Anda di halaman 1dari 18

BAB I

GEMPA BUMI CHILLI DAN DAMPAKNYA

1.1 Gempa Chili


Gempa bumi di chilli terjadi pada tanggal 27 Februari 2010 berkekuatan
8,8 Skala Richter yang berpusat di lepas pantai Concepción, Chilli. Gempa bumi
tersebut terasa hingga di daerah sekitarnya yaitu Santiago, Valparaíso, Maule dan
beberapa kota di Argentina. Gempa tersebut terjadi pada pukul 3.34 waktu
setempat dengan durasi berkisar 10-30 detik. Meski tidak begitu lama, namun
dampak yang diberikan cukup besar.

Gambar 1.1 Pusat Gempa di Chili


1.2 Dampak gempa Chili
Gempa yang terjadi di Chili memberikan efek yang cukup besar bagu
beberapa banguanan maupun struktur bumi yang ada di sekitar pusat gempa.
Berikut merupakan beberapa contoh dampak dari gempa bumi di Chili.
a. Hancurnya bangunan

1
1.2 Kerusakan pada bangunan
Beberapa daerah mendapatkan efek yang cukup parah, banyak bangunan
yang retak dan juga mengalami keruntuhan baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Deformasi eksternal yg sangat kuat mendesak sambungan
balok distruktur atas bangunan. Beberapa rumah di utara Consepsion juga
hancur oleh pergerakan tanah.

b. Terdamparnya Perahu di sekitaran pantai

Gambar 1.3 Perahu terdampar


Perahu nelayan yang ada di sekitaran pantai pun naik ke pantai
karena terseret ombak dan terdampar, selain itu beberapa perahu bahkan
mengalami kerusakan yang cukup parah.
c. Hancurnya jalan

2
Gambar 1.4 Kerusakan pada jalan
Beberapa jalan mengalami keretakan yang cukup parah bahkan ada yang
amblas karena gempa bumi tersebut. Dan jalan tol di Santiago pun
mengalami keruntuhan. Selain itu beberapa abutmen pun mengalami
beberapa kerusakan.
d. Struktur bumi

Gambar 1.5 Kerusakan alam


Bukan hanya bangunan, namun beberapa struktur bumi pun
mengalami kehancuran, beberapa tempat mengalami longsoran dan
tanggul pada waduk pun mengalami kerusakan.
e. Jaringan Listrik

Gambar 1.6 Kerusakan tower


Karena gemoa ynag cukup besar, beberapa tiang listrik mengalami
kerusakan dan mengakibatkan jaringan listrik pun tidak dapat beroperasi
dengan baik,

3
BAB II
GEMPA PALU DAN DAMPAKNYA

2.1 Terjadinya Gempa

BMKG telah melaporkan terjadinya gempa dengan magnitude 7.7


mengguncang 26 km utara Donggala-Sulteng Jumat (28/9/2018) OT 17:02:44
WIB, kedalaman 10 km yang kemudian dimutakhirkan menjadi magnitude 7.4
dengan OT 17:02:45 WIB, kedalaman 11 km. Gambar lokasi epicenter dapat
dilihat pada gambar 1. Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman
hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat
aktifitas sesar Palu Koro. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa
gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari
struktur sesar mendatar (Slike-Slip). Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG
menunjukkan bahwa dampak gempa bumi berupa kerusakan dapat terjadi pada
daerah yang berdekatan dengan pusat gempa. Berdasarkan hasil analisa data
akselerograf, stasiun terdekat dengan sumber adalah stasiun Mapaga (MPSI),
berjarak sekitar 43.8 km dari pusat gempa dengan nilai percepatan tanah sebesar
138.871 gals dan merupakan nilai PGA terbesar.

4
Gambar 2.1 Peta Lokasi Gempa Bumi Donggala

2.2 Dampak Gempa

Kerusakan dan keruntuhan bangunan akibat gempa bumi terjadi karena


bangunan tidak mampu mengantisipasi getaran tanah (ground motion) Peak
Ground Acceleration (PGA) yang ditimbulkannya. Dapat dipahami bahwa sumber
gempa yang besar dan dekat akan menimbulkan getaran tanah yang juga besar.
Demikian halnya kondisi tanah setempat berupa endapan sedimen tebal dan lunak
juga akan menimbulkan fenomena amplifikasi yang memperbesar nilai getaran
tanah di permukaan. Berdasarkan hasil peta estimasi guncangan gempa bumi
(Shakemap) yang sudah ditambahkan data laporan dari masyarakat, daerah Palu
merasakan guncangan sebesar VIII-IX MMI, Buranga sebesar VII-VIII MMI,
Sabang VI-VII MMI , Donggala sebesar VI MMI , Poso VI MMI , Parigi V-VI
MMI, Pasangkayu V MMI, Ampana, Kasongan, Buol dan Toli toli memiliki
estimasi guncangan sebesar IV MMI.

5
Gambar 2.2 Shakemap Gempa Bumi Utara Donggala

Data BNPB mencatat banyak kerusakan bangunan hingga fasilitas publik.


Berikut data dan kerusakan di Palu dan sekitarnya :

1. Berbagai bangunan, mulai rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit,


dan bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya.
2. Pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura, ambruk.

Gambar 2.3 Kondisi Mal Tatura Sebelum dan Sesudah Gempa


3. Hotel Roa-Roa berlantai delapan yang berada di Jalan Pattimura, Kota
Palu, rata dengan tanah.

Gambar 2.4 Kondisi Hotel Roa-Roa Sebelum dan Sesudah Gempa

6
4. Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat, di Jalan Kangkung,
Kamonji, Kota Palu, roboh.

Gambar 2.5 Kondisi Rumah Sakit Anutapura Sebelum dan Sesudah


Gempa
5. Jembatan Ponulele yang menghubungkan antara Donggala Barat dan
Donggala Timur roboh

Gambar 2.6 Kondisi Jembatan Ponulele Setelah Gempa


6. Rusaknya beberapa bagian gedung Kampus IAIN Palu

Gambar 2.7 Kondisi Kampus UAIN Sebelum dan Sesudah Gempa


7. Jalur Trans Palu-Poso-Makassar tertutup longsor.
8. Tujuh gardu induk PLN padam usai gempa mengguncang Sulawesi
Tengah, khususnya di Palu dan Donggala.
9. Jaringan komunikasi di Donggala dan Palu terputus karena padamnya
pasokan listrik PLN. Terdapat 276 base station yang tidak dapat dapat
digunakan.
10. Terjadi kerusakan di bangunan tower Bandara Mamuju, dan pergeseran
tiang tower di Bandara Liwuk Bangai, namun masih berfungsi.

7
11. Sejumlah pelabuhan mengalami kerusakan. Pelabuhan Pantoloan, Kota
Palu, rusak paling parah. Quay crane atau kran peti kemas yang biasanya
digunakan untuk bongkar muat peti kemas roboh. Di Pelabuhan Wani,
bangunan dan dermaga mengalami kerusakan. KM Sabuk Nusantara 39
terhempas tsunami ke daratan sejauh 70 meter dari dermaga.
12. Kerugian lain dengan nilai kerusakan sebagai berikut.
Kerugian total sebanyak Rp. 23.260.350.139.685.

