ANALISIS VEKTOR
I
Pendahuluan
Dalam mata kuliah Listrik Magnet, penyajian konsep dan pemecahan
masalah akan banyak memerlukan pengetahuan tentang vektor, mencakup gradien
skalar, divergensi dan rotasi vektor, integral garis, integral permukaan, teorema
Stokes, teorema divergensi Gauss, dan penyajiannya dalam beragam sistem
koordinat. Oleh karena itu, sebelum membahas tentang masalah kelistrikan dan
kemagnetan dalam mata kuliah ini, pokok bahasan tentang vector ini perlu
diberikan terlebih dahulu. Meskipun materi yang ada dalam pokok bahasan ini
cukup banyak, materi ini diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif
cukup singkat. Hal ini demikian karena mata kuliah-mata kuliah yang menjadi
prasyarat mata kuliah ini semestinya sudah menyediakan pengetahuan yang
cukup, khususnya tentang vektor, untuk dapat mengikuti mata kuliah ini dengan
baik; jadi ini hanya sebagai semacam review.
Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengkalkulasi gradien skalar, divergensi dan rotasi suatu vektor, integral garis
dan integral permukaan, serta menggunakan teorema divergensi dan teorema
Stokes, dapat menyatakan hubungan-hubungan antara sistem-sistem koordinat
Cartesian, Silinder dan Bola, dapat menyatakan suatu vektor, vektor letak, elemen
volume, gradien skalar, divergensi dan rotasi vektor, serta Laplacian dalam ketiga
sistem koordinat tersebut.
1.1.Aljabar Vektor
1.1.1. Operasi vektor
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya
adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu,
besaran yang hanya memiliki nilai tanpa arah disebut dengan skalar. Contohnya
adalah massa, muatan, kerapatan, dan temperatur. Untuk notasinya, besaran yang
(nilai) dari suatu vektor 𝐴⃗ dapat dituliskan ∣𝐴⃗∣ atau dengan notasi skalar, 𝐴 .
Dalam diagram, vektor biasanya dinyatakan dengan panah. Panjang dari panah
sebanding dengan besar vektor dan kepala panah menyatakan arah dari vektor
tersebut. Minus 𝐴⃗ (yaitu −𝐴⃗) adalah sebuah vektor dengan besar yang sama
seperti 𝐴⃑, tetapi pada arah sebaliknya (gambar 1). Perhatikan bahwa vektor
memiliki besar dan arah, tetapi tidak mutlak menyatakan lokasi. Sebagai contoh,
sebuah perpindahan sejauh 4 km ke arah utara dari Surabaya direpresentasikan
dengan vektor yang sama pada perpindahan sejauh 4 km ke utara Jakarta
(kelengkungan Bumi diabaikan). Dengan demikian vektor dapat digeser sesuka
hati selama besar dan arahnya tidak diubah.
Operasi vektor dapat dibagi menjadi empat kelompok:
⃗⃑ pada kepala 𝐴⃗ sehingga dapat
(1) Penjumlahan dua vektor. Tempatkan ekor 𝐵
diperoleh jumlah vektor 𝐴⃗ + 𝐵
⃗⃑ , yaitu vektor dari ekor 𝐴⃑ hingga kepala 𝐵
⃗⃑
⃗⃑ ditukar
(Gambar 2). Penjumlahan vektor bersifat komutatif sehingga jika 𝐵
dengan 𝐴⃑ pada proses di atas, maka hasilnya akan tetap sama:
(2) Perkalian dengan sebuah skalar. Perkalian suatu vektor oleh sebuah skalar k
positif merupakan perkalian besar vektor oleh skalar tersebut dengan arah yang
tidak berubah (Gambar 4). Namun jika k negatif, arah vektor berubah menjadi
sebaliknya.
Perkalian ini bersifat distributif:
dengan adalah sudut antara vektor-vektor tersebut ketika kedua ekornya saling
bertemu (Gambar 5). Perhatikan bahwa 𝐴⃗ ⋅ 𝐵
⃗⃗ menghasilkan sebuah skalar
sehingga perkalian titik ini sering juga disebut perkalian skalar. Perkalian ini
bersifat komutatif,
dan distributif,
maka 𝐴⃗⋅𝐵
⃗⃗=AB . Untuk sembarang vektor 𝐴⃗, secara khusus berlaku
dengan 𝑛̂ adalah sebuah vektor satuan (yang panjangnya 1) mengarah tegak lurus
bidang yang sisi-sisinya dibentuk oleh vektor 𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗ . Namun ternyata ada dua
arah yang tegak lurus bidang tersebut, yaitu “masuk” dan “keluar”. Untuk
mengatasi masalah ini, digunakanlah kesepakatan aturan tangan kanan: jadikan
keempat jari selain ibu jari agar menunjuk pada vektor pertama (dengan ibu jari
tegak lurus keempat jari), kemudian putar keempatnya (pada sudut terkecil) ke
arah vektor kedua, maka ibu jari menandakan arah dari perkalian silang kedua
vektor tersebut. Perhatikan bahwa 𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ akan menghasilkan sebuah vektor
sehingga perkalian silang sering disebut dengan perkalian vektor.
𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗ (gambar 6). Jika kedua vektor saling sejajar, maka perkalian silangnya
𝐴⃗ × (𝐵
⃗⃗ × 𝐶⃗ ). Aturan-aturan yang berlaku adalah:
Perkalian 𝐴⃗ . (𝐵
⃗⃗ × 𝐶⃗ ) disebut dengan perkalian tripel skalar dan dapat ditulis
[𝐴⃗ 𝐵
⃗⃗ 𝐶⃗] .Secara geometri, perkalian tripel skalar akan menghasilkan besar volume
dengan perkalian tripel vektor karena hasil akhirnya adalah sebuah vektor.
Besarnya
Pada berbagai kasus fisika, kita akan sering berhadapan dengan permasalahan
yang melibatkan dua titik, yatu sebuah titik sumber 𝑟⃗ ′ (tempat sumber medan
berada) dan titik medan 𝑟⃗ yang sedang ditinjau besar medannya. Akan
memudahkan jika sejak awal dibuatkan notasi baru untuk menyatakan posisi
relatif dari titik sumber ke titik medan.
Notasi yang akan digunakan untuk keperluan ini adalah (gambar 9):
𝑑2 𝐴⃗
Turunan yang lebih tinggi seperti didefinisikan dengan cara yang serupa.
𝑑𝑢2
Tafsiran Gradien. Seperti vektor lainnya, gradien memiliki besar dan arah.
Untuk menentukan arti geometrinya, kita dapat memisalkan ada sebuah fungsi
tiga variabel, katakanlah temperatur dalam ruang, T (𝑥 , 𝑦 , 𝑧), yang merupakan
sebuah skalar. Seberapa cepat perubahan temperatur tersebut dinyatakan dalam
bentuk diferensial total
yang berarti
1.3.Koordinat Lengkung
Misalkan persamaan transformasi
Dalam sistem koordinat lengkung ini, bentuk diferensial dari panjang busur suatu
kurva dapat dituliskan
dengan
yang bersesuaian dengan panjang diagonal ruang balok pada gambar 12, dan
elemen
Keempat bentuk tersebut akan tereduksi menjadi ekspresi biasa dalam koordinat
kartesian jika u1 , u2 , u3 digantikan oleh x , y , z; lalu 𝑒̂ 1, 𝑒̂ 2, 𝑒̂ 3 diganti dengan
𝑖̂, 𝑗̂ , 𝑘̂ ; dan h1 = h2 = h3 = 1 .
Perhatikan bahwa dari sini dapat juga diperoleh hasil lain untuk koordinat
polar dalam bidang dengan mengabaikan ketergantungan pada z. Sebagai contoh
dalam kasus koordinat polar tersebut, 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝜌 2 + 𝜌 2 𝑑 2 2; sedangkan elemen
volum digantikan oleh elemen luas, 𝑑𝑎 = 𝜌 𝑑𝜌 𝑑.
Koordinat Bola (𝝆, 𝜽, ). Perhatikan gambar 14.
Persamaan transformasi: x = r sin 𝜃 cos , y = r sin 𝜃 sin , z = r cos 𝜃 ,
dengan r ≥ 0 , 0≤ ≤ , 0 ≤ ≤ 2.
Faktor skala: h1=1, h 2 = r , h3 = r sin 𝜃 .
Elemen panjang busur: 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑 𝜃 2 + 𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑2
Elemen volum: 𝑑𝜏 = 𝑟 2 sin 𝑑𝑟 𝑑 𝑑.
dengan 𝑣⃗ adalah sebuah fungsi vektor dan d 𝑎⃗ adalah elemen vektor luas yang
arahnya tegak lurus permukaan yang dimaksud. Jika permukaannya tertutup
(menjadi seperti ruang), maka seperti sebelumnya tanda integral diberi tambahan
lingkaran:
∮𝑣⃗ ⋅ d 𝑎⃗,
Untuk integral permukaan biasa (pers. 48) , dapat ditemui dua arah yang tegak
lurus permukaan sehingga pemilihan arah permukaan akan cukup
membingungkan. Namun biasanya kita bebas memilih salah satu dari kedua arah
tersebut. Untuk kasus integral permukaan tertutup, arah yang keluar (menjauh)
dari permukaan disepakati sebagai arah elemen luas, d 𝑎⃗.
