Anda di halaman 1dari 13

KOMPETENSI DASAR:

1. Menjelaskan prinsip gaya dan momen,


2. Menjelaskan syarat kesetimbangan dan persamaan
kesetimbangan pada bidang datar,
3. Menghitung resultan gaya pada bermacam sistem gaya,
4. Menghitung persamaan kesetimbangan.

2.1. PENDAHULUAN

Struktur adalah peranti untuk menyalurkan gaya dari titik dimana


gaya tersebut bekerja dalam bangunan ke pondasi yang pada
akhirnya gaya-gaya tersebut ditahan oleh tanah (bumi). Struktur
terdiri dari sistem gaya yang berada dalam keadaan kesetimbangan
statis. Pemahaman konsep-konsep gaya, kesetimbangan, dan sifat-
sifat dasar dari sistem gaya merupakan dasar dari pemahaman suatu
struktur.

BANGUNAN :
STRUKTUR  FUNGSI
ATAS STRUKTURAL
 FUNGSI NON
STRUKTURAL

STRUKTUR
BAWAH

Gambar 2.1 Struktur bangunan sederhana menyalurkan


beban ke pondasi
Kesetimbangan 19
2.2. VEKTOR GAYA

Gaya adalah suatu besaran vektor yang baik besarnya maupun


arahnya harus ditentukan untuk dapat menggambarkan gaya itu
secara keseluruhan. Gaya dapat dipresentasikan secara grafis
dengan sebuah garis, yang disebut vektor, yang digambar sejajar
dengan arah gaya dan panjangnya sebanding dengan besar gaya
tersebut. Gaya dinyatakan dalam Satuan Berat (N, KN, dst).

Gambar 2.2 Vektor Gaya.


P= 500 KN 5 cm Gaya P bekerja tegak lurus ke bawah;
digambarkan oleh sebuah anak
panah dengan panjang sebanding
dengan besar gaya dan mempunyai
arah seperti ditunjukkan mata
Skala 1 cm = 100 KN panah.

Jika gaya bekerja pada suatu benda, tempat berpegangnya disebut


titik tangkap. Garis yang ditarik melalui titik tangkap ini arahnya sama
dengan arah kerja gaya dan disebut garis kerja gaya. Perhatikan
pada sebuah kereta dorong yang dihela atau didorong oleh
seseorang dengan gaya P seperti pada Gambar 2.3. Dapat dipahami
bahwa pengaruh didorong oleh gaya P atau ditarik oleh gaya P*
adalah sama saja, asal besarnya gaya, arah dan garis kerjanya
sama.

P Garis kerja P*
gaya
kereta dorong kereta dorong

Gambar 2.3 Sebuah gaya yang bekerja disepanjang garis kerjanya


akan memberikan akibat yang sama pada benda.

Pada sebuah benda mungkin bekerja lebih dari sebuah gaya dan
susunannya juga bermacam-macam. Berbagai kemungkinan
susunan gaya dapat diringkas sebagai berikut:
20 Kesetimbangan
1. Gaya Koplanar : semua gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu bidang datar.
2. Gaya Kolinear : semua gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu garis lurus.
3. Gaya Kongkuren : semua gaya yang garis kerjanya berpo-
tongan pada satu titik.
4. Gaya Non-Kongkuren : gaya-gaya yang garis kerjanya berpo-
tongan satu dengan yang lain tidak pada
satu titik.
5. Gaya Sejajar : semua gaya yang garis kerjanya sejajar
satu sama lain, baik pada bidang
maupun dalam ruang.

P1 P2 P3 P2
P1
Gaya Kolinear
P3

Gaya Kongkuren

P2 P1
P2 P3
P1
P3

Gaya Non-Kongkuren Gaya Sejajar

Gambar 2.4 Berbagai komposisi gaya.

2.3. RESULTAN GAYA

Jika dua atau lebih gaya tak sejajar bekerja, pengaruh kombinasinya
setara dengan pengaruh satu gaya yang disebut sebagai Resultan
dari gaya-gaya asli. Besar dan arah Resultan dapat ditentukan
secara grafis dengan penjumlahan vektor dalam suatu segitiga gaya
atau “poligon gaya”.
Kesetimbangan 21
F2
F1 F1
R R

F2
(a) (b) (c)

F2 F3
R R
F2
F3
F1 F1
(a) (b) (c)

Gambar 2.5 Penjumlahan Vektor


(a) Dua gaya atau lebih bekerja pada suatu benda (b) Penambahan
vektor membentuk poligon gaya yang menghasilkan resultan gaya
(c) Resultan gaya yang dihasilkan besarnya sama persis dengan
gaya-gaya yang sebenarnya.

2.4. PENGURAIAN GAYA

Sebuah gaya dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil


dengan membalik proses pada perhitungan resultan gaya, tekniknya
disebut penguraian gaya. Teknik ini memungkinkan sistem gaya
diuraikan menjadi gaya-gaya yang bekerja dengan arah saling tegak
lurus atau ortogonal (dua arah saling tegak lurus). Teknik ini juga
memungkinkan penambahan gaya-gaya secara aljabar (selain cara
grafis).
F F
V V

 
H H
(a) (b) (c)

Gambar 2.6 Penguraian gaya menjadi komponen gaya.


(a) Gaya tunggal (b) Segitiga gaya digunakan untuk menentukan
komponen vertikal dan horizontal (c) Komponen vertikal dan
horizontal besarnya sama persis dengan gaya sebenarnya.

22 Kesetimbangan
Resultan dari himpunan gaya dapat dengan mudah dihitung jika
masing-masing gaya diuraikan menjadi komponen-komponen vertikal
dan horizontal, seperti dijelaskan berikut:

a. Gaya Kongkuren
F1
V1= F1 sin 1
V1
1 H1= F1 cos 1
H1
F2
F1 F2
V2 V2= F2 sin 2

2 H2= F2 cos 2
F3
(a) H2

H3
V3= F3 sin 3
3
V3 H3= F3 cos 3
F3
V3 V2
(b)
R

V1
H1 R

H2 H3

(c)

Gambar 2.7 Penguraian gaya menjadi komponen-komponennya


untuk menentukan Resultan dari sekelompok gaya kongkuren.

Resultan gaya Gambar 2.7 dapat juga ditentukan secara aljabar


sebagai berikut :

V = V1 + V2 – V3 ; H = H2 + H3 – H1 ;
V
R V 2  H2 ; R  arc tan
H

Kesetimbangan 23
Secara umum untuk acuan sudut () yang tetap (arah berlawanan
jarum jam dari sumbu X positif pada sistem sumbu kartesian) dapat
dihitung:
n n
V   Fi Sin i H   Fi Cos i
i1 i1
V
R V  H
2 2
R  arc tan
H

Contoh 2.1: Tentukan besar dan arah Resultan sekelompok gaya


berikut.
Y
F1=10 KN

F2=5 KN
60 45
X

V = 10 Sin 120 + 5 Sin 45 + 10 Sin 250


20 = 2,80 KN
F3=10 KN H = 10 Cos 120 + 5 Cos 45 + 10 Cos 250
= - 4,88 KN

R (2,80)2  (4,88)2  5,63 KN

2,80
R  arc tan  29,85
 4,88
Y

 V positif dan H negatif


 R berada di Kuadran II
R=5,63 KN
150,15
R   29,85  180  150,15o
X

24 Kesetimbangan
b. Gaya Non-Kongkuren
Pada kelompok gaya non-kongkuren, langkah pertama adalah
penetapan sumbu X dan sumbu Y pada sistem sumbu kertesian
yang penempatannya dapat dilakukan secara bebas.
Y F1
V1 V1= F1 sin 1
F1
1 H1= F1 cos 1
y1 H1
F2
y2 F2
V2 V2= F2 sin 2
2
H2= F2 cos 2
O X H2
x1 x2

Gambar 2.8 Penguraian gaya menjadi komponen-komponennya


untuk menentukan Resultan dari sekelompok gaya non-kongkuren.

Sama seperti pada gaya kongkuren, untuk acuan sudut () yang
tetap (arah berlawanan jarum jam dari sumbu X positif) dapat
dihitung:
n n
V   Fi Sin i H   Fi Cos i
i1 i1
V
R V  H
2 2
R  arc tan
H
Untuk menentukan titik tempat kerja (titik tangkap) Resultan gaya,
kita perlukan Mx (jumlah momen gaya terhadap sumbu x) dan My
(jumlah momen gaya terhadap sumbu y) terhadap titik asal O, yang
dihitung sebagai berikut:
n
Mx   Hi .yi  H1.y1  H2.y 2  ....  Hn.yn
i1
n
My   Vi .xi  V1.x1  V2.x 2  ....  Vn.xn
i1

Titik tangkap gaya (S), koordinatnya adalah xs dan ys, dapat dihitung:
H . ys  Mx  ys  Mx H

V . xs  My  xs  My V

Kesetimbangan 25
Contoh 2.2: Y
F1=10 KN
Tentukan besar Resultan,
arah dan titik tangkap 30
4 F2=8 KN
Resultan gaya tersebut
45
dari kelompok gaya 2 5
seperti tergambar.
O 2 8 X
Penyelesaian:

F θ x y Hi=F Cos θ Vi=F Sin θ Hi . yi Vi . xi

F1 = 10 30 2 4 ........ ......... ..... .....


F2 = 8 135 8 2 ........ ......... ..... .....
Σ H= V= Mx = My =

 R V 2  H2  R  arc tan V
H
 H . ys  Mx  ys  Mx H

 V . xs  My  xs  My V

2.5. MOMEN GAYA

Momen : Gaya yang menghasilkan efek perputaran terhadap suatu


titik yang berada di luar garis kerjanya. Besarnya momen ini sama
dengan perkalian antara besarnya gaya tersebut dengan jarak tegak
lurus antara garis kerja gaya dengan titik perputaran dimana efek
perputaran tersebut terjadi.

X F

d Momen terhadap
titik x = F x d

Gambar 2.9 Momen gaya yang terjadi di suatu titik.


Merupakan ukuran dari efek perputaran gaya tersebut
terhadap titik dengan jarak tertentu
26 Kesetimbangan
2.6. KESETIMBANGAN STATIS DAN PERSAMAAN
KESETIMBANGAN

Jika benda dikenai gaya, maka benda itu akan bergerak (lebih
tepatnya mengalami percepatan) disepanjang garis kerja gaya.
Besarnya percepatan tergantung pada hubungan antara massa
bensa dan besarnya gaya (Hukum Gerak Newton II).

Percepatan = F/m
m m = massa benda

Gambar 2.10 Benda dikenai gaya akan mempunyai percepatan


sepanjang garis kerja gaya

Kesetimbangan 27
Struktur adalah benda kaku yang dikenai gaya-gaya luar yang
disebut beban. Responnya terhadap beban tergantung pada
karakteristik sistem gaya.
a. Jika struktur tidak dikenai gaya, struktur tersebut dapat
dikatakan dalam keadaan diam.
b. Jika struktur dikenai sebuah gaya atau sekelompok gaya yang
mempunyai resultan, struktur ini akan bergerak. Arah
gerakannya sama dengan garis kerja resultan tadi.
c. Jika struktur dikenai sekumpulan gaya yang tidak mempunyai
resultan, yaitu sekumpulan gaya yang membentuk segitiga gaya
atau poligon gaya yang tertutup, struktur tersebut dapat tetap
diam dalam keadaan kesetimbangan statis.

Beban yang bekerja pada suatu struktur sebenarnya jarang sekali


membentuk gaya-gaya yang saling berada dalam kesetimbangan.
Kesetimbangan diperoleh dengan mendapatkan gaya reaksi yang
bekerja antara struktur dengan pondasinya. Hubungan yang timbul
antara beban yang bekerja pada suatu struktur dengan gaya-gaya
reaksi yang eksis pada pondasi-pondasinya ditunjukkan secara
sederhana pada Gambar 2.11 berikut.

R
R
F F
(a) (b)

Percepatan struktur akibat Percepatan struktur dihentikan dan


gaya yang bekerja keadaan kesetimbangan terjadi.
Reaksi R = F (namun arah berlawanan)

F
R
Meskipun Resultan gaya tidak
dihasilkan, kesetimbangan
R tidak didapat. Translasi tidak
terjadi tetapi gaya rotasi
F masih memungkinkan.
(c)

28 Kesetimbangan
R1 Sistem gaya total tidak mempu-
R2 F nyai resultan. Karena dalam hal
ini gaya tidak menghasilkan
efek putaran terhadap benda,
R1 seolah tidak ada gaya, maka
F keadaan kesetimbangan akan
R2 terjadi.
(d)

Gambar 2.11 Kesetimbangan yang dialami oleh benda kaku


yang ditempatkan pada suatu permukaan tanpa gesekan

Ada dua persyaratan untuk mencapai keadaan kesetimbangan statis:


1. Sistem gaya harus tidak mempunyai resultan diarah manapun,
terpenuhi jika komponen gaya setimbang (jumlahnya sama
dengan nol) jika gaya-gaya tersebut dapat diuraikan dalam dua
arah.
2. Gaya harus tidak menghasilkan efek putaran terhadap struktur,
dapat dipenuhi jika jumlah dari momen-momen akibat gaya
tersebut terhadap titik manapun dalam bidang datar berjumlah
nol.
Persyaratan kesetimbangan dalam sistem dua dimensi dapat
diringkas dengan tiga persamaan berikut:
1. Total dari komponen vertikal seluruh gaya = 0.
 FV  0
2. Total dari komponen horizontal seluruh gaya = 0.
 FH  0
3. Total momen dariseluruh gaya = 0.
M  0

Kesetimbangan 29
Contoh 2.3: Hitung Reaksi Perletakan struktur rangka berikut ini.
10 KN

10 KN 5 KN
1m
20 KN

1m
R2
A B

R1 2m 2m 2m 2m R3

Gambar 2.12 Struktur rangka (truss) atap

Tiga persamaan kesetimbangan untuk struktur diatas adalah:


Kesetimbangan Vertikal : R1 + R3 = 10 + 10 + 5 . . . . . (1)
Kesetimbangan Horizontal : R2  20 = 0 . . . . . . (2)
Persamaan kesetimbangan putaran (ambil momen tumpuan kiri) :
 MA = 10 x 2 + 10 x 4 + 5 x 6 – 20 x 1 – R3 x 8 = 0 . . . . (3)
Jawaban terhadap persamaan-persamaan tersebut adalah:
Dari persamaan (3), R3 = 8,75 KN
Dari persamaan (2), R2 = 20 KN
Dari persamaan (1), R1 = 16,25 KN

Soal latihan: Hitung reaksi perletakan struktur-struktur berikut.

5 KN 2 KN

1. A
C B D
4 4 2

30 Kesetimbangan
Q=2 KN/m
2.

C D

4m

A B
RAH

RAV 4m 3m RBV

2.7. RANGKUMAN

1. Sejumlah gaya dapat dijumlahkan dan menghasilkan satu buah


gaya yang disebut Resultan dengan pengaruh yang sama
dengan gaya-gaya asli.
2. Sebuah gaya dapat diuraikan menjadi gaya-gaya dengan arah
saling tegak lurus.
3. Momen adalah gaya yang menghasilkan efek perputaran
terhadap suatu titik yang berada di luar garis kerjanya. Besar
Momen merupakan hasil perkalian gaya dan jarak.
4. Syarat kesetimbangan statis sistem 2 dimensi:
FH 0 ; F V 0 dan M  0

Kesetimbangan 31

Anda mungkin juga menyukai