Anda di halaman 1dari 29

BAB

ANALISIS VEKTOR
I
Pendahuluan
Dalam mata kuliah Listrik Magnet, penyajian konsep dan pemecahan
masalah akan banyak memerlukan pengetahuan tentang vektor, mencakup gradien
skalar, divergensi dan rotasi vektor, integral garis, integral permukaan, teorema
Stokes, teorema divergensi Gauss, dan penyajiannya dalam beragam sistem
koordinat. Oleh karena itu, sebelum membahas tentang masalah kelistrikan dan
kemagnetan dalam mata kuliah ini, pokok bahasan tentang vector ini perlu
diberikan terlebih dahulu. Meskipun materi yang ada dalam pokok bahasan ini
cukup banyak, materi ini diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif
cukup singkat. Hal ini demikian karena mata kuliah-mata kuliah yang menjadi
prasyarat mata kuliah ini semestinya sudah menyediakan pengetahuan yang
cukup, khususnya tentang vektor, untuk dapat mengikuti mata kuliah ini dengan
baik; jadi ini hanya sebagai semacam review.
Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengkalkulasi gradien skalar, divergensi dan rotasi suatu vektor, integral garis
dan integral permukaan, serta menggunakan teorema divergensi dan teorema
Stokes, dapat menyatakan hubungan-hubungan antara sistem-sistem koordinat
Cartesian, Silinder dan Bola, dapat menyatakan suatu vektor, vektor letak, elemen
volume, gradien skalar, divergensi dan rotasi vektor, serta Laplacian dalam ketiga
sistem koordinat tersebut.

1.1.Aljabar Vektor
1.1.1. Operasi vektor
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya
adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu,
besaran yang hanya memiliki nilai tanpa arah disebut dengan skalar. Contohnya
adalah massa, muatan, kerapatan, dan temperatur. Untuk notasinya, besaran yang

1| Bab 1 Analisis Vektor


dinyatakan sebagai vektor akan ditandai dengan tanda panah di atas simbolnya
( 𝐴⃗, 𝐵
⃗⃗, dan seterusnya), sedangkan skalar dinyatakan dengan huruf biasa. Besar

(nilai) dari suatu vektor 𝐴⃗ dapat dituliskan ∣𝐴⃗∣ atau dengan notasi skalar, 𝐴 .

Dalam diagram, vektor biasanya dinyatakan dengan panah. Panjang dari panah
sebanding dengan besar vektor dan kepala panah menyatakan arah dari vektor
tersebut. Minus 𝐴⃗ (yaitu −𝐴⃗) adalah sebuah vektor dengan besar yang sama
seperti 𝐴⃑, tetapi pada arah sebaliknya (gambar 1). Perhatikan bahwa vektor
memiliki besar dan arah, tetapi tidak mutlak menyatakan lokasi. Sebagai contoh,
sebuah perpindahan sejauh 4 km ke arah utara dari Surabaya direpresentasikan
dengan vektor yang sama pada perpindahan sejauh 4 km ke utara Jakarta
(kelengkungan Bumi diabaikan). Dengan demikian vektor dapat digeser sesuka
hati selama besar dan arahnya tidak diubah.
Operasi vektor dapat dibagi menjadi empat kelompok:
⃗⃑ pada kepala 𝐴⃗ sehingga dapat
(1) Penjumlahan dua vektor. Tempatkan ekor 𝐵
diperoleh jumlah vektor 𝐴⃗ + 𝐵
⃗⃑ , yaitu vektor dari ekor 𝐴⃑ hingga kepala 𝐵
⃗⃑
⃗⃑ ditukar
(Gambar 2). Penjumlahan vektor bersifat komutatif sehingga jika 𝐵
dengan 𝐴⃑ pada proses di atas, maka hasilnya akan tetap sama:

Penjumlahan ini juga bersifat asosiatif:

2| Bab 1 Analisis Vektor


(𝐴⃗ + 𝐵
⃗⃗) + 𝐶⃗ = 𝐴⃗ + (𝐵
⃗⃗ + 𝐶⃗ ).