8
BAB III
PONDASI TAHAN GEMPA

3.1 Filosopi Bangunan Tahan Gempa


Secara umum filosopi bangunan tahan gempa adalah sebagai berikut :
1. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik
pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh,
dll) maupun pada komponen strukturalnya (kolom dan balik retak, pondasi
amblas, dll)
2. Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada
elemen non-strukturnya akan tetapi elemen strukturnya (pondasi, dinding
beton struktur, kolom dna balok struktur) tidak boleh rusak.
3. Bila terjadi gempa besar, bangunna boleh mengalami kerusakan baik pada
elemen non-strukturnya maupun elemen strukturnya, tetapi tidak sampai
roboh, sehingga penghuni bangunan masih mempunyai waktu untuk
menyelamatkan diri.
3.2 Konsep Dasar dan Struktur Bawah
Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat
seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak runtuh akibat
gempa sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara bersama-sama dan
proporsional. Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat
sambungan yang cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan
material dan pelaksanaan yang tepat.
Struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau bangunan yang
berada di bawah permukaan tanah, dapat berupa basmen atau system pondasi.
Struktur bawah memiliki beban-beban dari struktur atas sehingga setruktur bawah
tidak boleh gagal lebih dulu dari struktur atas. Beban-beban tersebut dapat berupa
Beban Mati (DL), beban Hidup (LL), beban Gempa (E), dll. Namun pada
pembahasan kali ini, beban yang akan dibahas hanyalah Beban Gempa saja.
3.3 Tinjauan Arsitektur
Bentuk bangunan yang baik adalah berbentuk simetris (bujursangkar, segi
empat) dan mempunyai perbandingan sisi yang baik yaitu panjang < 3 kali lebar,
ini dimaksudkan untuk mengurangi gaya punter yang terjadi pada saat terjadi
gempa. Untuk bangunan yang panjang dapat dilakukan pemisahan ruangan
(dilatasi) sehingga dapat mengurangi efek gempa. Juga harus diperhatikan bukaan

9
akibat jendela dan pintu tidak boleh terlalu besar. Apabila bukaan itu besar akan
terjadi pelemahan pada jendela dan pintu tersebut.
3.4 Beban Gempa (E)
Beban gempa merupakan beban yang diakibatkan oleh asanya pergerakan
tanah di bawah struktur suatu gedung atau bangunan. Akibat pergerakan tanah,
struktur atas akan bergoyang. Goyangan tersebut dimodelkan sebagai beban
horizontal terhadap struktur atas gedung atau bangunan, dan kemudian
diformulasikan sebagai beban gempa rencana.
Pada SNI 03-1726-2002 pasal 5.1.5 dalam (pamungkas, anugrah dkk. 2013)
dalam perencanaan struktur atas dan struktur bawah suatu gedung terhadap
pengarug gempa rencana, struktur bawah tidak boleh gagal lebih dahulu dari
struktur atas. Untuk iu, terhadap pengaruh gempa rencana unsur-unsur struktur
bawah harus tetap berperilaku elastic penuh, tak bergantung pada tingkat daktilitas
yang dimikili struktur atasnya. Akibat pengaruh gempa rencana, maka struktur
bawah harus dapat memikul pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh
gempa rencana Vm yang dapat diserap oleh struktur atas dalam kondisi di ambang
keruntuhan menurut persamaan :

Vm = f2.Vy

Di mana Vy adalah pembebanan gempa akibat pengarug gempa rencana


yang menyebabkan pelelehan pertama di dalam struktur gedung dan f2 adalah
faktor kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan struktur gedung yang
menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya oleh proses pembentukan sendi
plastos yang tidak serempak bersamaan. Faktor kuat lebih struktur f2 nilainya
bergantung pada nilai faktor daktilitas struktur gedung μ yang bersangkutan dan
ditetapkan menurut persamaan :

f2= 0.83 + 0.17 μ

maka pembebanan gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana Vm


dapat dihitung dari pembebanan gempa nominal Vn menurut persamaan :

f = f1.f2

10
dengan f1=1.6 sebagai faktor kuat lebih beban dan bahan.dalam table 1
dicantumkan nilai f2 dan f untuk berbagai nilai μ, berikut faktor reduksi gempa R
yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa nilai μ dan R tidak dapat melampaui
nilai maksimumnya.

