Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

PROYEKSI GEOMETRI FUZZY DALAM SISTEM


KOORDINAT POLAR PADA BIDANG

ANJELINA RAMBU HAWA


1606040112

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cabang dari ilmu matematika adalah geometri. Geometri
membahas bentuk, posisi, ukuran relatif (perbandingan) dari angka, dan sifat-sifat
unsur ruang bidang. Geometri fuzzy merupakan perkembangan dari geometri
tegas, yang mana pada geometri tegas unsur-unsurnya hanya ada dan tidak ada,
pada geometri fuzzy unsur-unsur tersebut berkembang tidak hanya
direpresentasikan dengan ada dan tidak ada, tetapi berkembang dengan ketebalan
yang dimiliki oleh masing-masing unsur tersebut.
Proyeksi merupakan salah satu kajian geometri yang mempunyai
pengertian penarikan garis tegak lurus dari unsur yang diproyeksikan terhadap
unsur proyektor. Proyeksi geometri tegas merupakan pembentukan bayangan
suatu unsur geometri yang diproyeksikan terhadap unsur proyektor, dengan sifat
tegak lurus yang diwakili oleh masing-masing unsurnya, pembahasannya di
fokuskan pada koordinat hasil proyeksi. Proyeksi geometri tegas dapat
diaplikasikan dengan teori matematika yang bisa dikatakan modern fuzzy, yaitu
dilakukan dengan membawa konsep-konsep yang terdapat dalam logika fuzzy ke
dalam proyeksi geometri tegas.
Beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba menggabungkan dua
konsep matematis, yaitu antara konsep tentang proyeksi geomeri tegas dengan
teori-teori himpunan fuzzy dalm bidang dan ruang pada koordinat kartesius
(Suyudi, 2012). Teori himpunan fuzzy merupakan perluasan dari teori himpunan
tegas. Pada teori himpunan tegas, keberadaan suatu elemen pada suatu himpunan
A hanya akan memiliki dua kemungkinan keanggotaan yaitu menjadi anggota A
atau tidak menjadi anggota A. Sedangkan himpunan fuzzy didasarkan pada
gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi keanggotaan sedemikian hingga
fungsi tersebut akan mencakup bilangan real pada interval [0,1], dengan demikian

1
ini menunjukkan bahwa derajat keanggotaan suatu elemen dalam suatu himpunan
A tidak hanya ada 0 dan 1 namun juga nilai yang terletak di dalamnya.
Berdasarkan teori tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
perkembangan proyeksi geometri tegas yakni proyeksi geometri fuzzy dalam
sistem koordinat yang berbeda yaitu pada koordinat polar. Koordinat polar adalah
suatu sistem koordinat 2-dimensi di mana setiap titik pada bidang ditentukan
dengan jarak dari suatu titik yang telah ditetapkan dan suatu sudut dari suatu arah
yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut dalam penelitian ini peneliti
akan mengkaji tentang geometri fuzzy dan koordinat polar dengan judul
“Proyeksi Geometri Fuzzy dalam Sistem Koordinat Polar pada Bidang.’’

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas,
yaitu bagaimana prosedur proyeksi geometri fuzzy dalam sistem koordinat polar
pada bidang ?

1.3 Batasan Masalah


Peneliti membatasi penelitian ini pada ruang dimensi dua.

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
Menggambarkan dan menganalisis prosedur proyeksi geometri fuzzy dalam sistem
koordinat polar pada bidang.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk memperdalam pengetahuan mengenai proyeksi geometri
fuzzy.
2. Bagi Mahasiswa Matematika
Sebagai tambahan referensi dalam pengembangan ilmu matematika.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vektor
Vektor adalah sebuah besaran yang memiliki nilai dan arah. Vektor
digambarkan sebagai panah dengan menunjukkan arah vektor dan panjang
garisnya disebut besar vektor. Dalam penulisannya, jika vektor berawal dari garis
titik A dan berakhir di titik B bisa ditulis dengan sebuah huruf kecil yang di
atasnya ada tanda garis atau panah seperti 𝑣⃗.
B

A
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Gambar 2.1 Vektor 𝑨𝑩

2.1.1 Panjang (besaran) Vektor

Jika A (𝐴1 , 𝐴2, ) dan B (𝐵1, 𝐵2 ) merupakan titik awal dan titik akhir vektor
⃗⃗, komponen pembentuk vektor 𝑉
𝑉 ⃗⃗ direpresentasikan oleh ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 yaitu (𝑉1, 𝑉2 ) =
⃗⃗ adalah
(𝐵1 − 𝐴1 , 𝐵2 − 𝐴2 ), formula panjang (besaran) 𝑉

⃗⃗| = √(𝐵1 − 𝐴1 )2 + (𝐵2 − 𝐴2 )2


|𝑉

⃗⃗| = √𝑉1 2 + 𝑉2 2
|𝑉 (2.1)

2.1.2 Penjumlahan Vektor dan Perkalian Skalar

𝐴⃗ +⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ adalah vektor yang diawali oleh segmen garis berarah yang
𝐵 = 𝐴𝐵
pangkalnya berhimpit dengan pangkal 𝐴⃗ dan ujung 𝐵
⃗⃗ berhimpit dengan ujung 𝐵
⃗⃗.

