Anda di halaman 1dari 23

Kegiatan Belajar 5

MATERI POKOK : STATIKA

A. URAIAN MATERI :

Statika adalah bahasan dalam fisika yang mempelajari tentang sistem gaya dalam
keadaan benar-benar diam.

1. Vektor Gaya

Gaya, simbol F, adalah tarikan atau dorongan yang merubah keadaan benda yang
diam atau benda yang bergerak dengan kecepatan tetap. Satuan gaya adalah
Newton. Satu Newton adalah gaya yang apabila dikenakan pada benda 1 kg
menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan sebesar 1 m/s2.
Untuk menjelaskan mengenai gaya, besar dan arahnya harus ditentukan. Sehingga
gaya termasuk besaran vektor yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Vektor
digambarkan dengan garis panah berskala. Dalam hal vektor gaya panjang garis
menyatakan besar gaya dan arah panah menyatakan arah garis kerja gaya.
U

12,5 N
20 N 15 N

Gaya 12,5 N
Gaya 20 N Gaya 15 N bekerja dengan
bekerja dengan bekerja dengan arah ke Barat
arah ke Timur arah ke
Laut Selatan
Gambar 5.1 Beberapa vektor yang menggambarkan gaya

2. Resultan Gaya

Resultan dari beberapa gaya adalah sebuah gaya yang menghasilkan efek yang
sama jika menggantikan beberapa gaya tersebut. Gambar 5.2 menunjukkan tiga
gaya yang nilainya 5, 10 dan 8 N menarik benda dengan arah yang sama. Diperoleh
resultan gayanya adalah 23 N dalam arah yang sama. Ini adalah kasus sederhana
berupa gaya-gaya sejajar yang mana resultan gaya diperoleh dengan penjumlahan
aljabar biasa.
8N
8N 5N 10 N
5N 10 N Resultan = 8 + 5 + 10 = 23

Diagram ruang Diagram

Gambar 5.2 Resultan gaya

Diagram ruang menggambarkan sistem gaya, sedangkan diagram vektor


menggambarkan vektor-vektor secara berskala dan dihubungkan dari ujung ke ujung.
Untuk menghitung resultan dari gaya-gaya yang arahnya tidak sejajar digunakan
metode poligon gaya. Setiap vektor digambar dengan skala persis sesuai dengan
besar dan arahnya, kemudian pangkal vektor kedua diletakkan pada ujung vektor
pertama, pangkal vektor ketiga diletakkan pada ujung vektor kedua, demikian
seterusnya. Vektor resultan diperoleh dengan menarik garis dari pangkal vektor
pertama dan ujung vektor terakhir.

8N 8N
10 N 23
10 N
5N
5N
Resultan = 21,9 N Gaya resultan = 21,9 N

Diagram ruang Diagram vektor

Gambar 5.3 Menentukan resultan gaya

3. Keseimbangan Statis Benda Tegar

Suatu benda tegar berada dalam keseimbangan statis bila mula-mula benda dalam
keadaan diam dan resultan gaya pada benda sama dengan nol, serta torsi terhadap
titik sembarang yang dipilih sebagai poros sama dengan nol.
Secara matematis, syarat keseimbangan statis benda tegar yang terletak pada suatu
bidang datar (misal bidang XY) dinyatakan sebagai berikut:

(1) Resultan gaya harus nol

(2) Resultan Torsi harus nol

Keseimbangan tiga gaya sebidang pada sistem partikel


Syarat keseimbangan statik untuk tiga gaya sebidang yang bekerja pada suatu
sistem partikel, seperti ditunjukkan pada gambar 5.4
Gambar 5.4 Tiga gaya sebidang yang bekerja pada suatu sistem partikel

Perhatikan, adalah sudut di seberang ; adalah sudut di seberang ;


adalah sudut di seberang , dan berlaku

Ketika sistem tiga gaya di atas seimbang berlaku:

Momen Gaya
Gaya tidak hanya cenderung untuk menggerakan benda tetapi juga untuk memutar
benda. Ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada suatu benda untuk
memutar benda tersebut terhadap suatu poros tertentu disebut momen gaya atau
torsi.

