Anda di halaman 1dari 22

VEKTOR PADA RUANG BERDIMENSI 2 DAN 3 (Bagian 1)

Pertemuan: 9 dan 10
Dosen: Wahyu Hidayat, M.Si.
Materi:
1. Pengantar Vektor
2. Norma Suatu Vektor
3. Hasil Kali Titik

Kompetensi Khusus: Mahasiswa dapat melakukan operasi hitung menggunakan konsep Vektor pada
ruang berdimensi 2 dan ruang berdimensi 3.
Sumber: Elementary Linear Algebra: Application Version 9th Edition, By: Howard Anton dan Chris Rorres

1. Pengantar Vektor

Banyak ukuran dalam fisika seperti laju, luas daerah, panjang, massa, suhu, dan sebagainya yang
hanya dinyatakan oleh sebuah bilangan real yang disebut sebagai skalar. Di lain pihak, banyak pula
ukuran yang harus dinyatakan selain berupa bilangan real tetapi juga arahnya, seperti kecepatan
(velocity), gaya, daya, dan sebagainya. Ukuran yang demikian disebut sebagai vektor.
Contoh ukuran-ukuran untuk vektor yang disebutkan di atas adalah vektor-vektor pada ruang
berdimensi 2 atau 3 (masing-masing disebut ruang-2 dan ruang-3). Secara umum, dimensi dari
ruang vektor dapat berdimensi lebih dari 3. Penerapannya digunakan dalam banyak hal, seperti
data pada statistika, sistem input-output pada sirkuit listrik, grafik gambar pada komputer,
pembagian sektor-sektor pada ekonomi.
Pada bab ini, hanya akan dibahas mengenai vektor pada ruang-2 dan ruang-3, sedangkan vektor
secara umum akan dibahas pada bab yang berbeda. Pengenalan mengenai vektor yang khusus
untuk ruang-2 dan ruang-3 bertujuan agar lebih memudahkan dalam memahami vektor secara
umum nantinya. Apalagi untuk dimensi ini, masih dapat digambarkan atau dijelaskan secara
geometri.

1
VEKTOR SECARA GEOMETRI

Secara geometri pada ruang-2 maupun ruang-3, vektor dapat digambarkan sebagai sebuah
segmen garis berarah (anak panak dengan titik awal dan titik ujung). Titik awal dari vektor disebut
inisial sedangkan ujungnya disebut terminal. Arah dari anak panah menunjukkan arah dari
vektornya, sedangkan panjang anak panahnya menunjukkan seberapa besar vektor tersebut.
Untuk membedakan dengan bilangan real biasa atau skalar, notasi untuk vektor biasanya berupa
huruf kecil yang dipertebal atau diberi panah di atasnya seperti 𝒖, 𝒗, 𝒘 atau 𝑢
⃗ , 𝑣, 𝑤
⃗⃗ . Berikut
contoh vektor secara geometri.

𝒖 𝑤
⃗⃗
𝒗

Jika berkaitan dengan suatu titik-titik tertentu sebagai inisial atau terminalnya, vektor tidaklah
bergantung terhadap titik-titik tersebut. Jika dua buah vektor memiliki titik inisial dan terminal
yang berbeda namun besar dan arah yang sama, maka vektor tersebut adalah sama.
Sebagai contoh perhatikan dua vektor yang memiliki inisial dan terminal yang berbeda berikut.

𝐵
𝑢
⃗ 𝐷
𝑢

𝐴
𝐶

Perhatikan bahwa vektor ⃗⃗⃗⃗⃗


𝐴𝐵 dan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐶𝐷 memiliki besar dan arah yang sama, sehingga cukup diwakili
oleh satu vektor yang sama yakni
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐶𝐷
𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑢

2
VEKTOR DALAM BENTUK KOORDINAT

Perhatikan vektor pada ruang-2 berikut

4 𝐵
𝑢
⃗ 3 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝐴 4 𝑢𝑛𝑖𝑡

-1 0 1 5 𝑥

Vektor 𝑢
⃗ = 𝐴𝐵⃗⃗⃗⃗⃗ pada gambar memperlihatkan bahwa dari titik 𝐴 = (1,1) menuju titik 𝐵 = (5,4),
memiliki arah 4 unit ke kanan (𝑥 = 1 menuju 𝑥 = 5) dan 3 ke atas (𝑦 =1 menuju 𝑦 = 4) atau
dapat dituliskan 𝑢 ⃗ = (4,3).

Secara umum, jika 𝑢 ⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 )


⃗ merupakan vektor di ruang-2 maka dapat dituliskan sebagai 𝑢
dengan 𝑢1 , 𝑢2 ∈ ℝ.

Sekarang perhatikan untuk vektor di ruang-3

𝑧
4

𝑢
⃗ 𝐵
1
𝐴
1 3 𝑦
1
2
𝑥

Vektor 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ pada gambar memperlihatkan bahwa dari 𝐴 = (1,1,1) menuju 𝐵 = (2,3,4),
⃗ = 𝐴𝐵
memiliki arah 1 unit ke depan (𝑥 = 1 menuju 𝑥 = 2), lalu 2 ke kanan (𝑦 =1 menuju 𝑦 = 3), dan 3
⃗ = (1,2,3).
ke atas (𝑧 =1 menuju 𝑧 = 4) atau dapat dituliskan 𝑢

Secara umum, jika 𝑢 ⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 )


⃗ merupakan vektor di ruang-3 maka dapat dituliskan sebagai 𝑢
dengan 𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ∈ ℝ.

3
Penulisan arah vektor sebagai 𝑢 ⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) atau 𝑢
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dapat menimbulkan
kesalahpahaman karena sama dengan penulisan koordinat titik. Untuk itu, terkadang dituliskan
dalam bentuk lain seperti matriks kolom atau koordinat 𝑖̂, 𝑗̂, 𝑘̂ sebagai penanda arah
sumbu−𝑥, 𝑦, 𝑧, yakni untuk ruang-2 dituliskan

𝑢1
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) = (𝑢 ) = 𝑢1 𝑖̂ + 𝑢2 𝑗̂
𝑢
2

dan untuk ruang-3

𝑢1
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) = (𝑢2 ) = 𝑢1 𝑖̂ + 𝑢2 𝑗̂ + 𝑢3 𝑘̂
𝑢
𝑢3

Jika dilihat lebih rinci pada dua ilustrasi geometri di atas, baik pada ruang-2 maupun ruang-3,
apabila vektor 𝑢⃗ = 𝐴𝐵 ⃗ maka vektor tersebut diperoleh melalui pengurangan 𝐵 dengan 𝐴. Secara
umum akan berlaku

⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑢 𝐴𝐵 = 𝐵 − 𝐴

Untuk memudahkan, selanjutnya vektor pada ruang-2 akan sering dipakai sebagai ilustrasi.

Contoh 1
1) Misalkan sebuah vektor pada ruang-3 memiliki titik inisial (2,1, −3) dan titik terminal
(0, −3,1) maka arah vektor yang menyatakannya adalah

⃗ = (0, −3,1) − (2,1, −3) = (−2, −4,2)


𝑢
−2
= (−4)
2
= −2 𝑖̂ − 4 𝑗̂ + 2 𝑘̂
Dapat dikatakan bahwa vektor tersebut dari titik inisial memiliki arah 2 unit ke belakang,
lalu 4 unit ke kiri, dan 2 unit ke atas menuju titik terminal.
2) Suatu vektor memiliki arah 𝑣 = 4 𝑖̂ + 2𝑗̂, Jika titik terminalnya adalah (1,2) maka titik
inisialnya adalah
𝑣 = (1,2) − 𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖𝑎𝑙
𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖𝑎𝑙 = (1,2) − 𝑣
= (1,2) − (4,2)
= (−3,0)

4
OPERASI PADA VEKTOR

A. Penjumlahan

⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Misalkan 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ , maka
𝐴𝐵 dan 𝑣 = 𝐵𝐶
⃗ + 𝑣 = (𝐵 − 𝐴) + (𝐶 − 𝐵)
𝑢
= (𝐶 − 𝐴)
= ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶
Ini menunjukkan bahwa jika dua buah vektor memiliki arah yang “tersambung” (𝐴 → 𝐵 → 𝐶),
maka jumlahnya akan menjadi vektor yang memiliki arah “jalan pintas” dari inisial 𝐴 ke terminal
𝐶, yakni 𝐴 → 𝐶.
Sebagai ilustrasi perhatikan gambar berikut

𝑦
4 6 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝐶
1 𝑢𝑛𝑖𝑡
3
𝐴
𝑢
⃗ 𝑣
1
𝐵
-1 0 1 5 𝑥

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa hasil penjumlahan dua buah vektor menghasilkan vektor juga,
yang disebut resultan vektor. Dapat dilihat pula bahwa ketiga vektor 𝑢
⃗ , 𝑣 , dan 𝑢
⃗ + 𝑣 membentuk
suatu segitiga. Hal yang demikian disebut sebagai aturan segitiga untuk resultan vektor.

Aturan Segitiga
Jika terminal dari 𝑢
⃗ sama dengan inisial dari 𝑣, maka 𝑢 ⃗ + 𝑣 akan membentuk segitiga bersama-
sama dengan 𝑢 ⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗ dan 𝑣. Dengan kata lain, jika 𝑢 𝐴𝐵 dan 𝑣 = 𝐵𝐶⃗⃗⃗⃗⃗ maka 𝑢
⃗ + 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 atau
⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝐵𝐶
𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐴𝐶
⃗⃗⃗⃗⃗

Untuk kasus dua buah vektor yang memiliki arah yang saling “berpencar” (𝐵 ← 𝐴 → 𝐶), yakni jika
𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑣 = 𝐴𝐶
⃗ = 𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ , maka
⃗ + 𝑣 = (𝐵 − 𝐴) + (𝐶 − 𝐴)
𝑢
= (𝐵 + 𝐶 − 𝐴) − 𝐴
= ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴(𝐵 + 𝐶 − 𝐴)
⃗⃗⃗⃗⃗
= 𝐴𝐷
menghasilkan vektor dengan terminal baru yang dimisalkan 𝐷.

5
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Sebagai contoh, misalkan 𝑢 𝐴𝐵 dan 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 dengan koordinat 𝐴 = (−1,2), 𝐵 = (1,0), dan
𝐶 = (3,5), maka
⃗ + 𝑣 = (𝐵 − 𝐴) + (𝐶 − 𝐴)
𝑢
= (𝐵 + 𝐶 − 𝐴) − 𝐴
= (1 + 3 − (−1), 0 + 5 − 2) − 𝐴
= (5,3) − 𝐴
Jadi, terminal barunya adalah 𝐷 = (5,3).
Berikut ilustrasi untuk hasil penjumlahan dari dua vektor tersebut.

5 𝑦
𝐶
3
𝑣 6 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐷
2
𝐴
𝑢

-1 0 𝐵 1 3 5 𝑥

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa 𝑢 ⃗ + 𝑣 merupakan diagonal dari jajar genjang yang dibentuk
oleh 𝑢⃗ , 𝑣, beserta proyeksinya. Hal yang demikian disebut sebagai aturan jajar genjang untuk
resultan vektor.

Aturan Jajar Genjang


Jika 𝑢
⃗ memiliki inisial yang sama dengan inisial dari 𝑣, maka 𝑢 ⃗ + 𝑣 merupakan sisi diagonal jajar
genjang yang dibentuk oleh vektor 𝑢 ⃗ dan 𝑣 serta sisi-sisi yang sejajarnya. Dengan kata lain, jika
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑢 𝐴𝐵 dan 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 maka
𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ di mana 𝐷 = 𝐵 + 𝐶 − 𝐴.
⃗ + 𝑣 = 𝐴𝐷

⃗ = (2, −2) sedangkan 𝑣 = (4,3).


