Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

PRINSIP DASAR

2.1 Pendahuluan

Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika,


yang menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan
gaya-gaya yang bekerja.

Insinyur sipil dalam hal ini bekerja pada bidang perencanaan,


pelaksanaan dan perawatan atau perbaikan konstruksi bangunan sipil.

Fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal


dari beban-beban yang dipikul oleh bangunan tersebut.

Sebagai contoh adalah beban lalu lintas kendaraan pada jembatan/jalan,


beban akibat timbunan tanah pada dinding penahan tanah (retaining
wall), beban air waduk pada bendung, beban hidup pada lantai bangunan
gedung, dan lain sebagainya.

Gambar 2.1 Model beban lalu lintas pada jembatan.

Gambar 2.2 Dinding penahan tanah (retaining wall).

Bab 2 – Prinsip Dasar 16


Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat penting dan membantu
insinyur sipil dalam kaitannya dengan perencanaan suatu struktur.

2.1.1 Gaya

Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan deformasi pada suatu struktur.

Gaya mempunyai besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vektor


yang arahnya ditunjukkan dengan anak-panah, sedangkan panjang
vektor digunakan untuk menunjukkan besarannya (Gambar 2.3).

3
P
F
o garis kerja gaya
α

Gambar 2.3 Vektor gaya.

Garis disepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya.

Titik tangkap gaya yang bekerja pada suatu benda yang sempurna
padatnya, dapat dipindahkan di sepanjang garis kerja gaya tersebut
tanpa mempengaruhi kinerja dari gaya tersebut.

Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda,


maka gaya-gaya tersebut dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi
pengaruh sama seperti yang dihasilkan dari bermacam-macam gaya
tersebut, yang disebut sebagai resultan gaya.

2.1.2 Vektor Resultan

Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi
satu resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam
menyederhanakan permasalahan.

Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari gaya-
gaya tersebut.

Beberapa cara/metode untuk menghitung/mencari resultan gaya, yaitu


antara lain :

1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.


2. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya.

Bab 2 – Prinsip Dasar 17


1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya

Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang
terdapat pada garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung
dijumlahkan (jira arah sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya
berlawanan).

2
F2 5
3
+F
2

F1 F1
α R= α
o

Gambar 2.4 Penjumlahan vektor searah dan segaris


menjadi resultan gaya R.

2. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya

Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak


segaris, maka dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya.
Metode tersebut cocok jika gaya-gayanya tidak banyak.

B θ
A A A
B B
α
α R= A + α R= A +
ϕ ϕ
o o o
θ θ
B B

Vektor tidak searah Paralellogram Segi-3 Gaya


Gambar 2.5 Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris.

Namur jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu segi-
banyak (poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan,
mengikuti arah jarum jam.

garis penutup
F2
R
F1
F3

F1 F2 o
F3

F1
4
F

o
4
F

F2 R
4

a) b)
F

F3

Kumpulan Gaya-Gaya Segi-Banyak-Gaya

Gambar 2.6 Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.

Bab 2 – Prinsip Dasar 18


Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah
tidak ada resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol.

Namun jika terbentuk segi-banyak tidak tertutup, maka garis penutupnya


adalah resultan gaya.

3. Metode proyeksi vektor gaya

Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua


buah vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar
proyeksi masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai
contoh dapat dilihat pada Gambar 2.7.
y
X1

F1

R
Y
Y1
α
α1 F2
Y2
A
α2
X2

X
o x

Gambar 2.7 Proyeksi Sumbu.

Xi dan X adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R terhadap sumbu


x. sedangkan Yi dan Y adalah masing-masing proyeksi gaya Fi dan R
terhadap sumbu y.

dimana : X i = Fi × cos α i ; X = R × cos α ; maka X = ∑X i

Yi = Fi × sin α i ; Y = R × sin α ; maka Y = ∑ Y i

Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua


buah vektor gaya, tetapi bisa lebih.

Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan akan dicari resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi
sumbu, yaitu X dan Y, maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai
resultan gaya (R).

X
dimana : R = X 2 +Y2 dan α = arc tan
Y

Bab 2 – Prinsip Dasar 19


Sebagai penjelasan lebih lanjut, dapat dilihat beberapa contoh soal
dengan disertai ilustrasi Gambar 2.8.

Contoh pertama, diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti


terlihat pada Gambar 8 sebagai berikut.

Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat gaya
tarik pada besi ring.

Penyelesaian :
1.8

4
2.

3.6
R

3
1
1.5

Gambar 2.8 Contoh soal pertama.

Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9,


sedang berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik
dan ungkit.

Ditanyakan : tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada
titik bongkah batu akibat kerja dua orang tersebut.

Penyelesaian :
kN
4
N

.9
0k

50
120

16

kN
600

Gambar 2.9 Contoh soal kedua.

Bab 2 – Prinsip Dasar 20


2.1.3 Momen

Gaya yang beraksi pada suatu massa kaku, secara umum selain
menyebabkan deformasi, ternyata juga menyebabkan rotasi (massa
tersebut berputar terhadap suatu titik sumbu tertentu).

Posisi vektor gaya yang menyebabkan perputaran terhadap suatu titik


sumbu tertentu tersebut disebut sebagai momen.

Gambar 2.10 Model struktur kantilever.

Pada gambar 2.10 dapat kita lihat bahwa akibat beban terpusat (lampu
gantung dan penutup) yang bekerja pada titik B, maka akan timbul
momen pada titik A.

Pada kasus tertentu, akibat adanya momen untuk suatu beban yang
memiliki eksentrisitas, akan menimbulkan suatu putaran yang disebut
dengan torsi atau puntir.

Ilustrasi mengenai torsi atau punter sebagai contoh adalah pada sebuah
pipa, seperti terlihat pada Gambar 2.11, Gambar 2.12, dan Gambar 2.13.

Jika momen tersebut berputar pada sumbu aksial dari suatu batang
(misal pipa) maka namanya adalah torsi atau puntir.

Gambar 2.11 Torsi Terhadap Sumbu Z.

Bab 2 – Prinsip Dasar 21


Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 2.11 dapat dilihat bahwa torsi
terhadap sumbu-z akan menyebabkan puntir pada pipa.

Besarnya momen ditentukan oleh besarnya gaya F dan lengan momen


(jarak tegak lurus gaya terhadap titik putar yang ditinjau).

Gambar 2.12 Momen Terhadap Sumbu X.

Dari ilustrasi seperti terlihat pada Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa
momen terhadap sumbu-z akan menyebabkan bending pada pipa.

Gambar 2.13 Gaya menuju sumbu (konkuren)

Gaya yang menuju suatu sumbu disebut sebagai konkuren, tidak akan
menimbulkan momen pada sumbu-z.

Perilaku momen pada batang kantilever dapat terjadi dalam beberapa


konfigurasi.

2.1.4 Soal latihan dan pembahasan

Berikut ini terdapat tiga contoh soal latihan beserta pembahasan untuk
menghitung momen.

Bab 2 – Prinsip Dasar 22


1. M = 100.2 = 200 N-m

Momen searah jarum jam.

2. M = 7.(4-1) = 21 kN-m

Momen berlawanan arah


jarum jam.

3. M = 50.0,75 = 37,5 N-m

Momen searah jarum jam.

2.2 Keseimbangan Benda Tegar

Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila sistem gaya-gaya


yang bekerja pada benda tersebut tidak menyebabkan translasi maupun
rotasi pada benda tersebut.

Keseimbangan akan terjadi pada sistem gaya konkuren yang bekerja


pada titik atau partikel, apabila resultan sistem gaya konkuren tersebut
sama dengan nol.

Apabila sistem gaya tak konkuren bekerja pada suatu benda tegar, maka
akan terjadi kemungkinan untuk mengalami translasi dan rotasi.

Oleh karena itu, agar benda tegar mengalami keseimbangan, translasi


dan rotasi tersebut harus dihilangkan. Untuk mencegah translasi, maka
resultan sistem gaya-gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol, dan
untuk mencegah rotasi, maka jumlah momen yang dihasilkan oleh
resultan oleh semua gaya yang bekerja haruslah sama dengan nol.

Sebagai ilustrasi, dapat dilihat Gambar 2.14 mengenai gaya dan momen
pada sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-z.

Bab 2 – Prinsip Dasar 23


∑F x =0 ∑F
y =0 ∑F = 0
z

∑M x =0 ∑M y =0 ∑M = 0z

di mana F adalah gaya dan M adalah momen.

Gambar 2.14 Gaya dan Momen pada tiga sumbu.

2.3. Gaya dan Momen Eksternal dan Internal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa
eksternal dan internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh
adalah berat sendiri struktur.

Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di dalam
struktur sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada, sebagai
contoh hádala gaya tarik yang timbal di dalam batang.

2.3.1. Gaya dan Momen Eksternal

Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda tegar dapat dibagi ke
dalam dua jenis utama, yaitu gaya yang bekerja langsung pada struktur
dan gaya yang timbul akibat adanya aksi.

Sesuai dengan hukum ketiga Newton bahwa apabila ada suatu aksi
maka akan ada reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan.

2.3.2. Gaya dan Momen Internal

Gaya dan momen internal timbul di dalam struktur sebagai akibat adanya
sistem gaya eksternal yang bekerja pada struktur dan berlaku bersama-
sama secara umum mempertahankan keseimbangan struktur.

Bab 2 – Prinsip Dasar 24


2.3.3. Idealisasi Struktur

Beberapa langkah penyelesaian struktur dengan gaya yang bekerja


dapat dilakukan. Salah satu cara adalah dengan melakukan idealisasi.

(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.

Gambar 2.15 Idealisasi struktur jembatan rangka batang.

Gambar 2.15 (a) memperlihatkan suatu jembatan rangka batang.


Idealisasi struktur dapat dilakukan dengan memodelkan menjadi rangka
batang dua dimensi seperti terlihat pada gambar 2.15 (b).

(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.

Gambar 2.16 Idealisasi struktur jembatan.

Gambar 2.16 (a) memperlihatkan suatu jembatan, dan gambar 2.16 (b)
merupakan idealisasi menjadi pemodelan balok diatas tumpuan sendi-rol
di ujung-ujungnya, dengan beban merata bekerja di sepanjang balok.

(a). Aktual struktur. (b). Idealisasi struktur.

Gambar 2.17 Idealisasi balok kantilever.

Bab 2 – Prinsip Dasar 25


Gambar 2.17 (a) memperlihatkan suatu balok kantilever baja, dan
gambar 2.17 (b) merupakan idealisasi pemodelan balok kantilever
dengan tumpuan jepit-bebas pada ujung-ujungnya.

Model beban adalah beban merata (W) di sepanjang bentang dan beban
terpusat (P) di ujung bebas.

2.4. Kondisi Tumpuan

Sifat gaya-gaya reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani
bergantung pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan
dengan benda lain.

Hubungan antar jenis kondisi tumpuan/perletakan yang ada dan jenis


gaya-gaya reaksi yang timbul, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis kondisi tumpuan : model-model idealisasi.

Jenis Gaya dan Rotasi yang


Jenis Tumpuan Simbol / Gambar dapat timbul pada Tumpuan

Tumpuan sendi mampu menahan


Tumpuan Sendi dua gaya, yaitu gaya arah sejajar
bidang perletakan dan gaya tegak
lurus bidang perletakan.

Tumpuan rol mampu menahan


Tumpuan Rol satu gaya arah tegak lurus bidang
perletakan.

Tumpuan jepit mampu menahan


dua gaya, yaitu gaya arah sejajar
Tumpuan Jepit bidang perletakan dan gaya tegak
lurus bidang perletakan, serta
mampu menahan momen.

Tidak terdapat gaya reaksi


Tumpuan Bebas maupun momen.

Link mampu menahan gaya axial


yang searah dengan link. Link
Tumpuan Link terdiri dari dua buah pin yang
dihubungkan oleh satu buah
batang.

Bab 2 – Prinsip Dasar 26


2.5. Pemodelan Struktur

Untuk menetapkan kriteria yang digunakan sebagai ukuran untuk


menentukan apakah suatu struktur dapat diterima atau tidak, diperlukan
suatu pemodelan struktur. Dalam pemodelan struktur, diperlukan suatu
analisis dan desain. Kriteria-kriteria tersebut antara lain yaitu :

1. Kemampuan Layan (Serviceability)

Struktur harus mampu memikul beban secara aman, tanpa kelebihan


tegangan pada material dan mempunyai batas deformasi yang masih
dalam daerah yang diijinkan. Kemampuan struktur memikul beban tanpa
mengalami kelebihan tegangan diperoleh dengan menggunakan faktor
keamanan dalam desain struktur. Hal ini berkaitan dengan kriteria
kekuatan.

Sedangkan deformasi berkaitan dengan kriteria kekakuan struktur.


Deformasi dikontrol dengan memvariasi kekakuan struktur, karena
kekakuan bergantung pada jenis besar dan distribuís bahan pada
struktur.

2. Efisiensi

Kriteria ini merupakan tujuan untuk mendapatkan desain struktur yang


ekonomis. ukuran yang biasa digunakan adalah banyaknya materila yang
diperlukan untuk memikul beban yang diberikan pada kondisi dan
kendala yang ditentukan. Penggunaan material yang sama belum tentu
memberikan kemampuan layan yang sama. Bisa terjadi suatu struktur
tertentu akan memerlukan material lebih sedikit dibandingkan struktur
yang lain.

3. Konstruksi

Tinjauan konstruksi mempengaruhi pilihan struktural. Bisa saja terjadi


suatu perakitan elemen-elemen struktur akan efisien apabila material
mudah dibuat dan dirakit. Termasuk dalam tinjauan ini adalah meliputi
tenaga kerja, jenis dan jumlah peralatan konstruksi yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu bangunan.

4. Harga

Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan


struktur. Konsep harga tidak dapat lepas dari faktor efisiensi dan
konstruksi.

Bab 2 – Prinsip Dasar 27


Harga total suatu struktur bergantung pada banyak dan harga material
yang dicapai, upah buruh dan biaya peralatan yang diperlukan selama
masa pelaksanaan suatu bangunan.

5. Lain-lain

Faktor lain yang berpengaruh, misal tinjauan dari segi arsitektural.


Sebagai contoh adalah penampilan bangunan, tujuan penggunaan
bangunan.

Gambar 2.18 Rumah tinggal.

Gambar 2.18 memperlihatkan bangunan rumah tinggal. Selain karena


tujuan penggunaan, tinjauan dari segi arsitektural juga sangat penting,
terutama untuk tujuan penampilan bangunan sesuai yang diinginkan.

Gambar 2.19 Bangunan Apartemen.

Bab 2 – Prinsip Dasar 28


Bangunan apartemen, seperti terlihat pada Gambar 2.19 pada umumnya
bertingkat tinggi, dan memiliki bentuk tipikal dari lantai dasar sampai
dengan lantai atas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain karena fungsi
apartemen, yaitu untuk tempat tinggal dengan jumlah unit yang banyak,
sedangkan lokasi lahan terbatas, sehingga untuk efisiensi maka dibuat
bangunan tinggi.

Gambar 2.20 Jembatan kabel.

Struktur jembatan kabel (cable-stayed bridge) memiliki keistimewaan,


yaitu antara lain jika ditinjau dari segi struktur, jembatan kabel
mempunyai kemampuan untuk memikul bentang yang sangat panjang,
serta apabila ditinjau dari segi arsitektural jembatan kabel tampak lebih
indah dan enak dipandang.

Salah satu contoh jembatan kabel seperti terlihat pada Gambar 2.20,
yaitu Jembatan Kabel Pasupati yang ada di kota Bandung, Jawa Barat,
Indonesia.

2.6 Jenis-jenis Beban (Beban Eksternal pada Struktur)

Dalam melakukan pemodelan, analisis dan desain suatu struktur, perlu


ada gambaran mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada
struktur tersebut.

Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus-menerus pada


struktur dan mempunyai karakter steady-states.

Bab 2 – Prinsip Dasar 29


Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur,
pada umumnya tidak bersifat steady-states dan mempunyai karakteristik
besar dan lokasinya berubah dengan cepat.

Pemodelan beban pada struktur digunakan untuk menyederhanakan di


dalam perhitungan analisis dan desain struktur.

2.6.1 Beban

Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur dapat diklasifikasikan


kedalam beberapa kategori, yaitu :

1. Beban Mati (Dead Loads)

Beban mati adalah segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap,
termasuk dalam hal ini berat sendiri struktur.

Sebagai contoh adalah berat sendiri balok, kolom, pelat lantai dan
dinding. Contoh lain adalah atap, dinding, jendela, plumbing, peralatan
elektrikal, dan lain sebagainya.

2. Beban Hidup (Live Loads)

Beban hidup adalah semua beban yang bersifat dapat berpindah-pindah


(beban berjalan), atau beban yang bersifat sementara yang ditempatkan
pada suatu tempat tertentu.

Sebagai contoh adalah beban kendaraan pada area parkir, kelengkapan


meja/kursi pada kantor, dinding partisi, manusia, beban air pada kolam
renang, beban air pada tangki air, dan lain sebagainya.

3. Beban Gempa (Earthquake Loads)

Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi (baik itu
gempa tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.

Gempa mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah


dengan struktur dan karakteristik respons struktur.

Beban gempa adalah beban yang merupakan fungsi dari waktu, sehingga
respons yang terjadi pada suatu struktur juga tergantung dari riwayat
waktu pembebanan tersebut.

Bab 2 – Prinsip Dasar 30


Beban gempa adalah beban percepatan tanah yang berupa suatu
rekaman percepatan tanah untuk suatu gempa tertentu, sehingga untuk
setiap waktu tertentu akan mempunyai harga percepatan tanah tertentu.

4. Beban Angin (Wind Loads)

Beban angin adalah beban yang bekerja pada suatu struktur, akibat
pengaruh struktur yang mem-blok aliran angin, sehingga energi kinetik
angin akan dikonversi menjadi tekanan energi potensial, yang
menyebabkan terjadinya beban angin.

Efek beban angin pada suatu struktur bergantung pada berat jenis dan
kecepatan udara, sudut luas angin, bentuk dan kekakuan struktur, dan
faktor-faktor yang lain.

Gambar 2.21 Ilustrasi pemodelan beban angin


pada struktur bangunan.

5. Lain-lain

Pada beberapa tempat di beberapa negara, terdapat beban salju. Beban


salju diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan.

Selain itu, terdapat pula beban air hujan. Pada umumnya beban air hujan
juga diperhitungkan dalam desain atap struktur bangunan.

Pada perencanaan bangunan dinding penahan tanah (retaining wall)


seperti terlihat pada ilustrasi Gambar 2.2, terdapat beban berupa tekanan
tanah.

Bab 2 – Prinsip Dasar 31


Selain beban-beban yang telah didefinisikan, terdapat beberapa jenis
beban yang lain, yaitu beban kejut (impact), beban api, beban akibat
perubahan temperatur dan lain sebagainya.

2.6.2 Beban pada Bangunan Gedung

Pada desain struktur bangunan gedung, pada umumnya beban-beban


yang diperhitungkan adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup.

Pada perencanaan bangunan tahan gempa, diperhitungkan pula beban


gempa. Sebagai contoh bangunan gedung tingkat tinggi seperti
apartemen, gedung kantor, hotel, dan lain-lain, atau gedung yang
mempunyai fungsi penting seperti rumah sakit, reaktor tenaga listrik, dan
reaktor nuklir.

Sedangkan untuk bangunan sangat tinggi (sangat langsing) atau


bangunan yang terletak di tempat terbuka, diperhitungkan pula beban
angin. Sebagai contoh adalah gedung sangat tinggi dimana rasio lebar
dibandingkan tinggi bangunan sangat kecil, atau struktur menara/tiang
listrik tegangan tinggi.

2.6.3 Beban pada Struktur Jembatan

Desain statu struktur jembatan pada umumnya memperhitungkan beban


mati, beban hidup akibat beban bergerak disepanjang bentang jembatan
tersebut, beban gempa dan dalam kondisi tertentu diperhitungkan pula
beban angin.

2.7 Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

Struktur statis tertentu adalah struktur yang dapat diselesaikan dengan


menggunakan persamaan keseimbangan. Sedangkan struktur statis tak
tentu adalah sebaliknya.

Pada balok, suatu struktur dapat dikategorikan sebagai struktur statis


tertentu atau struktur statis tak tentu berdasarkan pada derajat
kebebasannya (degree of freedom / d.o.f), yaitu derajat kebebasan pada
tumpuannya.

2.8 Pustaka

1. Dewobroto, W. (2006), Diktat Kuliah Analisis Struktur 1, Jurusan


Teknik Sipil, Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Universitas
Pelita Harapan, Tangerang. url : http://sipil-uph.tripod.com
2. Hibbeler, R.C. (2002), Structural Analysis, 5th Edition, Prentice Hall,
Inc.

Bab 2 – Prinsip Dasar 32


3. International Code Council (2002), International Building Code 2003,
International Code Council, Inc.
4. Madutujuh, N. (2005), SANSPRO Users Guide version 4.78,
Engineering Software Research Center, Bandung, Indonesia.
5. Schodek, D.L. (1992), Struktur, edisi 2, Erlangga.
6. Pranata, Y.A. (2006), Dokumentasi Pribadi (Foto-foto) Jembatan.
7. SAP2000 (2005), Integrated Software for Structural Analysis and
Design, Version 10, Computer and Structures Inc. Berkeley,
California, USA.
8. Spigolon, S.J. (2001), The McGraw-Hill Civil Engineering PE Exam
Depth Guide, McGraw-Hill.
9. url : http://nisee.berkeley.edu
10. url : http://sipil-uph.tripod.com
11. url : http://www.dontim-eng.co.uk
12. url : http://www.glendale-h.schools.nsw.edu.au
13. url : http://www.intlist.com
14. url : http://www.ketchum.org
15. url : http://www.sail-structures.com
16. url : http://www.tempointeraktif.com
17. url : http://www.urbantransport-technology.com
18. url : http://yosafat.ap.tripod.com

Bab 2 – Prinsip Dasar 33

Anda mungkin juga menyukai