Gambar 5.4.b Torsi atau momen gaya

Perhatikan gambar di atas! Sebuah gaya digunakan untuk memutar sebuah batang
pada jarak dari sumbu putar O. Arah gaya tegak lurus lengan gaya . Maka besarnya
momen gaya tergantung pada besar gaya dan panjang lengan momen ,
dirumuskan dengan persamaan

Momen gaya = gaya lengan momen


Lengan momen ( ) merupakan panjang garis yang ditarik dari titik poros O sampai
memotong tegak lurus garis kerja vektor gaya . Torsi termasuk besaran vektor
yang memiliki nilai dan arah. Arah momen gaya mengikuti aturan putaran tangan
kanan.

Gambar 5.4c Arah momen gaya mengikuti aturan putaran tangan kanan

Dilihat dari atas, jika arah putaran keempat jari/arah gaya berlawanan arah putaran
jarum jam, maka torsi bertanda positif (+), sebaliknya jika arah putaran keempat jari
searah jarum jam, maka torsi bertanda negatif ( - ).

Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya atau lebih
yang bekerja terhadap suatu poros, dirumuskan sebagai berikut

Kopel
Sebuah kopel adalah sepasang gaya sejajar yang memiliki besar sama tetapi
arahnya berlawanan. Kopel tidak menghasilkan gerak translasi karena resultan gaya
sama dengan nol ( ), tetapi kopel akan menghasilkan momen kopel yang
menyebabkan gerak rotasi.
Gambar 5.5a Kopel adalah sepasang gaya sejajar yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan.

Besarnya momen kopel, , adalah hasil kali antara besar gaya dengan jarak antara
kedua pasangan gaya, .
F

Kopel yang menghasilkan putaran searah jarum jam ditetapkan bertanda positif dan
yang menghasilkan putaran berlawanan arah jarum jam ditetapkan bertanda negatif.
Kopel tidak dapat direduksi menjadi sebuah gaya tunggal, kopel hanya dapat
diseimbangkan dengan kopel yang besarnya sama namun arahnya berlawanan.
Berikut adalah contoh-contoh kopel dalam kehidupan sehari:

1. Pembuka dan penutup keran air. Dua gaya pembentuk kopel seperti
ditunjukkan pada gambar 5.5b

2. Pemutar tutup pen

3. Membuka tutup botol

4. Pembuka mur baut

5. Stir mobil (seperti ditunjukkan pada gambar 5.5c)

Gambar 5.5b Keran air Gambar 5.5c Roda stir


mobil

Koordinat Titik Tangkap Gaya Resultan


Disini kita khususkan kepada titik tangkap dari gaya-gaya yang sejajar dengan
sumbu Y.

O O
Gambar 5.6 tiga buah gaya searah pada sumbu Y beserta titik tangkap gaya resultannya.

Misalkan terdapat gaya-gaya sejajar sumbu Y, yaitu , , , … dengan absis


berturut-turut , , , … (lihat gambar), maka seluruh gaya ini dapat digantikan oleh
sebuah resultan gaya , yang letak absisnya dinyatakan oleh

Catatan: Tanda absis dan gaya dimasukkan sesuai perjanjian, yaitu bertanda
positif jika terletak di kanan titik asal O dan bertanda positif jika berarah ke
sumbu Y+ (ke atas).

Notasi Bow
Metode ini untuk mendefinisikan gaya dalam sistem gaya dengan memberikan huruf
pada ruang dalam diagram ruang dengan huruf kapital A, B, C dst. Sehingga masing-
masing gaya dapat dinyatakan oleh dua huruf dari dua ruang yang terpisah gaya,
seperti gaya AB, gaya BC dan seterusnya.
c

A B b
E C
D Diagram
d
vektor
a

Diagram ruang
e

Gambar 5.7 Notasi Bow untuk menentukan diagram ruang dan diagram vektor

Vektor masing-masing gaya dalam diagram vektor diberi label dengan huruf kecil
pada pangkal dan ujung vektor seperti ab, bc, dst.

Segitiga Gaya
Jika tiga gaya bekerja pada suatu titik dalam keadaan setimbang, diagram vektor
yang digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai dan arah, akan
berbentuk segitiga tertutup.
a
60 60
50 C
B A Diagram
c 400 N
vektor
Beban
400 N 50

Diagram ruang
b
Gambar 5.8 Segitiga gaya

Poligon Gaya
Jika beberapa gaya bekerja pada sebuah titik berada dalam kesetimbangan, maka
diagram vektor yang digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai
dan arah, akan berbentuk poligon tertutup.

8N
21,9 N 10 N
8N
5N
10 N 21,9 N
5N

Diagram ruang Diagram vektor

Gambar 5.9 Poligon gaya

Kedua teorema di atas pada dasarnya sama, kecuali bahwa segitiga gaya berlaku
hanya untuk sistem tiga gaya sedangkan poligon gaya untuk gaya lebih dari tiga.

4. Komponen Gaya

Gaya dapat diuraikan menjadi komponen vertikal dan horizontal

• FX adalah komponen gaya horisontal, sejajar sumbu x

• FY adalah komponen gaya vertikal, sejajar sumbu y

Gambar 5.10 Komponen horisontal dan vertikal gaya

Contoh:
Sebuah benda ditarik dengan gaya 100 N yang kemiringannya 60o terhadap
horisontal. Tentukan komponen-komponen rectanguler gaya!

Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus


A
R

B
R

Gambar 5.11 Resultan dua gaya dengan aturan cosinus

Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu titik membentuk sudut , maka resultan
gaya R dapat diperoleh dengan persamaan,

Aturan Segitiga Sinus

c
A B

b a
C
Gambar 5.12 Aturan segitiga sinus

Sebuah segitiga memiliki sisi A, B dan C, berhadapan dengan sudut a, b dan c, maka
berlaku prinsip segitiga sinus sebagai berikut:

Contoh Penerapan

1. Tali Sling
Dua buah tali disambung kemudian kedua ujung tali dipasang pada suatu atap,
kemudian diberi beban 400 N seperti gambar di bawah. Jika tali membentuk
sudut 50o dan 60o terhadap vertikal, hitunglah besar gaya tarikan pada masing-
masing tali!

Jawab:
Pertama kita gambarkan dalam diagram ruang kemudian kita buat diagram
vektornya dengan Notasi Bow.
a
60 60
50 C
B A Diagram
c 400 N
vektor
Beban
400 N 50

Diagram ruang
b
Gambar 5.13 Diagram ruang dan diagram vektor pada tali sling

Untuk menghitung gaya-gaya, kita hitung terlebih dahulu sudut acb (di depan
vektor gaya 400 N)
Sudut acb = 180 – (60 + 50) = 70o

Kemudian menggunakan aturan segitiga sinus kita hitung gaya pada tali ac,

Gaya pada tali bc,

Jadi gaya pada tali AC = 326 N, dan gaya pada tali BC = 368,6 N.

5. Pusat Massa dan Titik Berat

Centroid dari sebuah luasan terletak pada pusat geometri. Pada masing-masing
gambar di bawah, titik G menyatakan centroid. Titik berat pada benda homogen
terletak pada pusat geometrinya (centroid).
Gambar 5.16 Centroid/pusat geometri dari beberapa benda

Menentukan Titik Berat Benda yang Bentuknya Tidak Teratur


Benda yang bentuknya tidak teratur titik beratnya dapat diketahui dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

a. Benda digantung

b. Tarik garis vertikal segaris dengan tali.

c. Ulangi untuk ujung penggantung yang berbeda, kemudian Tarik garis vertikal
segaris dengan tali.

d. Perpotongan kedua garis tersebut merupakan titik berat benda.

Gambar 5.17 Menentukan letak titik berat benda yang bentuknya tidak teratur

Partikel-partikel pada gambar di bawah ini masing-masing mempunyai gaya berat w1,
w2, ...., wn dengan resultan gaya berat w. Resultan dari seluruh gaya berat benda yang
terdiri atas bagian-bagian kecil benda dinamakan gaya berat. Titik tangkap gaya
berat tersebut yang disebut titik berat.
Gambar 5.18 Titik berat

Pusat massa merupakan tempat massa benda terpusat. Apabila benda mengalami
rotasi maka titik pusat massa menjadi pusat rotasi.

Menentukan titik berat benda secara kualitatif


a. Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)

Gambar 5.19 Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)

Perhatikan gambar 5.19, dua benda 1 dimensi (warna hijau), titik berat masing-
masing benda berada di pusat geometri (titik biru). Untuk benda-benda berbentuk
memanjang seperti kawat, massa benda dianggap diwakili oleh panjangnya (satu
dimensi) dan titik beratnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

l1 = panjang garis 1


x1 = koordinat sumbu x titik berat benda 1
y1 = koordinat sumbu y titik berat benda 1
l2 = panjang garis 2
x2 = koordinat sumbu x titik berat benda 2
y2 = koordinat sumbu y titik berat benda 2

Contoh: 
Tentukanlah letak titik berat benda homogen satu dimensi seperti gambar berikut ini!
Bentuk benda homogen berbentuk garis (1 dimensi) dan letak titik beratnya:

b. Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)


Gambar 5.20 Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)

Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi),
dan titik berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:

A1 = luas bidang 1


A2 = luas bidang 2
x1 = absis titik berat benda 1 
x2 = absis titik berat benda 2
y1 = ordinat titik berat benda 1
y2 = ordinat titik berat benda 2

Contoh:
Tentukan lokasi titik berat luasan berikut ini!

Penyelesaian:
Bagi luasan menjadi 3 bagian.
Data yang diperlukan:
A1 = 20 x 50 = 1000
x1 = 10
y1 = 25

A2 = 30 x 20 = 600
x2 = 35
y2 = 40

A3 = 20 x 10 = 200 
x3 = 30
y3 = 15

Jadi letak koordinat titik berat bangun tersebut adalah (20,56 , 28,89)

Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya teratur terletak pada
sumbu simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat diperpotongan diagonalnya,
dan untuk lingkaran terletak dipusat lingkaran. Titik berat bidang homogen
diperlihatkan pada tabel berikut:
Titik Berat Dari Gabungan Beberapa Benda Pejal Homogen Berdimensi Tiga

Gambar 5.21 Titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga

Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat
ditentukan dengan persamaan:
V1 = volume benda 1
V2 = volume benda 2
x1 = absis titik berat benda 1 
x2 = absis titik berat benda 2
y1 = ordinat titik berat benda 1
y2 = ordinat titik berat benda 2

Titik berat benda homogen tiga dimensi terletak pada pusat volumenya.
6. Jenis-Jenis Keseimbangan

Ada tiga jenis keseimbangan, yaitu keseimbangan stabil, keseimbangan labil, dan
keseimbangan netral. Keseimbangan stabil adalah keseimbangan yang dialami
benda dimana sesaat setelah gangguan kecil dihilangkan, benda akan kembali ke
kedudukan keseimbangan semula. Keseimbangan labil adalah keseimbangan yang
dialami benda dimana sesaat setelah gangguan kecil dihilangkan, benda tidak akan
kembali kedudukan semula, bahkan gangguan tersebut makin meningkat.
Keseimbangan netral atau indiferen adalah keseimbangan dimana gangguan kecil
yang diberikan tidak akan mempengaruhi keseimbangan benda.

