Anda di halaman 1dari 9

MENGURAIKAN SEBUAH GAYA: VEKTOR

A. Dasar Teori
Sebuah partikel yang bergerak sepanjang garis lurus hanya dapat
bergerak dalam dua arah. Kita dapat menyebutkan gerakan partikel tersebut
positif terhadap salah satu arah dan negatif terhadap arah yang berlawanan.
Namun, untuk partikel yang bergerak dalam ruang tiga dimensi, tanda
positif atau negatif tidak lagi cukup untuk menyatakan arah geraknya. Untuk
itu kita harus menggunakan vektor. Sebuah vektor mempunyai magnitudo
dan juga arah, dan vektor mengikuti aturan kombinasi yang khusus (aturan
vektor). Besaran vektor (kuantitas vektor) adalah suatu besaran yang
mempunyai magnitudo dan arah sehingga dapat diwakilkan dengan sebuah
vektor. Beberapa besaran fisis yang merupakan besaran vektor adalah
perpindahan, kecepatan, dan percepatan.1
Besaran vektor yang paling sederhana adalah perpindahan, atau
perubahan posisi. Sebuah vektor yang menyatakan suatu perpindahan
disebut vektor perpindahan. Jika sebuah partikel mengubah posisinya
dengan cara bergerak dari titik A ke titik B, maka kita katakan bahwa
partikel tersebut mengalami perpindahan dari A ke B. Panah tersebut
menunjukkan vektor secara grafik. Panah dari A ke B, dari A' ke B' dan dari
A" ke B" mempunyai magnitude dan arah yang sama. Vektor-vektor ini
merupakan vektor perpindahan identik dan menunjukkan perubahan posisi
yang sama dari partikel. Sebuah vektor dapat digeser tanpa mengubah nilai-
nilainya apabila panjang dan arahnya tidak diubah. Vektor perpindahan
tidak menjelaskan kepada kita lintasan sebenarnya yang diambil oleh
partikel. Vektor perpindahan hanya menunjukkan hasil dari keseluruhan
pergerakkan dan bukan gerakan itu sendiri.2

1
Halliday., & dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hal. 102
2
Ibid. Hal 102

1
Besaran Fisika, selain dapat dibedakan menjadi besaran dasar, turunan,
dan pelengkap, dapat pula dikelompokkan berdasarkan nilai (besar) dan
arahnya. Atas dasar itu besaran fisika dapat dibedakan menjadi besaran
skalar dan besaran vektor. Besaran skalar hanya memiliki nilai saja
sementara besaran vektor memiliki nilai dan arah. Untuk besaran A, kalau
itu termasuk besaran vektor, dilambangkan 𝐴⃗ sedangkan nilai skalarnya
adalah (A atau |𝐴⃗|). Sebuah besaran vektor digambarkan oleh sebuah anak
panah. Panjang anak panah melambangkan nilai saklar dari besaran vektor,
sedangkan arah anak panah melambangkan arah dari besaran vektor.
Penjumlahan atau pengurangan besaran vektor dapat dilakukan melalui
penggeseran letak gambar anak panah, asalkan panjang dan arahnya tetap.3
Semua besaran seperti volum, yaitu yang hanya dapat disebutkan
besarannya, dinamakan skalar. Dan semua besaran seperti gaya dan
kecepatan, yaitu yang harus disebutkan baik besar maupun arahnya,
dinamakan besaran vektor. Setiap besaran vektor dapat diterangkan dengan
melukiskan anak panah, dan anak panah ini disebut vektor (atau bila
diperlukan keterangan yang lebih rinci lagi disebut vektor gaya atau vektor
kecepatan). Beberapa besaran vektor (tidak semuanya) salah satunya gaya
belumlah terperinci selengkapnya bila hanya besar dan hanya arahnya saja
yang disebutkan. Sama halnya gaya, perlu diketahui bahwa suatu gaya
dipengaruhi pula oleh garis kerja dan titik tangkapnya. Garis kerja ialah
suatu garis yang tak terhingga panjangnya dan vektor gaya adalah sebuah
segmen garis ini. Misalnya, bila seorang mendorong daun pintu secara
horizontal, keefektifkan suatu gaya yang tertentu besar dan arahnya
tergantung pada jarak antara engsel pintu dengan garis kerja gaya tersebut.
Jika sebuah benda dapat berubah bentuk, sedikit banyaknya memang
demikianlah sifat semua benda maka perubahan bentuknya itu bergantung
pada titik tangkap gaya yang menyebabakan perubahan bentuk (deformasi)
akibat gaya yang bekerja terhadapnya, buat sementara kita anggap saja

3
Jati, B. M. E., & Priyambodo, T. K. (2004). Fisika Dasar untuk Mahasiswa Ilmu-ilmu Eksakta &
Teknik. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. Hal 21

2
semua benda bersifat kekar sempurna. Titik tangkap yang suatu gaya
tertentu yang bekerja terhadap sebuah benda kekar bisa saja berpindah-
pindah ke titik lain pada garis kerjanya tanpa terjadi perubahan atas efek
gaya tersebut. Jadi, suatu gaya yang dikerjakan terhadap sebuah benda kekar
dapat dianggap seperti gaya yang bertitik tangkap di mana saja sepanjang
garis kerjanya.4
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah yang terdiri dari
pangkal (titik tangkap), ujung dan panjang anak panah. Panjang anak panah
menyatakan nilai dari vektor dan arah panah menunjukkan arah vektor. Pada
gambar (2.1) di gambar vektor dengan titik pangkalnya P, titik ujungnya Q
serta sesuai arah panah dan nilai vektornya sebesar panjang.

P Q
Gambar 2.1 sebuah gambar vektor PQ
Titik P: Titik pangkal (titik tangkap)
Titik Q: Ujung
Panjang PQ: Nilai (besarnya) vektor tersebut = |𝑃𝑄|
Notasi (simbol) sebuah vektor dapat juga berupa huruf besar atau huruf
kecil, biasanya berupa huruf tebal, atau berupa huruf yang diberi tanda
panah di atasnya atau huruf miring.
Contoh:
Vektor A → (Berhuruf tebal)
Vektor 𝐴⃗ → (Huruf dengan tanda panah di atasnya)
Vektor A → (Huruf miring)
Untuk penulisan harga (nilai) dari vektor dituliskan dengan huruf biasa
atau dengan memberi tanda mutlak dari vektor tersebut. Contoh:
Vektor 𝐴⃗. Nilai vektor 𝐴⃗ ditulis dengan A atau |𝐴|
Ada beberapa hal yang perlu diingat mengenai besaran vektor.
1. Dua buah vektor dikatakan sama jika mempunyai besar dan arah sama.

4
Bebas, Saduran. 1964. Fisika Dasar Universitas 1 Mekanika, Panas, dan Bunyi. Jakarta:
Yayasan Dana Buku Indonesia. Hal. 8

3
2. Dua buah vektor dikatakan tidak sama jika:
a. Kedua vektor mempunyai nilai yang sama tetapi berlainan arah
b. Kedua vektor mempunyai nilai yang berbeda tetapi arah sama
c. Kedua vektor mempunyai nilai yang berbeda dan arah berbeda
Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:
A D
C
E
B
Gambar 2.2 Gambar beberapa buah vektor
Besar (nilai) vektor A, B, C dan D sama besarnya. Dari gambar di atas dapat
di simpulkan bahwa:
A = C artinya: nilai dan arah kedua vektor sama
A = -B artinya: nilainya sama tetapi arahnya berlawanan
A ≠ D artinya: nilainya sama tetapi arahnya berbeda
D ≠ E artinya: nilai dan arahnya berbeda5
Komponen sebuah vektor adalah proyeksi pada suatu sumbu. Untuk
mendapatkan suatu proyeksi dari sebuah vektor sepanjang sumbu, kita tarik
garis tegak lurus dari kedua ujung vektor terhadap sumbu, seperti yang
tertera pada gambar. Proyeksi vektor pada sumbu x disebut komponen x dari
vektor, dan sama halnya, proyeksi vektor pada sumbu y disebut komponen
y dari vektor. Proses mendapatkan komponen-komponen vektor ini disebut
penguraian vektor6

Gambar 2.3 Penguraian Vektor

5
Nurlina. 2017. Fisika Dasar 1. Makassar: Universitas Muhammdiyah Makassar. Hal 9-10
6
Halliday., & dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hal. 45

4
Mencari resultan dari beberapa buah vektor, berarti mencari sebuah
vektor baru yang dapat menggantikan vektor-vektor yang dijumlahkan
(dikurangkan). Untuk penjumlahan atau pengurangan vektor, ada beberapa
metode, yaitu:
1. Metode Jajaran Genjang
Cara menggambarkan vektor resultan dengan metode jajaran
genjang adalah sebagai berikut.

Gambar 2.4 Resultan vektor A + B, dengan metode jajaran genjang


langkah-langkah:
a. Lukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal berimpit.
b. Lukis sebuah jajaran genjang dengan kedua vektor tersebut sebagai
sisi-sisinya.
c. Resultannya adalah sebuah vektor, yang merupakan diagonal dari
jajaran genjang tersebut dengan titik pangkal sama dengan titik
pangkal kedua vektor tersebut.
Besarnya vektor:
|𝑅| = √𝐴2 + 𝐵 2 + 2𝐴𝐵 cos 𝜃 Persamaan (2.1)
θ adalah sudut yang terbentuk oleh vektor A dan B.
Catatan:
a. Jika vektor A dan B searah. Berarti = 0°: R = A + B
b. Jika vektor A dan B berlawanan arah, berarti = 180°: R= A – B
c. Jika vektor A dan B saling tegak lurus, berarti = 90°: R = 0
Untuk pengurangan (selisih) vektor = A – B, maka caranya sama aja,
hanya vektor B digambarkan berlawanan arah dengan yang diketahui.
2. Metode Segitiga
Bila ada dua vektor A dan B akan dijumlahkan dengan cara segitiga
maka tahap-tahap yang harus dilakukan adalah:

5
Gambar 2.5 jumlah vektor A + B, dengan metode segitiga langkah-
langkah:
a. Gambarkan Vektor A
b. Gambarkan vektor B dengan cara meletekan pangkal vektor B pada
ujung vektor A
c. Tariklah garis dari pangkal vektor A ke ujung vektor B
d. Vektor resultan merupakan vektor yang mempunyai pangkal di
vektor dan mempunyai ujung di vektor B
Jika di tanyakan R = A – B, maka caranya sama aja, hanya vektor B
digambarkan berlawanan arah dengan yang diketahui.
3. Metode polygon
Pada metode ini, tahapannya sama dengan metode segitiga, hanya
saja metode ini untuk menjumlahkan lebih dari dua vektor. Pada titik
koordinat besaran vektor:7
𝑅 = √𝑅𝑥 2 + 𝑅𝑦 2 Persamaan (2.2)
Dan arah vektor dapat ditulis:
𝑅𝑦
tan 𝜃 = Persamaan (2.3)
𝑅𝑥

7
Nurlina. 2017. Fisika Dasar 1. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar. Hal. 10-11

6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan massa beban 2 terhadap gaya yang berlaku?
2. Bagaimana hubungan massa beban 2 terhadap besar sudut yang
terbentuk pada percobaan?

C. Hipotesis
1. Gaya dan massa beban 2 berbanding lurus, semakin besar massa beban
2 maka akan semakin besar gaya yang berlaku
2. Semakin besar gaya maka semakin kecil sudut yang dibentuk.
Sebaliknya, semakin kecil massa maka semakin besar sudut yang
dibentuk

D. Uji hipotesis
1. Variabel
a. Variabel Bebas : Massa beban 1
b. Variabel Kontrol : Massa beban 2
c. Variabel Terkait : Gaya (F) dan besar sudut 𝜃
2. Definisi Opresional
a. Massa beban 2 adalah masa yang jumlahnya bervariasi karena
adanya perubahan beban, sebagai massa yang bekerja pada gaya (F)
b. Gaya adalah hasil kali massa beban 2 dengan percepatan gravitasi
c. Besar sudut adalah sudut yang terbentuk terhadap sudut x dan diukur
menggunakan busut derajat
3. Definisi Konsepsional
a. Massa beban 2 adalah jumlah materi yang dimiliki oleh suatu beban
b. Gaya adalah interaksi yang menyebabkan suatu benda dapat
bergerak
c. Besar sudut adalah daerah yang dibentuk oleh dua garis lurus yang
memiliki titik pangkat yang sama

7
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Benda Cincin 1 buah
b. Busur Derajat 1 set
c. Dinamometer 1 unit
d. Katrol 2 buah
e. Neraca Ohaus 311 1 unit
f. Papan percobaan 1 unit
g. Penumpu 1 unit
2. Bahan
a. Beban bercelah 1 set
b. Tali secukupnya

8
F. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan dan dirangkai seperti pada gambar
2. Dipasang beberapa beban pada penggantung beban sesuai kebutuhan
sehingga kita dapat membaca besar gaya pada dinamometer dengan
mudah. Dipertahankan posisi tali pada dinamometer dalam posisi
horizontal dan benda cincin di titik pusat busur derajat
3. Dihilangkan pengaruh gesekan dengan mengetuk beberpa kali papan
percobaan atau dengan menarik salah satu beban dan kemudian
dilepaskan. Jika kedudukan horizontal tali seperti yang dimaksud di atas
berubah, atur lagi peratan sehingga kedudukan seperti itu lagi
4. Dibaca nilai Fx pada dinamometer. Nilai ini sesungguhnya adalah nilai
negatif komponen X gaya penyeimbang F. catat hasil yang didapatkan
pada tabel pengamatan
5. Dihitung nilai F menggunakan persamaan F = m2g dengan m2 adalah
massa beban yang digantungkan pada puli-2. Digunakan nilai g = 9,8
m/s2
6. Diukur sudut 𝜃 antara gaya F dan digaris horizontal yang melewati
busur derajat. Dicatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan
7. Diulangi langkah 1-5 dengan menggunakan kombinasi beban yang
berbeda untuk minimal 2 kumpulan data. Dicatat hasil percobaan pada
tabel pengamatan

Anda mungkin juga menyukai