Jika diperhatikan dengan rinci pada dua ilustrasi di atas, vektor 𝑢
Hasil pada gambar menunjukkan bahwa 𝑢 ⃗ + 𝑣 = (6,1), padahal (2 + 4, −2 + 3) = (6,1). Secara
umum akan berlaku 𝑢 ⃗ + 𝑣 = (𝑢1 + 𝑣1 , 𝑢2 + 𝑣2 ), begitu pula pada ruang-3.

6
Aturan Penjumlahan Vektor
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ) maka
1) Pada ruang-2, jika 𝑢

⃗ + 𝑣 = (𝑢1 + 𝑣1 , 𝑢2 + 𝑣2 )
𝑢

⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ) maka


2) Dan pada ruang-3, jika 𝑢

⃗ + 𝑣 = (𝑢1 + 𝑣1 , 𝑢2 + 𝑣2 , 𝑢3 + 𝑣3 )
𝑢

Contoh 2
1) Misalkan sebuah kecepatan angin yang diwakili oleh vektor 𝑢⃗ = (4, −2) akan mendorong
sebuah benda dari koordinat 𝐴(−1,0) menuju suatu koordinat 𝐵. Misalkan di koordinat 𝐵,
terdapat kecepatan angin yang diwakili oleh vektor 𝑣 = (−1, 1) yang akan mendorong
kembali benda tersebut ke koordinat 𝐶. Akan dicari koordinat terakhir dari benda tersebut,
yaitu koordinat 𝐶.
Karena merupakan kasus tersambung (𝐴 → 𝐵 → 𝐶), maka berlaku aturan segitiga, yakni

⃗ + 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑢 𝐴𝐶 = 𝐶 − 𝐴 → (4, −2) + (−1,0) = 𝐶 − (−1,0)
→ (3, −2) + (−1, 0) = 𝐶
→ 𝐶 = (2, −2)

2) Dari koordinat 𝐴(1,0,1), sebuah benda akan didorong oleh dua buah gaya yang memiliki
besar dan arah berbeda, Gaya pertama akan memindahkan benda tersebut menuju
koordinat 𝐵(2,1,2) dan oleh gaya kedua benda menuju 𝐶(−1,0, −1). Akan ditentukan
koordinat akhir benda tersebut dan vektor resultannya.
Karena dari koordinat yang sama yaitu 𝐴, benda akan didorong oleh dua vektor dengan
arah berbeda, maka berlaku aturan jajar genjang, yakni
𝐷 =𝐵+𝐶−𝐴
= (2,1,2) + (−1,0, −1) − (1,0,1)
= (1,1,1)
dan vektor resultannya
⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐷
=𝐷−𝐴
= (1,1,1) − (1,0,1)
= (0,1,0)

7
B. Perkalian Skalar
Seperti halnya pada aturan penjumlahan, pada perkalian skalar akan memiliki sifat serupa.

Aturan Perkalian Skalar


⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ) maka 𝑘𝑢
Jika 𝑢 ⃗ = (𝑘𝑢1 , 𝑘𝑢2 ) dan 𝑘𝑣 = (𝑘𝑣1 , 𝑘𝑣2 , 𝑘𝑣3 )

1 1
⃗ = (4,2) maka 2 𝑢
Misalkan 𝑢 ⃗ = (2,1), sedangkan − 2 𝑢
⃗ = (−2, −1). Perhatikan gambar berikut

𝑦
4
3
2 𝑢

1
1 𝑢

1 2
− 𝑢⃗
2
-1 0 1 3 5 𝑥

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa apabila sebuah vektor dikalikan dengan suatu skalar positif
misalkan 1/2 maka akan tetap memiliki arah yang sama namun panjang atau besarannya berbeda
yaitu setengahnya, sedangkan apabila dikalikan skalar negatif misalkan −1/2 maka akan memiliki
arah yang berlawanan dan besarnya menjadi setengahnya.

⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Dengan demikian, secara umum jika 𝑢 𝐴𝐵 maka

⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
−𝑢 𝐵𝐴

Misalkan 𝑢 ⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ), maka 𝑢 ⃗ −𝑣 =𝑢 ⃗ + (−𝑣) = (𝑢1 − 𝑣1 , 𝑢2 − 𝑣2 ).


Perhatikan ilustrasi dari operasi pengurangan dua buah vektor berikut.

𝑢
⃗ 𝑢
⃗ 𝑢
⃗ −𝑣
⃗ + (−𝑣 )
𝑢

−𝑣 𝑣
𝑣

Gambar sebelah kiri adalah hasil koordinat akhir dari pengurangan dua buah vektor, sedangkan
gambar sebelah kanan merupakan kesetaraan hasil pengurangan dua buah vektor yang bertujuan
agar memperoleh hasil pengurangan vektor yang lebih sederhana (namun bukan mengenai
koordinat hasilnya)

8
Aturan Pengurangan Vektor
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ) maka 𝑢
Jika 𝑢 ⃗ − 𝑣 = (𝑢1 − 𝑣1 , 𝑢2 − 𝑣2 ). Operasi tersebut berlaku
pula pada ruang-3.

Aturan Segitiga untuk Pengurangan Vektor


Jika inisial dari 𝑢
⃗ sama dengan inisial 𝑣, maka vektor 𝑢 ⃗ , 𝑣, dan 𝑢
⃗ − 𝑣 membentuk segitiga di mana
𝑢
⃗ − 𝑣 memiliki arah dari terminal 𝑣 ke inisial 𝑢 ⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗ . Dengan kata lain, jika 𝑢 𝐴𝐵 dan 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 maka
𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗ − 𝑣 = 𝐶𝐵 atau
⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 − ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 = 𝐶𝐵

Contoh 3
Dalam keadaan tidak berangin, sebuah gaya 𝑢 ⃗ dapat mendorong benda dari koordinat titik
𝐴(4, −2) menuju koordinat 𝐵(8,3). Di sisi lain, tanpa adanya gaya yang diberikan,
kecepatan angin 𝑣 dapat mendorong benda tersebut dari koordinat 𝐴 menuju 𝐶 = (3,1).
Pada suatu waktu, kecepatan angin dengan besar yang sama sedang berlawanan dengan
arah sebelumnya yakni −𝑣, kemudian benda tersebut diberi gaya 𝑢 ⃗ , akan dicari besar
resultannya, serta koordinat akhir dari benda tersebut.

Diketahui bahwa 𝑢⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗


𝐴𝐵 sedangkan 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 . Karena kecepatan angin tetap namun
berlawanan arah maka resultannya adalah
𝑢⃗ + (−𝑣) = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 − ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 = 𝐶𝐵
=𝐵−𝐶
= (8,3) − (3,1)
= (5,4)
Sedangkan koordinat akhirnya adalah
⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐷 = (5,4)
𝐷 − 𝐴 = (5,4)
𝐷 = (5,4) − (4, −2)
= (1,6)

9
VEKTOR POSISI

Perhatikan vektor-vektor pada ruang-2 berikut

4 𝐵

2 𝐴
𝑢
⃗ 𝑣

-1 0 1 5 𝑥

Dapat dilihat pada gambar bahwa, vektor 𝑢 ⃗ merupakan vektor dengan inisial titik asal (origin)
𝑂(0,0) dan terminalnya adalah titik 𝐴(1,2), maka 𝑢 ⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑂𝐴 = 𝐴 − 𝑂 = 𝐴 = (1,2). Begitu pula
vektor 𝑣 merupakan vektor dengan inisial titik asal 𝑂(0,0) dan terminalnya adalah titik 𝐵(5,4),
maka 𝑣 = 𝑂𝐵⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐵 − 𝑂 = 𝐵 = (5, 4). Baik vektor 𝑢
⃗ maupun 𝑣 memiliki nilai vektor yang sama
dengan titik terminalnya. Vektor yang demikian disebut sebagai vektor posisi.

Definisi Vektor Posisi


Secara umum, jika 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ maka 𝑢
⃗ = 𝑂𝐴 ⃗ disebut sebagai vektor posisi. Lebih lanjut, vektor posisi bernilai
sama dengan koordinat terminalnya, yakni 𝑢 ⃗ = 𝐴.

Contoh 3

1) Misalkan 𝐴 = (1,2) dan 𝐵 = (3,4), kemudian 𝑢 ⃗ merupakan vektor posisi ⃗⃗⃗⃗⃗


𝑂𝐴 dan 𝑣
⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Perhatikan bahwa
merupakan vektor posisi (𝑂𝐵)

𝑢
⃗ +𝑣 =𝐴+𝐵
= (1,2) + (3,4)
= (4,6)
Di sisi lain, karena 𝑢
⃗ dan 𝑣 memiliki inisial yang sama, yaitu 𝑂, maka berlaku aturan jajar
genjang, akibatnya 𝑢 ⃗ +𝑣 =𝑣+𝑢 ⃗ juga merupakan vektor posisi 𝑂𝐷 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ di mana 𝐷 = (4,6).

Penjumlahan Vektor Posisi


Jika 𝑢 ⃗ dan 𝑣 vektor posisi, maka 𝑢
⃗ + 𝑣 juga merupakan vektor posisi, yakni jika 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑣 =
⃗ = 𝑂𝐴
⃗⃗⃗⃗⃗ , maka 𝑢
𝑂𝐵 ⃗ + 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑂𝐷, untuk suatu koordinat 𝐷.

10
SIFAT ARITMETIKA VEKTOR

Berikut sifat-sifat penting dari vektor baik di ruang-2 maupun ruang-3.

Sifat-sifat Aritmetika Vektor


Misalkan 𝑢 ⃗ , 𝑣, dan 𝑤
⃗⃗ merupakan vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3, kemudian 𝑘 dan 𝑙 skalar,
maka berlaku sifat:
1) Komutatif : 𝑢
⃗ +𝑣 =𝑣+𝑢

2) Asosiatif : (𝑢
⃗ + 𝑣) + 𝑤
⃗⃗ = 𝑣 + (𝑢 ⃗⃗ )
⃗ +𝑤

3) Elemen 0 : 𝑣 + ⃗0 = 𝑣

4) Elemen negatif : 𝑢 ⃗ ) = ⃗0
⃗ + (−𝑢

5) Asosiatif perkalian skalar ⃗ ) = (𝑘𝑙)𝑢


: 𝑘(𝑙𝑢 ⃗

6) Distributif skalar terhadap jumlah vektor ⃗ + 𝑣) = 𝑘𝑢


: 𝑘(𝑢 ⃗ + 𝑘𝑣

7) Distributif vektor terhadap jumlah skalar : (𝑘 + 𝑙)𝑢


⃗ = 𝑘𝑢
⃗ + 𝑙𝑢

8) Elemen 1 : 1𝑢
⃗ =𝑢

Himpunan semua vektor pada ruang-2 atau ruang-3, dengan operasi penjumlahan dan perkalian
skalar yang telah didefinisikan sebelumnya, kemudian memenuhi seluruh sifat-sifat aritmetika
vektor di atas, membentuk sebuah ruang yang disebut sebagai ruang vektor.

Contoh lain dari ruang vektor adalah koordinat-koordinat titik pada ruang-2 atau ruang-3. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa koordinat titik memiliki nilai yang sama dengan vektor
posisi, untuk itu koordinat dapat dipandang sebagai sebuah vektor. Bersama-sama dengan seluruh
koordinat titik pada ruang-2 atau ruang-3, dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar
seperti pada vektor maka akan memenuhi seluruh 8 sifat aritmertika vektor. Dengan demikian,
himpunan seluruh koordinat tersebut merupakan ruang vektor.

11
2. NORMA SUATU VEKTOR

NORMA VEKTOR

Perhatikan kembali vektor pada ruang-2 berikut

4 𝐵
𝑢
⃗ 3 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝐴 4 𝑢𝑛𝑖𝑡

-1 0 1 5 𝑥

⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Dengan menggunakan teorema Pythagoras, maka panjang vektor 𝑢 𝐴𝐵 adalah

√42 + 32 = √16 + 9 = √25 = 5

⃗ adalah (4,3). Ini menunjukkan bahwa panjang vektor tersebut


Di sisi lain, nilai dari vektor 𝑢
merupakan jumlah dari kuadrat masing-masing komponennya.

Norma Vektor di Ruang-2


⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ), maka norma dari 𝑢
Jika 𝑢 ⃗ , dinotasikan ‖𝑢
⃗ ‖, adalah panjang dari vektor tersebut, yakni

⃗ ‖ = √𝑢12 + 𝑢22
‖𝑢

Perhatikan pula mengenai titik 𝐴(1,1) dan 𝐵(5,4) pada gambar di atas. Jarak dari dua titik tersebut
juga merupakan panjang dari vektor 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ , yakni √42 + 32 . Di sisi lain,
⃗ = 𝐴𝐵
⃗ = 𝐵 − 𝐴 = (5 − 1, 4 − 1) = (4,3)
𝑢

Sehingga jarak tersebut dapat ditulis pula menjadi √(5 − 1)2 + (3 − 1)2. Ini menunjukkan bahwa
jarak antara dua koordinat 𝐴 dan 𝐵 merupakan jumlah kuadrat dari selisih setiap komponennya.

Jarak Dua Koordinat di Ruang-2


Jika 𝐴 = (𝑎1 , 𝑎2 ) dan 𝐵 = (𝑏1 , 𝑏2 ) maka jarak dari antara titik 𝐴 dan 𝐵, adalah

𝑑(𝐴, 𝐵) = √(𝑏1 − 𝑎1 )2 + (𝑏2 − 𝑎2 )2

12
Sekarang perhatikan untuk vektor di ruang-3

𝑧
4

𝑢
⃗ 𝐵
1
𝐴
1 𝑃 3 𝑦
1
2
𝑥

̅̅̅̅| = √12 + 22 , dengan |𝑃𝐵


Dengan menggunakan teorema Pythagoras, |𝐴𝑃 ̅̅̅̅| = 3, maka panjang
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
vektor 𝑢 𝐴𝐵 adalah

̅̅̅̅|2 + |𝑃𝐵
√|𝐴𝑃 ̅̅̅̅ |2 = √(12 + 22 ) + 32 = √12 + 22 + 32

⃗ adalah (1,2,3), lihat kembali pada Subbab Vektor dalam Bentuk


Di sisi lain, nilai dari vektor 𝑢
Koordinat. Ini menunjukkan bahwa panjang vektor tersebut merupakan jumlah dari kuadrat
masing-masing komponennya.

Norma Vektor di Ruang-3


⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ), maka norma dari 𝑢
Jika 𝑢 ⃗ , merupakan panjang dari vektor tersebut, yakni

⃗ ‖ = √𝑢12 + 𝑢22 + 𝑢32


‖𝑢

Seperti halnya pada ruang-2, jarak antara dua koordinat 𝐴 dan 𝐵 pada ruang-3 juga merupakan
jumlah kuadrat dari selisih setiap komponennya.

Jarak Dua Koordinat di Ruang-3


Jika 𝐴 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝐵 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) maka jarak dari antara titik 𝐴 dan 𝐵, adalah

𝑑(𝐴, 𝐵) = √(𝑏1 − 𝑎1 )2 + (𝑏2 − 𝑎2 )2 + (𝑏3 − 𝑎3 )2

13
Contoh 4
⃗ = (−1, −1, −1) maka norma vektor 𝑢
1) Misalkan 𝑢 ⃗ adalah

⃗ ‖ = √(−1)2 + (−1)2 + (−1)2


‖𝑢
= √1 + 1 + 1
= √3

2) Misalkan diketahui titik 𝐴(1, −1), 𝐵(−2,5), dan 𝐶(2,3). Jika 𝑢 ⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 dan 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 maka
𝑢 ⃗ + 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗ + 𝑣 akan berlaku aturan jajaran genjang sehingga 𝑢 𝐴𝐷. Akan dicari jarak dari titik
𝐵 ke titik 𝐷.
Karena berlaku aturan jajaran genjang, maka
𝐷 =𝐵+𝐶−𝐴
= (−2,5) + (2,2) − (1, −1)
= (−1,9)
Dengan demikian, jarak dari 𝐵 ke 𝐷 adalah

2
𝑑(𝐵, 𝐷) = √(−2 − (−1)) + (5 − 9)2
= √1 + 16
= √17

14
VEKTOR SATUAN
Perhatikan kembali vektor pada ruang-2 berikut

𝑦
4 𝐵
𝑢
⃗ 3 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 4 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐴
-1 0 1 5 𝑥

Telah dihitung pada subbab sebelumnya bahwa 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ = (4,3) memiliki panjang atau norm
⃗ = 𝐴𝐵
‖𝑢
⃗ ‖ = 5. Sekarang perhatikan apabila 𝑢
⃗ dibagi dengan normnya, yakni
𝑢
⃗ 1
= (4,3) = (4/5 , 3/5)
‖𝑢
⃗‖ 5

vektor tersebut akan memiliki norm sebesar


𝑢

‖ ‖ = √(4/5 ) 2 + (3/5)2 = √16/25 + 9/25 = √25/25 = 1
‖𝑢
⃗‖

Vektor yang demikian disebut sebagai vektor satuan dan berdasarkan perkalian skalar, vektor
tersebut memiliki arah yang sama dengan vektor 𝑢
⃗.

Vektor Satuan
⃗ sebuah vektor yang memiliki ‖𝑢
Jika 𝑢 ⃗ ‖ = 1, maka disebut sebagai vektor satuan. Lebih lanjut,
vektor satuan dari sebarang vektor 𝑢
⃗ adalah
𝑢

⃗̂ =
𝑢
‖𝑢
⃗‖

Contoh 5
1 2 2
⃗ = (1,1,1) dan 𝑣 = (3 , 3 , 3). Perhatikan bahwa
Misalkan 𝑢

⃗ ‖ = √12 + 12 + 12 = √1 + 1 + 1 = √3
‖𝑢

1 2 2 2 2 2 1 4 4 9

‖𝑣 ‖ = ( ) + ( ) + ( ) = √ + + = √ = 1
3 3 3 9 9 9 9

maka 𝑣 merupakan vektor satuan, sedangkan 𝑢


⃗ bukan. Namun begitu, dapat dicari vektor
satuan dari 𝑢
⃗ , yakni
𝑢
⃗ (1,1,1) 1 1 1
⃗̂ =
𝑢 = =( , , )
‖𝑢
⃗‖ √3 √3 √3 √3

15
NORMA OPERASI VEKTOR
A. Norma Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Perhatikan kembali penjumlahan dua buah vektor pada ruang-2 berikut

5 𝑦
𝐶
3
𝑣 6 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐷
2
𝐴
𝑢

-1 0 𝐵 1 3 5 𝑥

⃗ = (2,2) dan 𝑣 = (4,3) sedangkan 𝑢


Perhatikan bahwa 𝑢 ⃗ + 𝑣 = (6,1), maka

‖𝑢⃗ ‖ = √22 + 22 = √4 + 4 = √8 ≈ 2,8


‖𝑣 ‖ = √42 + 32 = √16 + 9 = √25 = 5
⃗ + 𝑣 ‖ = √62 + 12 = √36 + 1 = √37 ≈ 6,1
‖𝑢

Dapat dilihat bahwa ‖𝑢⃗‖ + ‖𝑣‖ = 7,8 ≠ ‖𝑢⃗ + 𝑣‖.


Menggunakan aturan cosinus, maka
̅̅̅̅
𝐴𝐷 2 = ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ 2 − 2. ̅̅̅̅
𝐴𝐵2 + 𝐵𝐷 ̅̅̅̅ cos ∠𝐵
𝐴𝐵. 𝐵𝐷

⃗ + 𝑣 ‖2 = ‖𝑢
‖𝑢 ⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 − 2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos(1800 − ∠(𝑢
⃗ , 𝑣 ))

Dari hasil ini diperoleh sifat norma penjumlahan berikut.

Norma Penjumlahan Vektor


Jika sudut antara 𝑢
⃗ dan 𝑣 dari titik inisial yang sama adalah 𝛼, maka norma penjumlahan dari 𝑢

dan 𝑣 berlaku
⃗ + 𝑣 ‖2 = ‖𝑢
‖𝑢 ⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 + 2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼

Dengan cara yang serupa, akan diperoleh norma untuk pengurangan vektor berikut.

Norma Pengurangan Vektor


Jika sudut antara 𝑢
⃗ dan 𝑣 dari titik inisial yang sama adalah 𝛼, maka norma pengurangan dari 𝑢

dan 𝑣 berlaku
⃗ − 𝑣 ‖2 = ‖𝑢
‖𝑢 ⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 − 2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼

Namun demikian, cara mencari sudut 𝛼 baru akan dijelaskan pada subbas selanjutnya.

16
B. Norma Perkalian Skalar
Perhatikan kembali perkalian skalar dari sebuah vektor pada ruang-2 berikut

𝑦
4
3
2 𝑢

1
1 𝑢

1 2
− 𝑢⃗
2
-1 0 1 3 5 𝑥

1 1
⃗ = (4,2),
Perhatikan bahwa 𝑢 ⃗ = (2,1), dan − 2 𝑢
𝑢 ⃗ = (−2, −1) maka
2

‖𝑢⃗ ‖ = √42 + 22 = √16 + 4 = √20


1 1 1
‖ 𝑢⃗ ‖ = √22 + 12 = √4 + 1 = √5 = √20/4 = √20 = ‖𝑢 ⃗‖
2 2 2
1 1 1
‖− 𝑢⃗ ‖ = √(−2)2 + (−1)2 = √4 + 1 = √5 = √20/4 = √20 = ‖𝑢 ⃗‖
2 2 2
1 1 1
Dengan demikikan berlaku ‖2 𝑢⃗‖ = ‖− 2 𝑢⃗‖ = 2 ‖𝑢⃗‖. Secara umum berlaku norma dari perkalian
skalar sebagai berikut.

Norma Perkalian Skalar


Misalkan 𝑢⃗ vektor pada ruang-2 atau ruang-3 dan 𝑘 sebarang skalar maka norma perkalian skalar
dari 𝑢
⃗ berlaku
‖𝑘 𝑢
⃗ ‖ = |𝑘| . ‖𝑢
⃗‖

Contoh 6

1) Misalkan ‖𝑢
⃗ ‖ = ‖𝑣‖ = √2 di mana arah dari 𝑢
⃗ “tersambung” dengan 𝑣 di mana sudut
3
yang telah dihitung adalah sebesar 600 . Akan dihitung nilai dari ‖𝑢
⃗ + 𝑣 ‖ dan ‖− 𝑢
⃗‖
4
𝑣
Karena sudut antara 𝑢
⃗ dan 𝑣 haruslah berasal dari inisial yang
600
1200 sama, maka sudutnya adalah 1200 , dengan demikian
𝑢

2 2
⃗ + 𝑣 ‖2 = √2 + √2 + 2. √2. √2 cos 120𝑜
‖𝑢
𝑢

= 2 + 2 + 4. (−1/2)
=2
⃗ + 𝑣 ‖ = √2
‖𝑢
3 3 3
⃗ ‖ = |− 4| . ‖𝑢
Sedangkan ‖− 4 𝑢 ⃗ ‖ = 4 √2

17
3. HASIL KALI TITIK (DOT PRODUCT)

HASIL KALI TITIK

⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) yakni
Perhatikan kuadrat norma dari vektor 𝑢

⃗ ‖2 = 𝑢12 + 𝑢22 = 𝑢1 𝑢1 + 𝑢2 𝑢2
‖𝑢
Misalkan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ), definisikan 𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 maka

𝑢
⃗ ∙𝑢 ⃗ ‖2
⃗ = 𝑢1 𝑢1 + 𝑢2 𝑢2 = ‖𝑢
Definisi perkalian di atas disebut sebagai hasil kali titik, sebagaimana definsi berikut

Definisi Hasil Kali Titik


1) Pada ruang-2, jika 𝑢 ⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ), maka hasil kali titik dari 𝑢
⃗ dan 𝑣 adalah
𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ), maka
2) Pada ruang-3, jika 𝑢

𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑣3

⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ), 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ), dan 𝑤


Perhatikan bahwa jika 𝑢 ⃗⃗ = (𝑣1 , 𝑣2 ), maka

(𝑢 ⃗⃗ = (𝑢1 − 𝑣1 , 𝑢2 − 𝑣2 ) ∙ (𝑤1 , 𝑤2 )
⃗ − 𝑣) ∙ 𝑤

= (𝑢1 − 𝑣1 )𝑤1 + (𝑢2 − 𝑣2 )𝑤2


= 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 − (𝑣1 𝑤1 + 𝑣2 𝑤2 )
=𝑢
⃗ ∙𝑤
⃗⃗ − 𝑣 ∙ 𝑤
⃗⃗

Sekarang perhatikan bahwa untuk sebarang skalar 𝑘,

⃗ ∙ 𝑣) = 𝑘(𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 )
𝑘(𝑢
= 𝑘𝑢1 𝑣1 + 𝑘𝑢2 𝑣2
= (𝑘𝑢
⃗)∙𝑣

18
Dari ketiga uraian di atas, maka diperoleh sifat-sifat utama dari hasil kali titik berikut.

Sifat Utama Hasil Kali Titik


1) 𝑢⃗ ∙𝑢 ⃗ ‖2 dan 𝑢
⃗ = ‖𝑢 ⃗ ∙𝑢⃗ = 0 jika dan hanya jika 𝑢
⃗ =0
2) 𝑢
⃗ ∙𝑣 =𝑣∙𝑢

3) (𝑢
⃗ + 𝑣) ∙ 𝑤
⃗⃗ = 𝑢
⃗ ∙𝑤
⃗⃗ + 𝑣 ∙ 𝑤
⃗⃗
⃗ ∙ 𝑣) = (𝑘𝑢
4) 𝑘(𝑢 ⃗)∙𝑣 =𝑢
⃗ ∙ (𝑘𝑣 )

Contoh 7
1 2 2
⃗ = (1,1,1) dan 𝑣 = (3 , 3 , 3) maka
1) Misalkan 𝑢

1 2 2
𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = (1. + 1. + 1. )
3 3 3
1 2 2
= + +
3 3 3
5
=
3

⃗ = (1,2,3) dan 𝑣 = (−1,3, −2) maka


2) Misalkan 𝑢

⃗ ∙ 𝑣) = 5𝑢
5(𝑢 ⃗ ∙𝑣

= (5. (−1) + 10. 3 + 15. (−2))

= −5 + 30 − 30
= −5

19
SUDUT ANTARA DUA VEKTOR

Misalkan 𝑢
⃗ dan 𝑣 memiliki inisial yang sama sehingga sudutnya adalah 𝛼. Pandang kembali rumus
norma pengurangan vektor berikut
⃗ − 𝑣 ‖2 = ‖𝑢
‖𝑢 ⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 − 2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼

⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 − ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = ‖𝑢
2. ‖𝑢 ⃗ − 𝑣 ‖2

⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = (𝑢
2. ‖𝑢 ⃗ ) + (𝑣 ∙ 𝑣 ) − ((𝑢
⃗ ∙𝑢 ⃗ − 𝑣 ) ∙ (𝑢
⃗ − 𝑣 ))

⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = (𝑢
2. ‖𝑢 ⃗ ) + (𝑣 ∙ 𝑣 ) − (𝑢
⃗ ∙𝑢 ⃗ ∙𝑢 ⃗ ∙ 𝑣)
⃗ +𝑣∙𝑣−2𝑢
2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = 2 𝑢
⃗ ∙𝑣
⃗ ∙ 𝑣 = ‖𝑢
𝑢 ⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼

Perhatikan bahwa, jika 𝑢⃗ ∙ 𝑣


Dari penguraian tersebut, berlaku sifat berikut

Sudut antara Dua Vektor


Jika sudut antara 𝑢
⃗ dan 𝑣 dari titik inisial yang sama adalah 𝛼, maka besar sudut antara 𝑢
⃗ dan 𝑣
ditentukan oleh
𝑢
⃗ ∙𝑣
cos 𝛼 =
‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖

Lebih lanjut, jika 𝑢


⃗ dan 𝑣 saling tegak lurus (orthogonal), dinotasikan 𝑢
⃗ ⊥ 𝑣 maka
𝑢
⃗ ∙𝑣 =0

Contoh 8
⃗ = (1,0,1) dan 𝑣 = (0,1,1) maka
1) Misalkan 𝑢
(1,0,1) ∙ (0,1,1)
cos 𝛼 =
√12 + 02 + 12 ∙ √02 + 12 + 12
(0 + 0 + 1) 1
= =
√2. √2 2
maka 𝛼 = 600
⃗ = (1,1) dan 𝑣 = (−1,1). Perhatikan bahwa
2) Misalkan 𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = 1. (−1) + 1.1 = 0
𝑢
maka 𝑢
⃗ ⊥ 𝑣.

20
PROYEKSI ORTOGONAL

Misalkan 𝑢
⃗ dan 𝑎 memiliki inisial yang sama seperti pada gambar berikut

𝑢

𝑦

𝑥 𝑎

Vektor 𝑥 pada gambar disebut sebagai proyeksi orthogonal dari 𝑢


⃗ sepanjang 𝑎. Sedangkan vektor
𝑦 disebut sebagai vektor komponen dari 𝑢
⃗ yang orthogonal dengan 𝑎. Perhatikan bahwa
𝑢
⃗ = 𝑥 + 𝑦 = 𝑘𝑎 + 𝑦
⃗ ∙ 𝑎 = (𝑘𝑎 + 𝑦) ∙ 𝑎
𝑢
= 𝑘𝑎 ∙ 𝑎 + 𝑦 ∙ 𝑎
= 𝑘‖𝑎‖2
𝑢
⃗ ∙𝑎
=𝑘
‖𝑎‖2
maka proyeksi orthogonal dari 𝑢
⃗ sepanjang 𝑎 adalah
𝑢
⃗ ∙𝑎
𝑥=( )𝑎
‖𝑎‖2

sedangkan vektor komponen dari 𝑢


⃗ yang orthogonal dengan 𝑎 adalah
𝑢
⃗ ∙𝑎
𝑦=𝑢
⃗ −( )𝑎
‖𝑎‖2

Dari penguraian tersebut, berikut definisi proyeksi orthogonal dan komponen yang orthogonal.

Proyeksi Ortogonal
Jika 𝑢
⃗ dan 𝑎 memiliki titik inisial yang sama maka proyeksi orthogonal dari 𝑢
⃗ sepanjang 𝑎,
dinotasikan 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ ), adalah
𝑢
⃗ ∙𝑎
𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗)=( )𝑎
‖𝑎‖2

sedangkan vektor komponen dari 𝑢 ⃗ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢


⃗ yang orthogonal dengan 𝑎, dinotasikan 𝑢 ⃗ ) adalah
𝑢
⃗ ∙𝑎
⃗ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
𝑢 ⃗)=𝑢
⃗ −( )𝑎
‖𝑎‖2

21
Panjang atau norma dari proyeksi orthogonal dari 𝑢
⃗ sepanjang 𝑎 adalah
𝑢
⃗ ∙𝑎 |𝑢
⃗ ∙ 𝑎| |𝑢
⃗ ∙ 𝑎|
‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ )‖ = ‖( ) 𝑎 ‖ = ‖𝑎 ‖ =
‖𝑎‖2 ‖𝑎‖2 ‖𝑎‖

Sekarang misalkan 𝛼 adalah sudut yang dibentuk oleh 𝑢


⃗ dan 𝑎, maka
|𝑢
⃗ ∙ 𝑎 | |‖𝑢
⃗ ‖ ∙ ‖𝑎‖ cos 𝛼|
‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ )‖ = = = ‖𝑢
⃗ ‖|cos 𝛼|
‖𝑎‖ ‖𝑎‖
Kemudian karena 𝑢 ⃗ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ ) tegak lurus dengan 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ ), maka panjang vektor komponen
dari 𝑢
⃗ yang orthogonal dengan 𝑎 berlaku
‖𝑢 ⃗ )‖2 = ‖𝑢
⃗ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢 ⃗ ‖2 − ‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ )‖2
Dari uraian tersebut, maka berlaku sifat-sifat berikut

Panjang Proyeksi Ortogonal


Jika 𝛼 adalah sudut yang dibentuk oleh 𝑢 ⃗ dan 𝑎 maka panjang proyeksi orthogonal dari 𝑢

sepanjang 𝑎 adalah
|𝑢
⃗ ∙ 𝑎|
‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ )‖ = = ‖𝑢
⃗ ‖|cos 𝛼|
‖𝑎‖
sedangkan panjang vektor komponen dari 𝑢
⃗ yang orthogonal dengan 𝑎 adalah

‖𝑢 ⃗ )‖2 = ‖𝑢
⃗ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢 ⃗ ‖2 − ‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ )‖2

Contoh 8
Misalkan 𝑢⃗ = (1,0,1) dan 𝑣 = (0,1,1), berdasarkan Contoh 7 diperoleh 𝛼 = 600 .
proyeksi orthogonal dari 𝑢
⃗ sepanjang 𝑣 adalah
⃗ ∙𝑣
𝑢 ⃗ (1,0,1)∙(0,1,1)
𝑝𝑟𝑜𝑦𝑣⃗ (𝑢
⃗ ) = (‖𝑣⃗‖2) 𝑣 = ( 2 ) (0,1,1)
√02 +12 +12
1 1 1
= 2 (0,1,1) = (0, 2 , 2)

Sedangkan vektor komponen dari 𝑢


⃗ yang orthogonal dengan 𝑣 adalah
1 1 1 1
⃗ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑣⃗ (𝑢
𝑢 ⃗ ) = (1,0,1) − (0, , ) = (1, − , )
2 2 2 2

Sebaliknya, panjang proyeksi orthogonal dari 𝑣 sepanjang 𝑢


⃗ maupun vektor komponen
dari 𝑣 yang orthogonal dengan 𝑢⃗ adalah
1
‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑢⃗ (𝑣 )‖ = ‖𝑣 ‖|cos 𝛼| = √2|cos 600 | = 2 √2 dan
1 1
‖𝑣 − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑢⃗ (𝑣)‖ = ‖𝑣 ‖2 − ‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑢⃗ (𝑣 )‖ = √2 − √2 = √2
2 2

22

Anda mungkin juga menyukai