Pertemuan: 9 dan 10
Dosen: Wahyu Hidayat, M.Si.
Materi:
1. Pengantar Vektor
2. Norma Suatu Vektor
3. Hasil Kali Titik
Kompetensi Khusus: Mahasiswa dapat melakukan operasi hitung menggunakan konsep Vektor pada
ruang berdimensi 2 dan ruang berdimensi 3.
Sumber: Elementary Linear Algebra: Application Version 9th Edition, By: Howard Anton dan Chris Rorres
1. Pengantar Vektor
Banyak ukuran dalam fisika seperti laju, luas daerah, panjang, massa, suhu, dan sebagainya yang
hanya dinyatakan oleh sebuah bilangan real yang disebut sebagai skalar. Di lain pihak, banyak pula
ukuran yang harus dinyatakan selain berupa bilangan real tetapi juga arahnya, seperti kecepatan
(velocity), gaya, daya, dan sebagainya. Ukuran yang demikian disebut sebagai vektor.
Contoh ukuran-ukuran untuk vektor yang disebutkan di atas adalah vektor-vektor pada ruang
berdimensi 2 atau 3 (masing-masing disebut ruang-2 dan ruang-3). Secara umum, dimensi dari
ruang vektor dapat berdimensi lebih dari 3. Penerapannya digunakan dalam banyak hal, seperti
data pada statistika, sistem input-output pada sirkuit listrik, grafik gambar pada komputer,
pembagian sektor-sektor pada ekonomi.
Pada bab ini, hanya akan dibahas mengenai vektor pada ruang-2 dan ruang-3, sedangkan vektor
secara umum akan dibahas pada bab yang berbeda. Pengenalan mengenai vektor yang khusus
untuk ruang-2 dan ruang-3 bertujuan agar lebih memudahkan dalam memahami vektor secara
umum nantinya. Apalagi untuk dimensi ini, masih dapat digambarkan atau dijelaskan secara
geometri.
1
VEKTOR SECARA GEOMETRI
Secara geometri pada ruang-2 maupun ruang-3, vektor dapat digambarkan sebagai sebuah
segmen garis berarah (anak panak dengan titik awal dan titik ujung). Titik awal dari vektor disebut
inisial sedangkan ujungnya disebut terminal. Arah dari anak panah menunjukkan arah dari
vektornya, sedangkan panjang anak panahnya menunjukkan seberapa besar vektor tersebut.
Untuk membedakan dengan bilangan real biasa atau skalar, notasi untuk vektor biasanya berupa
huruf kecil yang dipertebal atau diberi panah di atasnya seperti 𝒖, 𝒗, 𝒘 atau 𝑢
⃗ , 𝑣, 𝑤
⃗⃗ . Berikut
contoh vektor secara geometri.
𝒖 𝑤
⃗⃗
𝒗
Jika berkaitan dengan suatu titik-titik tertentu sebagai inisial atau terminalnya, vektor tidaklah
bergantung terhadap titik-titik tersebut. Jika dua buah vektor memiliki titik inisial dan terminal
yang berbeda namun besar dan arah yang sama, maka vektor tersebut adalah sama.
Sebagai contoh perhatikan dua vektor yang memiliki inisial dan terminal yang berbeda berikut.
𝐵
𝑢
⃗ 𝐷
𝑢
⃗
𝐴
𝐶
2
VEKTOR DALAM BENTUK KOORDINAT
4 𝐵
𝑢
⃗ 3 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝐴 4 𝑢𝑛𝑖𝑡
-1 0 1 5 𝑥
Vektor 𝑢
⃗ = 𝐴𝐵⃗⃗⃗⃗⃗ pada gambar memperlihatkan bahwa dari titik 𝐴 = (1,1) menuju titik 𝐵 = (5,4),
memiliki arah 4 unit ke kanan (𝑥 = 1 menuju 𝑥 = 5) dan 3 ke atas (𝑦 =1 menuju 𝑦 = 4) atau
dapat dituliskan 𝑢 ⃗ = (4,3).
𝑧
4
𝑢
⃗ 𝐵
1
𝐴
1 3 𝑦
1
2
𝑥
Vektor 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ pada gambar memperlihatkan bahwa dari 𝐴 = (1,1,1) menuju 𝐵 = (2,3,4),
⃗ = 𝐴𝐵
memiliki arah 1 unit ke depan (𝑥 = 1 menuju 𝑥 = 2), lalu 2 ke kanan (𝑦 =1 menuju 𝑦 = 3), dan 3
⃗ = (1,2,3).
ke atas (𝑧 =1 menuju 𝑧 = 4) atau dapat dituliskan 𝑢
3
Penulisan arah vektor sebagai 𝑢 ⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) atau 𝑢
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dapat menimbulkan
kesalahpahaman karena sama dengan penulisan koordinat titik. Untuk itu, terkadang dituliskan
dalam bentuk lain seperti matriks kolom atau koordinat 𝑖̂, 𝑗̂, 𝑘̂ sebagai penanda arah
sumbu−𝑥, 𝑦, 𝑧, yakni untuk ruang-2 dituliskan
𝑢1
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) = (𝑢 ) = 𝑢1 𝑖̂ + 𝑢2 𝑗̂
𝑢
2
𝑢1
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) = (𝑢2 ) = 𝑢1 𝑖̂ + 𝑢2 𝑗̂ + 𝑢3 𝑘̂
𝑢
𝑢3
Jika dilihat lebih rinci pada dua ilustrasi geometri di atas, baik pada ruang-2 maupun ruang-3,
apabila vektor 𝑢⃗ = 𝐴𝐵 ⃗ maka vektor tersebut diperoleh melalui pengurangan 𝐵 dengan 𝐴. Secara
umum akan berlaku
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑢 𝐴𝐵 = 𝐵 − 𝐴
Untuk memudahkan, selanjutnya vektor pada ruang-2 akan sering dipakai sebagai ilustrasi.
Contoh 1
1) Misalkan sebuah vektor pada ruang-3 memiliki titik inisial (2,1, −3) dan titik terminal
(0, −3,1) maka arah vektor yang menyatakannya adalah
4
OPERASI PADA VEKTOR
A. Penjumlahan
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Misalkan 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ , maka
𝐴𝐵 dan 𝑣 = 𝐵𝐶
⃗ + 𝑣 = (𝐵 − 𝐴) + (𝐶 − 𝐵)
𝑢
= (𝐶 − 𝐴)
= ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶
Ini menunjukkan bahwa jika dua buah vektor memiliki arah yang “tersambung” (𝐴 → 𝐵 → 𝐶),
maka jumlahnya akan menjadi vektor yang memiliki arah “jalan pintas” dari inisial 𝐴 ke terminal
𝐶, yakni 𝐴 → 𝐶.
Sebagai ilustrasi perhatikan gambar berikut
𝑦
4 6 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝐶
1 𝑢𝑛𝑖𝑡
3
𝐴
𝑢
⃗ 𝑣
1
𝐵
-1 0 1 5 𝑥
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa hasil penjumlahan dua buah vektor menghasilkan vektor juga,
yang disebut resultan vektor. Dapat dilihat pula bahwa ketiga vektor 𝑢
⃗ , 𝑣 , dan 𝑢
⃗ + 𝑣 membentuk
suatu segitiga. Hal yang demikian disebut sebagai aturan segitiga untuk resultan vektor.
Aturan Segitiga
Jika terminal dari 𝑢
⃗ sama dengan inisial dari 𝑣, maka 𝑢 ⃗ + 𝑣 akan membentuk segitiga bersama-
sama dengan 𝑢 ⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗ dan 𝑣. Dengan kata lain, jika 𝑢 𝐴𝐵 dan 𝑣 = 𝐵𝐶⃗⃗⃗⃗⃗ maka 𝑢
⃗ + 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 atau
⃗⃗⃗⃗⃗ + 𝐵𝐶
𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐴𝐶
⃗⃗⃗⃗⃗
Untuk kasus dua buah vektor yang memiliki arah yang saling “berpencar” (𝐵 ← 𝐴 → 𝐶), yakni jika
𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑣 = 𝐴𝐶
⃗ = 𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ , maka
⃗ + 𝑣 = (𝐵 − 𝐴) + (𝐶 − 𝐴)
𝑢
= (𝐵 + 𝐶 − 𝐴) − 𝐴
= ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴(𝐵 + 𝐶 − 𝐴)
⃗⃗⃗⃗⃗
= 𝐴𝐷
menghasilkan vektor dengan terminal baru yang dimisalkan 𝐷.
5
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Sebagai contoh, misalkan 𝑢 𝐴𝐵 dan 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 dengan koordinat 𝐴 = (−1,2), 𝐵 = (1,0), dan
𝐶 = (3,5), maka
⃗ + 𝑣 = (𝐵 − 𝐴) + (𝐶 − 𝐴)
𝑢
= (𝐵 + 𝐶 − 𝐴) − 𝐴
= (1 + 3 − (−1), 0 + 5 − 2) − 𝐴
= (5,3) − 𝐴
Jadi, terminal barunya adalah 𝐷 = (5,3).
Berikut ilustrasi untuk hasil penjumlahan dari dua vektor tersebut.
5 𝑦
𝐶
3
𝑣 6 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐷
2
𝐴
𝑢
⃗
-1 0 𝐵 1 3 5 𝑥
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa 𝑢 ⃗ + 𝑣 merupakan diagonal dari jajar genjang yang dibentuk
oleh 𝑢⃗ , 𝑣, beserta proyeksinya. Hal yang demikian disebut sebagai aturan jajar genjang untuk
resultan vektor.
6
Aturan Penjumlahan Vektor
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ) maka
1) Pada ruang-2, jika 𝑢
⃗ + 𝑣 = (𝑢1 + 𝑣1 , 𝑢2 + 𝑣2 )
𝑢
⃗ + 𝑣 = (𝑢1 + 𝑣1 , 𝑢2 + 𝑣2 , 𝑢3 + 𝑣3 )
𝑢
Contoh 2
1) Misalkan sebuah kecepatan angin yang diwakili oleh vektor 𝑢⃗ = (4, −2) akan mendorong
sebuah benda dari koordinat 𝐴(−1,0) menuju suatu koordinat 𝐵. Misalkan di koordinat 𝐵,
terdapat kecepatan angin yang diwakili oleh vektor 𝑣 = (−1, 1) yang akan mendorong
kembali benda tersebut ke koordinat 𝐶. Akan dicari koordinat terakhir dari benda tersebut,
yaitu koordinat 𝐶.
Karena merupakan kasus tersambung (𝐴 → 𝐵 → 𝐶), maka berlaku aturan segitiga, yakni
⃗ + 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑢 𝐴𝐶 = 𝐶 − 𝐴 → (4, −2) + (−1,0) = 𝐶 − (−1,0)
→ (3, −2) + (−1, 0) = 𝐶
→ 𝐶 = (2, −2)
2) Dari koordinat 𝐴(1,0,1), sebuah benda akan didorong oleh dua buah gaya yang memiliki
besar dan arah berbeda, Gaya pertama akan memindahkan benda tersebut menuju
koordinat 𝐵(2,1,2) dan oleh gaya kedua benda menuju 𝐶(−1,0, −1). Akan ditentukan
koordinat akhir benda tersebut dan vektor resultannya.
Karena dari koordinat yang sama yaitu 𝐴, benda akan didorong oleh dua vektor dengan
arah berbeda, maka berlaku aturan jajar genjang, yakni
𝐷 =𝐵+𝐶−𝐴
= (2,1,2) + (−1,0, −1) − (1,0,1)
= (1,1,1)
dan vektor resultannya
⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐷
=𝐷−𝐴
= (1,1,1) − (1,0,1)
= (0,1,0)
7
B. Perkalian Skalar
Seperti halnya pada aturan penjumlahan, pada perkalian skalar akan memiliki sifat serupa.
1 1
⃗ = (4,2) maka 2 𝑢
Misalkan 𝑢 ⃗ = (2,1), sedangkan − 2 𝑢
⃗ = (−2, −1). Perhatikan gambar berikut
𝑦
4
3
2 𝑢
⃗
1
1 𝑢
⃗
1 2
− 𝑢⃗
2
-1 0 1 3 5 𝑥
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa apabila sebuah vektor dikalikan dengan suatu skalar positif
misalkan 1/2 maka akan tetap memiliki arah yang sama namun panjang atau besarannya berbeda
yaitu setengahnya, sedangkan apabila dikalikan skalar negatif misalkan −1/2 maka akan memiliki
arah yang berlawanan dan besarnya menjadi setengahnya.
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Dengan demikian, secara umum jika 𝑢 𝐴𝐵 maka
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
−𝑢 𝐵𝐴
𝑢
⃗ 𝑢
⃗ 𝑢
⃗ −𝑣
⃗ + (−𝑣 )
𝑢
→
−𝑣 𝑣
𝑣
Gambar sebelah kiri adalah hasil koordinat akhir dari pengurangan dua buah vektor, sedangkan
gambar sebelah kanan merupakan kesetaraan hasil pengurangan dua buah vektor yang bertujuan
agar memperoleh hasil pengurangan vektor yang lebih sederhana (namun bukan mengenai
koordinat hasilnya)
8
Aturan Pengurangan Vektor
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ) maka 𝑢
Jika 𝑢 ⃗ − 𝑣 = (𝑢1 − 𝑣1 , 𝑢2 − 𝑣2 ). Operasi tersebut berlaku
pula pada ruang-3.
Contoh 3
Dalam keadaan tidak berangin, sebuah gaya 𝑢 ⃗ dapat mendorong benda dari koordinat titik
𝐴(4, −2) menuju koordinat 𝐵(8,3). Di sisi lain, tanpa adanya gaya yang diberikan,
kecepatan angin 𝑣 dapat mendorong benda tersebut dari koordinat 𝐴 menuju 𝐶 = (3,1).
Pada suatu waktu, kecepatan angin dengan besar yang sama sedang berlawanan dengan
arah sebelumnya yakni −𝑣, kemudian benda tersebut diberi gaya 𝑢 ⃗ , akan dicari besar
resultannya, serta koordinat akhir dari benda tersebut.
9
VEKTOR POSISI
4 𝐵
2 𝐴
𝑢
⃗ 𝑣
-1 0 1 5 𝑥
Dapat dilihat pada gambar bahwa, vektor 𝑢 ⃗ merupakan vektor dengan inisial titik asal (origin)
𝑂(0,0) dan terminalnya adalah titik 𝐴(1,2), maka 𝑢 ⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑂𝐴 = 𝐴 − 𝑂 = 𝐴 = (1,2). Begitu pula
vektor 𝑣 merupakan vektor dengan inisial titik asal 𝑂(0,0) dan terminalnya adalah titik 𝐵(5,4),
maka 𝑣 = 𝑂𝐵⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝐵 − 𝑂 = 𝐵 = (5, 4). Baik vektor 𝑢
⃗ maupun 𝑣 memiliki nilai vektor yang sama
dengan titik terminalnya. Vektor yang demikian disebut sebagai vektor posisi.
Contoh 3
𝑢
⃗ +𝑣 =𝐴+𝐵
= (1,2) + (3,4)
= (4,6)
Di sisi lain, karena 𝑢
⃗ dan 𝑣 memiliki inisial yang sama, yaitu 𝑂, maka berlaku aturan jajar
genjang, akibatnya 𝑢 ⃗ +𝑣 =𝑣+𝑢 ⃗ juga merupakan vektor posisi 𝑂𝐷 ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ di mana 𝐷 = (4,6).
10
SIFAT ARITMETIKA VEKTOR
2) Asosiatif : (𝑢
⃗ + 𝑣) + 𝑤
⃗⃗ = 𝑣 + (𝑢 ⃗⃗ )
⃗ +𝑤
3) Elemen 0 : 𝑣 + ⃗0 = 𝑣
4) Elemen negatif : 𝑢 ⃗ ) = ⃗0
⃗ + (−𝑢
8) Elemen 1 : 1𝑢
⃗ =𝑢
⃗
Himpunan semua vektor pada ruang-2 atau ruang-3, dengan operasi penjumlahan dan perkalian
skalar yang telah didefinisikan sebelumnya, kemudian memenuhi seluruh sifat-sifat aritmetika
vektor di atas, membentuk sebuah ruang yang disebut sebagai ruang vektor.
Contoh lain dari ruang vektor adalah koordinat-koordinat titik pada ruang-2 atau ruang-3. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa koordinat titik memiliki nilai yang sama dengan vektor
posisi, untuk itu koordinat dapat dipandang sebagai sebuah vektor. Bersama-sama dengan seluruh
koordinat titik pada ruang-2 atau ruang-3, dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar
seperti pada vektor maka akan memenuhi seluruh 8 sifat aritmertika vektor. Dengan demikian,
himpunan seluruh koordinat tersebut merupakan ruang vektor.
11
2. NORMA SUATU VEKTOR
NORMA VEKTOR
4 𝐵
𝑢
⃗ 3 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝐴 4 𝑢𝑛𝑖𝑡
-1 0 1 5 𝑥
⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
Dengan menggunakan teorema Pythagoras, maka panjang vektor 𝑢 𝐴𝐵 adalah
⃗ ‖ = √𝑢12 + 𝑢22
‖𝑢
Perhatikan pula mengenai titik 𝐴(1,1) dan 𝐵(5,4) pada gambar di atas. Jarak dari dua titik tersebut
juga merupakan panjang dari vektor 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ , yakni √42 + 32 . Di sisi lain,
⃗ = 𝐴𝐵
⃗ = 𝐵 − 𝐴 = (5 − 1, 4 − 1) = (4,3)
𝑢
Sehingga jarak tersebut dapat ditulis pula menjadi √(5 − 1)2 + (3 − 1)2. Ini menunjukkan bahwa
jarak antara dua koordinat 𝐴 dan 𝐵 merupakan jumlah kuadrat dari selisih setiap komponennya.
12
Sekarang perhatikan untuk vektor di ruang-3
𝑧
4
𝑢
⃗ 𝐵
1
𝐴
1 𝑃 3 𝑦
1
2
𝑥
̅̅̅̅|2 + |𝑃𝐵
√|𝐴𝑃 ̅̅̅̅ |2 = √(12 + 22 ) + 32 = √12 + 22 + 32
Seperti halnya pada ruang-2, jarak antara dua koordinat 𝐴 dan 𝐵 pada ruang-3 juga merupakan
jumlah kuadrat dari selisih setiap komponennya.
13
Contoh 4
⃗ = (−1, −1, −1) maka norma vektor 𝑢
1) Misalkan 𝑢 ⃗ adalah
2) Misalkan diketahui titik 𝐴(1, −1), 𝐵(−2,5), dan 𝐶(2,3). Jika 𝑢 ⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 dan 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 maka
𝑢 ⃗ + 𝑣 = ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗ + 𝑣 akan berlaku aturan jajaran genjang sehingga 𝑢 𝐴𝐷. Akan dicari jarak dari titik
𝐵 ke titik 𝐷.
Karena berlaku aturan jajaran genjang, maka
𝐷 =𝐵+𝐶−𝐴
= (−2,5) + (2,2) − (1, −1)
= (−1,9)
Dengan demikian, jarak dari 𝐵 ke 𝐷 adalah
2
𝑑(𝐵, 𝐷) = √(−2 − (−1)) + (5 − 9)2
= √1 + 16
= √17
14
VEKTOR SATUAN
Perhatikan kembali vektor pada ruang-2 berikut
𝑦
4 𝐵
𝑢
⃗ 3 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 4 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐴
-1 0 1 5 𝑥
Telah dihitung pada subbab sebelumnya bahwa 𝑢 ⃗⃗⃗⃗⃗ = (4,3) memiliki panjang atau norm
⃗ = 𝐴𝐵
‖𝑢
⃗ ‖ = 5. Sekarang perhatikan apabila 𝑢
⃗ dibagi dengan normnya, yakni
𝑢
⃗ 1
= (4,3) = (4/5 , 3/5)
‖𝑢
⃗‖ 5
Vektor yang demikian disebut sebagai vektor satuan dan berdasarkan perkalian skalar, vektor
tersebut memiliki arah yang sama dengan vektor 𝑢
⃗.
Vektor Satuan
⃗ sebuah vektor yang memiliki ‖𝑢
Jika 𝑢 ⃗ ‖ = 1, maka disebut sebagai vektor satuan. Lebih lanjut,
vektor satuan dari sebarang vektor 𝑢
⃗ adalah
𝑢
⃗
⃗̂ =
𝑢
‖𝑢
⃗‖
Contoh 5
1 2 2
⃗ = (1,1,1) dan 𝑣 = (3 , 3 , 3). Perhatikan bahwa
Misalkan 𝑢
⃗ ‖ = √12 + 12 + 12 = √1 + 1 + 1 = √3
‖𝑢
1 2 2 2 2 2 1 4 4 9
√
‖𝑣 ‖ = ( ) + ( ) + ( ) = √ + + = √ = 1
3 3 3 9 9 9 9
15
NORMA OPERASI VEKTOR
A. Norma Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Perhatikan kembali penjumlahan dua buah vektor pada ruang-2 berikut
5 𝑦
𝐶
3
𝑣 6 𝑢𝑛𝑖𝑡
1 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐷
2
𝐴
𝑢
⃗
-1 0 𝐵 1 3 5 𝑥
⃗ + 𝑣 ‖2 = ‖𝑢
‖𝑢 ⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 − 2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos(1800 − ∠(𝑢
⃗ , 𝑣 ))
Dengan cara yang serupa, akan diperoleh norma untuk pengurangan vektor berikut.
Namun demikian, cara mencari sudut 𝛼 baru akan dijelaskan pada subbas selanjutnya.
16
B. Norma Perkalian Skalar
Perhatikan kembali perkalian skalar dari sebuah vektor pada ruang-2 berikut
𝑦
4
3
2 𝑢
⃗
1
1 𝑢
⃗
1 2
− 𝑢⃗
2
-1 0 1 3 5 𝑥
1 1
⃗ = (4,2),
Perhatikan bahwa 𝑢 ⃗ = (2,1), dan − 2 𝑢
𝑢 ⃗ = (−2, −1) maka
2
Contoh 6
1) Misalkan ‖𝑢
⃗ ‖ = ‖𝑣‖ = √2 di mana arah dari 𝑢
⃗ “tersambung” dengan 𝑣 di mana sudut
3
yang telah dihitung adalah sebesar 600 . Akan dihitung nilai dari ‖𝑢
⃗ + 𝑣 ‖ dan ‖− 𝑢
⃗‖
4
𝑣
Karena sudut antara 𝑢
⃗ dan 𝑣 haruslah berasal dari inisial yang
600
1200 sama, maka sudutnya adalah 1200 , dengan demikian
𝑢
⃗
2 2
⃗ + 𝑣 ‖2 = √2 + √2 + 2. √2. √2 cos 120𝑜
‖𝑢
𝑢
⃗
= 2 + 2 + 4. (−1/2)
=2
⃗ + 𝑣 ‖ = √2
‖𝑢
3 3 3
⃗ ‖ = |− 4| . ‖𝑢
Sedangkan ‖− 4 𝑢 ⃗ ‖ = 4 √2
17
3. HASIL KALI TITIK (DOT PRODUCT)
⃗ = (𝑢1 , 𝑢2 ) yakni
Perhatikan kuadrat norma dari vektor 𝑢
⃗ ‖2 = 𝑢12 + 𝑢22 = 𝑢1 𝑢1 + 𝑢2 𝑢2
‖𝑢
Misalkan 𝑣 = (𝑣1 , 𝑣2 ), definisikan 𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 maka
𝑢
⃗ ∙𝑢 ⃗ ‖2
⃗ = 𝑢1 𝑢1 + 𝑢2 𝑢2 = ‖𝑢
Definisi perkalian di atas disebut sebagai hasil kali titik, sebagaimana definsi berikut
𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑣3
(𝑢 ⃗⃗ = (𝑢1 − 𝑣1 , 𝑢2 − 𝑣2 ) ∙ (𝑤1 , 𝑤2 )
⃗ − 𝑣) ∙ 𝑤
⃗ ∙ 𝑣) = 𝑘(𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 )
𝑘(𝑢
= 𝑘𝑢1 𝑣1 + 𝑘𝑢2 𝑣2
= (𝑘𝑢
⃗)∙𝑣
18
Dari ketiga uraian di atas, maka diperoleh sifat-sifat utama dari hasil kali titik berikut.
Contoh 7
1 2 2
⃗ = (1,1,1) dan 𝑣 = (3 , 3 , 3) maka
1) Misalkan 𝑢
1 2 2
𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = (1. + 1. + 1. )
3 3 3
1 2 2
= + +
3 3 3
5
=
3
⃗ ∙ 𝑣) = 5𝑢
5(𝑢 ⃗ ∙𝑣
= −5 + 30 − 30
= −5
19
SUDUT ANTARA DUA VEKTOR
Misalkan 𝑢
⃗ dan 𝑣 memiliki inisial yang sama sehingga sudutnya adalah 𝛼. Pandang kembali rumus
norma pengurangan vektor berikut
⃗ − 𝑣 ‖2 = ‖𝑢
‖𝑢 ⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 − 2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼
⃗ ‖2 + ‖𝑣 ‖2 − ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = ‖𝑢
2. ‖𝑢 ⃗ − 𝑣 ‖2
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = (𝑢
2. ‖𝑢 ⃗ ) + (𝑣 ∙ 𝑣 ) − ((𝑢
⃗ ∙𝑢 ⃗ − 𝑣 ) ∙ (𝑢
⃗ − 𝑣 ))
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = (𝑢
2. ‖𝑢 ⃗ ) + (𝑣 ∙ 𝑣 ) − (𝑢
⃗ ∙𝑢 ⃗ ∙𝑢 ⃗ ∙ 𝑣)
⃗ +𝑣∙𝑣−2𝑢
2. ‖𝑢
⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼 = 2 𝑢
⃗ ∙𝑣
⃗ ∙ 𝑣 = ‖𝑢
𝑢 ⃗ ‖. ‖𝑣 ‖ cos 𝛼
Contoh 8
⃗ = (1,0,1) dan 𝑣 = (0,1,1) maka
1) Misalkan 𝑢
(1,0,1) ∙ (0,1,1)
cos 𝛼 =
√12 + 02 + 12 ∙ √02 + 12 + 12
(0 + 0 + 1) 1
= =
√2. √2 2
maka 𝛼 = 600
⃗ = (1,1) dan 𝑣 = (−1,1). Perhatikan bahwa
2) Misalkan 𝑢
⃗ ∙ 𝑣 = 1. (−1) + 1.1 = 0
𝑢
maka 𝑢
⃗ ⊥ 𝑣.
20
PROYEKSI ORTOGONAL
Misalkan 𝑢
⃗ dan 𝑎 memiliki inisial yang sama seperti pada gambar berikut
𝑢
⃗
𝑦
𝑥 𝑎
Dari penguraian tersebut, berikut definisi proyeksi orthogonal dan komponen yang orthogonal.
Proyeksi Ortogonal
Jika 𝑢
⃗ dan 𝑎 memiliki titik inisial yang sama maka proyeksi orthogonal dari 𝑢
⃗ sepanjang 𝑎,
dinotasikan 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ ), adalah
𝑢
⃗ ∙𝑎
𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗)=( )𝑎
‖𝑎‖2
21
Panjang atau norma dari proyeksi orthogonal dari 𝑢
⃗ sepanjang 𝑎 adalah
𝑢
⃗ ∙𝑎 |𝑢
⃗ ∙ 𝑎| |𝑢
⃗ ∙ 𝑎|
‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ )‖ = ‖( ) 𝑎 ‖ = ‖𝑎 ‖ =
‖𝑎‖2 ‖𝑎‖2 ‖𝑎‖
‖𝑢 ⃗ )‖2 = ‖𝑢
⃗ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢 ⃗ ‖2 − ‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎⃗ (𝑢
⃗ )‖2
Contoh 8
Misalkan 𝑢⃗ = (1,0,1) dan 𝑣 = (0,1,1), berdasarkan Contoh 7 diperoleh 𝛼 = 600 .
proyeksi orthogonal dari 𝑢
⃗ sepanjang 𝑣 adalah
⃗ ∙𝑣
𝑢 ⃗ (1,0,1)∙(0,1,1)
𝑝𝑟𝑜𝑦𝑣⃗ (𝑢
⃗ ) = (‖𝑣⃗‖2) 𝑣 = ( 2 ) (0,1,1)
√02 +12 +12
1 1 1
= 2 (0,1,1) = (0, 2 , 2)
22