk, dibutuhkan volume sangat besar dan
bervariasi pada setiap jenis tanaman.
c Limbah Lumpur
Limbah lumpur merupakan produk samping dari buangan rumah tangga
dan pengolahan air buangan industri. Seperti halnya sampah organik, limbah
lumpur komposisinya sangat kompleks dan bervariasi. Lumpur umumnya
terdekomposisi lebih lambat dibandingkan dengan limbah pertanian atau
kotoran hewan.
Pengaplikasian limbah lumpur pada permukaan tanah akan
menyebabkan unsur N di dalam limbah lumpur menguap sebagai amonium
(NH3) atau akan terjadi proses denitrifikasi, apalagi jika lumpur tersebut
sangat basah. Pemberian limbah lumpur dengan frekuensi yang sering pada
lahan budi daya dapat memberikan manfaat, yaitu tersedianya bahan organik
dan nitrogen pada tanah. Hal ini dapat diketahui jika dilakukan
pemeriksaan, yaitu adanya peningkatan kandungan senyawa organik yang
kompleks, walaupun proses dekomposisinya sangat lambat. Proses tersebut
membutuhkan daur waktu yang cukup lama dalam proses penyimpanan
bahan organik dan unsur-unsur hara seperti N, S, dan P.
Untuk pemanfaatan yang lebih efektif, limbah lumpur dapat diproses
terlebih dahulu dengan alat yang disebut digester dan perlu adanya
perlakuan tertentu agar dapat diperoleh bentuk padatan yang mengandung
5060% bahan organik dan kandungan 36% N, 1,4% P, dan 0,21% K,
di samping kandungan Ca, Mg dan unsur mikro lainnya.
d Limbah Hasil Laut
Limbah hasil laut seperti tulang ikan, ikan rucah, kulit udang dan
lobster, kulit kerang, landak laut, serta rumput laut mempunyai potensi
sebagai sumber bahan organik yang memiliki unsur-unsur hara tinggi dan
lengkap. Pupuk organik yang bersumber dari tepung ikan dapat
meningkatkan bobot kering tanaman tomat sampai 200%.
2 Berdasarkan Bentuk Fisik
Pupuk dibagi menjadi dua berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu :
a Pupuk padat merupakan pupuk dalam bentuk remahan, butiran atau
kristal. Cara pengaplikasian dilakukan dengan cara ditaburkan merata
ke sekitar tanaman. Cara penaburan dapat memboroskan pupuk. Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan dengan cara larikan, yaitu pupuk
ditaburkan menurut larikan tanaman. Penaburan di larikan tanaman
biasanya bersamaan dengan saat penyiangan lahan setelah penaburan,
pupuk ditutup dengan tanah.
Menurut Yuwono (2006) bahan baku kompos dapat di bagi menjadi 2 yaitu:
Terdiri dari: daun kering, rumput kering, serbuk gergaji, serutan kayu,
sekam padi, kertas, kulit jagung, jerami, tangkai sayuran.
Bahan pupuk yang sudah disiapkan diratakan dilantai dan disiram dengan
campuran 3bahan (EM4,Molas,dan air)
Pengamatan (suhu dan kadar air tiap 3 hari sekali,warna dan pH setiap 1
minggu sekali)
2 Pengukuran Kadar Air, Analisis pH, C-Organik, dan N-Total
3.3.2.1 Pengukuran Kadar Air
Cawan petri yang berisi bahan kompos dimasukkan ke dalam oven (suhu
105o) selama 24 jam
Dua botol film disiapkan dan diberi kode A untuk larutan H2O dan B untuk
larutan KCl
Dua botol film yang sudah ditambahkan larutan aquadest dan KCl
dimasukkan ke dalam mesin pengocok
Botol film yang sudah dikocok diambil dan didiamkan selama 5 menit
pH kompos dicatat
3.3.2.3 C-Organik
Contoh kompos halus (yang lolos melalui ayakan 0.5 mm) sebanyak 0.1 g
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 ml
Apabila K2Cr2O7 yang dipakai lebih dari 8 dan 10 ml, perlakuan diulangi
dengan contoh yang lebih sedikit
3.3.2.4 N-Total
Contoh tanah ukuran 0.5 mm ditimbang sebanyak 0.5 g
Keringkan Bahan Baku dengan cara di jemur atau di keringkan dengan alat
pengering
Giling bahan dengan mesin giling, atau ditumbuk saja juga bisa. Kemudian
ayak bahan yang telah di giling tadi
Granul dapat dibuat dengan berbagai cara. Cara paling sederhana adalah
dengan menggunakan nampan. Caranya, bahan dimasukkan ke dalam
nampan, tambahakan air + perekat (jika perlu). Kemudian nampan digoyang-
goyang sampai terbentuk granul
Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku,
masukkan kedalam tong dan tambahkan air, perbandingan 2:1
Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah di air ,aduk hingga
merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi
bahan baku pupuk.
Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah
diberi lubang. Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara.
Biarkan ujung selang yang lain masuk kedalam botol yang telah diberi air.
Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau
kaca, tutup rapat. Dan pupuk siap di gunakan
4 Analisa Perlakuan + literature
3.4.1 Pembuatan Kompos
Dalam pembuatan kompos pertama yang perlu dipersiapkan yaitu
menyiapkan alat dan bahan seperti jerami dan mesin penghancur. Setelah
disiapkan, dimulailah menggerinding atau menghancurkan jerami sampai empat
kali pengulangan hingga tekstur jerami agak halus, hal ini bertujuan agar mudah
dan mempercepat dalam pendekomposisian. Sembari menunggu jerami
dihaluskan, dapat disiapkan EM4 sebanyak 10ml dan molase sebanyak 60ml.
EM4 digunakan untuk menguraikan bahan-bahan kompos. Menurut Parnata
(2008) Effective Mikroorganism (EM4) terdiri dari Lumbricus (bakteri asam
laktat) serta sedikit bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Streptomyces sp dan ragi
ynag merupakan inokulum yang dapat meningkatkan keragaman mikroorganisme
tanah yang bermanfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman serta untuk
meningkatkan kualitas dari pupuk.
Sedangkan Molase digunakan sebagai substrat EM4, dimana kandungan
yang terdapat didalamnya bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman karena mampu
mengubah beberapa nutrisi kimia menjadi bentuk yang mudah tersedia untuk
organisme tumbuhan (Djuarnani & Setiawan, 2008). Molase diencerkan terlebih
dahulu dengan air agar tidak terlalu pekat, sehingga EM4 dapat berkembang. Air
yang ditambahkan sebanyak 5000 ml. Lalu molase yang sudah diencerkan
dicampurkan dengan EM4. Setelah larutan (EM4, molase, air) tercampur,
tambahkan pada bahan pupuk. Pemberian EM4 dan molase harus merata,
sehingga saat pemberian pupuk harus diaduk. Setelah benar-benar tercampur,
masukkan pupuk kedalam peti kayu, dan ditempatkan di tempat yang teduh.
Selanjutnya dilakukan pengamatan suhu pupuk yang dilakukan setiap tiga hari
sekali.
3.3.2 Pengukuran Kadar Air, Analisis pH, C-organik, N-Total
3.3.2.1 Pengukuran Kadar Air
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, langkah pertama yaitu bahan
kompos diambil sebanyak 20 g, dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali
yaitu bagian bawah, tengah, dan atas. Kemudian meletakkan kompos pada cawan
petri, lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105 o C selama 24 jam. Setelah
itu bahan kompos yang sudah kering dapat ditimbang dan dimasukkan dalam
lembar pengamatan.
Menurut Widarti et al., (2015) Kadar air akan sangat berpengaruh dalam
mempercepat terjadinya perubahan dan penguraiaan bahan-bahan organik yang
digunakan dalam pembuatan kompos.
Kadar air diukur setiap tiga hari sekali selama dua bulan. Kadar air diukur
menggunakan metode gravimetri. Sampel diambil sebanyak 5 gram, kemudian
berat awal ditimbang dan dilakukan pengeringan menggunakan oven dengan suhu
105C selama 24 jam. Berat kering kompos kemudian ditimbang dan kadar air
relatif diperoleh menggunakan rumus:
Keterangan: ppm kurva = nilai kadar contoh yang didapat dari kurva
hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi
blanko; 100 = nilai konversi ke %; fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - %
kadar air) (Setyorini et al., 2006)
3.3.2.4 N-total
Untuk menghitung nilai N-total, hal pertama yang dilakukan yaitu
menimbang sampel sebanyak 0.5 gram kemudian dimasukan ke dalam labu
erlenmeyer. Menambahkan 1 gram campuran selen dan 5 ml H 2SO4 pekat
(berfungsi utntuk memisahkan rantai carbon dengan tanah) ke dalam erlenmeyer
dan mendestruksikan pada suhu 3000C. Lalu dinginkan dan diencerkan 50 ml H 2O
murni dan menambahkan 100 ml NaOH 40%. Setelah itu lakukan penyulingan.
Menampung hasil penyulingan dengan asam borat sebanyak 20 ml sampai warna
penampung berubah menjadi hijau dan volume sekitar 50 ml dan terakhir ditiritasi
sampai titik akhir dengan H2SO4 0.01N. Pengukuran kadar N organik total
dilakukan setiap satu minggu sekali selama masa pengomposan. Perhitungan
kadar N-Organik dengan rumus:
5.2. Saran
Dalam praktikum pembuatan kompos, ada tahapan-tahapan yang harus
dilakukan. Dari berbagai bahan. Perlunya pemeriksaan secara rutin, pengukuran
suhu dall. UPT kompos harus selalu dijaga kebersihannya. Walaupun tempat
pembuatan kompos identik denhan kotor, tapi kebersihan harus selalu dijaga demi
kenyamanan saat praktikum. Kebersihan itu harus dijaga bersama-sama bukan
hanya petugas UPT. Semua mahasiswa juga harus menjaga kebersihan.
Kedepannya lebih bisa maju dan semakin banyaknya ide-ide pembuatan kompos
untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman. Dan lebih memajukan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya dilevel Nasional dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amrah, Mudi Liani. 2008. Pengaruh Manajemen Jerami Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Padi Sawah. IPB : Fakultas Pertanian.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Jerami Padi: Pengelolaan
dan Pemanfaatan. Bogor.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2007. Teknologi Pengomposan. Jakarta:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Djuarnani & Setiawan. 2008. Cara Tepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka:
Jakarta
Dobermann A , Fairhurst. 2002. Rice Straw Management. Better Crops
International. 16.
Hadisumitro, L.M. 2011. Membuat Kompos edisi revisi. Jakarta: Penebar Swadaya
Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara,
Fakultas Pertanian. Medan
Kleger. 2006. Definition of Fertilizer. New York University Press :New York.
Kurnia, U., D. Setyorini, T. Prihatini, S. Rochayati, Sutono dan H. Suganda. 2001.
Perkembangan dan Penggunaan Pupuk Organik di Indonesia. Rapat
Koordinasi Penerapan Penggunaan Pupuk Berimbang dan Peningkatan
Penggunaan Pupuk Organik. Direktorat Pupuk dan Pestisida, Direktorat
Jendral Bina Sarana Pertanian, Jakarta, Nopember 2001.
Miescher. 2008. Plant Growth-Promoting Rhizobacteria Biological Control
Agent. P 255-274.
Murbandono, L. 2007. Membuat Kompos. Penebar Swadaya: Jakarta.
Parnata, A. S. 2008. Pupuk Organik Cair, Aplikasi Dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Pratikno, H, E. Arisoesilaningsih, dan E.Handayanto. 2004. Pemanfaatan Biomasa
Tubuhan Liar di Lahan Berkapur DAS Brantas Untuk Meningkatkan
Ketersediaan P Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang
Santoso, Heronymus B. 2006. Jahe Gajah. Kanisius:Yogyakarta.
Setiadi. 2006. Bertanam Cabai. Jakarta: Niaga Swadaya
Settiawan, B. S. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Penebar Swadaya.
Jakarta
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, Ea, K. 2006. Kompos . Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati Organik fertilizer and Biofertilizer .Balai Besar Litbang
Sumber daya lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 313 hal.
Sidabutar RM. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Produksi
Sawi (Brassica Juncea L) Dan Beberapa Sifat Kimia Tanah Andisol.
Departemen Ilmu Tanah USU. Medan.
Suwahyono, Untung. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara
Efektif dan Efisien
Syamsu ida. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
Universitas Boronowo: Tulungagung. (1) 1
Tobing, Esther. 2009. Studi Tentang Kandungan Nitrogen, Karbon (C) Organik
Dan C/N Dari Kompos Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia)
Widiarti et al., 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku Pada pembuatan Kompos
Dari Kubis Dan Kulit Pisang.
Yuwono, D. 2006. Kompos. Jakarta. Penebar Swadaya
Daftar Pustaka minimal dari 5 buku dan 5 jurnal, maks 10 tahun terakhir (2006)
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data dan Perhitungan kadar air, C-Organik, N-Total (data kelompok)
Lampiran 2: Foto kegiatan pembuatan kompos dan analisis lab (data kelompok)
FORMAT PENULISAN
Font style Times New Roman
Font size 12
Margin kiri-atas-kanan-bawah (4:3:3:3)
Spasi 1,5 dan before-after 0
TAMBAHAN
Gunakan standar baku mutu kompos PP No. 8 tahun 2001
Pembagian kelas share data
1 N1, N2, O1, O2, Q1, Q2, C1, C2, H1, H2
2 I1, I2, J1, J2, T1, T2, G1, G2, M1, M2
3 P1, P2, A1, A2, D1, D2, B1, B2, F1, F2
4 L1, L2, E1, E2, K1, K2, R1, R2, S1, S2
TTD
Asisten TPP 2016