Integral Volum. Sebuah integral volum I dinyatakan
dengan T adalah sebuah fungsi skalar dan d adalah elemen kecil dari volum.
Untuk koordinat kartesian,
d = dx dy dz .
Sebagai contoh, jika T adalah kerapatan suatu materi (yang nilainya dapat
bervariasi dari titik ke titik), maka integral volum akan memberikan massa total.
Kadang akan ditemui juga bentuk integral volum dari suatu fungsi vektor:
Teorema 1. Jika curl dari sebuah medan vektor 𝐹⃗ bernilai nol dimanapun, maka
𝐹⃗ dapat dituliskan sebagai gradien dari sebuah potensial skalar V :
atau
Vektor 𝐴⃗ ×𝐵
⃗⃗ ini arahnya sudah sesuai dengan 𝑛⃗⃗ , tetapi besarnya belum
cocok (ingat, vektor satuan harus bernilai 1 satuan). Untuk menghasilkan
vektor satuan 𝑛⃗⃗ , bagi saja 𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ dengan besarnya: ∣𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ ∣=√36 + 9 + 4 = 7
. Dengan demikian,
4. Carilah vektor posisi relatif dari titik sumber (2, 8, 7) ke titik medan
(4, 6, 8). Tentukan besarnya dan bentuk vektor satuan !
Jawab :
Jawab :
dengan y adalah jarak (dalam km) sebelah utara, x adalah jarak ke timur kota
Surabaya .
a) Di manakah puncak bukit tersebut berada?
b) Berapa ketinggian bukit tersebut?
c) Seberapa curam kemiringan (dalam satuan m/km) pada sebuah titik 1 km
utaran dan 1 km timur kota Surabaya? Pada arah manakah kemiringan
tercuram di titik tersebut?
Jawab:
(a) Tentukan gradien fungsi terlebih dahulu:
a) Tunjukkan bahwa
yang searahdengan )
Jawab:
Jawab :
fungsi
gambar kubus di samping dengan panjang sisi
2 satuan!
Jawab :
Gunakan bola berjari-jari R pada oktan pertama sebagai volum yang ditinjau!
Kemudian hitung ruas kiri teorema divergensi dengan elemen volum dalam
koordinat bola,
Sekarang cek ruas kanan, perrmukaan bola yang dimaksud terdiri dari 4 bagian:
Jawab:
𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ sepanjang arah 𝐶⃗ = 𝑥̂ − 𝑦̂ + 𝑧̂ !
b. 𝑉 = 𝐸𝑜 𝑅 cos 𝜃
6. Tentukan divergensi vektor posisi terhadap suatu titik
⃗⃗⃗⃗⃗⃑ = x 𝑖̂ + y 𝑗̂ + z 𝑘̂
a. 𝑂𝑃
b. ⃗⃗⃗⃗⃗⃑
𝑂𝑃 = R 𝑟̂
7. Flux magnetik B di sekitar kawat yang sangat panjang yang dialiri arus listrik
berbanding terbalik dengan jaraknya terhadap sumbu kawat panjang yang
⃗⃗ = 𝑘 𝜑̂ tentukan divergensi vektor dalam sistem koordinat
dapat dituliskan 𝐵 𝑟
silinder.
b. 𝐴⃗ = 𝑓(𝑅) 𝑟̂ dalam koordinat bola, dimana 𝑓(𝑅) adalah suatu fungsi dari
jari-jari R
10. Diketahui medan vektor 𝐴⃗ = 𝑥𝑦 𝑥̂ + 𝑦𝑧 𝑦̂ +
𝑧 Hitunglah secara langsung fluks 𝐴⃗ yang
𝑧𝑥 ̂.
melewati permukaan balok yang memiliki sisi-
sisi 𝑎, b, c seperti ditunjukkan oleh gambar!
Hitunglah ∫ ∇ . 𝐴⃗ 𝑑𝜏 pada seluruh volume balok
tersebut, dan bandingkan hasil-hasil yang
diperoleh!
11. Uji kebenaran teorema divergensi untuk fungsi = 𝑘𝑅 𝑟̂ . Gunakan volum bola
berongga yang berjejari permukaan dalam R1 dan permukaan luar R2.
Daftar Pustaka
1. Hayt, W.H. dan Buck, J.A., 2006, Elektromagnetika , Penerbit Erlangga
Jakarta
2. Griffiths, D. J., 1999, Introduction to Electrodynamics, Prentice Hall New
Jersey
3. Loeksmanto, W., 1993, Medan Elektromagnet, Proyek PTK Dikti Depdikbud
4. Cheng, D.K., 1989, Field and Wave Electromagnetics, Adison-Wesley New
York