Untuk mengurangkan sebuah vektor (Gambar 3), tambahkan kebalikannya:

(2) Perkalian dengan sebuah skalar. Perkalian suatu vektor oleh sebuah skalar k
positif merupakan perkalian besar vektor oleh skalar tersebut dengan arah yang
tidak berubah (Gambar 4). Namun jika k negatif, arah vektor berubah menjadi
sebaliknya.
Perkalian ini bersifat distributif:

(3) Perkalian titik dua vektor. Perkalian titik didefinisikan oleh

dengan  adalah sudut antara vektor-vektor tersebut ketika kedua ekornya saling
bertemu (Gambar 5). Perhatikan bahwa 𝐴⃗ ⋅ 𝐵
⃗⃗ menghasilkan sebuah skalar
sehingga perkalian titik ini sering juga disebut perkalian skalar. Perkalian ini
bersifat komutatif,

dan distributif,

3| Bab 1 Analisis Vektor


Secara geometri, 𝐴⃗ ⋅ 𝐵
⃗⃗ adalah perkalian dari A dengan proyeksi 𝐵
⃗⃗ pada 𝐴⃗ (atau

sebaliknya perkalian B dengan proyeksi 𝐴⃗ pada 𝐵


⃗⃗). Jika dua vektor sejajar,

maka 𝐴⃗⋅𝐵
⃗⃗=AB . Untuk sembarang vektor 𝐴⃗, secara khusus berlaku

Jika vektor 𝐴⃗ dan 𝐵


⃗⃗saling tegak lurus, maka 𝐴⃗⋅𝐵
⃗⃗=0 .
(4) Perkalian silang dua vektor. Perkalian silang didefinisikan oleh

dengan 𝑛̂ adalah sebuah vektor satuan (yang panjangnya 1) mengarah tegak lurus
bidang yang sisi-sisinya dibentuk oleh vektor 𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗ . Namun ternyata ada dua
arah yang tegak lurus bidang tersebut, yaitu “masuk” dan “keluar”. Untuk
mengatasi masalah ini, digunakanlah kesepakatan aturan tangan kanan: jadikan
keempat jari selain ibu jari agar menunjuk pada vektor pertama (dengan ibu jari
tegak lurus keempat jari), kemudian putar keempatnya (pada sudut terkecil) ke
arah vektor kedua, maka ibu jari menandakan arah dari perkalian silang kedua
vektor tersebut. Perhatikan bahwa 𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ akan menghasilkan sebuah vektor
sehingga perkalian silang sering disebut dengan perkalian vektor.

Perkalian silang bersifat distributif,

tetapi tidak komutatif, justru

Secara geometri, |𝐴⃗ × 𝐵


⃗⃗| adalah luas daerah jajaran genjang yang dibentuk oleh

𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗ (gambar 6). Jika kedua vektor saling sejajar, maka perkalian silangnya

nol dan secara khusus 𝐴⃗×𝐴⃗ = 0 untuk sembarang vektor 𝐴⃗.

4| Bab 1 Analisis Vektor


1.1.2. Bentuk komponen
Pada bagian sebelumnya telah didefinisikan beberapa operasi vektor dalam
bentuk yang masih kabur, yakni tanpa merujuk pada sistem koordinat tertentu.
Dalam praktik biasanya cukup mudah untuk bekerja dengan komponen vektor
dalam sistem koordinat tertentu. Misalkan pada koordinat kartesian: 𝑖̂ , 𝑗̂, dan 𝑘̂
masing-masing adalah vektor satuan yang sejajar dengan sumbu - x, y, dan z
(Gambar 7). Sebuah vektor sembarang 𝐴⃗ dapat dinyatakan dalam suku vektor
basis tersebut (Gambar 8), yaitu

Bilangan Ax , Ay , dan Az disebut komponen dari 𝐴⃗. Tafsiran geometri dari


komponen vektor tersebut adalah proyeksi 𝐴⃗ sepanjang tiga sumbu koordinat.
Denganhasil ini, keempat operasi vektor yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
dirumuskan ulangdalam bentuk komponen-komponennya:
(1) Penjumlahan dua vektor:

(2) Perkalian dengan sebuah skalar:

(3) Perkalian titik dua vektor:

5| Bab 1 Analisis Vektor


(4) Perkalian silang dua vektor:

1.1.3. Perkalian tripel


Perkalian titik dan silang antara 3 buah vektor, 𝐴⃗, 𝐵
⃗⃗ , 𝐶⃗dan 𝐶⃗ dapat

menghasilkan sesuatu yang berarti dalam bentuk (𝐴⃗ ⋅ 𝐵


⃗⃗)𝐶⃗ , 𝐴⃗ . (𝐵
⃗⃗ × 𝐶⃗ ), dan

𝐴⃗ × (𝐵
⃗⃗ × 𝐶⃗ ). Aturan-aturan yang berlaku adalah:

Perkalian 𝐴⃗ . (𝐵
⃗⃗ × 𝐶⃗ ) disebut dengan perkalian tripel skalar dan dapat ditulis

[𝐴⃗ 𝐵
⃗⃗ 𝐶⃗] .Secara geometri, perkalian tripel skalar akan menghasilkan besar volume

ruang yang dibentuk oleh 𝐴⃗, 𝐵


⃗⃗ , dan 𝐶⃗ sebagai sisi-sisinya. Volume ruang
tersebut akan bernilai positif atau negatif tergantung pada unsur perkalian silang
di dalam perkalian tripel skalar. Sementara itu, perkalian 𝐴⃗ × (𝐵
⃗⃗ × 𝐶⃗ )disebut

dengan perkalian tripel vektor karena hasil akhirnya adalah sebuah vektor.

6| Bab 1 Analisis Vektor


1.1.4. Posisi, perpindahan, dan jarak
Lokasi sebuah titik dalam tiga dimensi dapat dinyatakan dalam koordinat
kartesian (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) . Vektor yang mengarah ke titik tersebut dari titik asal disebut
dengan vektor
posisi:

Besarnya

adalah jarak dari titik asal, dan

merupakan vektor satuan yang mengarah radial keluar.


Bagian kecil vektor perpindahan, dari (𝑥, 𝑦 , 𝑧) hingga (𝑥 + 𝑑𝑥 ),
(𝑦 + 𝑑𝑦), (𝑧 + 𝑑𝑧) adalah

Pada berbagai kasus fisika, kita akan sering berhadapan dengan permasalahan
yang melibatkan dua titik, yatu sebuah titik sumber 𝑟⃗ ′ (tempat sumber medan
berada) dan titik medan 𝑟⃗ yang sedang ditinjau besar medannya. Akan
memudahkan jika sejak awal dibuatkan notasi baru untuk menyatakan posisi
relatif dari titik sumber ke titik medan.

Notasi yang akan digunakan untuk keperluan ini adalah (gambar 9):

7| Bab 1 Analisis Vektor


Besar dari vektor posisi relatif tersebut adalah

dan vektor satuannya (mengarah dari 𝑟⃗ ′ ke 𝑟⃗ ):

1.2. Kalkulus Vektor


1.2.1. Limit, kontinuitas, dan turunan fungsi vektor
Jika untuk setiap nilai suatu skalar u kita kaitkan sebuah vektor 𝐴⃗, maka
𝐴⃗ disebut fungsi dari u dan dinyatakan dengan 𝐴⃗(u) . Notasi ini dalam tiga
dimensi dapat dituliskan menjadi 𝐴⃗ (𝑢) = 𝐴𝑥 (𝑢) 𝑖̂ + 𝐴𝑥 (𝑢) 𝑗̂ + 𝐴𝑥 (𝑢) 𝑘̂ .
Konsep fungsi ini dapat diperluas dengan mudah. Jika setiap titik (𝑥 , 𝑦 , 𝑧 )
berkaitan dengan sebuah vektor 𝐴⃗ , maka 𝐴⃗ adalah fungsi dari (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) yang
dinyatakan dengan 𝐴⃗(𝑥 , 𝑦 , 𝑧) = 𝐴𝑥 (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) 𝑖̂ + 𝐴𝑥 (𝑥 , 𝑦 , 𝑧)𝑗̂ + 𝐴𝑥 (𝑥 , 𝑦 , 𝑧)𝑘̂ .
Dapat dikatakan vektor 𝐴⃗ ini mendefinisikan sebuah medan vektor dan serupa
dengannya  (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) mendefinisikan medan skalar.
Aturan limit, kontinuitas, dan turunan untuk fungsi vektor mengikuti
aturan yang sama seperti skalar.
(1) Fungsi vektor yang dinyatakan dengan 𝐴⃗ (𝑢) dikatakan kontinu pada 𝑢0 jika
ntuk setiap bilangan positif 𝜖 dapat ditemukan suatu bilangan positif 
sehingga |𝐴⃗ (𝑢) − 𝐴⃗ (𝑢0 )| < 𝜖 dengan |𝑢 − 𝑢0 | < 𝛿 . Pernyataan ini

ekuivalen dengan lim 𝐴⃗ (𝑢) = 𝐴⃗ (𝑢0 ).


𝑢→𝑢0

𝑑𝐴⃗ 𝐴⃗ (𝑢+∆𝑢)−𝐴⃗ (𝑢)


(2) Turunan dari 𝐴⃗ (𝑢) didefinisikan = lim , dengan syarat
𝑑𝑢 ∆𝑢→𝑜 ∆𝑢

limitnya ada. Pada kasus 𝐴⃗ (𝑢) = 𝐴𝑥 (𝑢) 𝑖̂ + 𝐴𝑥 (𝑢) 𝑗̂ + 𝐴𝑥 (𝑢) 𝑘̂ dapat


diperoleh

𝑑2 𝐴⃗
Turunan yang lebih tinggi seperti didefinisikan dengan cara yang serupa.
𝑑𝑢2

(3) Jika 𝐴⃗(𝑥 , 𝑦 , 𝑧) = 𝐴𝑥 (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) 𝑖̂ + 𝐴𝑥 (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) 𝑗̂ + 𝐴𝑥 (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) 𝑘̂ ., maka

8| Bab 1 Analisis Vektor


adalah diferensial total dari 𝐴⃗ .
(4) Turunan dari perkalian vektor dengan skalar atau vektor dengan vektor
mengikuti aturan yang sama seperti pada fungsi skalar. Namun perlu diingat
ketika kita melibatkan perkalian silang maka urutan penulisan penting untuk
diperhatikan karena terkait dengan arah dari hasil perkalian tersebut.
Beberapa contoh diantaranya:

1.2.2. Gradien, Divergensi, dan Curl


Misalkan sebuah operator vektor ⃗∇⃗ dalam koordinat kartesian
didefinisikan

Jika ∅ (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) dan 𝐴⃗(𝑥 , 𝑦 , 𝑧) memiliki turunan parsial pertama yang kontinu


pada daerah tertentu, maka dapat didefinisikan beberapa besaran berikut:

Jika turunan parsial dari fungsi-fungsi 𝐴⃗ , 𝐵


⃗⃗ , U , dan V diasumsikan ada,
maka

9| Bab 1 Analisis Vektor


Gradien, divergensi, dan curl bukanlah sekedar operasi matematik belaka.
Ketiganya dapat ditafsirkan secara geometri.

Tafsiran Gradien. Seperti vektor lainnya, gradien memiliki besar dan arah.
Untuk menentukan arti geometrinya, kita dapat memisalkan ada sebuah fungsi
tiga variabel, katakanlah temperatur dalam ruang, T (𝑥 , 𝑦 , 𝑧), yang merupakan
sebuah skalar. Seberapa cepat perubahan temperatur tersebut dinyatakan dalam
bentuk diferensial total

Dalam bentuk perkalian titik, pernyataan di atas setara dengan

10 | Bab 1 Analisis Vektor


atau

yang berarti

dengan  adalah sudut antara ⃗∇⃗T dan d 𝑟⃗, kemudian 𝑢


⃗⃗ adalah suatu vektor
satuan yang menyatakan arah gerak kita. Dengan demikian, laju perubahan
temperatur (dT/dr ) akan bernilai paling besar ketika geraknya searah dengan ⃗∇⃗T
(yaitu saat =0 ).
Bayangkan kita berada pada sebuah lereng bukit. Lihat ke sekeliling dan
temukan bagian yang paling curam. Itu adalah arah dari gradien. Sekarang ukur
kemiringan padaarah tersebut. Itu adalah besar dari gradien. Lalu bagaimana jika
gradiennya nol? Jika ⃗∇⃗T = 0 pada (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) , maka dT=0 untuk perpindahan
yang kecil di sekitar titik (𝑥 , 𝑦 , 𝑧). Keadaan ini akan berarti sebuah titik stasioner
dari fungsi T (𝑥 , 𝑦 , 𝑧). Titik tersebut dapat berupa nilai maksimum (puncak),
minimum (lembah), daerah pelana, atau sebuah permukaan berbentuk seperti
“bahu”.
⃗⃗ . A
Tafsiran Divergensi. Sesuai namanya, divergensi ∇ ⃗⃗ menyatakan ukuran
penyebaran vektor 𝐴⃗ . Perhatikan gambar 10 sebagai contoh pada kasus dua
dimensi. Fungsi pada gambar 10(a) memiliki divergensi yang sangat besar dan
positif (jika panahnya mengarah ke dalam berarti nilainya negatif), fungsi pada
gambar 10(b) memiliki divergensi nol, dan fungsi pada gambar 10(c) memiliki
divergensi positif yang nilainya agak kecil.

11 | Bab 1 Analisis Vektor


Tafsiran Curl. Pemilihan nama curl juga disesuaikan dengan arti geometrinya
yang menyatakan ukuran rotasi pada sebuah titik. Oleh karena itu seluruh fungsi
pada gambar 10 memiliki curl yang bernilai nol (bisa kita cek dengan mengetahui
fungsinya) dan fungsi pada gambar 11 memiliki curl yang sangat besar berarah
pada sumbu-z.

1.3.Koordinat Lengkung
Misalkan persamaan transformasi

(dengan asumsi f, g, h kontinu, memiliki turunan parsial kontinu, dan memiliki


sebuah nilai invers tunggal) membentuk korespondensi satu-satu antara titik-titik
dalam sistem koordinat x y z dan u1 u2 u3 . Dalam notasi vektor, persamaan (39)
dapat dituliskan

Sebuah titik P (Gambar 12) dengan demikian dapat didefinisikan tidak


hanya oleh koordinat (𝑥 , 𝑦 , 𝑧) tetapi juga oleh koordinat (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ). Kita sebut
(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) sebagai koordinat lengkung dari suatu titik.

12 | Bab 1 Analisis Vektor


Dari persamaan (40), diperoleh

Dalam sistem koordinat lengkung ini, bentuk diferensial dari panjang busur suatu
kurva dapat dituliskan

dengan

Vektor ∂𝑟⃗ /∂u1 bersinggungan dengan koordinat u1 pada P. Jika 𝑒̂ 1 merupakan


sebuah vektor satuan pada arah tersebut, maka ∂𝑟⃗ /∂u1=h1 𝑒̂ 1 dengan
h1=∣∂𝑟⃗ /∂u1∣ . Serupa dengannya, ∂𝑟⃗ /∂u2=h2 𝑒̂ 2 dan ∂𝑟⃗ /∂u3=h3 𝑒̂ 3 dengan
h2=∣∂𝑟⃗ /∂u2∣ dan h3=∣∂𝑟⃗ /∂u3∣. Dengan demikian,

Besaran h1 , h2 , h3 sering disebut sebagai faktor skala.


Jika 𝑒̂ 1, 𝑒̂ 2, 𝑒̂ 3 saling tegak lurus pada titik P, koordinatnya dikatakan ortogonal.
Oleh karena itu, kita temukan kuadrat panjang busur adalah

yang bersesuaian dengan panjang diagonal ruang balok pada gambar 12, dan
elemen

13 | Bab 1 Analisis Vektor


volumnya ( d ) dapat ditulis

Misalkan  adalah sebuah fungsi skalar dan 𝐴⃗= A1 𝑒̂ 1 +A2 𝑒̂ 2 + A3 𝑒̂ 3 adalah


fungsi dalam koordinat lengkung ortogonal u1 , u2 , u3 , maka gradien, divergensi,
curl, dan laplacian-nya adalah:

Keempat bentuk tersebut akan tereduksi menjadi ekspresi biasa dalam koordinat
kartesian jika u1 , u2 , u3 digantikan oleh x , y , z; lalu 𝑒̂ 1, 𝑒̂ 2, 𝑒̂ 3 diganti dengan
𝑖̂, 𝑗̂ , 𝑘̂ ; dan h1 = h2 = h3 = 1 .

Bentuk khusus koordinat lengkung ortogonal lain diantaranya adalah


koordinat silinder dan koordinat bola.

14 | Bab 1 Analisis Vektor


Koordinat Silinder (𝝆, 𝜽, 𝒛 ) . Perhatikan gambar 13.
Persamaan transformasi: x =  cos  , y =  sin , z = z ,
dengan  ≥0 , 0 ≤  ≤ 2, − ∞ < z < ∞ .
Faktor skala: h1 = 1 , h 2 = , h3 = 1 .
Elemen panjang busur: 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝜌 2 + 𝜌 2 𝑑 2 + 𝑑 𝑧 2
Elemen volum: 𝑑𝜏 = 𝜌 𝑑𝜌 𝑑 𝑑𝑧

Perhatikan bahwa dari sini dapat juga diperoleh hasil lain untuk koordinat
polar dalam bidang dengan mengabaikan ketergantungan pada z. Sebagai contoh
dalam kasus koordinat polar tersebut, 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝜌 2 + 𝜌 2 𝑑 2 2; sedangkan elemen
volum digantikan oleh elemen luas, 𝑑𝑎 = 𝜌 𝑑𝜌 𝑑.
Koordinat Bola (𝝆, 𝜽, ). Perhatikan gambar 14.
Persamaan transformasi: x = r sin 𝜃 cos , y = r sin 𝜃 sin , z = r cos 𝜃 ,
dengan r ≥ 0 , 0≤  ≤ , 0 ≤  ≤ 2.
Faktor skala: h1=1, h 2 = r , h3 = r sin 𝜃 .
Elemen panjang busur: 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑 𝜃 2 + 𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑2
Elemen volum: 𝑑𝜏 = 𝑟 2 sin  𝑑𝑟 𝑑 𝑑.

1.4. Integral Garis, Permukaan, dan Volum


Dalam bahasan listrik magnet selanjutnya akan ditemui berbagai macam
bentuk integral, diantaranya yang paling penting adalah integral garis (atau
lintasan), integral permukaan (atau fluks), dan integral volum.
Integral Garis. Sebuah integral garis I adalah suatu pernyataan dalam bentuk

dengan 𝑣⃗ adalah sebuah fungsi vektor, d 𝑟⃗ adalah elemen vektor perpindahan


(pers. 22), dan daerah integrasi berada pada lintasan antara titik a hingga titik b .
Jika lintasan integrasi membentuk loop tertutup, maka tanda integral diberi
tambahan lingkaran:
∮𝑣⃗⋅ d 𝑟⃗,

15 | Bab 1 Analisis Vektor


Integral Permukaan. Sebuah integral permukaan I didefinisikan

dengan 𝑣⃗ adalah sebuah fungsi vektor dan d 𝑎⃗ adalah elemen vektor luas yang
arahnya tegak lurus permukaan yang dimaksud. Jika permukaannya tertutup
(menjadi seperti ruang), maka seperti sebelumnya tanda integral diberi tambahan
lingkaran:
∮𝑣⃗ ⋅ d 𝑎⃗,
Untuk integral permukaan biasa (pers. 48) , dapat ditemui dua arah yang tegak
lurus permukaan sehingga pemilihan arah permukaan akan cukup
membingungkan. Namun biasanya kita bebas memilih salah satu dari kedua arah
tersebut. Untuk kasus integral permukaan tertutup, arah yang keluar (menjauh)
dari permukaan disepakati sebagai arah elemen luas, d 𝑎⃗.
Integral Volum. Sebuah integral volum I dinyatakan

dengan T adalah sebuah fungsi skalar dan d adalah elemen kecil dari volum.
Untuk koordinat kartesian,
d = dx dy dz .
Sebagai contoh, jika T adalah kerapatan suatu materi (yang nilainya dapat
bervariasi dari titik ke titik), maka integral volum akan memberikan massa total.
Kadang akan ditemui juga bentuk integral volum dari suatu fungsi vektor:

1.5. Teorema fundamental


Untuk memudahkan perhitungan seringkali dibutuhkan penyederhanaan
bentuk integral yang berdasarkan pada teorema tertentu. Ada tiga teorema
fundamental berkaitan dengan operasi diferensial dan integral yang telah
dijelaskan sebelumnya.

16 | Bab 1 Analisis Vektor


Dari pers. 50 s.d. 52 dapat dilihat bahwa teorema gradien melibatkan operasi
gradien danintegral garis; teorema curl melibatkan operasi curl, integral
permukaan, dan integral garis;dan teorema divergensi melibatkan operasi
divergensi, integral volum, dan integral permukaan.

1.1.Teorema potensial (skalar dan vektor)

Teorema 1. Jika curl dari sebuah medan vektor 𝐹⃗ bernilai nol dimanapun, maka
𝐹⃗ dapat dituliskan sebagai gradien dari sebuah potensial skalar V :

atau setara dengan pernyataan berikut:


𝑏
∫𝑎 𝐹⃗ . 𝑑𝑟⃗ tidak tergantung lintasan (konservatif) untuk setiap titik-titik ujung yang

diberikan, ∮𝐹⃗ . 𝑑𝑟⃗ = 0 untuk sembarang loop tertutup.


Teorema 2. Jika divergensi dari sebuah medan vektor 𝐹⃗ bernilai nol dimanapun,
maka 𝐹⃗ dapat dinyatakan sebagai curl dari sebuah potensial vektor 𝐴⃗ :

yang juga setara dengan:


∫ 𝐹⃗ . 𝑑𝑎⃗ tidak tergantung permukaan untuk setiap batas tertutup yang diberikan,
∮𝐹⃗ . 𝑑𝑎⃗ = 0 untuk sembarang permukaan tertutup.

17 | Bab 1 Analisis Vektor


Contoh Soal
1. Misalkan suatu vektor 𝐶⃗ seperti pada gambar di
samping. Turunkan aturan cosinus dengan
memanfaatkan perkalian titik dari vektor 𝐶⃗ pada
dirinya sendiri dengan menyesuaikan variabel pada
A dan B !
Jawab:
Dari gambar dapat kita tentukan: 𝐶⃗ = 𝐴⃗ − 𝐵
⃗⃗ , kemudian

atau

2. Tentukan sudut antara dua buah diagonal ruang suatu kubus!


Jawab:
Berdasarkan gambar di samping,

3. Dengan menggunakan perkalian silang,


tentukanlah komponen vektor satuan yang tegak
lurus bidang seperti ada gambar!
Jawab:
Perkalian silang antara dua vektor sembarang yang
menjadisisi-sisi bidang pada gambar akan
menghasilkan vektor

18 | Bab 1 Analisis Vektor


yang tegak lurus bidang tersebut. Sebagai contoh, ambil bagian alas dan sisi
sebelah kiri masing-masing menjadi vektor 𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗ :

Vektor 𝐴⃗ ×𝐵
⃗⃗ ini arahnya sudah sesuai dengan 𝑛⃗⃗ , tetapi besarnya belum
cocok (ingat, vektor satuan harus bernilai 1 satuan). Untuk menghasilkan
vektor satuan 𝑛⃗⃗ , bagi saja 𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ dengan besarnya: ∣𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ ∣=√36 + 9 + 4 = 7
. Dengan demikian,

4. Carilah vektor posisi relatif dari titik sumber (2, 8, 7) ke titik medan
(4, 6, 8). Tentukan besarnya dan bentuk vektor satuan !
Jawab :

5. Tentukan gradien fungsi-fungsi berikut:

Jawab :

19 | Bab 1 Analisis Vektor


6. Ketinggian dari suatu bukit (dalam satuan meter) diberikan oleh

dengan y adalah jarak (dalam km) sebelah utara, x adalah jarak ke timur kota
Surabaya .
a) Di manakah puncak bukit tersebut berada?
b) Berapa ketinggian bukit tersebut?
c) Seberapa curam kemiringan (dalam satuan m/km) pada sebuah titik 1 km
utaran dan 1 km timur kota Surabaya? Pada arah manakah kemiringan
tercuram di titik tersebut?
Jawab:
(a) Tentukan gradien fungsi terlebih dahulu:

Untuk menentukan puncak bukit, gunakan syarat 𝛻⃗⃗ h = 0 (puncak bukit


merupakan salah satu jenis titik stasioner):

menghasilkan sistem persamaan linear dua peubah:

Dengan demikian puncak bukit tersebut berada pada 2 km sebelah barat


dan 3 km utara Surabaya.
(b) Substitusikan (x , y) = ( −2 ,3) pada h (x , y) :

(c) Substitusikan (x , y) =(1, 1) pada 𝛻⃗⃗ h .

20 | Bab 1 Analisis Vektor


7. Misalkan adalah sebuah vektor dari suatu titik tertentu (x0 , y0 , z0) ke titik
(x , y ,z) dan adalah panjangnya.

a) Tunjukkan bahwa

b) Cari rumus umum untuk (dalam bentuk , yaitu vektor satuan

yang searahdengan )
Jawab:

8. Ujilah kebenaran teorema gradien, menggunakan fungsi T= x2 + 4 x y +2 y z3


dengan titik-titik a= (0, 0 ,0) , b= (1 ,1, 1) dan dua lintasan berikut:

Jawab :

Pada soal telah disebutkan T= x2 + 4 x y +2 y z3 , sehingga

21 | Bab 1 Analisis Vektor


(a) Lintasan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian,

9. Uji kebenaran teorema divergensi untuk

fungsi
gambar kubus di samping dengan panjang sisi
2 satuan!

Jawab :

Cek nilai ruas kanan dengan menggunakan penomoran permukaan berikut


ini:

22 | Bab 1 Analisis Vektor


Jumlahkan seluruh integrasi (I) s.d. (VI), ternyata hasilnya adalah

10. Ujilah kembali kebenaran teorema divergensi untuk fungsi

Gunakan bola berjari-jari R pada oktan pertama sebagai volum yang ditinjau!

23 | Bab 1 Analisis Vektor


Jawab:
Sesuai transformasi pada koordinat lengkung, divergensi untuk koordinat bola
dapat dituliskan

sehingga untuk soal ini diperoleh

Kemudian hitung ruas kiri teorema divergensi dengan elemen volum dalam
koordinat bola,

Sekarang cek ruas kanan, perrmukaan bola yang dimaksud terdiri dari 4 bagian:

24 | Bab 1 Analisis Vektor


11. Uji kebenaran teorema Stokes (curl) untuk fungsi
𝑣⃗ = y 𝑘̂ pada permukaan segitiga seperti gambar
di samping!

Jawab:

Ambil jalur yang berlawanan jarum jam pada


garis-garis batas permukaan tertutup segitiga. Ada 3 bagian garis pada segitiga
tersebut:

25 | Bab 1 Analisis Vektor


12. Misalkan 𝐹⃗1 = 𝑥 2 𝑘̂ dan 𝐹⃗2 = 𝑥 𝑖̂ + 𝑦 𝑗̂ + 𝑧 𝑘̂ Hitung divergensi juga curl
dari 𝐹⃗1 dan 𝐹⃗2 . Manakah yang dapat dituliskan sebaga gradien dari skalar?
Cari potensial skalar yangcocok dengannya! Dan manakah yang dapat
dinyatakan sebagai curl dari vektor? Cari potensial vektor yang cocok
dengannya!
Jawab:

26 | Bab 1 Analisis Vektor


Tugas Latihan Soal

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat


menyelesaikan soal-soal latihan berikut ini.
1. Carilah vektor letak relatif 𝑅⃗⃗ titik P(2, -2, 3) terhadap titik P’(-3, 1, 4)!
Tentukan sudut-sudut arah 𝑅⃗⃗!
2. Diketahui 𝐴⃗ = 2𝑥̂ + 3𝑦̂ − 4 𝑧̂ dan 𝐵
⃗⃗ = −6𝑥̂ − 4𝑦̂ + 𝑧̂ . Carilah komponen

𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ sepanjang arah 𝐶⃗ = 𝑥̂ − 𝑦̂ + 𝑧̂ !

3. Jika  adalah fungsi skalar dan 𝑨


⃗⃑ = 𝐴1 𝑒̂1 + 𝐴2 𝑒̂2 + 𝐴3 𝑒̂3 adalah fungsi
dalam koordinat lengkung ortogonal 𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 maka tuliskan perumusan
gradien, divergensi, curl, dan laplacian-nya dalam sistem :
a. Koordinat kartesis
b. Koordinat bola
c. Koordinat silender
4. Diketahui 𝐴⃗ = 𝑎𝜌̂ + 𝑏𝜑̂ + 𝑐𝑧̂ dengan 𝑎, b, dan c adalah tetapan-tetapan.
Apakah merupakan vektor yang tetap (konstan)? Carilah ⃗∇⃗ . 𝐴⃗ dan ⃗∇⃗ × 𝐴⃗ !
Carilah komponen-komponen 𝐴⃗ dalam sistem koordinat kartesis (x, y z) dan
sistem koordinat bola (r, , ).

5. Medan listrik E adalah deferensial negatif dari potensial skalar V, yaitu =


⃗⃗⃗𝑉 . Tentuka E pada pada suatu titik jika
−𝛁
𝜋𝑦
a. 𝑉 = 𝑉𝑜 𝑒 −𝑥 sin 4

b. 𝑉 = 𝐸𝑜 𝑅 cos 𝜃
6. Tentukan divergensi vektor posisi terhadap suatu titik
⃗⃗⃗⃗⃗⃑ = x 𝑖̂ + y 𝑗̂ + z 𝑘̂
a. 𝑂𝑃
b. ⃗⃗⃗⃗⃗⃑
𝑂𝑃 = R 𝑟̂
7. Flux magnetik B di sekitar kawat yang sangat panjang yang dialiri arus listrik
berbanding terbalik dengan jaraknya terhadap sumbu kawat panjang yang
⃗⃗ = 𝑘 𝜑̂ tentukan divergensi vektor dalam sistem koordinat
dapat dituliskan 𝐵 𝑟

silinder.

27 | Bab 1 Analisis Vektor


⃗⃑ = ⌊𝑥𝑦 (𝑖̂ + 𝑗̂) + (𝑥 2 + 𝑦 2 )𝑘̂ ⌋
8. Tentukan rotasi suatu medan vektor 𝑢

9. Buktikan bahwa ⃗∇⃗ × 𝐴⃗ = 0


𝑘
a. 𝐴⃗ = 𝜑̂ dalam koordinat silinder, dimana k adalah suatu konstanta
𝑟

b. 𝐴⃗ = 𝑓(𝑅) 𝑟̂ dalam koordinat bola, dimana 𝑓(𝑅) adalah suatu fungsi dari
jari-jari R
10. Diketahui medan vektor 𝐴⃗ = 𝑥𝑦 𝑥̂ + 𝑦𝑧 𝑦̂ +
𝑧 Hitunglah secara langsung fluks 𝐴⃗ yang
𝑧𝑥 ̂.
melewati permukaan balok yang memiliki sisi-
sisi 𝑎, b, c seperti ditunjukkan oleh gambar!
Hitunglah ∫ ∇ . 𝐴⃗ 𝑑𝜏 pada seluruh volume balok
tersebut, dan bandingkan hasil-hasil yang
diperoleh!

11. Uji kebenaran teorema divergensi untuk fungsi = 𝑘𝑅 𝑟̂ . Gunakan volum bola
berongga yang berjejari permukaan dalam R1 dan permukaan luar R2.

12. Misalkan v = (2xz + 3y2)ỷ + (4yz2)ž. Periksa teorema Stokes permukaan


persegi yang ditampilkan pada gambar.

28 | Bab 1 Analisis Vektor


13. Uji kebenaran teorema Stokes untuk fungsi 𝐹⃗ = 𝑥𝑦 𝑖̂ − 2𝑥𝑗̂ pada daerah
yang dibentuk oleh bidang seperempat lingkaran yang berjejari 3 pada
kuadran pertama.

Daftar Pustaka
1. Hayt, W.H. dan Buck, J.A., 2006, Elektromagnetika , Penerbit Erlangga
Jakarta
2. Griffiths, D. J., 1999, Introduction to Electrodynamics, Prentice Hall New
Jersey
3. Loeksmanto, W., 1993, Medan Elektromagnet, Proyek PTK Dikti Depdikbud
4. Cheng, D.K., 1989, Field and Wave Electromagnetics, Adison-Wesley New
York

29 | Bab 1 Analisis Vektor

Anda mungkin juga menyukai