3
Diberikan vektor 𝐴⃗ = (𝐴1 , 𝐴2, 𝐴3 ,) dan vektor 𝐵
⃗⃗ = (𝐵1 , 𝐵2, 𝐵3 ,), dan c
skalar, didefinisikan;

1. Penjumlahan vektor 𝐴⃗ dan 𝐵


⃗⃗ adalah 𝐴⃗ + 𝐵
⃗⃗ = [𝐴1 + 𝐵1 , 𝐴2 + 𝐵2 , 𝐴3 + 𝐵3 ]

2. Perkalian skalar c dan 𝐴⃗ = [c𝐴1 , c𝐴2 , c𝐴3 ]


⃗⃗ adalah −𝐵
3. Bentuk negatif 𝐵 ⃗⃗ = [−𝐵1 , −𝐵2 , −𝐵3 ]

4. Selisih vektor 𝐴⃗ dan 𝐵


⃗⃗ adalah 𝐴⃗ − 𝐵
⃗⃗ = 𝐴
⃗⃗⃗⃗ + (−𝐵
⃗⃗) = [𝐴1 − 𝐵1 , 𝐴2 − 𝐵2 , 𝐴3 −
𝐵3 ].

2.1.3 Proyeksi pada vektor

Proyeksi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara pandang objek


dalam ruang dimensi tiga dalam gambar di ruang dimensi dua. Pada proyeksi
vektor, objek yang diproyeksikan berupa vektor, baik itu panjangnya atau vektor
itu sendiri. Proyeksi sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satunya yaitu
proyeksi vektor ortogonal yang merupakan cara pandang mata pada sebuah objek
yang ditarik garis tegak lurus pada sebuah bidang datar. Terdapat dua proyeksi
ortogonal yaitu panjang proyeksi (proyeksi skalar) dan vektor hasil proyeksi
(proyeksi ortogonal).

Hasil proyeksi vektor

Hasil proyeksi skalar

a. Proyeksi skalar (panjang vektor proyeksi)


⃗⃗⃗⃗dan 𝑏⃗⃗ adalah vektor dan 𝑐⃗ adalah proyeksi vektor 𝑎⃗ pada vektor 𝑏⃗⃗,
Misalkan 𝑎
panjang vektor 𝑐⃗ dapat ditentukan dengan rumus berikut ini.

⃗⃗⃗⃗⃗
𝑎.𝑏 ⃗⃗
|𝑐⃗| = ⃗⃗
|𝑏|

4
𝑎⃗

𝛼 L
𝑐⃗ 𝑏⃗⃗

b. Proyeksi Ortogonal (vektor proyeksi)


Dari proyeksi skalar 𝑎⃗ pada 𝑏⃗⃗ terdapat 𝑂𝐶
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑐⃗ yang disebut proyeksi vektor

ortogonal 𝑎⃗ pada 𝑏⃗⃗, yaitu suatu vektor yang segaris dengan 𝑏⃗⃗.

⃗⃗⃗⃗⃗
𝑎.𝑏 ⃗⃗
𝑐⃗ = 2 𝑏⃗⃗
⃗⃗|
|𝑏
A
𝑎⃗

𝜃
O B
𝑐⃗ 𝑏⃗⃗

2.2 Sistem koordinat polar di 𝑹𝟐

Pada sistem koordinat polar, letak sebarang titik P pada bidang dinyatakan
dengan pasangan bilangan real (r, 𝜃), dengan r menyatakan jarak titik P ke titik
O (disebut kutub) sedangkan 𝜃 adalah sudut antara sinar yang memancar dari titik
O melewati titik P dengan sumbu X positif ( disebut sumbu kutub).

𝑃(𝑟, 𝜃)
r

𝜃
O
Gambar 2.2

Berbeda dengan sistem koordinat kartesius ( Rene Descrates : 1596- 1650 ) dalam
koordinat kutub letak suatu titik dapat dinyatakan dalam tak hingga banyak
koordinat. Sebagai contoh, letak titik P (3,𝜋/3) dapat digambarkan dengan cara

5
terlebih dahulu melukiskan sinar yang memancar dari titk asal O dengan sudut
sebesar 𝜋/3 radian terhadap sumbu mendatar arah positif. Kemudian titik P
terletak pada sinar tadi dan berjarak 3 satuan dari titik asal O (lihat gambar 1.2.4
(a) titik P dapat pula dinyatakan dalam koordinat (3, 𝜋/3 + 2k 𝜋), dengan k
bilangan bulat (lihat gambar 1.12.4 (b)). Mudah ditunjukkan pula bahwa
koordinat (-3,4 𝜋/3) juga menggambarkan titik P ( lihat gambar 1.2.4 (c))).

Pada koordinat yang terakhir, jarak bertanda negatif. Hal ini dikarenakan titik P
terletak pada bayangan sinar OP’.

𝑃(3, 𝜋/3) 𝑃(3, 𝜋/3 + 2𝑘𝜋)

3 3

𝜋/3 𝜋/3 + 2𝑘𝜋

(a) (b)

𝑃(−3,4𝜋/3)

4𝜋/3

O
3

(c)

Secara umum, jika (r, 𝜃) menyatakan koordinat titik suatu titik maka koordinat
titik tersebut dapat pula dinyatakan sebagai berikut:

(r, 𝜃 + 2k 𝜋) atau (- r, 𝜃 + (2k +1) 𝜋) dengan k bilangan bulat.

Kutub mempunyai koordinat (0, 𝜃) dengan 𝜃 sebarang bilangan .

6
2.3 Geometri Tegas

2.3.1 Titik dan Garis

Dalam dunia matematika, titik adalah sesuatu yang memiliki kedudukan


tetapi titik tidak memiliki ukuran. Titik dipresentasikan dengan noktah “.”. Dan
diberi nama dengan menggunakan huruf kapital misalkan A, B, C, dan yang
lainnya. Garis merupakan suatu himpunan titik-titik yang anggotanya terdiri dari
lebih dari satu titik. Dan titik-titik tersebut berderet ke dua arah yang berlawanan
hingga jauh tak terhingga. Garis biasanya diberi simbol dengan menggunakan
huruf kecil seperti g, h, i, j, dan seterusnya.

Persamaan umum garis dalam dimensi dua, yaitu ;

Ax + By + C = 0 (2.2)

Apabila suatu garis melalui titik P dan Q maka persamaan garis tersebut adalah

𝑥−𝑥𝑝 𝑦−𝑦
= 𝑦 −𝑦𝑝 (2.3)
𝑥𝑞−𝑥𝑝 𝑞 𝑝

Selanjutnya persaamaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

(𝑥−𝑥𝑝 )(𝑦𝑞 −𝑦𝑝)


𝑦 − 𝑦𝑝 = 𝑥𝑞−𝑥𝑝

𝑥𝑦𝑞 − 𝑥𝑦𝑝 − 𝑥𝑝 𝑦𝑞 + 𝑥𝑞 𝑦𝑝
𝑦 − 𝑦𝑝 =
𝑥 𝑞 − 𝑥𝑝

𝑥𝑦𝑞 −𝑥𝑦𝑝 −𝑥𝑝 𝑦𝑞+𝑥𝑞𝑦𝑝


𝑦= + 𝑦𝑝
𝑥𝑞 −𝑥𝑝

𝑥𝑦𝑞 − 𝑥𝑦𝑝 − 𝑥𝑝 𝑦𝑞 + 𝑥𝑝 𝑦𝑝 + 𝑥𝑞 𝑦𝑝 − 𝑥𝑝 𝑦𝑝
𝑦=
𝑥𝑞 − 𝑥𝑝

𝑥𝑦𝑞 − 𝑥𝑦𝑝 − 𝑥𝑝 𝑦𝑞 + 𝑥𝑞 𝑦𝑝
𝑦=
𝑥𝑞 − 𝑥𝑝

7
𝑥𝑦𝑞 − 𝑥𝑦𝑝 𝑥𝑞 𝑦𝑝 − 𝑥𝑝 𝑦𝑞
𝑦= +
𝑥𝑞 − 𝑥𝑝 𝑥 𝑞 − 𝑥𝑝

𝑦𝑞 − 𝑦𝑝 𝑥𝑞 𝑦𝑝 − 𝑥𝑝 𝑦𝑝
𝑦=( ) 𝑥+
𝑥𝑞 − 𝑥𝑝 𝑥𝑞 − 𝑥𝑝

Sehingga

𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑛 (2.4)

Di mana

𝑦𝑞 −𝑦𝑝 (2.5)
𝑚=
𝑥𝑞 −𝑥𝑝

𝑥𝑞 𝑦𝑝 −𝑥𝑝 𝑦𝑞 (2.6)
𝑛= 𝑥𝑞 −𝑥𝑝

m disebut gradien.

2.3.2 Jarak titik ke garis

Untuk menentukan jarak antara titik dan garis, ditentukan titik yang
terletak pada garis. Misalkan akan ditentukan jarak antara titik P dengan garis g.

Ditentukan sebarang titik Q pada g, maka berlaku :

𝜃 L
Q g

⃗⃗⃗⃗⃗⃗ x 𝑔⃗| = |𝑃𝑄


|𝑃𝑄 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | . |𝑔⃗| sin 𝜃

𝑑
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ x 𝑔⃗| = |𝑃𝑄
|𝑃𝑄 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ | . |𝑔⃗|
⃗⃗⃗⃗⃗⃗
|𝑃𝑄|

⃗⃗⃗⃗⃗⃗ x 𝑔⃗⃗|
|𝑃𝑄
Jadi, jarak titik P ke garis g adalah d = .
|𝑔⃗⃗|

8
Misalkan dalam koordinat kartesius, diberikan dua titik sebarang yaitu :

P (𝑥𝑝 , 𝑦𝑝 ) dan Q (𝑥𝑞 , 𝑦𝑞 ).

Jarak antara dua titik tersebut dapat ditulis

2 2
𝑑 = √(𝑥𝑞 − 𝑥𝑝 ) + (𝑦𝑞 − 𝑦𝑝 ) (2.7)

Contoh :

Misalkan kita ingin mencari jarak antara titik (4, -1) dan (7,3) maka

𝑑 = √(7 − 4)2 + (3 − (−1))2

= 5 satuan.

2.3.3 Sudut Antara dua Garis

Sudut antara dua garis dalam dimensi dua dapat dicari dengan asumsi berikut :

𝜃 g

M isalkan diberikan dua garis, yaitu garis g dan garis s seperti gambar di atas, di
mana 𝜃 merupakan sudut antara garis g dan s, berlaku :

|𝑔
⃗⃗⃗ .𝑠
⃗⃗|
1. 𝑔⃗. 𝑠⃗ = |𝑔⃗||𝑠⃗| cos 𝜃, cos 𝜃 =
|𝑔
⃗⃗⃗||𝑠
⃗⃗|

|𝑔
⃗⃗⃗ .𝑠
⃗⃗|
2. |𝑔⃗ × 𝑠⃗| = |𝑔⃗||𝑠⃗| sin 𝜃,.sin 𝜃 =
|𝑔
⃗⃗⃗||𝑠
⃗⃗|

sin 𝜃 |𝑔⃗⃗×𝑠⃗|
tan 𝜃 = =
cos 𝜃 |𝑔⃗⃗∙𝑠⃗|

9
Jika 𝑔⃗ = 𝑖⃗ + 𝑚𝑔 𝑗⃗ dan 𝑠⃗ = 𝑖⃗ + 𝑚𝑠 𝑗⃗ adalah vektor arah garis g dan s, maka

𝑔⃗. 𝑠⃗ = |𝑔⃗| |𝑠⃗| cos 𝜃 = 1 +𝑚𝑔 𝑚𝑠


|𝑔⃗ x 𝑠⃗| = |𝑔⃗| |𝑠⃗| sin 𝜃. = |𝑚𝑔 - 𝑚𝑠 |
𝑚𝑔 −𝑚𝑠
tan 𝜃 = | |
1+ 𝑚𝑔 𝑚𝑠

Garis g dan garis s saling tegak lurus atau sejajar jika

g ┴ s jika 𝑚𝑔 𝑚𝑠 = -1
g // s jika 𝑚𝑔 = 𝑚𝑠

2.4 Geomerti Fuzzy


Geometri fuzzy merupakan pembentukan bayangan suatu unsur geometri
yang diproyeksikan terhadap unsur proyektor, dengan sifat tegak lurus yang
diwakili oleh masing-masing unsurnya, yaitu ada dan tidak ada dan memiliki
ketebalan yang direpresentasikan dengan derajat keanggotaan. Unsur-unsur pada
geometri fuzzy meliputi himpunan fuzzy, titik fuzzy, dan garis fuzzy.

2.4.1 Himpunan Fuzzy

Himpunan fuzzy merupakan perkembangan dari himpunan tegas.


Himpunan tegas adalah himpunan yang nilai keanggotaan dari elemennya hanya
mempunyai dua kemungkinan derajat keanggotaannya yaitu;

1; 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ∈ 𝐴
µ𝐴 (𝑥 ) = {
0; 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ∉ 𝐴

Dengan µ𝐴 adalah fungsi karakteristik dari himpunan A. Sedangkan pada


himpunan fuzzy derajat keanggotaan untuk setiap elemennya terletak dalam
interval [ 0, 1]. Misalkan U adalah himpunan tak kosong, himpunan fuzzy A di
himpunan universal U didefinisikan dengan fungsi keanggotaan µ𝐴 : = U → [0, 1]
dan µ𝐴 (𝑥 ) menyatakan derajat keanggotaan dari elemen x pada himpunan fuzzy A
untuk setiap x ∈ U. Apabila suatu elemen x dalam suatu himpunan A memiiki
derajat keanggotaan fuzzy 0 atau dapat ditulis µ𝐴 (𝑥 ) =0 artinya x bukan anggota

10
himpunan A, dan jika memiliki derajat keanngotaan fuzzy 1 atau µ𝐴 (𝑥 ) =1 artinya
x merupakan anggota penuh dari himpunan A.

2.4.2 Titik Fuzzy

Titik fuzzy merupakan perkembangan dari titik tegas, yang mana pada
koordinat bidang (R2) memiliki koordinat x dan y, titik 𝑈 (𝑥𝑢 , 𝑦𝑢 ). Pada
geometri fuzzy, titik diberikan dengan derajat keanggotaannya, titik fuzzy
̃ (𝑥𝑢 , 𝑦𝑢 |𝜇𝑢̃ ).
𝑈

̃ (2,3| 0,5), diartikan sebagai titik fuzzy 𝑈


Contoh: 𝑈 ̃ dengan koordinat (2,3) dan
dengan derajat keanggotaan 0,5.

2.4.3 Garis Fuzzy

Garis fuzzy juga merupakan perkembangan garis tegas, pada geometri


tegas garis g mempunyai persamaan 𝑔 ≡ 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶 = 0. Sedangkan pada
geometri fuzzy, garis fuzzy diberikan dengan derajat keanggotaannya 𝑔̃ ≡ (𝐴𝑥 +
𝐵𝑦 + 𝐶 = 0 | 𝜇𝑔̃ ).

Contoh: 𝑔̃ ≡ (3x + 2y + 1 = 0 | 0,5), diartikan sebagai garis fuzzy 𝑔̃ dengan


koordinat ( 3x + 2y + 1 = 0) dan dengan derajat keanggotaan 0,5.

11
BAB III
METODE KAJIAN

3.1 Desain Kajian

Metode dalam tugas akhir ini adalah studi literatur dengan mempelajari
buku-buku dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan proyeksi geometri fuzzy.

3.2 Prosedur Kajian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Mempelajari literatur utama dan literatur pendukung yang dijadikan bahan


dalam penelitian.
2. Diberikan titik fuzzy dalam bidang sebagai unsur yang diproyeksikan dan
garis fuzzy dalam bidang sebagai unsur proyektor.
3. Mencari koordinat hasil proyeksi geometri tegas titik fuzzy ke garis fuzzy.
4. Mencari derajat keanggotaan relasi antara titik fuzzy dan garis fuzzy.
5. Mencari derajat keanggotaan ketebalan hasil proyeksi titik fuzzy ke garis
fuzzy, dengan diketahui derajat keanggotaan ketebalan titik fuzzy, derajat
keanggotaan ketebalan garis fuzzy, dan derajat keanggotaan relasi antara titik
fuzzy dan garis fuzzy.
6. Menyimpulkan hasil analisis.

3.3 Hasil yang diharapkan

Adapun hasil yang diharapkan adalah penulis dapat mendeskripsikan dan


menganalisis prosedur proyeksi geometri fuzzy dalam sistem koordinat polar pada
bidang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alisah, Evawati dan Idris, M. 2009. Buku Pintar Matematika. Mitra Pelajar,
Yogyakarta.
Kusumadewi, Sri dan Purnomo, Hari. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy Untuk
Pendukung Keputusan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Maker, Zero. 2018. Proyeksi Skalar dan Proyeksi Vektor.

(Online: http://smatika.blogspot.com. Diakses 11 Juni 2021).


Pahnael R, Jusrry. 2014. Bahan Ajar Geometri Analitik Bidang dan Ruang.
Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Purnami. 2017. Dasar-dasar Proyeksi. Teknik Mesin FT-UB.
Rich, Barnett. 2005. Geometri. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Spiegel, Murray R. 1999. Analisis vektor. Penerbit Erlangga, Yogyakarta.

Suyudi M, Mohammad. 2012. Proyeksi Geometri Fuzzy pada Bidang.


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai