Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Gempa

Dosen Pengampu :
Ida Nugroho Saputro, S.T, M.T

Disusun Oleh :
Alif Rizal Muthi
NIM. K1514007

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
ANALISA KERUSAKAN AKIBAT GEMPA BUMI

Secara umum kerusakan yang terjadi akibat gempa beraneka ragam, hal ini sangat tergantung pada skala
kekuatan gempa itu sendiri. Dari semua fakta yang terjadi, secara umum kerusakan bangunan yang
terjadi akibat gempa 30 September lalu tergolong ke dalam empat bagian kerusakan.

Pertama, kegagalan pada soft story, yaitu menunjuk pada kondisi keruntuhan gedung yang biasanya
terjadi pada gedung berlantai lebih dari satu. Bangunan yang di lantai bawah lebih lunak daripada lantai
di atasnya, atau dapat dikatakan lantai di atas lebih keras atau kaku dibanding lantai di bawahnya.
Sebagian besar bangunan di Kota Padang mengalami kerusakan soft story ini, seperti banyak ruko-ruko
berlantai dua atau tiga yang kehilangan lantai satunya/roboh. Sementara lantai di atasnya masih dalam
keadaan baik-baik saja. Namun soft story ini juga ada yang terjadi di bagian tengah, seperti pada gedung
BII, soft story terjadi di lantai dua bangunan, sementara lantai satu dan tiganya masih dalam keadaan
baik.

Kedua, detail bangunan yang tidak tepat. Di dalam


perencanaan bangunan tahan gempa, juga harus
memahami filosofi keruntuhan sebuah bangunan, yakni
kolom tidak boleh hancur lebih dulu dibandingkan
balok. Namun kebanyakan keruntuhan pada kolom
bangunan yang terjadi disebabkan sengkang kolom
yang kecil dan kurang, serta bangunan menggunakan
tulangan polos. Padahal menurut aturan SNI Beton
2002 disebutkan bahwa diameter minimum untuk
tulangan sengkang (lateral) elemen kolom, khususnya
dalam memikul beban gempa adalah 10 mm. Meskipun
boleh polos namun sebaiknya ulir. Sedangkan untuk
tulangan, mesti menggunakan tulangan ulir.

Ketiga, kerusakan pada dinding bata yang kebanyakan terjadi karena tidak adanya struktur yang cukup
untuk menahan dinding terhadap arah lateral gempa. Meski pada beberapa bangunan lain dinding
batanya sudah dikekang dengan baik, tapi ikatannya terhadap beton kurang begitu kuat sehingga
batanya tidak mampu menahan energi gempa.

Lalu, kerusakan terakhir terjadi pada mutu beton yang kurang baik. Dibeberapa bangunan, tulangannya
masih terpasang dengan rapi, sengkang tidak terlepas, tulangan utama tidak berhamburan, tapi justru
inti betonnya yang hancur lebur yang menandakan kualitas beton yang terpasang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai