Anda di halaman 1dari 11

FISIKA MATEMATIKA

VEKTOR DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA


DOSEN PENGAMPU: PROF. DR. Drs. NURDIN BUKIT, M.Si

OLEH: KELOMPOK 2

AULIA SYAFRIYANTI (8216175001)

DESI ESTERINA TARIGAN (8216176003)

NELLY CATRINA LUMBANTOBING (8216175004)

PENDIDIKAN FISIKA PPs A 21

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam fisika, konsep tentang vektor memainkan peranan yang sangat
penting. Banyak besaran-besaran dalam fisika yang merupakan besaran vector
(selain juga skalar, tensor dan lain-lain). Sebagai contoh, gaya yang merupakan
salah satu fisika penting dalam mekanika merupakan contoh dari besaran vektor.
Contoh lain adalah kecepatan yang juga merupakan besaran vektor. Jika
kecepatan ini hanya dihitung besarnya, diperoleh kelajuan yang merupakan
besaran skalar. Ketika membicarakan aljabar vektor, orang tidak hanya berkutat
pada masalah sifat-sifat penjumlahan, pengurangan, perkalian baik perkalian
vektor dengan suatu skalar maupun perkalian antar vektor dalam bentuk perkalian
titik dan perkalian silang, namun juga konsep-konsep lain seperti diferensial
vektor, vektor vektor, koordinat lengkung dan sebagainya.

2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan vektor?
2. Bagimanakah melakukan perhitungan dalam vektor?
3. Bagaimanakah aplikasi vektor dalam fisika?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vektor.
2. Untuk mengetahui perhitungan dalam vektor
3. Untuk mengetahui aplikasi vektor dalam fisika.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Notasi Vektor
Vektor merupakan sebuah besaran yang selalu mempunyai nilai dan arah.
Dengan operasi memiliki tanda – tanda dan vektor satuan pada tiap – tiap
koordinat.

Gambar 1
Vektor biasanya dituliskan dengan huruf kapital yang di tebalkan atau diberi
tanda panah diatasnya ⃗ A . Panjang panah menyatakan besar vector ⃗ A dan arah
⃗ ⃗
panah menunjukkan arah vektor A . Jika sebuah vector A dibagi dengan besarnya
|⃗A|, diperoleh sebuah vektor yang searah dengan vector ⃗A dan besarnya satu,
yang
disebut dengan vektor satuan.

A ⃗A
a^ = =
|A| A

Vektor satuan a^ mempunyai besar satu dan arah yang sama dengan arah
vektor ⃗A.

2. Besar Vektor

Panjang panah yang mewakili suatu vektor ⃗ A disebut panjang atau magnitud
(magnitude) vector ⃗A , yang ditulis dengan |⃗
A| atau ⃗
A . Terkadang ditulis pula
sebagai norm ⃗ A , yang ditulis dengan ‖⃗ A‖. Dengan menggunakan teorema
Phytagoras, panjang ⃗
A adalah

A|=√ A x + A y dalam dua dimensi


A=|⃗
2 2

A|=√ A x + A y + A z dalam tiga dimensi


Atau A=|⃗ 2 2 2

Contoh Soal:

Gaya ⃗F memiliki komponen ke arah x sebesar 3 N dan komponen ke arah y


sebesar 4 N . Maka:

F|= √ F 2x + F2y =5 N
F x =3 N , F y =4 N , |⃗
Fy 3
Dan θ=sudut antara ⃗
F dengan sumbu x=arctan =arctan
Fx 4

3. Sifat-Sifat Ruang Vektor


Sebuah ruang vektor (vector space) berisi kumpulan objek matematik untuk
mana suatu hukum penjumlahan didefinisikan:
c⃗ =⃗a + b⃗
Sebuah proses perkalian skalar juga didefinisikan sebagai berikut :
Jika a⃗ sebuah vektor dan α suatu skalar (bilangan biasa) maka α ⃗a juga sebuah
vektor. Berikut ini adalah hukum dasar tentang aljabar vektor:
1. Tertutup
Jika a⃗ dan b⃗ vektor, maka a⃗ + ⃗b juga sebuah vector

2. Hukum penjumlahan komutatif:


a⃗ + ⃗b= ⃗b+⃗a
3. Hukum penjumlahan asosiatif:
( a⃗ + ⃗b ) + ⃗c =⃗a +(⃗b+ ⃗c )
4. Eksistensi vektor nol
Terdapat suatu vector 0⃗ sedemikian sehingga
a⃗ + ⃗0=0⃗ + ⃗a =⃗a
5. Untuk sebuah vector a⃗ tertentu terdapat lawan (−⃗a) sedemikian
sehingga
a⃗ +(−⃗a )=⃗0
6. Jika α 1 dan α 1 adalah skalar maka (α ¿ ¿ 1+ α 2 ) ⃗a=α 1 ⃗a +α 2 ⃗a ¿
7. α ( ⃗a + b⃗ )=α ⃗a +α ⃗b
8. α 1 ( α 2 ⃗a ) =(α 1 α 2 )⃗a

4. Penjumlahan Vektor
Dua vektor ⃗ A dan ⃗
B dapat dijumlahkan secara geometri dengan dua cara:
1. cara segitiga, dan
2. cara jajaran genjang.

Jika kita menjumlahkan dua atau lebih vektor, maka kita akan
memperoleh hasil penjumlahan juga dalam bentuk vektor yang biasa
disebut sebagai vektor resultan. Karena vektor memiliki besar dan arah,
maka penjumlahannya tidak seperti kita menjumlahkan bilangan skalar
biasa. Penjumlahan vektor memiliki kemiripan dengan menjumlahkan
bilangan kompleks. Jika pada penjumlahan kompleks bagian riil
dijumlahkan dengan bagian riil demikian juga bagian imajiner dengan
bagian imajiner, maka pada penjumlahan vektor yang dilakukan adalah
dengan menjumlahkan secara aljabar biasa bagian yang searah. Misalkan
kita memiliki ⃗
A=A x ⃗e x + A y ⃗e y + A z e⃗ z dan ⃗
B=B x e⃗ x + B y ⃗e y + B z ⃗e z, maka
penjumlahan dan pengurangan antara keduanya adalah:


A+ ⃗
B= ( A x + B x ) e⃗ x + ( A y + B y ) ⃗e y + ( A z + B z ) ⃗e z


A−⃗
B =( A x −Bx ) e⃗ x + ( A y −B y ) ⃗e y + ( A z −B z ) e⃗ z

Gambar 2

Secara grafik, kita dapat memindah-mindahkan posisi dari sebuah


vektor pada sistem koordinat kartesis selama arah dan panjangnya tidak
berubah seperti yang di contohkan pada Gambar 2, sehingga penjumlahan

A+ ⃗B dapat pula dilakukan dengan mempertemukan kepala vector ⃗ A dan ⃗
B
. Dua buah vektor dikatakan paralel jika koefisien-koefisiennya sebanding
atau dengan kata lain memenuhi kondisi berikut:

Ax A y Az
= =
Bx By Bz

5. Perkalian Vektor
Ada dua jenis perkalian antara dua buah vektor. Pertama, disebut perkalian
skalar (scalar product) atau perkalian titik (dot product) yang memberikan hasil
berupa besaran skalar. Kedua, disebut perkalian vektor (vector product) atau
perkalian silang (cross product) yang memberikan hasil berupa vektor juga.
a. Perkalian Skalar
Perkalian skalar antara dua buah vektor, misalnya ⃗ A dan ⃗
B, dituliskan
sebagai ⃗A∙⃗B dan didefinisikan sama dengan perkalian antara panjang vektor
kedua vekor dan cosinus sudut antara kedua vektor tersebut:

A∙⃗B =|⃗ A||⃗
B|cos θ
Dengan θ=⃗ A ,⃗
B , yang hasilnya merupakan sebuah bilangan skalar dan bersifat
komutatif: ⃗A∙⃗B =⃗B∙⃗A
Secara geometri, perkalian ini dapat diartikan sebagai perkalian antara
panjang suatu vektor dengan proyeksi vektor lain pada arah vector tersebut.
Terlihat pada Gambar 3, hasil perkalian |⃗ B|cos θ merupakan panjang dari
B yang searah dengan vektor ⃗
komponen vektor ⃗ A.

Gambar 3
Berdasarkan definisi perkalian skalar yang diberikan pada persamaan diatas,
terdapat dua sudut khusus yakni θ=0, yakni ketika dua vektor searah dan θ=90∘
ketika keduanya saling tegak lurus. Misalkan ⃗ A dan ⃗B saling tegak lurus maka:
⃗A ∙ B =| A||B|cos 90 =0
⃗ ⃗ ⃗ ∘

Sedangkan untuk perkalian skalar antara vektor ⃗ A dengan dirinya sendiri,


yang tentu saja searah, adalah:
2

A∙B ⃗ =|⃗A||B
⃗|cos 0 ∘=|⃗A|

6. Aplikasi Dalam Fisika


1. Dalam suatu latihan operasi militer, TNI AD menguji penembakan meriam
dengan menggunakan meriam kecil. Kecepatan dari mortir, sebuah mortir
ditembakkan dari meriam kecil dengan elevasi sudut 45o ada kecepatan awal
800 ft/detik. Tentukan horizontal dan vertikal komponen vektor dari
kecepatan tersebut.
Penyelesaian:
Jika v kecepatan horizontal v=( 800 cos 45∘ ) i

Maka v=800
√2 i=400 √ 2i
2
Dan w kecepatan vertical v=( 800 cos 45∘ ) j

Maka w=800
√2 j=400 √2 j
2
Jadi horisontal dan verikal komponen vektor dari kecepatan mortir
adalah 400 √ 2 i dan 400 √ 2 j

2. Temukan arah yang benar dan kecepatan permukaan dari sebuah


pesawat terbang. Sebuah pesawat terbang, dengan level terbang
adalah dipandu dalam arah sudut 45o dari utara (teratur searah
jarum jam) dan kecepatan di udara 500 mph. Ekornya tertiup angin
dengan kecepatan 80 mph dalam arah 75o dari utara searah jarum
jam (lihat Gambar 6.17). Arah yang benar dan kecepatan
permukaan dari pesawat terbang diberikan oleh arah dan besaran
dari resultan v + w, dimana v adalah kecepatan dari pesawat
terbang dan w adalah kecepatan angin (Lihat Gambar 6.18).
Temuka arah yang benar dan kecepatan permukaan dari pesawat
terbang.

Penyelesaian:
Dengan aturan sistem koordinat lihat Gambar 6.18, kita akan
diwakili v dan w yaitu
v=( 500 cos 45 ) i+ ( 500 cos 45 ) j
∘ ∘
kecepatan pesawat
Dan
w=( 80 cos 15 ) i+ ( 80 cos 15 ) j
∘ ∘
kecepatan angin
Oleh karena itu
v+ w=[ ( 500 cos 45 ∘) i+ ( 500 cos 45 ∘) j ]+ [ ( 80 cos 15∘ ) i+ ( 80 cos 15∘ ) j ]
¿¿
≈ 840,8 i+ 374,3 j
Besaran v+ w adalah
|v+ w|≈ √ 430,8 2+374,32 ≈ 570,7 mph
dan memberi kecepatan permukaan dari pesawat terbang. Untuk
menemukan arah yang benar, kita hitung vektor unit u mempunyai
arah sama yaitu v+ w . Demikian

v +w 1
u= ≈ 480,8 i +374,3 j ≈ 0,7549i +0,6559 j
|v +w| 570,7

Jika kita tulis u dalam bentuk u=¿ maka kita lihat itu
¿ atau θ=cos−1 0,7549 ≈ 41,0∘
Karena θ ukuran dari sumbu x positif, kita simpulkan rah yang benar dari pesawat
terbang adalah mendekati ¿, atau 49 ∘dari utara searah jarum jam.

3. Seorang tentara mengintai X keberadaan penyusup diatas


jembatan, melihat penyusup menggunakan kano Y dengan
kecepatan 5 ft/detik dalam arah paralel di sumbu y. Tentukan rumus
dari jarak antara pengintai dan kano. Berapa cepat perubahan jarak
ketika kano 60 ft dari jembatan dan jarak X dan Y ?

Penyelesaian:

Jarak pengintai dengan kano adalah: Misal: pengintai X, dan Kano Y


Dengan menggunakan rumus jarak dalam vektor 3 ruang, yaitu:

X ( 0,0,15 ) dan Y ( 20,60,0 )

√ 2 2 2
d ( X , Y )= ( x 2−x 1 ) + ( y 2− y 1 ) + ( z 2−z 1 )

¿ √(20−0) + ( 60−0 ) +(0−15)


2 2 2
¿ √ ( 20 ) + ( 60 ) + (−15 )
2 2 2

¿ √ 4225=65 ft

Jadi jarak X dan Y adalah 65 ft Sedang waktu dengan kecepatan kano 5 ft/detik
tepat dibawah pengentai yaitu: 60 ft/5 ft/detik = 12 detik, cepat perubahan jarak
adalah percepatan yaitu m/s2. Maka percepatannya dalah:

kecepatan 5 m
=
waktu tempuh dari Y ke X 12 s 2
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Vektor adalah besaran yang secara geometris ditentukan oleh besar dan
arahnya dalam ruang. Contoh besaran vektor dalam fisika adalah vektor letak
suatu titik, kecepatan, percepatan, gaya, momentum, momentum sudut, torka, kuat
medan listrik, vektor imbas magnet, vektor potensial listrik, vektor pergeseran
listrik dan lain-lain. Seperti yang dibahas dalam makalah ini ternyata vektor
memiliki aplikasi dalam dunia pendidikan fisika yaitu dalam bidang fisika pada
meteri kinematika, pegas, listrik, dan lain-lain.
2. Saran
Sehubungan dengan hasil penulisan makalah ini, penulis menyarankan
kepada para pembaca agar diadakan pengkajian lanjutan dengan judul yang sama
agar dapat menambah wawasan dan memperdalam materi vektor ini.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Husein. Fisika Matematika Edisi I. Institut Pertanian Bogor


Astutik, Sri. 2012. Fisika Matematika. Jember: UPT Penerbitan UNEJ
Anugraha, Rinto. 2011. Pengantar Fisika Matematik. Yogyakarta: UGM
Aritonang, Sofian, dkk. 2021. Matematika Militer Edisi Pertama: Bogor

Anda mungkin juga menyukai