Stabil Labil Netral


Gambar 5.22 Jenis-jenis keseimbangan

7. Gaya geser (Shearing Forces) dan Momen pembengkok (Bending Moments)

Beban pada sebuah balok cenderung menggeser balok dan juga


membengkokkannya. Gaya geser (Shearing Force) pada suatu bagian balok adalah
jumlah aljabar dari semua gaya luar tegak lurus terhadap balok di salah satu sisi
bagian tersebut.
Momen pembengkok (Bending moment) pada suatu bagian balok adalah jumlah
aljabar dari semua momen gaya di salah satu sisi bagian tersebut. Bending momen
hanyalah momen-momen gaya tetapi disini disebut “momen pembengkok’ karena
dia cenderung untuk membengkokkan balok.
Dalam beberapa kasus, penjumlahan aljabar gaya-gaya atau momen-momen gaya
dapat diperoleh dari setiap sisi bagian, yaitu ke kanan atau ke kiri, sebagaimana
salah satu adalah sama dengan yang lain.

Contoh:
Hitunglah gaya geser dan momen pembengkok pada pusat balok yang panjangnya 4
meter yang ujung-ujungnya diberi penopang dan diberi beban 20 kN pada 1,5 m dari
ujung kiri dan 40 kN pada 1,25 m dari ujung kanan.

40
20
1,5 1,25

Dengan mengambil momen pada ,


Gaya geser pada pusat adalah jumlah aljabar gaya-gaya pada satu sisi bagian ini,
yang mana gaya ke bawah disebut negatif dan gaya ke atas disebut positif. Dengan
mengambil gaya di sebelah kanan pusat, 40 kN beban ke arah bawah, dan 35 kN
(reaksi R2) yang bekerja ke atas.
Gaya geser pada pusat balok = 35 - 40 = -5 kN
Bending momen pada pusat balok adalah jumlah aljabar momen-momen gaya pada
salah satu sisi bagian balok. Kemudian salah satu arah momen akan diambil positif
dan lainnya diberi tanda negatif. Tinjau momen gaya ke arah kanan pusat balok dan
hitung efek-efeknya.

Pusat 40
kN
0,75
m

0,75
m

Bending momen positif disebabkan oleh momen searah jarum jam, sebaliknya
momen positif disebabkan oleh momen berlawanan arah jarum jam.
Bending momen pada pusat balok = 40 × 0,75 - 35× 2 = - 40 kN m

Shearing Force & Bending Moment Diagram


Grafik digambar untuk menjelaskan variasi gaya geser dan momen pembengkok
sepanjang balok, grafik ini disebut grafik gaya geser dan grafik momen pembengkok.
Dalam menggambar diagram ini grafik harus diplot di atas atau di bawah garis dasar
dan biasanya digambar berskala seperti 1 cm untuk x m panjang palok, 1 cm untuk y
kN gaya geser, dan 1 cm untuk z kN m momen pembengkok. x, y dan z dipilih
sebagai besaran yang paling sesuai/mendekati.
Pertama-tama beberapa contoh momen pembengkok akan dihitung untuk beberapa
titik sepanjang balok, katakanlah setiap meter panjang, sehingga diagram dapat
diplot. Jika bentuk diagram diamati secara hati-hati, maka akan mengikuti pola
standar tergantung kepada jenis beban dan ini hanya perlu untuk menemukan nilai
pada beberapa titik sepanjang balok dan menggabungkan titik-titik tersebut dengan
garis lurus atau garis melengkung.

Contoh:
Sebuah penyangga panjangnya 4 meter dimuati sebuah beban yang terpusat
sebesar 45 kN pada ujung bebas, abaikan berat balok, gambarkan diagram gaya
geser dan diagram momen pembengkok.

4
m

Diagram gaya geser adalah sederhana yaitu berupa diagram gaya ke atas dan ke
bawah. Pertama-tama gambar garis dasar untuk menjelaskan panjang balok. Awali
dari ujung bebas, ada gaya vertikal ke bawah sebesar 50 kN, kemudian gambar
secara vertikal ke bawah sebuah garis yang mewakili gaya 50 kN dengan skala. Dari
ujung bebas, menuju ke arah kiri tidak ada gaya ke atas ataupun ke bawah pada
balok sampai tembok, sehingga tidak ada perubahan ke atas atau ke bawah pada
grafik ini, oleh sebab itu grafik berupa garis horisontal lurus pada panjang. Pada
tembok terdapat gaya ke atas 50 kN (yang merupakan gaya reaksi yang nilainya
sama tapi arahnya berlawanan terhadap beban), sehingga garis vertikal ke atas
digambar untuk mewakili gaya 50 kN dengan skala. Ini adalah diagram tertutup
seperti ditunjukkan oleh gambar berikut,
4

50 50

Untuk diagram momen pembengkok, ambil momen pada setiap meter sepanjang
balok dimulai dari ujung bebas. Simbol M menyatakan momen pembengkok:
M pada 1 m = 50 × 1 = 50 kN m
M pada 2 m = 50 × 2 = 100 kN m
M pada 3 m = 50 × 3 = 150 kN m
M pada 4 m = 50 × 4 = 200 kN m

Gambar garis dasar untuk menyatakan panjang balok dan ukur ke atas nilai nilai
bending momen tersebut. Hubungkan titik yang diplot dan catan bahwa diagram ini
adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu dimana nol pada ujung bebas menuju
nilai maksimum pada tembok. Kondisi hogged (Momen pembengkok positif).

200 kN

4
Contoh:
Sebuah balok panjang 10 m disangga pada ujung-ujungnya dan diberi beban terpusat
sebesar 20, 40 dan 50 kN pada masing-masing pada jarak 3, 6 dan 8 m dari salah
satu ujungnya. Gambarkan diagram gaya geser dan diagram momen
pembengkoknya!

40 50
20

c b a
3
6
8
10

Dengan mengambil momen pada ,

Diagram gaya geser,

50
70

40
40
20

Momen pembengkok pada setiap bagian adalah jumlah aljabar semua momen gaya
untuk tiap sisi dari bagian ini.
M pada a (ambil momen untuk sebelah kanan a) = -70 × 2 = - 140 kN m
M pada b (ambil momen untuk sebelah kanan b) = -70 × 4 + 50 × 2 = - 180 kN m
M pada c (ambil momen untuk sebelah kanan c) = -40 × 3 = - 120 kN m
Momen pembengkok untuk masing-masing ujung adalah nol.
120 kN 140 kN

180 kN

B. RANGKUMAN

1. Suatu benda tegar berada dalam keseimbangan statis bila mula-mula benda
dalam keadaan diam dan resultan gaya pada benda sama dengan nol, serta
torsi terhadap titik sembarang yang dipilih sebagai poros dama dengan nol.

2. Ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada suatu benda untuk
memutar benda tersebut terhadap suatu poros tertentu disebut momen gaya
atau torsi.

3. Kopel adalah sepasang gaya sejajar yang memiliki besar sama tetapi arahnya
berlawanan.

4. Gaya dapat diuraikan menjadi komponen vertikal dan horizontal

• FX adalah komponen gaya horisontal, sejajar sumbu x

• FY adalah komponen gaya vertikal, sejajar sumbu y

5. Sebuah segitiga memiliki sisi A, B dan C, berhadapan dengan sudut a, b dan c,


maka berlaku prinsip segitiga sinus sebagai berikut:

6. Centroid dari sebuah luasan terletak pada pusat geometri. Pada masing-
masing gambar di bawah, titik G menyatakan centroid. Titik berat pada benda
homogen terletak pada pusat geometrinya (centroid).

7. Untuk benda-benda berbentuk memanjang seperti kawat, massa benda


dianggap diwakili oleh panjangnya (satu dimensi) dan titik beratnya dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:

8. Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua
dimensi), dan titik berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:

9. Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi
tiga dapat ditentukan dengan persamaan:

10. Ada tiga jenis keseimbangan, yaitu keseimbangan stabil, keseimbangan labil,
dan keseimbangan netral.

11. Beban pada sebuah balok cenderung menggeser balok dan juga
membengkokkannya. Gaya geser (Shearing Force) pada suatu bagian balok
adalah jumlah aljabar dari semua gaya luar tegak lurus terhadap balok di
salah satu sisi bagian tersebut.

12. Momen pembengkok (Bending moment) pada suatu bagian balok adalah
jumlah aljabar dari semua momen gaya di salah satu sisi bagian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai