(RINGKASAN PERTEMUAN I - V)
Conovergent plate
12 pergerakan pelat tektonik yang saling mendekat
boundaries
Transfonn plate
13 pergerakan pelat tektonik yanlg saling bergeser,
boundaries(bergeser)
Gelombang-S
17 (gelombang yang merambat secara transversal atau geser
sekunder)
gelombang permukaan yang berjilan sebagai riak
Gelombang
18 dengan gerakan yang mirip dengan gelombang
Rayleigh
pada permukaan air
24 Reflection pemantulan
25 Refraction perambatan
B. SEJARAH GEMPA
Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng
besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainnya saling bertemu di wilayah
Indonesia. Dalam mengantisipasi bahaya gempa, pemerintah Indonesia telah
mempunyai standar peraturan perencanaan ketahanan gempa untuk stuktur
bangunan gedung yaitu SNI-03-1726-2002 (SNI-03-1726-2012 yang diapakai
sekarang). Sejak diterbitkannya SNI-03-1726-2002, tercatat beberapa gempa
besar dalam 6 tahun terakhir, Kejadian gempa-gempa utama (main shocks)
dalam rentang waktu tersebut dapat dilihat dalam Gambar 3 ,seperti gempa
Aceh disertai tsunami tahun 2004 (Mw = 9,2), Gempa Nias tahun 2005 (Mw =
8,7), gempa Yogya tahun 2006 (Mw = 6,3), Gempa Tasik tahun 2009 (Mw =
7,4) dan terakhir Gempa Padang tahun 2009 (Mw = 7,6).Gempa-gempa tersebut
telah menyebabkan ribuan korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan ribuan
infrastruktur dan bangunan, serta dana trilyunan rupiah untuk rehabilitasi dan
rekonstruksi. Indonesia pertama kali mempunyai peta hazard gempa pada tahun
1983 (Gambar 2), yaitu dalam Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia
untuk Gedung (PPTI-UG 1983).
C. SUMBER GEMPA
Sumber gempa di Indonesia dipetakan dalam beberapa bentuk, berdasarkan
faktor pemicu gempanya. Sumber gempa subduksi adalah model yang didapat
dari data seismotektonik yang sudah teridentifikasi dengan baik (Gambar 1).
Parameter dari model ini meliputi lokasi subduksi yang dituangkan dalam
koordinat latitude dan longitude, kemiringan bidang subduksi (dip), rate, dan
b-value dari areal subduksi yang bisa didapatkan dari data gempa historis, serta
batas kedalaman area subduksi.
Pada peta gempa Indonesia 2010 segmen subdction yang digunakan adalah
megathrust segmen N. Sumatera, megathrust segmen S. Sumatera, megathrust
segmen Jawa, megathrust segmen Sumba, megathrust segmen Timor,
megathrust segmen Banda Sea, megathrust segmen N. Sulawesi, megathrust
segmen Philippine, megathrust segmen Wmolucca, dan megathrust segmen E.
Molucca. Sedangkan untuk wilayah Kalimantan seperti terlihat pada peta
(Gambar 1) merupakan wilayah teraman saat ini dari zona subduction. Pada
gambar 1 juga dipetakan sumber – sumber gempa tektonik dan sesar aktif di
Indonesia.
Gambar 1. Peta Tektonik dan Sesar Aktif di Indonesia
Gambar 2. Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam PPTI-UG 1983
Gambar 3. Data episenter gempa utama di Indonesia dan sekitarnya untuk magnituda M ≥ 5.0 yang dikumpulkan dari berbagai
sumber alam rentang waktu tahun 1900-2009
D. GONCANGAN GEMPA DI PERMUKAAN TANAH DAN FAKTOR
AMPLIFIKASI
Perambatan gelombang gempa dari batuan dasar ke permukaan tanah
menyebabkan terjadinya perubahan goncangan gempa yang sampai di
permukaan tanah dan dipengaruhi oleh kondisi lapisan tanah seperti jenis,
ketebalan, kekakuan dan muka air tanah. Goncangan gempa yang sampai di
permukaan tanah pada umumnya akan mengalami pembesaran atau
amplifikasi. Faktor amplifikasi didefinisikan sebagai rasio besarnya
percepatan puncak atau spektra percepatan di permukan dibagi percepatan
puncak atau spektra percepatan di batuan dasar.
Besar amplifikasi di permukaan tanah dapat ditentukan dengan
melakukan analisis respon spesifik (Site-Specific Response Analysis),
dengan langkah berikut :
a. Klasifikasi site
Klasifikasi site harus ditentukan untuk lapisan setebal 30 m.
b. Penentuan Percepatan Puncak di Permukaan Tanah
c. Penentuan Respon Spektra di Permukaan Tanah
Peta hasil studi PSHA untuk percepatan puncak (PGA), spektra 0.2
detik, dan 1.0 detik di batuan dasar untuk kemungkinan terlampaui 10%
dalam 50 tahun (atau gempa 475 tahun) dapat dilihat dalam Gambar 20-22.
Sedangkan percepatan puncak (PGA), spektra 0.2 detik, dan 1.0 detik di
batuan dasar untuk kemungkinan terlampaui 2% dalam 50 tahun (atau
gempa 2475 tahun).( lihat pada gambar 4 dan 5)
Gambar 4. Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun
Gambar 5. Peta respon spektra percepatan 0.2 detik (SS) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun
III. PERTEMUAN KE-III
A. PUSAT GEMPA HYPOCENTER DAN EPICENTER
Pusat gempa terletak di perut bumi dan di permukaaan bumi .Titik
dalam perut bumi yang merupakan sumber gempa dinamakan hypocenter
atau focus. Proyeksi tegak lurus hypocenter ke permukaan bumi ini
dinamakan epicenter. Semakin dangkal hypocenter semakin besar radius
rambatan epicenter di permukaan bumi, dan semakin besar pula keruskan
yang terjadi, namun tidak memungkinkan juga dipengaruhi oleh faktor
kekuatan gempa dan lama getaran.
B. GELOMBANG GEMPA
Gelombang Gempa adalah gelornbang suara yang merambat melalui
inti bumi atau media elastis lainnya,merupakan energi akustik frekuensi
rendah. Gelornbang gempa diukur dengan seismograf. Penyebaran
kecepatan gelombang tergantung pada densitas dan elastisitas dari media.
Kecepatan cenderung meningkat seiring dengan kedalaman, dan berkisar
dari kurang lebih 2-8 km/detik di kulit bumi sampai 13 km/detik di dalam
mantel. Gempa bumi menimbulkan berbagai jenis gelombang dengan
kecepatan yang berbeda; ketika mencapai pencatat gempa
(seismometer). Ada dua jenis gelombang, yaitu gelombang dalam tanah
(body waves) ,dan gelombang permukaan tanah (surface waves).
1. Body waves (gelombang dalam tanah)
Body waves (gelombang dalam tanah) adalah Gelombang yang
merambat di sela-sela bebatuan di bawah permukaan bumi. Gelombang
dalam tanah terbagi menjadi 2, yaitu :
Gelombang-P (gelombang primer) adalah gelombang
longitudinal yang arah gerakannya sejajar dengan arah
perambatan gelombang
Gelombang-S (gelombang sekunder) adalah gelombang
transversal yang arah gerakannya tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang
2. Surface waves (gelombang permukaan)
Surface waves (gelombang permukaan tanah) adalah gelombang yang
merambat dari episenter ke sepaniang permukaan bumi. Gelombang
permukaan tanah dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
Gelombang Rayleigh, juga disebut grounil roll, adalah
gelombang permukaan yang berjalan sebagai riak dengan
gerakan yang mirip dengan gelombang pada permukaan air.
Gelombang ini diperkenalkan oleh John William Strutt, Lord
Rayleigh , pada tahun 1995.
Gelombang love adalah gelombang permukaan yang
menyebabkan lingkaran geser tanah. Gelombang ini
diperkenalkan oleh A.E.H love seorang matematikawan Inggris.
V. PERTEMUAN V
A. DESIGN FILOSOFI
Pengelompokan design filosofi (earthquake design philosophy)
bangunan tahan gempa dikelompokkan berdasarkan kekuatan gempa
(berkaitan dengan periode ulang dan tingkat pentingnya bangunan),
performa bangunan dalam rangka melindungi manusia, tetapi masih
memperhitungkan tingkat ekonomisnya pembangunan. Desain filosopi
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pada gempa kecil (light, atau minor earthquake) yang sering terjadi,
struktur utama bangunan harus tidak rusak dan berfungsi dengan
baik. Kerusakan kecil yang masih dapat ditoleransi pada elemen
non-struktur masih dibolehkan.
b. Pada gempa menengah (moderate earthquake) yang relatif jarang
tedadi, struktur utama bangunan boleh rusak/retak ringan tetapi
masih dapat/ekonomis untuk diperbaiki. Elemen non-struktur dapat
saja rusak tetapi masih dapat diganti dengan yang baru,
c. Pada gempa kuat (strong earthquake) yang jarang terjadi, maka
struktur bangunan boleh rusak tetapi tidak boleh runtuh total (totally
collapse). Kondisi seperti ini juga diharapkan pada gempa besar
(great earthquake), yang tujuannya adalah melindungi
manusia/penghuni bangunan secara maksimum.
Gambar 6. Level-level kerusakan bangunan
a. Linier elastik
Adalah respons bahan/elemen struktur yang mana hubungan antara
beban-simpangan bersifat lurus, proporsional/linier dan apabila beban
dihilangkan maka deformasi bahan akan sama dengan nol (kembali ke
posisi semula). Bahan metal khususnya baja mempunyai sifat/respons
linier apabila intensitas bebannya masih kecil.
b. Non-linier Elastik
Adalah apabila hubungan antara beban-simpangan dari awal sudah tidak
lurus/linier tetapi non-linier walaupun intensitas bebannya masih relatif
kecil. Apabila beban ditiadakan maka deformasi bahan akan sama
dengan nol (kembali ke posisi semula, tidak ada permanent
deformation). Tanah dan beton pada umumnya mempunyai sifat non-
linier sejak intensitas beban masih kecil.
c. Linier Inelastik
Adalah suatu kondisi yangmana intensitas beban sudah besar, tegangan
yang te{adi sudah tidak lagi tegangan elastik tetapi sudah inelastik.
Apabila beban ditiadakan maka benda tidak dapat lagi kembali ke posisi
semula tetapi kembali secara linier/lurus ditempat yang lain (ada
deformsi permanen). Walaupun beban sudah besar tetapi perilaku bahan
dimodel secara linier. Stnrktur beton yang dibebani dengan beban siklik
denganintensitas yang besar pada hakekatnya akan berperilaku non-
linier inelastik, tetapi pada umumnya dimodel sebagai linier-inelastik.
d. Non-linier Inelastik
Adalah suatu kondisi pembebanan siklik yang intensitasnya besar yang
diterapkan pada skuktur tanah maupun beton. Hubungan antara beban
dan deformasi tidak lagi bersifat lurus/linier dan apabila beban siklik
ditiadakan maka akan terdapat deformasi permanen.
Anonim. 2010. Peta Hazard Indonesia 2010 (Sebagai Acuan Dasar Perancangan
dan Perencanaan Infrastruktur Tahan Gempa). Jakarta: Kementrian
Pekerjaan Umum.
Irsyam et al. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia
2010. Bandung: Tim Revisi Peta Gempa Indonesia.
Pawirodikromo, Widodo. 2015. Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rine, Evi. 2009. Buku Pintar Gempa (Mengenal Seluk-Beluk Gempa, Jenis-
jenisnya, Penyebab-penyebabnya, dan Dampak-dampaknya). Yogyakarta:
Diva Press.
Suharjanto. 2013. Rekayasa Gempa (Dilengkapi dengan Analisa Beban Gempa
Sesuai SNI 03-1726-2002). Yogyakarta: Kepel Press.