2.1. PENDAHULUAN
BANGUNAN :
STRUKTUR FUNGSI
ATAS STRUKTURAL
FUNGSI NON
STRUKTURAL
STRUKTUR
BAWAH
P Garis kerja P*
gaya
kereta dorong kereta dorong
Pada sebuah benda mungkin bekerja lebih dari sebuah gaya dan
susunannya juga bermacam-macam. Berbagai kemungkinan
susunan gaya dapat diringkas sebagai berikut:
20 Kesetimbangan
1. Gaya Koplanar : semua gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu bidang datar.
2. Gaya Kolinear : semua gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu garis lurus.
3. Gaya Kongkuren : semua gaya yang garis kerjanya berpo-
tongan pada satu titik.
4. Gaya Non-Kongkuren : gaya-gaya yang garis kerjanya berpo-
tongan satu dengan yang lain tidak pada
satu titik.
5. Gaya Sejajar : semua gaya yang garis kerjanya sejajar
satu sama lain, baik pada bidang
maupun dalam ruang.
P1 P2 P3 P2
P1
Gaya Kolinear
P3
Gaya Kongkuren
P2 P1
P2 P3
P1
P3
Jika dua atau lebih gaya tak sejajar bekerja, pengaruh kombinasinya
setara dengan pengaruh satu gaya yang disebut sebagai Resultan
dari gaya-gaya asli. Besar dan arah Resultan dapat ditentukan
secara grafis dengan penjumlahan vektor dalam suatu segitiga gaya
atau “poligon gaya”.
Kesetimbangan 21
F2
F1 F1
R R
F2
(a) (b) (c)
F2 F3
R R
F2
F3
F1 F1
(a) (b) (c)
H H
(a) (b) (c)
22 Kesetimbangan
Resultan dari himpunan gaya dapat dengan mudah dihitung jika
masing-masing gaya diuraikan menjadi komponen-komponen vertikal
dan horizontal, seperti dijelaskan berikut:
a. Gaya Kongkuren
F1
V1= F1 sin 1
V1
1 H1= F1 cos 1
H1
F2
F1 F2
V2 V2= F2 sin 2
2 H2= F2 cos 2
F3
(a) H2
H3
V3= F3 sin 3
3
V3 H3= F3 cos 3
F3
V3 V2
(b)
R
V1
H1 R
H2 H3
(c)
V = V1 + V2 – V3 ; H = H2 + H3 – H1 ;
V
R V 2 H2 ; R arc tan
H
Kesetimbangan 23
Secara umum untuk acuan sudut () yang tetap (arah berlawanan
jarum jam dari sumbu X positif pada sistem sumbu kartesian) dapat
dihitung:
n n
V Fi Sin i H Fi Cos i
i1 i1
V
R V H
2 2
R arc tan
H
F2=5 KN
60 45
X
2,80
R arc tan 29,85
4,88
Y
24 Kesetimbangan
b. Gaya Non-Kongkuren
Pada kelompok gaya non-kongkuren, langkah pertama adalah
penetapan sumbu X dan sumbu Y pada sistem sumbu kertesian
yang penempatannya dapat dilakukan secara bebas.
Y F1
V1 V1= F1 sin 1
F1
1 H1= F1 cos 1
y1 H1
F2
y2 F2
V2 V2= F2 sin 2
2
H2= F2 cos 2
O X H2
x1 x2
Sama seperti pada gaya kongkuren, untuk acuan sudut () yang
tetap (arah berlawanan jarum jam dari sumbu X positif) dapat
dihitung:
n n
V Fi Sin i H Fi Cos i
i1 i1
V
R V H
2 2
R arc tan
H
Untuk menentukan titik tempat kerja (titik tangkap) Resultan gaya,
kita perlukan Mx (jumlah momen gaya terhadap sumbu x) dan My
(jumlah momen gaya terhadap sumbu y) terhadap titik asal O, yang
dihitung sebagai berikut:
n
Mx Hi .yi H1.y1 H2.y 2 .... Hn.yn
i1
n
My Vi .xi V1.x1 V2.x 2 .... Vn.xn
i1
Titik tangkap gaya (S), koordinatnya adalah xs dan ys, dapat dihitung:
H . ys Mx ys Mx H
V . xs My xs My V
Kesetimbangan 25
Contoh 2.2: Y
F1=10 KN
Tentukan besar Resultan,
arah dan titik tangkap 30
4 F2=8 KN
Resultan gaya tersebut
45
dari kelompok gaya 2 5
seperti tergambar.
O 2 8 X
Penyelesaian:
R V 2 H2 R arc tan V
H
H . ys Mx ys Mx H
V . xs My xs My V
X F
d Momen terhadap
titik x = F x d
Jika benda dikenai gaya, maka benda itu akan bergerak (lebih
tepatnya mengalami percepatan) disepanjang garis kerja gaya.
Besarnya percepatan tergantung pada hubungan antara massa
bensa dan besarnya gaya (Hukum Gerak Newton II).
Percepatan = F/m
m m = massa benda
Kesetimbangan 27
Struktur adalah benda kaku yang dikenai gaya-gaya luar yang
disebut beban. Responnya terhadap beban tergantung pada
karakteristik sistem gaya.
a. Jika struktur tidak dikenai gaya, struktur tersebut dapat
dikatakan dalam keadaan diam.
b. Jika struktur dikenai sebuah gaya atau sekelompok gaya yang
mempunyai resultan, struktur ini akan bergerak. Arah
gerakannya sama dengan garis kerja resultan tadi.
c. Jika struktur dikenai sekumpulan gaya yang tidak mempunyai
resultan, yaitu sekumpulan gaya yang membentuk segitiga gaya
atau poligon gaya yang tertutup, struktur tersebut dapat tetap
diam dalam keadaan kesetimbangan statis.
R
R
F F
(a) (b)
F
R
Meskipun Resultan gaya tidak
dihasilkan, kesetimbangan
R tidak didapat. Translasi tidak
terjadi tetapi gaya rotasi
F masih memungkinkan.
(c)
28 Kesetimbangan
R1 Sistem gaya total tidak mempu-
R2 F nyai resultan. Karena dalam hal
ini gaya tidak menghasilkan
efek putaran terhadap benda,
R1 seolah tidak ada gaya, maka
F keadaan kesetimbangan akan
R2 terjadi.
(d)
Kesetimbangan 29
Contoh 2.3: Hitung Reaksi Perletakan struktur rangka berikut ini.
10 KN
10 KN 5 KN
1m
20 KN
1m
R2
A B
R1 2m 2m 2m 2m R3
5 KN 2 KN
1. A
C B D
4 4 2
30 Kesetimbangan
Q=2 KN/m
2.
C D
4m
A B
RAH
RAV 4m 3m RBV
2.7. RANGKUMAN
Kesetimbangan 31