MATEMATIKA
III
ANALISIS VEKTOR
Sistem Koordinat Persegi
01
Teknik Teknik Elektro MK11059 Fina Supegina, ST. MT
Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan definisi dari Setelah membaca modul ini,
sistem koordinat persegi, vektor, mahasiswa diharapkan mampu:
vektor satuan, perkalian titik dan Mengetahui sistem koordinat
perkalian silang. persegi
Memahami definisi vektor dan
vektor satuan
Memahami perkalian titik dan
perkalian vektor untuk sistem
koordinat persegi
Menyelesaikan permasalahan
perkalian vektor baik perkalian
titik dan perkalian silang.
ANALISIS VEKTOR
Analisis vektor adalah sebuah topik yang sebenarnya lebih cocok dijelaskan oleh para
matematikawan, ketimbang oleh para insinyur. Memang, sebagian besar mahasiswa jurusan
teknik baik yang senior maupun junior nampaknya tidak mempunyai cukup waktu
(mungkin bahkan minat) untuk mempelajari mata kuliah analisis vektor secara lebih
mendalam, meskipun kemungkinan besar mereka telah menjumpai konsep-konsep dasar
vektor di dalam rangkaian mata kuliah kalkulus. Konsep-konsep dan operasi-operasi dasar
tersebut akan kita bicarakan di tiga pertemuan perkuliahan.
Untuk dapat menjabarkan sebuah vektor secara akurat, kita harus memberikan vektor yang
bersangkutan suatu panjang, arah, sudut dan proyeksi-proyeksi (komponen- komponen)
yang spesifik. Biasanya digunakan sistem koordinat orthogonal dimana permukaan-
permukaan koordinat saling berpotongan tegak lurus. Banyak metode yang tersedia dalam
sistem koordinat orthogonal, di sini kita hanya akan menggunakan tiga metode sederhana
yakni sistem koordinat kartesian, silinder dan bola.
Pada sistem koordinat kartesian persegi, atau singkatnya sistem koordinat persegi, kita
menarik tiga buah garis sumbu yang saling tegak lurus, dan masing-masing dinamakan
sumbu x, y, dan z. Pendekatan yang paling umum adalah memilih sistem koordinat yang
berorientasi tangan kanan; yaitu di mana perputaran sumbu x (sejauh sudut yang tidak terlalu
besar) menuju sumbu y akan mengakibatkan sebuah sekrup berorientasi tangan kanan
bergerak ke arah yang ditunjukkan oleh sumbu z positif. Apabila kita menggunakan tangan
kanan kita sebagai patokannya, maka ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah masing-masing
mengindikasikan sumbu x, y, dan z secara berturut-turut. Gambar 1(a) memperlihatkan
sistem koordinat persegi berorientasi tangan kanan.
Lokasi sebuah titik dapat dijabarkan oleh nilai-nilai koordinat x, y, dan z. Masing-
masing nilai koordinat ini mengindikasikan jarak tegak lurus dari titik tersebut ke sumbu
yang terkait. Alternatif lain untuk menerapkan nilai-nilai koordinat ini – dan memang harus
digunakan untuk sistem-sistem koordinat selain persegi – adalah dengan memandang titik
tersebut sebagai lokasi perpotongan antara tiga buah permukaan, yaitu bidang tegak
(plane) x = konstanta, bidang y = konstanta, dan bidang z = konstanta, di mana konstanta-
Gambar 1(b) memperlihatkan titik P dan Q yang memiliki koordinat (1, 2, 3) dan (2,
-2, 1). Titik P adalah lokasi perpotongan antara bidang x = 1, bidang y = 2, dan bidang z = 3,
sedangkan titik Q adalah lokasi perpotongan bidang-bidang x = 2, y = -2, dan z = 1.
Gambar 1: (a) Sebuah sistem koordinat berorientasi tangan kanan. Jika jari tangan kanan yang
melengkung ke dalam mengindikasikan arah perputaran sumbu x menuju sumbu y, maka ibu
jari menunjukkan arah sumbu z. (b) Lokasi titik-titik P(1, 2, 3) dan Q(2, -2, 1). (c) Elemen
volume diferensial di dalam sistem koordinat persegi dx, dy dan dz secara umum adalah
besaran-besaran diferensial yang saling independen.
Sekarang bayangkan tiga buah bidang yang saling berpotongan pada suatu titik P, di
mana koordinat P adalah x, y, dan z. Kita dapat memperbesar tiap-tiap nilai koordinat
dx2 dy 2 dz 2 . Volume elementer ini ditampilkan dalam Gambar 1.1c; titik P’
tampak dalam gambar, namun titik P berada pada sudut bangun yang tidak tampak.
Perhatikan sebuah vektor r yang bermula di titik pusat koordinat dan mengarah keluar
menjauhinya. Vektor ini dapat dituliskan dengan r x y z di mana x, y, dan z adalah
vektor-vektor komponen untuk r yang masing-masing memiliki arah sejajar dengan salah
satu dari ketiga sumbu koordinat. Vektor-vektor komponen ini memiliki magnitudo yang
ditentukan oleh magnitudo vektor yang bersangkutan, namun arahnya diketahui dan tetap.
Hal ini memberikan ide untuk menggunakan vektor-vektor satuan yaitu vektor yang
memiliki magnitudo sebesar satu, dan arah yang selalu sama dengan sumbu koordinat yang
terkait. Kita menggunakan simbul a untuk melambangkan sebuah vektor satuan dan
arahya menggunakan notasi subskrip yang sesuai. Sehingga a x , a y , a z adalah vektor-vektor
satuan dalam sistem koordinat persegi yang memiliki arah sama dengan sumbu x, y dan z dan
panjang sebesar satu.
Apabila vektor komponen y memiliki magnitudo dua satuan panjang dan mengarah
ke sumbu y positif (searah pertambahan nilai koordinat y), maka dituliskan y 2a y . Sebuah
vektor yang berawal dari titik pusat koordinat menuju P(1, 2, 3) dituliskan sebagai
rP a x 2a y 3a z . Sebuah vektor dari titik P ke titik Q dapat ditentukan dengan
menerapkan aturan penjumlah vektor, di mana vektor dari titik pusat ke P yang kemudian
ditambahkan dengan vektor dari P ke Q akan sama dengan vektor dari titik pusat ke Q. Oleh
karenanya vektor dari P(1, 2, 3) ke Q(2, -2, 1) adalah
R PQ rQ rP 2 1a x 2 2a y 1 3a z
a x 4a y 2a z
Kita dapat menuliskan sebuah vektor dengan menggunakan skalar-skalar komponen-
2019 Matematika III Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Fina Supegina http://www.mercubuana.ac.id
komponen yang merupakan magnitudo dari vektor-vektor komponen. Misalnya komponen
dari vektor F adalah Fx, Fy, Fz. Sehingga kita dapat menuliskan F Fx a x Fy a y Fz a z .
Gambar 2: (a) Vektor-vektor komponen x, y dan z untuk vektor r. (b) Vektor-vektor satuan di
dalam sistem koordinat persegi memiliki magnitudo sebesar satu dan arah yang sama dengan
sumbu terkait. (c) Vektor RPQ sama dengan selisih vektor rQ – rP.
Sistem koordinat persegi memiliki vektor satuan sendiri - tiga vektor satuan searah
sumbu koordinat yang saling tegak lurus – yang dapat menguraikan vektor menjadi vektor-
vektor komponennya. Dalam berbagai kasus, kita perlu menuliskan sebuah vektor satuan
yang memiliki arah tertentu. Vektor satuan berarah sebenarnya hanya sembarang vektor yang
menunjuk ke suatu arah di bagi dengan panjangnya sendiri. Sehingga vektor satuan ke arah r
adalah r x 2 y 2 z 2 , dan vektor satuan yang memiliki arah yang sama dengan vektor F
adalah
2019 Matematika III Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Fina Supegina http://www.mercubuana.ac.id
F F
aF
Fx2 Fy2 Fz2 F
Contoh 1:
Tuliskan sebuah vektor satuan yang mengarah dari titik pusat ke titik G(2, -2, 1)
Jawab:
Pertama-tama ditentukan vektor yang berawal di titik pusat menuju titik G.
G 2a x 2a y a z
Medan vektor merupakan suatu fungsi dari sebuah vektor posisi, di mana magnitudo dan arah
fungsi akan berubah dari satu titik ke titik lainnya di dalam ruang, serta magnitudo dan arah
ini bergantung pada nilai-nilai koordinat di titik yang bersangkutan (nilai x, y dan z pada
koordinat persegi)
Bila r merepresentasikan vektor posisi maka medan vektor (misalnya kecepatan gerak
air disekitar permukaan samudera) dapat dinyatakan dengan
v v x a x v y a y v z a z atau
vr v x (r )a x v y (r )a y v z (r )a z atau
permukaan air pada arah x dan kecepatan sebesar 0,368 2 0,736 m/s pada kedalaman 100
m di bawah permukaan (z = 100), dan kecepatan ini akan terus menurun nilainya secara
tajam dengan bertambahnya kedalaman air. Dalam contoh ini, vektor kecepatan gerak air
memiliki arah yang konstan.
Untuk dua buah vektor A dan B, hasil kali titik atau hasil skalar kedua vektor didefinisikan
sebagai hasil perkalian antara magnitudo A, magnitudo B, dan nilai kosinus dari sudut lancip
yang diapit oleh keduanya.
A B A B cos AB
Hasil dari operasi perkalian titik, atau perkalian skalar adalah sebuah nilai skalar dan
perkalian ini mematuhi hukum komutatif A B B A, karena tanda positif atau negatif di
depan sudut apit tiak akan mempengaruhi nilai kosinusnya. Persamaan A B di baca sebagai
“A titik B” atau “A dot B”.
Bila vektor telah diuraikan menjadi komponen-komponen koordinat persegi seperti
A Ax a x Ay a y Az a z dan B Bx a x B y a y Bz a z , karena hasil kali titik mematuhi pula
yang merupakan sebuah persamaan tanpa sudut apit. Sebuah vektor yang dikali titik dengan
dirinya sendiri akan menghasilkn sebuah nilai skalar yang adalah kuadrat dari magnitudonya,
atau
2019 Matematika III Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Fina Supegina http://www.mercubuana.ac.id
A A A2 A
2
Salah satu penggunaan terpenting perkalian titik adalah untuk menentukan skalar
komponen sebuah vektor pada arah tertentu. Seperti pada gambar di bawah, komponen
(skalar) dari vektor B untuk arah yang sama dengan arah vektor satuan a, yaitu
B a B a cos Ba B cos Ba
Nilai komponen ini positif jika 0 Ba 90, dan negatif jika 90 Ba 180
Gambar 3: (a) Komponen skalar dari vektor B untuk arah vektor satuan a adalah B a . (b)
Komponen vektor dari vektor B untuk arah satuan a adalah B a a .
Bila ingin menentukan vektor komponen dari B untuk arah yang sama dengan arah a,
diperoleh dengan mengalikan komponen (skalar) yang diperoleh sebelumnya dengan a.
Misalnya komponen vektor B pada arah a x adalah B a x Bx dan vektor komponen B
Contoh 2:
Bila diketahui sebuah medan vektor G ya x 2,5a y 3a z dan sebuah titik Q(4, 5, 2).
Jawab:
Dengan memasukkan nilai-nilai koordinat Q ke dalam persamaan untuk vektor G, kita
dapatkan
G ya x 2,5 xa y 3a z 5a x 2,5 4a y 3a z 5a x 10a y 3a z
Berikutnya kita menentukan komponen skalar. Melalui operasi perkalian titik, kita
2019 Matematika III Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Fina Supegina http://www.mercubuana.ac.id
mendapatkan
G a n 5a x 10a y 3a z 13 2a x a y 2a z 1
3 10 10 6 2
Komponen vektor yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara mengalikan komponen skalar
dengan vektor satuan pada arah a n
G a n G cos Ga
2 25 100 9 cos Ga
2
Ga cos 1 99,9
134
Untuk dua buah vektor A dan B, hasil kali silang atau hasil kali vektor (cross product),
dengan notasi A B (dibaca “A silang B” atau “A cross B”) adalah sebuah vektor dengan
magnitude sama dengan hasil perkalian magnitude A, magnitude B dan nilai sinus dari sudut
lancip yang diapit oleh kedua vektor; arah vektor A B adalah tegak lurus terhadap bidang
yang memuat A dan B, dan searah dengan pergerakan maju sebuah sekrup berorientasi
tangan kanan (yaitu ke bawah atau masuk ke dalam) jika A diputar menuju B. Dalam bentuk
persamaan dituliskan
A B a N A B sin AB
dimana a N adalah vektor satuan yang tegak lurus terhadap A dan B, notasi subskrip N
mengindikasikan arah “Normal”
Persilangan antara sembarang vektor dengan dirinya sendiri menghasilkan nilai nol.
Aplikasi sederhana perkalian silang ini adalah untuk menghitung luas jajaran genjang,
hasil kali dua sisi yang bersebelahan harus dikalikan lagi dengan nilai sinus sudut yang diapit
oleh kedua sisi tersebut. Bila vektor kedua sisi tersebut adalah A dan B, nilai luasnya dapat
dinyatakan sebagai magnitudo dari vektor A B atau A B .
Bila vektor A dan B diuraikan ke dalam komponennya, perkalian silang dapat dituliskan
ax ay az
A B Ax Ay Az Ay Bz Az B y a x Ax Bz Az Bx a y Ax B y Ay Bx a z
Bx By Bz
ax a y az
A B 2 3 1 35 1 2 a x 2 5 1 4a y 2 2 3 4a z
4 2 5
13a x 14a y 16a z
1. Jika diketahui titik M(-1, 2, 1), N(3, -3, 0) dan P(-2, -3, -4), tentukanlah:
a. R MN
b. R MN R MP
c. rM
d. a MP
e. 2rP 3rN
b. 3a x 10a y 6a z
c. 2,45
d. 0,14a x 0,7a y 0,7a z
e. 15,56
2. Sebuah medan vektor S dinyatakan dalam sistem koordinat persegi sebagai
S 125 x 1 y 2 z 1
2 2 2
x 1a x y 2a y z 1a z . (a) Tentukan
nilai dan arah S di titik P(2, 4, 3). (b) Carilah sebuah vektor satuan yang memiliki
arah sama dengan S di titik P. (c) Tuliskan persamaan untuk sebuah permukaan f(x, y,
z) di mana S 1.
Jawab:
a. 0,59a x 11,9a y 23,8a z ;
c. x 1 y 2 z 1 125
2 2 2
3. Tiga sudut sebuah bidang segitiga masing-masing berada pada titik A(6, -1, 2), B(-2,
3, -4) dan C(-3, 1, 5). Tentukan: (a) R AB ; (b) R AC ; (c) sudut BAC yang terletak di
Daftar Pustaka
[1] Hyat, Jr William and Buck, John A, (2006). “Elektromagnetika”. 7th ed. Jakarta.
Erlangga.
[2] Heri Andrianto & Agus Prijono, (2006). “Menguasai Matriks dan Vektor”. Bandung.
Rekayasa Sains.
[3] Steward, James (2008). Calculus. 6th ed. Belmont, Thomson.
[4] Erwin Kreyszig, Herbert Kreyszig and Erward J Norminton. (2011). “Advanced
Engeineering Mathematic”. 10th ed. John Wiley & Sons inc.