Anda di halaman 1dari 33

REKAYASA GEMPA

(RINGKASAN PERTEMUAN I - V)

AIDA RAHMAYANI SIREGAR


140110162
A2

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2017
I. PERTEMUAN KE-I
A. PENGERTIAN GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah suatu peristiwa pelepasan energi gelombang seismic
yang terjadi secara tiba-tiba. Pelepasan energi ini diakibatkan karena adanya
deformasi lempeng tektonik yang terjadi pada kerak bumi.
Teknik Gempa dapat didefinisikan sebagai cabang dari teknik yang
ditujukan untuk mengurangi bahaya gempa. Dalam arti luas Teknik Gempa
meliputi penyelidikan dan penyelesaian masalah yang dibuat oleh gempa bumi
yang merusak, meliputi perencanaan, perancangan, pembangunan dan
pengelolaan struktur tahan gempa dan fasilitasnya.

B. PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI


Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama
tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana
tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat
itulah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan
lempengan-lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya
terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional.

C. TEORI LEMPENG TEKTONIK


Bumi terdiri dari banyak lapisan. Lapisan terluar burni adalah litosfer. Di
bawah permukaan litosfer terdapat lapisan yang menyerupai kerang yang terdiri
dari tujuh batu piringan tebal. Batu tersebut tebalnya sekitar 100 km yang bisa
bergerak sepanjang 10 sentimeter tiap tahunnya. Pergerakan di dalam inti bumi
(gaya konveksi mantel) menekan kerak bumi (outer layer) yang bersifat rapuh,
ketika kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya gerak dari dalam bumi
akan menghasilkan sesar dan menghasilkan gempa bumi. Gerakan batu itu juga
bisa terjadi karena ada tekanan dari permukaan bumi selama bertahun-tahun.
Pergeseran itulah yang membuat gempa bumi terjadi dan sering disebut sebagai
gempa tektonik.
Akibat gaya gerak dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi
menjadi beberapa fragmen yang di sebut lempeng (Plate). Bentuk pergerakan
pada batas pelat (plate boundary) yang satu dengan pelat yang lain secara garis
besar dikelompokkan atas tiga pergerakan sebagai berikut:
a. Divergent plate boundaries (saling menjauh)
Batas ini terbentuk ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain
membentuk lembah pada batas pelat.
b. Convergent plate boundaries (saling mendekat)
Batas ini terbentuk jika pelat tektonik saling mendekat, sehingga pelat
tektonik yang satu akan menelusup dibawah pelat tektonik yang lainnya
membentuk zona subduksi.
c. Transform plate boundaries (bergeser)
Batas ini terbentuk jika lernpeng bergerak dan mengalami gesekan satu
sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform.

D. ISTILAH ISTILAH DALAM GEMPA


Tabel 1. Istilah – istilah dalam gempa bumi
NO ISTILAH PENGERTIAN

1 Seismologi Ilmu yang mempelajari gempa bumi

2 Seismograf Alat pencatat gempa

Hasil gambaran seismograf yang berupa garis-


3 Seismogram
garis patah

4 Hypocenter Pusat gempa di bumi

Pusat gempa di permukaan bumi, yang tepat di atas


5 Epicenter
hypocentrum
Gempa yang terjadi sangat halus/lemah dan dapat
6 Mikroseista
diketahui hanya dengan menggunakan alat gempa

Gempa yang terjadi sangat besar kekuatarnya,


7 Makroseista sehingga tanpa menggunakan alat mengetahui jika
terjadi gempa

Pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) secara


8 Sudden slip
tiba-tiba

Artificial Gempa yang bersumber dari akibat aktivitas


9
earthquakes manusia

Fragmen – fragmen yang menyusun kerak bumi,


10 Plate yng terbentuk akibat gaya gerak dari dalam prut
bumi.

Divergent plate pergerakan pelat tektonik yang saling menjauh


11
boundaries yang membentuk lembah

Conovergent plate
12 pergerakan pelat tektonik yang saling mendekat
boundaries

Transfonn plate
13 pergerakan pelat tektonik yanlg saling bergeser,
boundaries(bergeser)

Gelombang yang merambat di sela-sela bebatuan


14 Body waves
di bawah permukaan bumi

gelombang yang merambat dari episenter ke


15 Surface waves
sepaniang permukaan bumi

Gelombang-P Gelombang yang merambat secara longitudinal


16
(gelombang primer) atau kompresi,

Gelombang-S
17 (gelombang yang merambat secara transversal atau geser
sekunder)
gelombang permukaan yang berjilan sebagai riak
Gelombang
18 dengan gerakan yang mirip dengan gelombang
Rayleigh
pada permukaan air

gelombang permukaan yang menyebabkan


19 Gelombang love
lingkaran geser tanah.

gempa yang disebabkan oleh pergeseran_lapisan


20 Gempa tektonik
batuan pada daerah patahan.

21 Gempa vulkanik gempa yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanisme

celah pada kerak bumi yang berada di perbatasan


22 Sesar (fault)
antara dua lempeng tektonik.

Pergerakan batuan penumpu merosot ke bawah


Sesar normal
23 akibat batuan penumpu di kedua sisinya bergerak
(normal fault).
saling menjauh.

24 Reflection pemantulan

25 Refraction perambatan

Lapisan kulit bumi yang melengkung ke atas


26 Dome
membentuk kubah

gerakan pada lapisan kulit bumi yang tidak terlalu


besar dan berlangsung dalam waktu yang lama
27 Lipatan
sehingga menyebabkan lapisan kulit bumi berkerut
atau melipat

28 Antiklinal Punggung lipatan

29 Sinklinal Lembah lipatan


30 Geosinklinal Sinklinal yang sangat luas

Pola baru yang di hasilkan akibat perubahan


31 Strukrur diastropik. bentuk yang disebakan pergerakan- pergerakan
keak bumi

32 Astropik pelengkungan, pelipatan, patahan, dan retakan.

gerakan pada lapisan bumi yang sangat besar dan


33 Patahan berlangsung dalam waktu sangat cepat sehingga
menyebabkan lapisan kulit bumi retak atau patah

34 Horst Naiknya tanah akibat pengangkatan

Turunnya tanah akibat blok batuan mengalami


35 Graben
penurunan.

Tabrakan benua yang disebabkan oleh pergerakan


36 Continental collision
lempeng di bawah lempeng lain

Zona yang terbentuk akibat dua lempeng yang


37 Zona subduksi. mengandung kerak benua saling bergesekan
rnendekati satu sama lain
Arus konveksi berskala besar di mantel atas
disalurkan melalui astenosfer, sehingga pergerakan
38 Basal drag
didorong oleh gesekart antara astenosfer dan
litosfer

Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah


39 Slab suction
pada lempeng di zona subduksi di palung samudra
II. PERTEMUAN KE-II
A. METODOLOGI PEMBUATAN PETA HAZARD GEMPA INDONESIA
Prosedur yang dilakukan untuk pembuatan peta hazard gempa ini
meliputi:
1. Review dan studi literatur mengenai kondisi morfologi, geologi,
geofisika dan seismologi dalam mengidentifikasi aktivitas sumber
gempa di wilayah Indonesia,
2. Pengumpulan dan pengolahan data kejadian gempa dari catatan sejarah
di wilayah Indonesia,
3. Pemodelan zona sumber gempa berdasarkan peta sesar aktif dan model
tektonik aktif yang sesuai untuk wilayah Indonesia,
4. Perhitungan parameter-parameter seismik yang meliputi a-b parameter,
magnitude maksimum dan slip-rate,
5. Perhitungan seismic hazard dengan menggunakan Teorema Probabilitas
Total,
6. Pembuatan peta gempa Indonesia yang berupa berupa peta percepatan
maksimum dan respon spektra percepatan di batuan dasar untuk
probabilitas kemungkinan resiko terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10%
dalam 100 tahun dan 2% dalam 50 tahun atau setara dengan periode
ulang gempa 500, 1000 dan 2500 tahun,

B. SEJARAH GEMPA
Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng
besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainnya saling bertemu di wilayah
Indonesia. Dalam mengantisipasi bahaya gempa, pemerintah Indonesia telah
mempunyai standar peraturan perencanaan ketahanan gempa untuk stuktur
bangunan gedung yaitu SNI-03-1726-2002 (SNI-03-1726-2012 yang diapakai
sekarang). Sejak diterbitkannya SNI-03-1726-2002, tercatat beberapa gempa
besar dalam 6 tahun terakhir, Kejadian gempa-gempa utama (main shocks)
dalam rentang waktu tersebut dapat dilihat dalam Gambar 3 ,seperti gempa
Aceh disertai tsunami tahun 2004 (Mw = 9,2), Gempa Nias tahun 2005 (Mw =
8,7), gempa Yogya tahun 2006 (Mw = 6,3), Gempa Tasik tahun 2009 (Mw =
7,4) dan terakhir Gempa Padang tahun 2009 (Mw = 7,6).Gempa-gempa tersebut
telah menyebabkan ribuan korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan ribuan
infrastruktur dan bangunan, serta dana trilyunan rupiah untuk rehabilitasi dan
rekonstruksi. Indonesia pertama kali mempunyai peta hazard gempa pada tahun
1983 (Gambar 2), yaitu dalam Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia
untuk Gedung (PPTI-UG 1983).

C. SUMBER GEMPA
Sumber gempa di Indonesia dipetakan dalam beberapa bentuk, berdasarkan
faktor pemicu gempanya. Sumber gempa subduksi adalah model yang didapat
dari data seismotektonik yang sudah teridentifikasi dengan baik (Gambar 1).
Parameter dari model ini meliputi lokasi subduksi yang dituangkan dalam
koordinat latitude dan longitude, kemiringan bidang subduksi (dip), rate, dan
b-value dari areal subduksi yang bisa didapatkan dari data gempa historis, serta
batas kedalaman area subduksi.
Pada peta gempa Indonesia 2010 segmen subdction yang digunakan adalah
megathrust segmen N. Sumatera, megathrust segmen S. Sumatera, megathrust
segmen Jawa, megathrust segmen Sumba, megathrust segmen Timor,
megathrust segmen Banda Sea, megathrust segmen N. Sulawesi, megathrust
segmen Philippine, megathrust segmen Wmolucca, dan megathrust segmen E.
Molucca. Sedangkan untuk wilayah Kalimantan seperti terlihat pada peta
(Gambar 1) merupakan wilayah teraman saat ini dari zona subduction. Pada
gambar 1 juga dipetakan sumber – sumber gempa tektonik dan sesar aktif di
Indonesia.
Gambar 1. Peta Tektonik dan Sesar Aktif di Indonesia
Gambar 2. Peta percepatan gempa maksimum Indonesia dalam PPTI-UG 1983
Gambar 3. Data episenter gempa utama di Indonesia dan sekitarnya untuk magnituda M ≥ 5.0 yang dikumpulkan dari berbagai
sumber alam rentang waktu tahun 1900-2009
D. GONCANGAN GEMPA DI PERMUKAAN TANAH DAN FAKTOR
AMPLIFIKASI
Perambatan gelombang gempa dari batuan dasar ke permukaan tanah
menyebabkan terjadinya perubahan goncangan gempa yang sampai di
permukaan tanah dan dipengaruhi oleh kondisi lapisan tanah seperti jenis,
ketebalan, kekakuan dan muka air tanah. Goncangan gempa yang sampai di
permukaan tanah pada umumnya akan mengalami pembesaran atau
amplifikasi. Faktor amplifikasi didefinisikan sebagai rasio besarnya
percepatan puncak atau spektra percepatan di permukan dibagi percepatan
puncak atau spektra percepatan di batuan dasar.
Besar amplifikasi di permukaan tanah dapat ditentukan dengan
melakukan analisis respon spesifik (Site-Specific Response Analysis),
dengan langkah berikut :
a. Klasifikasi site
Klasifikasi site harus ditentukan untuk lapisan setebal 30 m.
b. Penentuan Percepatan Puncak di Permukaan Tanah
c. Penentuan Respon Spektra di Permukaan Tanah
Peta hasil studi PSHA untuk percepatan puncak (PGA), spektra 0.2
detik, dan 1.0 detik di batuan dasar untuk kemungkinan terlampaui 10%
dalam 50 tahun (atau gempa 475 tahun) dapat dilihat dalam Gambar 20-22.
Sedangkan percepatan puncak (PGA), spektra 0.2 detik, dan 1.0 detik di
batuan dasar untuk kemungkinan terlampaui 2% dalam 50 tahun (atau
gempa 2475 tahun).( lihat pada gambar 4 dan 5)
Gambar 4. Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun
Gambar 5. Peta respon spektra percepatan 0.2 detik (SS) di batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun
III. PERTEMUAN KE-III
A. PUSAT GEMPA HYPOCENTER DAN EPICENTER
Pusat gempa terletak di perut bumi dan di permukaaan bumi .Titik
dalam perut bumi yang merupakan sumber gempa dinamakan hypocenter
atau focus. Proyeksi tegak lurus hypocenter ke permukaan bumi ini
dinamakan epicenter. Semakin dangkal hypocenter semakin besar radius
rambatan epicenter di permukaan bumi, dan semakin besar pula keruskan
yang terjadi, namun tidak memungkinkan juga dipengaruhi oleh faktor
kekuatan gempa dan lama getaran.

B. GELOMBANG GEMPA
Gelombang Gempa adalah gelornbang suara yang merambat melalui
inti bumi atau media elastis lainnya,merupakan energi akustik frekuensi
rendah. Gelornbang gempa diukur dengan seismograf. Penyebaran
kecepatan gelombang tergantung pada densitas dan elastisitas dari media.
Kecepatan cenderung meningkat seiring dengan kedalaman, dan berkisar
dari kurang lebih 2-8 km/detik di kulit bumi sampai 13 km/detik di dalam
mantel. Gempa bumi menimbulkan berbagai jenis gelombang dengan
kecepatan yang berbeda; ketika mencapai pencatat gempa
(seismometer). Ada dua jenis gelombang, yaitu gelombang dalam tanah
(body waves) ,dan gelombang permukaan tanah (surface waves).
1. Body waves (gelombang dalam tanah)
Body waves (gelombang dalam tanah) adalah Gelombang yang
merambat di sela-sela bebatuan di bawah permukaan bumi. Gelombang
dalam tanah terbagi menjadi 2, yaitu :
 Gelombang-P (gelombang primer) adalah gelombang
longitudinal yang arah gerakannya sejajar dengan arah
perambatan gelombang
 Gelombang-S (gelombang sekunder) adalah gelombang
transversal yang arah gerakannya tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang
2. Surface waves (gelombang permukaan)
Surface waves (gelombang permukaan tanah) adalah gelombang yang
merambat dari episenter ke sepaniang permukaan bumi. Gelombang
permukaan tanah dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
 Gelombang Rayleigh, juga disebut grounil roll, adalah
gelombang permukaan yang berjalan sebagai riak dengan
gerakan yang mirip dengan gelombang pada permukaan air.
Gelombang ini diperkenalkan oleh John William Strutt, Lord
Rayleigh , pada tahun 1995.
 Gelombang love adalah gelombang permukaan yang
menyebabkan lingkaran geser tanah. Gelombang ini
diperkenalkan oleh A.E.H love seorang matematikawan Inggris.

C. KLASIFIKASI GEMPA BUMI


Gempa bumi dapat digolongkan meniadi beberapa kategori, yaitu
berdasarka proses terjadinya, bentuk episentrumnya, kedalaman
hiposentrumnya, jaraknya, dan lokasinya.
1. Menurut Proses Terjadinya
Menurut proses terjadinya, gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi
lima, sebagai berikut :
a. Gempa tektonik, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya tumbukan
lempeng-lempeng di lapisan litosfer kulit bumi oleh tenaga
tektonik.
b. Gernpa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi akibat aktivitas gunung
berapi. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar
gunung berapi saat akan meletus, saat meletus, dan setelah terjadi
letusan.
c. Gempa runtuhan atau longsoran, yaitu gempa yang tejadi karena
adanya runtuhan tanah atau batuan. Gempa ini bisa terjadi di daerah
Lereng gunung atau pantai yang curam dan juga kawasan tambang
akibat runtuhnya dinding atau terowongan pada tambang-tambang
bawah tanah sehingga dapat menimbulkan getaran di sekitar daerah
runtuhan.
d. Gempa jatuhan, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya benda
langit yang jatuh ke bumi, misalnya meteor. Meteor yang jatuh ini
akan menimbulkan getaran bumi jika massa meteor cukup besar.
Getaran ini disebut gempa jatuhan. Gempa seperti ini jarang sekali
terjadi.
e. Gempa buatan, yaitu gempa yang memang sengaja dibuat oleh
manusia. Seperti percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau
laut, yang dapat menimbulkan getaran bumi. Selain itu ledakan
dinamit di bawah permukaan bumi juga dapat menimbulkan
getaran, namun efek getaranfiya sangat lokal.
2. Menurut Bentuk Episentrum
a. Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk titik.
b. Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis.
3. Menurut Kedalaman Hiposentrum
a. Gempa bumi dalam, yaitu gempa dengan kedalaman hiposentrum
lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.
b. Gempa bumi menengah, yaitu gempa dengan kedalaman
hiposentrum berada antara 60-300 km di bawah permukaan bumi.
c. Gempa bumi dangkal, yaitu gempa dengan kedalaman hiposentrum
kurang dari 60 km di bawah permukaan bumi.
4. Menurut jarak Episentrum
a. Gempa sangat jauh, yaitu gempa yang jarak episentrumnya lebih
dari 10.000 km.
b. Gempa jauh, yaitu gempa yang jarak episentrumnya sekitar 10.000
km.
c. Genpa lokal, yaitu gempa yang)aruk episentrumnya kurang dari
10.000 km.
5. Menurut Lokasi Episentrum
a. Gempa daratan, yaitu gempa yang lokasi episentrumnya berada di
daratan.
b. Gempa lautan, yaitu gempa yang lokasi episentrumnya berada di
dasar laut. Gempa jenis inilah yang dapat berpotensi menimbulkan
tsunami.

D. SKALA KEKUATAN GEMPA


Kekuatan gempa dapat diukur menggunakan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dengan mengukur pelepesan energi
(gelombang) kekuatan gempa yang dinyatakan dalam magnitudo.
Sedangkan pendekatan kualitatif dengan menyatakan besar gempa
berdasarkan efek yang terjadi terhadap manusia, alam, hewan, bangunan,
dll.
1. Magnitudo
Magnitudo mengukur gempa berdasarkan energi yang dilepaskan dari
sumber gempa. Ada bermacam-macam jenis magnitudo gempa, di
antaranya adalah:
a. Magnitudo lokal ML (local magnitude).
b. Magnitudo gelombang badan MB (body-wave magnitude).
c. Magnitudo gelombang permukaan MS (surface-waves magnitude).
d. Magnitudo mornen MW (moment magnitude).
e. Magnitudo gabungan M (unified magnitude).
2. Skala Richter
Skala Richter atau SR skala ukuran kekuatan gempa yang diusulkan
oleh fisikawan Charles Richter, merupakan pengembangan dari
Magnitude lokal ML. Skala Richter didefinisikan sebagai logaritma.
Richter menggunakan amplitudo maksimum yang diukur pada jarak
100 km dari episentrum menggunakan alat rekaman gempa Wood-
Anderson, kemudian dinyatakan dalam satuan mikrometer (μm), namun
karena perbedaan selisih angka yang jauh, richter mengubahnya dalam
bentuk logaritma, misal jika kekuatan amplitudo maksimumnya adalah
1mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (103) μm sama dengan
3,0 skala Richter. Namun SR memiliki kelemahan tidak dapat mengukur
pusat gempa yang dalam dan jauh melibihi 6SR.

Tabel 1. Deskripsi ukuran skala richter


Skala Richter Efek Gempa
< 2.0 Gempa kecil , tidak terasa
2.0 – 2.9 Tidak terasa, namun terekam oleh alat
Seringkali terasa, namun jarang menimbulkan
3.0 – 3.9
kerusakan
Dapat diketahui dari bergetamya perabot dalam
4.0 – 4.9 ruangan, suara gaduh bergetar. Kerusakan tidak
terlalu signifikan.

Dapat menyebabkan kerusakan besar pada


5.0 – 5.9 bangunan pada area yang kecil. Umumya kerusakan
kecil pada bangunan yang didesain dengan baik

6.0 – 6.9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km


Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area
7.0 – 7.9
lebih luas
Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga
8.0 – 8.9
dalam area ratusan mil
9.0 – 9.9 Menghancurkan area ribuan mil
> 10.0 Belum pernah terekam
Sumber :”Suharanto, 2013, Rekayasa Gempa (Dilengkapi Dengan
Beban Analisa Gempa Sesuai SNI – 03 – 1762 )”

3. Skala Modified Mercalli Intensity (MMI)


Skala MMI diperkenalkan oleh seorang vulcanolog bernama Giuseppe
Mercalli (1850-1914) yang ditemukan dari pengembangan skala
intensitas. Skala intensitas ditentukan berdasarkan efek gempa terhadap
manusia, alam, bangunan, dan reaksi hewan. Karena sifatnya yang
subjektif dan tergantung pada kerusakan akibat gempa, skala ini akan
mengukur kekuatan yang berbeda di lokasi berbeda, terutama jika
semakin jauh dari episentrum karena meninjau dari kerusakan yang
dialami berbeda, meskipun gempa terjadi di waktu bersamaan, sehingga
tidak akurasi untuk penentuan skala gempa.

Tabel 2. Klasifikasi skala MMI


Skala MMI Keterangan
I Direkam hanya oleh seismograf .
Getaran hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar
II
pusat gempa.
III Getaran dirasakan oleh beberapa orang.
Getaran akan dirasakan oleh banyak orang. Porselin
IV dan barang pecah belah berkerincing dan pintu
bergerak.
Binatang merasa kesulitan dan ketakutan. Bangunan
V mulai bergoyang. Banyak orang akanbangun dari
tidumya.
VI Benda-benda mulai berjatuhan dari rak.

VII Banyak orang cemas, keretakan pada dinding dan jalan.

VIII Pergeseran barang-barang dirumah.


Kepanikan meluas, tanah longsor, banyak atap dan
IX
dinding yang roboh.
Banyakbangunan rusak, lebar keretakan di dalam tanah
X
mencapai hingga 1 meter.
Keretakan dalam tanah makin melebar, banyak tanah
XI
longsor dan batu yangiatuh.
Hampir sebagian besar bangunan hancur, permukaan
XII
tanah perubahan menjadi radikal.
Sumber :”Suharanto, 2013, Rekayasa Gempa (Dilengkapi Dengan
Beban Analisa Gempa Sesuai SNI – 03 – 1762 )”

Mungkin akan ditemukan pengklasifikasian yang berbeda dari tabel di


atas dari sumber yang berbeda.
4. Skala Peak Ground Acceleration (PGA)
Skala Percepatan Puncak Tanah atau Peak Ground Acceleration (PGA)
menggambarkan percepatan tanah maksimum yang terjadi pada saat
gempa. Dinyatakan dalam g (percepatan gravitasi bumi) atau disebut
juga percepatan tanah. PGA meruapkan indikator sebagai pemetaan
lokasi gempa untuk melihat efek paling parah di suatu lokasi, karena
PGA merupakan puncak percepatan tanah.
5. Skala Kekuatan Momen ( Mw)
Skala kekuatan momen ( momen magnitud ) Mw merupakan skala
pengganti skala richter, karena keterbatasan pada SR pada gempa besar.
Magnitudo momen dikembangkan pada tahun 1979 oleh seismologis
Amerika, Tom Hanks dan Hiroo anamori. Namun Mw juga tidak efektif
digunakan pada gempa kecil.

E. ALAT PENCATAT GEMPA


Seismograf adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk merekam,
mengukur, dan mencatat tinggi rendahnya getarun gempa. Pada prinsipnya,
alat ini terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dari
ujungnya inilah seismograf menggambarkan getarun y"ng sedang terjadi
dalam lempeng bumi. Hasil rekaman dari alat ini disebut dengan
seismogram.
IV. PERTEMUAN KE- IV
A. KERUSAKAN AKIBAT GEMPA BUMI
Kerusakan struktur bangunan bisa dikelompokkan berdasar penyebabnya
yaitu :
1. Kerusakan struktur bangunan akibat langsung dari gempa.
Kerusakan struktur akibat- -langsung dari gempa disebabkan oleh
kerusakan-perrnukaan tanah dan efek getaran yang ditransmisikan-dari
tanah ke struktur. Penyebab kerusakan struktur akibat langsung dari
gempa harus diperhatikan dan diantisipasi.
a. Kerusakan Permukaan Tanah (Surface Faulting)
Kerusakan permukakaan tanah akibat gempa disebabkan oleh tanah
ambles, terbelah dan terbuka, dan juga karena liquifaksi. Dan kedua
penyebab ini menimbulkan kerusakan struktur bangunan di atasnya
permukaan tanah yang sulit untuk diantisipasi.
 Tanah terbelah ambles dan terbuka
Struktur tanah yang rusak menyebabkan kerusakan bangunan
jadi sulit untuk diperbaiki, tanah terbelah kerap kali terjadi di
daerah patahan
 Liquifaksi
Liquifaksi adalah tekanan air pori hidrostatis yang berlebihan
menyebabkan peristiwa naiknya air melalui celah celah retaknya
permukaan tanah. Hal ini bisa terjadi karena tekanan air pori
meningkat, dan kemampuan tanah memikul beban berkurang.
Peristiwa ini sering terjadi di daerah yang memiliki muka air
tinggi, seperti daerah pesisir pantai dan sekitarnya. Likuifaksi
dapat menyebabkan penurunan yang berbeda pada permukaan
tanah yang menjadikan struktur bangunan diatasnya ambles,
miring bahkan terguling.
b. Kerusakan Akibat Getaran di permukaan Tanah
Pada saat terjadi gempa permukaan tanah bawah struktur bangunan
akan bergetar. Getaran tersebut akan ditransmisikan ke struktur
bangunan di atasnya sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan
struktur. kerusakan struktur bangunan akibat getaran gempa
dibedakan atas 3 (tiga) jenis kerusakan yaitu : kerusakan non
struktural, kerusakan struktur sebagian (partially collapse) dan
kerusakan struktur total (totally collapse) .
 Kerusakan non struktural
Kerusakan yang terjadi elemen non-struktur dari bangunan
seperti dinding /tembok, partisi, pintu, jendela, furnitur dll
 Kerusakan struktur sebagian (partially collapse)
Kerusakan yang terjadi pada sebagian elemen struktur dari
bangunan seperti kotrom, balok, pelat, furniture akibat getaran
gempa, dan struktur tidak mengalami keruntuhan total atau
masih berdiri.
 Kerusakan Struktur Total (Totally Collapse)
Kerusakan yang terjadi elemen struktur dari bangunan yang
mengakibatkan bangunan mengalami keruntuhan total akibat
getaran gempa.
2. Kerusakan struktur banguan akibat tidak langsung dari gempa.
Kerusakan struktur akibat tidak langsung dari gempa disebabkan oleh,
kelongsoran lereng, banjir akibat bendungan pecah, kebakaran dan
tsunami dll.
3. Kerusakan Akibat Kelongsoran Lereng Tanah
Gempa bumi juga membawa dampak bagi kondisi lingkungin, seperti
terpicunya longsoran dan terjadi perubahan struktur tanah pada daerah
– daerah berlereng curam yang berada dalam kondisi kritis akibat
guncangan gempa. Kelongsoran tanah dapat berupa rock slide dan rock
fall (jatuhan). Jika daerah berlereng dekat dengan pemukimn warga,
akan sangat berbahaya jika terjadi rock slide maupun rock fall.
Kelongsorong ini disebabkan karena berkurangnya daya dukung tanah
akibat getaran gempa,brkurangnya daya dukung tanah dikarenakan
tegangan pori udara meningkat sehingga tegangan efektifnya akan
menurun bahkan ke titik terendah dan menyebabkan keruntuhan tanah
di atas yang menahan lereng.
4. Kerusakan Akibat Bencana Tsunami
Tsunami diartikan secra harfiah adalah gelombang tinggj /besar
yang menghantam pesisir pantai. Penyebab terjadinya tsunami ialah
gerakan tiba-tiba bumi yang terjadi di bawah laut, pemicu gelombang
tsunami sebagian besar adalah gempa bumi, namun bisa juga karena
beberapa penyebab seperti gunung berapi, tanah longsor, dan pukulan
komet jatuh ke laut. Ciri – ciri gempa bumi yang memicu terjadinya
tsunami ialah apabila kekuatan gempa lebih besar dari 7.5 SR, letak
hiposentrum di dasar laut, dan kedalaman episentrum < 70 km (gempa
dangkal). Jika hal ini terjadi perlu sikap tanggap untuk mengantisipasi
meninggalkan daerah pemukiman pesisir pantai untuk meminimalisir
jautuhnya korban. Berikut kurasakan – kerusakan yang pernah terjadi
akibat gempa :
 Letusan gunung Santorini di Yunani (1650) mengakibatkan
munculnya tsunami setinggi 100 m sampai 150 m yang
menghancurkan teluk utara pulau Kreta di Yunani.
 tsunami Sanriku setinggi 23 meter menyerang Jepang (1896)
menewaskan lebih dari 26 ribu jiwa.
 hancurnya tanggul dan jalan besar Santa Barbara, California (17
Desember 1896).
 Pada tang gal 16 Agustus 1916, tsunami menewaskan lebih dari
5 ribu orang di wilayah Teluk Moro, Filipina.
 Pada tang gal 17 Juli 1998, pantai utara Papua Nugini diteriang
gelombang akibat gempa lepas pantai. Gunami ini menewaskan
sekitar 2 ribu orang dan menyebabkan ribuan lainnya kehilangan
tempat tinggal.
 26 desember 2004 tsunami Aceh menewaskan 300.0000 jiwa di
Aceh, bangunan – bangunan dan rumah tinggal rata dengan
tanah, juga menghantam Malaysia, Thailand, India, Sri Langka,
Maldives, Somalia, Kenya, dan Tanzania di tirnur Afrika
Tsunami di atas hanya beberapa peristiwa yang pernah terjadi
sepanjang sejarah. Selain memakan korban jiwa tsunami juga
merusak bangunan – bangunan, jalan, rumah tinggal, mesjid,
sekolah, dll. Kerusakan yang ditimbulkan juga kerusakan yang tidak
bisa dipebaiki, melainkan harus dibangun kembali.

V. PERTEMUAN V
A. DESIGN FILOSOFI
Pengelompokan design filosofi (earthquake design philosophy)
bangunan tahan gempa dikelompokkan berdasarkan kekuatan gempa
(berkaitan dengan periode ulang dan tingkat pentingnya bangunan),
performa bangunan dalam rangka melindungi manusia, tetapi masih
memperhitungkan tingkat ekonomisnya pembangunan. Desain filosopi
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pada gempa kecil (light, atau minor earthquake) yang sering terjadi,
struktur utama bangunan harus tidak rusak dan berfungsi dengan
baik. Kerusakan kecil yang masih dapat ditoleransi pada elemen
non-struktur masih dibolehkan.
b. Pada gempa menengah (moderate earthquake) yang relatif jarang
tedadi, struktur utama bangunan boleh rusak/retak ringan tetapi
masih dapat/ekonomis untuk diperbaiki. Elemen non-struktur dapat
saja rusak tetapi masih dapat diganti dengan yang baru,
c. Pada gempa kuat (strong earthquake) yang jarang terjadi, maka
struktur bangunan boleh rusak tetapi tidak boleh runtuh total (totally
collapse). Kondisi seperti ini juga diharapkan pada gempa besar
(great earthquake), yang tujuannya adalah melindungi
manusia/penghuni bangunan secara maksimum.
Gambar 6. Level-level kerusakan bangunan

B. PENGETAHUAN YANG MENDUKUNG KONSEP BANGUNAN


TAHAN GEMPA
Untuk dapat mengimplementasikan filosofi desain bangunan tahan gempa
diperlukan banyak komponen-komponen pengetahuan mulai dari beban gempa,
analisis struktur, perilaku bahan, perilaku struktur, kategorisasi jenis kerusakan
struktur dan konsep bangunan tahan gempa.Penerapan beban gempa pada
bangunan misalnya telah berkembang sejak lama.
Perkembangan metode ataupun software untuk analisis struktur sangat
mendukung konsep desain bangunan tahan gempa. Konsep-konsep dasar
analisis struktur sudah berkembang sejak pertengahan abad ke-19 misalnya
metode unit load, flexibility method, stffiess method , slope deflection method
sampai awal abad-20. Pengembangan rnetode analisis terus berkembang
misalnya metode Muto (1933), momen distribusi/Cross method (1939), metode
Kani (1939) dan metode Takabeya (1965).
Riset tentang perilaku bahan, elemen struktur maupun struktur juga sangat
mendukung pengembangan konsep bangunan tahan gempa. Perilaku bahan
akibat beban dapat berupa linier dan non-linier, sedangkan intensitas beban
dapat mengakibatkan respons elastik maupun inelastik. Dengan demikain akan
terdapat 4-kombinasi yaitu seperti yang tampak pada Gambar 7.
Gambar 7. Macam-macam respons akibat bebab siklik

a. Linier elastik
Adalah respons bahan/elemen struktur yang mana hubungan antara
beban-simpangan bersifat lurus, proporsional/linier dan apabila beban
dihilangkan maka deformasi bahan akan sama dengan nol (kembali ke
posisi semula). Bahan metal khususnya baja mempunyai sifat/respons
linier apabila intensitas bebannya masih kecil.
b. Non-linier Elastik
Adalah apabila hubungan antara beban-simpangan dari awal sudah tidak
lurus/linier tetapi non-linier walaupun intensitas bebannya masih relatif
kecil. Apabila beban ditiadakan maka deformasi bahan akan sama
dengan nol (kembali ke posisi semula, tidak ada permanent
deformation). Tanah dan beton pada umumnya mempunyai sifat non-
linier sejak intensitas beban masih kecil.
c. Linier Inelastik
Adalah suatu kondisi yangmana intensitas beban sudah besar, tegangan
yang te{adi sudah tidak lagi tegangan elastik tetapi sudah inelastik.
Apabila beban ditiadakan maka benda tidak dapat lagi kembali ke posisi
semula tetapi kembali secara linier/lurus ditempat yang lain (ada
deformsi permanen). Walaupun beban sudah besar tetapi perilaku bahan
dimodel secara linier. Stnrktur beton yang dibebani dengan beban siklik
denganintensitas yang besar pada hakekatnya akan berperilaku non-
linier inelastik, tetapi pada umumnya dimodel sebagai linier-inelastik.
d. Non-linier Inelastik
Adalah suatu kondisi pembebanan siklik yang intensitasnya besar yang
diterapkan pada skuktur tanah maupun beton. Hubungan antara beban
dan deformasi tidak lagi bersifat lurus/linier dan apabila beban siklik
ditiadakan maka akan terdapat deformasi permanen.

C. KONSEP BANGUNAN TAHAN GEMPA (EARTHQUAKE


RESISTANT DESIGN CONCEPT)
Beban gempa yang sebenarnya adalah beban dinamik, namun beban
tersebut kemudian disederhanakan menjadi beban ekivalen statik, walaupun
penggunaannya relatif terbatas yaitu untuk analisis awal preliminary analysis).
Analisis dinamik yaitu analisis struktur yang memperhitungkan beban dinamik
digunakan hanya untuk kontrol terhadap analisis awal. Kombinasi pembenanan
yang menentukan pada umumnya adalah kombinasi pembebanan yangad'a
beban gempa. Periode ulang gempa rencana akan menentukan seberapa besar
kekuatan gempa percepatan tanah akibat gempa yang perlu diperhitungkan.
Dengan menenentukan probabilitas terhadap kemungkinan gempa terjadi
dan dihubungkan terhadap masa layan bangunan yang berkisar 50 – 75 tahun,
diperoleh probablilitas 10% terlampaui selama 50 tahun, sehinggga gempa
rencana sudah cukup besar. Dengan perkataan lain bahwa bangunan tidak perlu
harus masih berperilaku elastik selama 50 tahun. Dengan demikian kerusakan-
kerusakan dengan level tertenfu masih dibolehkan terjadi selama umur/masa
layan bangunan. Hal ini sesuai dengan filosofi desain sebagaimana dikatakan
sebelumnya. Agar bangunan tetap survive pada gempa yang lebih besar maka
bangunan harus mempunyai daktilitas yang baik.
Dengan memaki prinsip pemikiran seperti dijelaskan di atas maka secara
visual prinsip desain bangunan tahan gempa dapat disajikan seperti tampak
pada Gambar 8.
Gambar 8. Simpangan elastik dan Inelastik (Hoedayanto, 1989)

D. DESAIN KAPASITAS (CAPACITY DESIGN)


Prinsip Desain Kapasitas (Capacity Design Principle) yang dikembangkan
mulai dari Park dan Paulay (1975), Paulay (1977, 1979, 1980) dari University
of Canterbury, Christchruch, New Zealar,d dan dipakai di New Zealnd Code
sejak 1984. Pada capacity design, salah satu elemen (balok) sengaja dibuat
sebagai elemen-lemah (weak-link). Karena berfungsi sebagai elemen lemah,
maka elemen yang besangkutan akan mengalami tegangan leleh pertama kali
sebagaimana terjadinya sendi-sendi-plastik. Walaupun menjadi elemen lemah
tetapi balok didesain sangat daktail, sehingga tidak runtuh total. Elemen selain
balok (kolom, join, fondasi) disengaja menjadi elemen yang lebih kuat daripada
kekuatan maksimum balok, sebagaimana ditunjukkan oleh adanya koefisien
kuat-lebih (overstrength factor). Dengan demikian, hierarki kerusakan struktur
pada desain kapasitas sudah direncanakan sejak awal dengan baik.

E. HIERARKI KERUSAKAN STRUKTUR


Skuktur bangunan selengkapnya mungkin terdiri atas : a) tanah pendukung;
b) struktur fondasi; c) struktur kolom; d) struktur balok; e) struktur plat lantai;
f) struktur atap dan g) elemen non sffuktur (tembok, partisi, ceyling dsbnya).
Hierarki kerusakan elemen struktur secara logika dapat ditentukan dengan jelas
yaitu agar struktur tetap berdiri tegak maka kolom harus lebih kuat daripada
balok. Hierarki kerusakan terus berlanjut sampai pada tanah pendukung.
Dengan memperhatikan hal tersebut maka dari filosofi desain akhirnya sudah
sampai pada prinsip Lemah Kolom Kuat Balok (Strong Column and Weak
Beam, SCWB).

Gambar 9. Mekanisme runtuh pada Portal terbuka

Secara ringkas ciri-ciri desain kapasitas adalah (Paulay dan Priestley,1992):


1. Tempat-tempat kemungkinan te{adinya sendisendi plastik telah ditentukan
sejak awal. Hal ini di diawali dengan penetuan mekanisme goyangan (sway
mechanism) yaitu stnrktur yang didesain menurut Strong Column and Weak
Bearn (SCWB).
2. Deformasi-inelastik yang tidak dikehendaki, yaitu deformasi yang
menggangu kestabilan misalnya deformasi inelastik akibat geser baik di
balok maupun di join serta slip antara tulangan dengan beton dicegah dengan
memberikan kekuatan yang lebih besar dari yang diperlukan,
3. Tempat-tempat sendi plastik jangan sampai menjadi tempat yar.g
getaslbrittle, tetapi diditail dengan tulangan lentur dan geser sedemikian rupa
sehingga menjadi daktail dan dapat menjadi tempat disipasi energi secara
stabil/berkelanjutan. Join antara balok dan kolom didisian sedemikian
supaya masih dalam kondisi elastik, yaitu dengan memberikan kekuatan
yang lebih besar daripada balok/kolom.
F. DAKTALTAS DAN TINGKAT DAKTALITAS
Elemen struktur beton boleh relatif kecil dan berperilaku inelastik, tetapi
elemennya harus daktail. Cara agar suata elemen bersifat daktail maka pada
tempat yang diperunrukkan terjadi sendi-sendi plastik, tulangan lentur dan
tulangan gesemya didesain secara khusus. Daktalitas itu sendiri artinya adalah
kemampuan suatu elemen beton untuk berdeformasi inelastik secara
berkelanjutan akibat beban siklik tanpa adanya penurunqn kekutatan yang
berarti. Lawan dari sifat daktail adalah adalah getas atau brittle. Kedua sifat
bahan itu jika digambar adalah seperti yang tampak pada Gambar 10.

Gambar 10.7 Daktail, brittle dan daktilitas simpangan (Park, 1984)

Struktur yang daktail mampu berdeformasi inelastik secara berkelanjutan


tanpa adanya penurunan kekuatan yang berarti. Sebaliknya , struktur yang
getas/brittle kekuatannya segera menumn secara tajam setelah kekuatan puncak.
Gambar 10.b adalah hubungan yang sejenis akibat beban bolak-balik. Hubungan
antara beban dan simpangan ditunjukkan oleh garis lengkung/nonJinier putus-
putus yang membentuk suatu siklus tertutup yang umunnya disebut hysteretic
loops (Gambar 10.b).
Secara teoritik semakin tinggi tingkat daktilitas maka akan semakin baik,
baik dalam keberlanjutannya menahan beban maupun keberlanjutannya dalam
disipasi energi. Tingkat-tingkat daktilitas berikut nilai force reduction factor, R
adalah seperti yang tercantum pada Tabel 3. Paulay dan Priestley (1992)
menyajikan hubungan antara kebutuhan kekuatan akibat gempa 56 dengan level-
level dan nilai daktilitas sebagaimana tampak pada Gambar 11.

Tabel 3. Tingkat nilai daktilitas


No Tingkat Daktilitas Daktilitas dan faktor ienis struktur Keterangan
PPTGIUG,I9SI SNI-02.2002
1 Elastik Penuh l, (K:4) I (R:1.6)
2 Daktilitas 2,0 (K:2) 1,5 (R = 2,4)
Terbatas 2,0 (R = 3,2)
2,5 (R = 4,0)
3,0 (R = 4,8)
3,5 (R = 5,6)
4,0 (R = 6,4)
4,5 (R = 7,2)
5.0 (R = 8.0)
3 Daktilitas penuh 4,0 (K: 1) 5,3 (R = 8,5)

Gambar 11. Hubungan kebutuhan kekuatan dengan daktilitas (P-P,1992)


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Peta Hazard Indonesia 2010 (Sebagai Acuan Dasar Perancangan
dan Perencanaan Infrastruktur Tahan Gempa). Jakarta: Kementrian
Pekerjaan Umum.
Irsyam et al. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia
2010. Bandung: Tim Revisi Peta Gempa Indonesia.
Pawirodikromo, Widodo. 2015. Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rine, Evi. 2009. Buku Pintar Gempa (Mengenal Seluk-Beluk Gempa, Jenis-
jenisnya, Penyebab-penyebabnya, dan Dampak-dampaknya). Yogyakarta:
Diva Press.
Suharjanto. 2013. Rekayasa Gempa (Dilengkapi dengan Analisa Beban Gempa
Sesuai SNI 03-1726-2002). Yogyakarta: Kepel Press.

Anda mungkin juga menyukai