3.5 Jenis-jenis Pondasi


A. Pondasi Dangkal
1) Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali biasanya hanya dipakai untuk konstruksi yang tidak
berat, seperti pagar, rumah tinggal sederhana yang tidak bertingkat. Pondasi
batu kali biasanya ditempatkan menerus untuk pondasi dinding. Seluruh
beban atap atau beban bangunan umumnya dipikul oleh kolom dan dinding,
diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Pondasi batu kali hanya mempertimbangkan berat beban yang bekerja
tanpa mempertimbangkan beban momen yang terjadi, yang oleh karena itu
kurang tepat apabila dipakai pada konstruksi bangunan yang berat atau
bertingkat tinggi.
Dasar perhitungan pondasi batu kali:

Dimana :

σ = tekanan yang terjadi

= daya dukung tanah

G1= berat konstruksi di atas

G2= Berat Sloof

G3= berat tanah urug

G4= berat dinding

A = luas penampang pondasi bawah

Bila diketahui beban-beban dari struktur atas dan daya dukung tanah,
maka dimensi pondasi batu kalli dapat ditentukan. Berat suatu konstruksi

11
struktur atas pada suatu titik kolom adalah 10 ton. Kolom tersebut terletak
diantara 3 kolom lain sedemikian rupa sehingga jarak antara ke masing-
masing kolom tersebut adalah 4 meter. Balok sloof berdimensi 150x300 mm 2
menahan beban dinding setinggi 3 m.

Diketahui :

1. Berat jenis tanah = 1,7 t/m3


2. Berat jenis batu kali = 2.200 kg/m3
3. Berat dinding ½ bata = 250 kg/m2
4. Daya dukung tanah adalah 0,8 kg/m2
Level bawah pondasi terletak 1,2 m dari tanah asli. Cek dimensi pondasi
batu kali apabila menggunakan pondasi dengan lebar bawah 80 cm, lebar atas
30 cm dan tinggi 80 cm

Gambar 3.1 Denah Pondasi Batu Kali

12
Gambar 3.2. Dimensi Pondasi Batu Kali

2) Pondasi Tapak dari Beton Bertulang


Pondasi tapak beton bertulang digunakan pada bangunan bertingkat
yang jumlah tingkatnya tidak terlalu banyak. Daya dukung tanah juga tidak
terlalu jelek.
Langkah-langkah perhitungan pondasi telapak dari beton bertulang :
a. Menentukan ukuran pondasi
b. Konstrol geser
c. Menentukan pembesian
d. Menentukan besar penurunan
Persyaratan yang harus dipenuhi :
SNI-03-2847-2002 pasal 9.7

13
Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor langsung di atas
tanah dan selalu berhubungan dengan tanah adalah 75 mm.
SNI-03-2847-2002 pasal 17.7
Ketebalan pondasi telapak di atas lapisan tulangan bawah tidak boleh
kurang dari 150 mm untuk pondasi telapak di atas tanah.
SNI-03-2847-2002 pasal 13.12
Kuat geser pondasi telapak di sekitar kolom, beban terpusat, atau daerah
reaksi ditentukan oleh kondisi terberat dari dua hal berikut :
1. Aksi balok satu arah di mana masing-masig penampang kritis yang akan
ditinjau menjangkau sepanjang bidang yang memotong seluruh lebar
pondasi telapak.
2. Aksi dua arah dimana masing-masing penampang kritis yang akan
ditinjau harus ditempatkan sedemikian hingga parameter penampang
adalah minimum.

Gambar 3.3 Dimensi Pondasi Telapak

Gambar 3.4 Analisis geser 1 dan 2 arah

3. Menentukan Pembesian Pondasi

14
SNI-03-2847-2002 PASAL 17.4.2
Momen terfaktor maksimum untuk sebuah pondasi telapak setempat
harus dihitung pada penampang kritis yang terletak di :
a. Muka kolom, pedestal, atau dinding untuk pondasi telapak yang
mendukung kolom, pedestal atau dinding beton.
b. Setengah dari jarak yang diukur dari bagian tengah ke tepi dinding,
untuk pondasi telapak yang mendukung dinding pasangan.
c. Setengah dari jarak yang diukur dari muka kolom ke tepi pelat alas
baja, untuk pondasi yang mendukung pelat dasar baja.
B. Pondasi Dalam
Pondasi tiang termasuk jenis pondasi datam. Terdapat beberapa macam
jenis pondasi tiang, antara lain tiang pancang dan tiang bor. Bagian ini akan
membahas tinjauan yang harus ditakukan datam merencanakan pondasi
tiang sebagai pondasi bangunan.
Berikut ini adatah langkah-langkah yang harus dilakukan:
1. Tentukan daya dukung vertikal tiang, Daya dukung vertikal tiang
adalah beban ijin yang dapat ditanggung oleh 1 buah tiang yang
ditancapkan pada suatu lokasi, dan pada kedalaman tertentu.
2. Tentukan jumlah kebutuhan tiang
Setetah mengetahui daya dukung ijin tiang, dari beban struktur atas
(beban tak terfaktor: DL+ LL) dapat dihitung kebutuhan tiang pada satu
titik kolom.
3. Cek efesiensi dalam kelompok tiang
Daya dukung sebuah tiang yang berada pada suatu kelompok tiang
akan berkurang. Hal ini disebabkan tanah di sekitar tiang terdesak oleh
tiang
mengakibatkan pemborosan tempat. Agar optima[, biasanya
diatur dengan jarak antara 2,5-3 x diameter tiang.
4. Tentukan gaya tarik atau gaya tekan yang bekerja pada tiang akibat
momen yang besar dari struktur atas, tiang dapat juga mengalami gaya
tarik ke atas. Untuk itu pertu dilakukan analisis gaya-gaya yang bekerja
pada masing-masing tiang dalam suatu ketompok tiang, jangan sampai
melebihi daya dukung yang diijinkan.
5. Tentukan daya dukung horisontal tiang Akibat pengaruh gempa,
tiang dapat mengalami gayahorizontal sehingga pertu ditinjau agar tiang
masih dapat melawan gaya-gaya tersebut.
6. Cek defleksi yang terjadi akibat gaya horizontaI dengan syarat
maksimum defleksi yang diijinkan.

15
7. Tentukan settlement atau penurunan (bila ada). Untuk tiang pancang
yang ditancapkan pada tanah keras, diasumsikan tidak akan terjadi
penurunan. Tapi bila tanah keras masih jauh di bawah maka tiang
mengandalkan gaya geser pada dinding tiang. Jadi kemungkinan akan
terjadi penurunan.

3.6 Teknologi Pondasi dan Bangunan Tahan Gempa


a. Pondasi Bangunan Melayang
Konsep bangunan seperti ini membuat bangunan mampu “mengapung” di
atas pondasi berupa bantalan karet timbal. Bantalan ini mengandung inti timah
padat yang dibungkus dalam lapisan karet dan baja. Pelat baja berfungsi untuk
menempelkan bantalan ke bangunan dan pondasinya. Sehingga ketika terjadi
gempa, fondasi bangunan memang akan bergerak, tapi tidak memindahkan
struktur bangunan di atasnya.
b. Peredam Getar
Peredam getar merupakan teknologi yang biasa dijumpai di mobil.
Namun, kini peredam getar juga bisa digunakan untuk mendirikan bangunan
bangunan. Peredam getar akan memperlambat dan mengurangi besarnya
getaran dengan memutar energi kinetik dari suspensi yang memantul.
c. Pendulum
Solusi lain untuk menahan goyangan gempa, terutama bagi gedung
pencakar langit, adalah dengan menggunakan kabel baja yang mendukung
massa serta cairan peredam di antara massa dan bangunan. Saat gempa terjadi,
pendulum akan bergerak ke arah yang berlawanan dan menghamburkan
getaran gempa. Teknologi pendulum ini didesain untuk melawan resonansi
dan meminimalkan respons dinamis dari struktur bangunan.
d. Sekring
Peneliti dari Stanford University dan University of Illinois telah
bereksperimen dengan konsep sekring pada listrik untuk membangun gedung
tahan gempa. Mereka menggunakan kabel vertikal yang mampu menjangkau
bagian atas setiap gedung dan membatasi goyangan gempa.
Tak hanya itu, kabel ini juga memiliki kemampuan untuk menarik kembali
struktur bangunan hingga tegak ketika gempa reda. Selain itu, komponen

16
lainnya adalah sekering baja yang dapat diganti. Besi dari sekering ini mampu
menyerap energi seismik sebagai batuan bangunan dan dapat diganti relatif
cepat.
e. Dinding Bergoyang
Dinding bergoyang dikombinasikan dengan isolasi dasar, bisa menjamin
keamanan bangunan di wilayah gempa. Batuan dari dinding bergoyang di
permukaan tanah berfungsi mencegah beton di dinding dari kecacatan
permanen.
Untuk menghadirkan teknologi ini, para insinyur menggunakan dua
tingkat bangunan dengan baja dan menggunakan sistem post-tensioning.
Dengan sistem post-tensioning, tendon baja mampu begerak seperti karet
gelang yang dapat direntangkan oleh dongkrak hidrolik, untuk meningkatkan
kekuatan tarik dari dinding.
f. Selubung Seismik
Beberapa ilmuwan telah membuat selubung seismik untuk membuat
bangunan seolah tak terlihat oleh gelombang pada permukaan tanah. Selubung
ini dibuat dari seratus cincin plastik konsentris yang terkubur di bawah fondasi
bangunan. Saat gelombang gempa mendekat, gelombang akan memasuki
salah satu cincin di dasar dan gelombang akan terjebak oleh cincin-cincin
tersebut.
Dengan teknologi ini, gelombang gempa tidak dapat memberikan energi
ke bangunan, melainkan hanya melewati fondasi bangunan dan muncul di sisi
lain permukaan tanah.
g. Material Paduan Memori
Untuk menahan getaran gempa yang besar, banyak insinyur yang
bereksperimen dengan material pengganti konstruksi baja dan beton
konvensional. Material tersebut merupakan perpaduan titanium, nikel, atau
nitinol, yang menawarkan elastisitas mulai dari sepuluh hingga 30 persen
daripada baja dan mampu menurunkan tingkat kerusakan bangunan akibat
gempa.
h. Serat Karbon

17
Untuk menciptakan struktur bangunan yang lebih tahan gempa, para
insinyur dan produsen bahan bangunan mencoba menghasilkan pembungkus
plastik berserat. Mereka mencampurkan serat karbon dengan polimer yang
mengikat, seperti epoxy, poliester, vinil ester, atau nilon, untuk menciptakan
bahan komposit yang ringan, tetapi sangat kuat.
i. Biomaterial
Para insinyur juga mendapat inspirasi membuat bangunan tahan gempa
dari kerang laut. Ternyata, kerang laut mampu menyerap goncangan dan
membuang energinya ketika sebuah gelombang datang.
Selain kerang, inspirasi juga datang dari benang laba-laba yang kaku
ketika ditarik, kemudian lentur, dan menjadi kaku lagi. Respons kompleks dari
benang laba-laba ini membuat jaring laba-laba menjadi dinamis di bawah
tekanan yang berat. Kini, para insinyur perlu mengembangkan bahan-bahan
konstruksi yang mampu meniru kemampuan kerang dan benang laba-laba.
j. Tabung Karton
Kardus pun bisa menjadi bahan konstruksi bangunan yang kokoh dan
tahan lama. Mengapa demikian? Sebab, dengan sifatnya yang ringan dan
fleksibel, struktur tersebut dapat menahan guncangan gempa lebih baik
daripada beton. Meskipun bisa runtuh, kemungkinan untuk menimbun orang
yang berada di dalam pun lebih kecil karena bahannya yang ringan.

18

Anda mungkin juga menyukai