Anda di halaman 1dari 38

Bab

3 VEKTOR
www.ilmuguru.org | Situs Pendidikan Terlengkap

Sumber: www.shutterstock.com
3.1 Pengertian Dasar Vektor dan Operasinya

3.1.1 Notasi Vektor dan Beberapa Jenis Vektor


A. Besaran skalar dan besaran vektor
Besaran skalar atau disebut skalar adalah suatu besaran yang hanya mempunyai besar saja,
seperti: panjang, waktu, massa, suhu/temperatur. Luas dan isi atau volume merupakan
besaran skalar. Setiap
besaran skalar biasanya dinyatakan oleh sebuah bilangan. Besaran vektor atau disebut vektor
adalah suatu besaran yang mempunyai besar dan arah, seperti: kecepatan, percepatan, gaya,
momentum, dan medan magnet. Secara geometris, vektor adalah suatu ruas garis berarah.
B. Menggambar dan menulis sebuah vektor
Kita dapat menggambarkan suatu vektor dengan memberi tanda panah pada titik ujungnya.
Sementara itu, untuk menuliskannya, kita dapat menggunakan salah satu notasi berikut:
ataupun (yaitu vektor yang titik awalnya A dan titik ujungnya B).
C. Besaran skalar dan besaran vektor

Besar atau panjang vektor ditulis sebagai | | atau ||, sedangkan besar vektor ditulis sebagai ||
atau |AB|.

D. Vektor nol
Sebuah vektor yang titik awal dan titik ujungnya sama (berimpit) disebut vektor nol, seperti: .
Vektor nol mempunyai panjang nol dan arah tak tentu.

E. Vektor satuan
Vektor satuan adalah sebuah vektor yang panjangnya satu dan dinotasikan sebagai e. Hal ini
berarti |e| = 1. Vektor satuan dari vektor dinyatakan oleh
F. Kesamaan dua vektor
Dua vektor dikatakan sama, apabila panjang dan arahnya sama, seperti terlihat
pada gambar berikut.

dan

Perlu diingat bahwa vektor tidak bergantung pada


letaknya, tetapi bergantung pada panjang dan arahnya.
Jika || = ||, tidak berarti kedua vektor itu sama, tetapi
harus dilihat arahnya. Jika titik ujung dan pangkalnya
berlawanan sehingga , berarti .
3.1.2 Operasi Vektor
Operasi vektor meliputi perkalian sebuah vektor dengan sebuah skalar, penjumlahan dua vektor,
selisih dua vektor, vektor posisi, teorema titik tengah, dan resultan dari beberapa vektor. Dalam
subbab ini akan dibahas operasi vektor dalam tafsiran geometri..
A. Perkalian sebuah vektor dengan skalar

Jika k suatu bilangan real dan suatu vektor, perkalian


menghasilkan suatu vektor yang panjangnya |k| kali panjang
vektor dan arahnya sama dengan arah jika k > 0, atau berlawanan
dengan jika k < 0. Jika k = 0, maka diperoleh vektor nol.
B. Penjumlahan dua vektor
Jumlah dua vektor atau lebih disebut vektor hasil atau resultan. Untuk menjumlahkan dua
buah vektor dan , dapat kita gunakan 2 metode sebagai berikut.

1. Metode segitiga
Vektor hasil (resultan), yaitu , diperoleh dengan menempatkan titik awal salah satu
vektor (misalnya ) pada titik ujung vektor yang lainnya. Resultan dari dengan metode
segitiga merupakan vektor yang bertitik awal di titik awal dan bertitik ujung di titik
ujung . Apabila AB = dan BC = , maka AC = .

Berdasarkan uraian tersebut diperoleh:


2. Metode jajargenjang

Resultan dan diperoleh dari diagonal jajargenjang yang dibentuk oleh dan setelah titik
awal dan ditempatkan berimpit.

3. Resultan dari beberapa vektor


Untuk menentukan resultan dari beberapa vektor, berarti
kita menentukan penjumlahan lebih dari dua vektor
sehingga dapat digunakan cara poligon. Cara ini
merupakan pengembangan metode segitiga.
C. Selisih dua vektor
Jika seperti pada gambar di samping, maka dapat
ditulis sebagai atau ditulis sebagai. Berdasarkan titik awal dan titik akhir,
dapat dituliskan sebagai:

D. Vektor posisi
Vektor posisi dari titik A terhadap pusat O ditulis atau . Gambar di samping
menunjukkan posisi dari titik A, B, dan C terhadap pusat O, ditulis dan
disebut vektor posisi dari titik A, B, dan C. Vektor posisi dari titik A, B, dan
C sering ditulis dengan huruf kecil , dan .
E. Teorema titik tengah
Jika titik A dan B mempunyai vektor posisi dan terhadap O,
maka vektor posisi dari titik M yang merupakan titik tengah
dari titik A dan B, ditulis vektor posisi , yaitu:
CONTOH:

Pembahasan:
Anda dapat menguji
pemahaman tentang Pengertian
Dasar Vektor dan Operasinya
dengan mengerjakan soal LKS 1
(halaman 114).
3.2 Tafsiran Geometri dari Kedudukan Dua Vektor atau Lebih

3.2.1 Perluasan Vektor Posisi


Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan tentang pengertian vektor posisi, yaitu
vektor dengan pangkal O dan berujung di sembarang titik bukan O. Misalkan sebuah
titik pangkal O dikaitkan dengan sembarang titik P, berarti disebut vektor posisi dari
titik P terhadap O.
Vektor sering ditulis sebagai . Sembarang vektor dapat dituliskan dalam vektor posisi
dan sebagai berikut.
CONTOH:

Pembahasan:
A. Vektor posisi dari titik formula pembagian

Perhatikan gambar di samping. Titik P membagi garis AB dalam


rasio m : n. Misalkan, , dan . dan dapat dinyatakan dalam vektor
posisi, yaitu:
B. Titik-titik segaris (kolinear) secara vektor

Perhatikan gambar di samping. A, B, dan C tiga buah titik yang berada pada sebuah garis
lurus. A, B, dan C disebut titik-titik segaris (kolinear). Hal ini berarti harus dipenuhi dengan
k sebuah bilangan real tidak nol.
CONTOH:

Vektor posisi P, Q, dan R terhadap titik O adalah , , dan . Tunjukkan bahwa ketiga titik itu
segaris.

Pembahasan:
3.2.2 Vektor-Vektor Tak Sejajar

Gambar berikut menunjukkan dua vektor tak sejajar dari dan .

Jika dan , dengan p dan q konstanta, berdasarkan aturan jajargenjang, diperoleh:

Hal ini berarti: vektor dibentuk dari komponen dan .


CONTOH:
Diberikan , , dan dengan h dan k konstanta serta dan dua vektor tidak saling sejajar. Jika
hitunglah nilai h dan k.

Pembahasan:
Anda dapat menguji
pemahaman tentang Tafsiran
Geometri dari Kedudukan Dua Vektor
atau Lebih dengan mengerjakan soal
LKS 2 (halaman 123) dan LKS 3
(halaman 131).
3.2 Aljabar Vektor
3.3.1 Vektor di Bidang (R2) dan di Ruang (R3)
A. Vektor di bidang (R2)
1. Vektor kolom
Perhatikan sebuah bidang dengan koordinat Cartesius. Vektor pada
gambar di samping menunjukkan perpindahan sebuah mobil dari
titik P menuju titik Q. Perpindahan dari titik P ke titik Q
menunjukkan 4 satuan ke kanan dan 3 satuan ke atas. Penulisan
vektor pada gambar di samping, dapat ditulis secara kolom sebagai
berikut.

disebut vektor kolom. 4 dan 3 merupakan komponen .


2. Panjang sebuah vektor kolom
Panjang sebuah vektor kolom dinotasikan oleh ||,
ditentukan oleh:

(Berdasarkan Teorema Pythagoras)

3. Vektor satuan dalam vektor kolom

Pada pembahasan sebelumnya, vektor satuan dari didefinisikan


oleh:

Dalam vektor kolom, jika , maka


4. Sifat-sifat operasi vektor kolom

5. Vektor-vektor di R2 dalam bentuk Cartesius


Perhatikan gambar di samping. Koordinat-koordinat dari titik-titik A(4, 3),
B(–2, 2), I(1, 0), dan J(0, 1) merupakan titik-titik ujung dari vektor-vektor
posisi OA, OB, OI, dan OJ terhadap titik O(0, 0).

Perhatikan dan mempunyai panjang 1 satuan, dan sejajar terhadap sumbu X dan sumbu Y. dan disebut
vektor satuan (vektor basis di R2) dalam arah positif dari sumbu X dan sumbu Y.
CONTOH:

Pembahasan:
C. Vektor di bidang (R3)
1. Pengertian dasar
CONTOH:

c. Vektor Posisi
3.3.3 Proyeksi Ortogonal Suatu Vektor pada Vektor Lain (Materi Tambahan)
Penentuan proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain selalu bergantung
pada perkalian skalar dua vektor.
A. Proyeksi skalar ortogonal pada dan

Proyeksi skalar ortogonal biasanya disingkat dengan proyeksi skalar saja dan
hasilnya berupa bilangan real (bilangan negatif, nol, atau bilangan positif). Proyeksi
skalar ortogonal pada atau terhadap berarti proyeksi vektor searah dengan sebagai
landasan proyeksinya. Hasil proyeksinya terletak pada vektor , misalkan .

Notasi untuk proyeksi skalar ortogonal vektor pada vektor ditulis: ditentukan oleh:
Berdasarkan diperoleh: .

Hal ini berarti: .


B. Panjang proyeksi vektor ortogonal pada dan
Panjang proyeksi vektor ortogonal pada ditulis sebagai adalah nilai mutlak dari proyeksi skalar
ortogonal pada ditulis sebagai:

Panjang proyeksi vektor ortogonal pada selalu berupa bilangan real positif.

C. Proyeksi vektor ortogonal pada dan

Proyeksi vektor ortogonal pada ditulis sebagai dan ditentukan oleh:


proyeksi skalar vektor satuan
atau,

Proyeksi vektor ortogonal pada hasilnya berupa vektor.


CONTOH:

Pembahasan:
Anda dapat menguji
pemahaman tentang Aljabar
Vektor dengan mengerjakan soal:
LKS 4 (hal 137) LKS 8 (hal 159)
LKS 5 (hal 141) LKS 9 (hal 163)
LKS 6 (hal 146) LKS 10 (hal 168)
LKS 7 (hal 152)

Anda mungkin juga menyukai