Anda di halaman 1dari 6

Seri Naskah Khutbah Jum’at Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Wilayah DIY

Edisi 144, Jum’at 4 Januari 2019

BERKUMPUL BERSAMA ORANG-ORANG SALIH


Oleh: Ust. Deden A. Herdiansyah, M.Hum.
(Bidang Pelatihan dan Dakwah, PW IKADI DIY)

Khutbah Pertama

َ ُ َْ ُْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ‫ْ َ ﱠ‬
،‫ َو ُﻌ ْﻮذ ِﺑﺎ ِ ِﻣﻦ ﺷﺮو ِر أﻧﻔ ِﺴﻨﺎ‬،‫ِإ ﱠن ا َ ْﻤﺪ ِﻟﻠ ِﮫ ﻧ ْﺤ َﻤ ُﺪ ُﻩ َو ْﺴﺘ ِﻌ ْﻴﻨ ُﮫ َو ْﺴﺘﻐ ِﻔ ُﺮ ُﻩ‬
ُ.‫ﻀﻠ ْﻞ َﻓ َﻼ َ ﺎد َي َﻟﮫ‬ ْ ‫ َو َﻣ ْﻦ ُﻳ‬،‫ﷲ َﻓ َﻼ ُﻣﻀ ﱠﻞ َﻟ ُﮫ‬ ُ ‫ َﻣ ْﻦ َ ْ ﺪﻩ‬،‫َو َﺳ ّ َﺌﺎت َأ ْﻋ َﻤﺎﻟ َﻨﺎ‬
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ‫َ ْ َُ ْ َ ََ ﱠ‬ َ َ
.‫ َوأﺷ َ ُﺪ أ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪ ُﻩ َو َر ُﺳ ْﻮﻟ ُﮫ‬،‫ﷲ َو ْﺣﺪ ُﻩ ﻻ ﺷ ِﺮْ َﻚ ﻟ ُﮫ‬ ‫وأﺷ ﺪ أن ﻻ ِإﻟﮫ ِإﻻ‬
َ َ َ َ َ َ َ َ ‫َا ﱠﻟﻠ ُ ﱠﻢ‬
‫ﺻ ِ ّﻞ َﻋ ﻧ ِﺒ ِّ ﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ َء ِاﻟ ِﮫ َوأ ْ َ ِﺎﺑ ِﮫ َو َﻣ ْﻦ ﺗ ِﺒ َﻌ ُ ْﻢ ِﺑ ِﺈ ْﺣ َﺴ ٍﺎن ِا َﻳ ْﻮ ِم‬
ّ
.‫اﻟﺪ ْﻳ ِﻦ‬
ِ
َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ‫َ َ َ َ َﱠ‬ َ ْ َ ْ َ ُ
َ ْ ْ ْ ُ َ َ َ ْ ‫ﱠ‬ َ ُ َ َ
.‫ﷲ وﻃﺎﻋ ِﺘ ِﮫ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﻔ ِ ﻮن‬ ِ ‫ او ِﺻﻴﻜﻢ وﻧﻔ ِ ِﺑﺘﻘﻮى‬: ‫ﷲ‬ ِ ‫ ﻓﻴﺎ ِﻋﺒﺎد‬:‫أﻣﺎ ﻌﺪ‬
ََ َ ُ ‫ﱠ َ َ ﱠ‬ ُ ‫ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َﱡَ ﱠ َ َ ُ ﱠ‬ َ َ ُ َ َ
‫ ))ﻳﺎ أ ﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا اﺗﻘﻮا اﻟﻠﮫ ﺣﻖ ﺗﻘﺎ ِﺗ ِﮫ وﻻ‬:‫ﷲ َﻌﺎ ِ اﻟﻘﺮ ِآن اﻟﻜ ِﺮ ِﻢ‬ ‫ﻗﺎل‬
َ َ
ُْ ‫َ ُ ﱠ‬
.((‫ﺗ ُﻤﻮﺗ ﱠﻦ ِإﻻ َوأﻧﺘ ْﻢ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ُﻤﻮن‬

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah,


Pergaulan dengan sesama manusia adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kepribadian seseorang. Hadis Rasulullah menyatakan hal tersebut secara jelas,

َ ُ َ ُ ْ َْ َ َ َْ
‫اﳌ ْﺮ ُء َﻋ ِد ِﻳﻦ ﺧ ِﻠ ِﻴﻠ ِﮫ ﻓﻠ َﻴﻨﻈ ْﺮ أ َﺣ ُﺪﻛ ْﻢ َﻣ ْﻦ ُﻳﺨ ِﺎﻟ ُﻞ‬
“Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaklah seseorang di
antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekat.” (H.r.
Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi).

Jika berteman dengan orang baik, maka kebaikan pula yang akan diperoleh. Sebaliknya, jika
berteman dengan orang yang berperangai buruk, maka keburukan yang akan didapatkan. Oleh sebab
itu, Islam memberikan tuntunan yang tegas dalam persoalan ini agar umat Islam tidak salah dalam
memilih teman, menyatakan afiliasi, atau menggabungkan diri dengan sebuah kelompok.
Di dalam Al-Qur`an Allah telah menggambarkan seseorang yang mengalami penyesalan di
akhirat karena salah memilih teman saat di dunia. Dia mengambil jalan yang salah karena pengaruh
buruk temannya. Tanpa disadari, sedikit demi sedikit dia telah dijauhkan dari petunjuk Al-Qur`an,

1
sehingga membuatnya tersesat dari jalan yang diridhai Allah. Gambaran itu Allah jelaskan di dalam surat
Al-Furqan ayat 27 sampai 29:

‫اﻟﻈ ِﺎﻟ ُﻢ َﻋ َ َﻳ َﺪ ْﻳ ِﮫ َﻳ ُﻘﻮ ُل َﻳﺎ َﻟ ْﻴ َﺘ ِ ﱠاﺗ َﺨ ْﺬ ُت َﻣ َﻊ ﱠ‬


‫اﻟﺮ ُﺳﻮ ِل‬
‫ََ ْ َ َ َ ﱡ ﱠ‬
‫و ﻮم ﻌﺾ‬
‫ََ َ َﱠ‬ ً َ ً َُ ْ ‫ََ َ َ َ َﱠ‬ ً
‫ ﻟﻘ ْﺪ أﺿﻠ ِ َﻋ ِﻦ‬ ‫ َﻳﺎ َو ْ ﻠﺘﺎ ﻟ ْﻴﺘ ِ ﻟ ْﻢ أﺗ ِﺨﺬ ﻓﻼﻧﺎ ﺧ ِﻠﻴﻼ‬ ‫َﺳ ِ ﻴﻼ‬
ً ُ َ ْ ْ ُ َ ‫َ َ ﱠ‬ ْ َ ْ ّ
‫اﻟﺬﻛ ِﺮ َ ْﻌﺪ ِإذ َﺟ َﺎء ِ ﻲ َو ﺎن اﻟﺸ ْﻴﻄﺎن ِﻟ ِﻺ َﺴ ِﺎن ﺧﺬوﻻ‬ ِ
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali
perbuatannya) seraya berkata, “Wahai sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama
Rasul. Wahai celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman
akrab(ku). Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur`an) ketika (Al-
Qur`an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.” (Q.s. Al-
Furqan: 27-29).

Menggigit dua jari yang dilakukan orang zalim kelak di akhirat adalah ekspresi penyesalan yang
mendalam. Dia menyesal karena telah menyelisihi jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saat di dunia,
sehingga di akhirat dia tidak mampu bergabung bersama kafilah Rasulullah. Penyebabnya adalah
pengaruh buruk teman dekatnya yang membuat dia selalu lalai dari kebaikan.
Al-Qur`an menyebut teman dekat yang memiliki tabiat seperti itu sebagai setan, meskipun
wujudnya adalah manusia. Bukanlah satu hal yang mengherankan jika manusia bisa berperan sebagai
setan, karena hakikatnya setan itu berasal dari kalangan jin maupun manusia. Sebagaimana yang
difirmankan Allah dalam surat An-Nas:

َ ‫َ ﱠ‬ ‫ﱠ‬ ‫ُ ْ َ ُ ُ َ ّ ﱠ‬
‫ ِﻣ ْﻦ ﺷ ّ ِﺮ‬. ‫ﺎس‬
ِ ‫اﻟﻨ‬ ‫ﮫ‬ ‫ﻟ‬
ِ ِ ‫إ‬  ‫ﺎس‬ِ ‫اﻟﻨ‬ ‫ﻚ‬ ‫ﻠ‬
ِ ِ
َ  ‫اﻟﻨﺎس‬
‫ﻣ‬ ِ ‫ﻗﻞ أﻋﻮذ ِﺑﺮ ِب‬
‫ ِﻣ َﻦ‬ ‫ﺎس‬
‫ُ ُ ر ﱠ‬
‫اﻟﻨ‬ ‫و‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺻ‬ ُ ‫ ﱠاﻟ ِﺬي ُﻳ َﻮ ْﺳﻮ‬ ‫ْاﻟ َﻮ ْﺳ َﻮاس ا ْ َ ﱠﻨﺎس‬
‫س‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ْ ﱠ َ ﱠ‬
 ‫ﺎس‬ِ ‫ا ِ ﻨ ِﺔ واﻟﻨ‬
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia.” Raja manusia. Sembahan
manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang tersembunyi. Yang membisikan (kejahatan)
ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia. (Q.s. An-Nas: 1-6).

Setan bagi manusia berperan sebagai “khadzul” (pengkhianat), yaitu berpura-pura baik tetapi
kenyataannya dia menjerumuskan manusia pada keburukan. Demikianlah yang dilakukan oleh seorang
teman yang berperangai buruk. Dia menjanjikan harapan-harapan baik, mengajak untuk bersenang-
senang dan berhura-hura; seakan-akan semua itu adalah kebahagiaan yang diinginkan. Tetapi justru
hakikatnya semua itu adalah kelalaian yang semakin menjauhkan diri dari keridhaan Allah.
Teman yang buruk akan selalu memberikan pengaruh negatif pada keyakinan, pemikiran,
persepsi, dan perilaku seseorang. Jika dia tidak menyukai Islam, maka dia akan memberikan label-label
buruk dan citra negatif terhadap Islam agar sang teman mengikuti pemikirannya. Jika dia mencintai

2
kemaksiatan, maka dia akan menampakan kemaksiatan itu seakan-akan indah dan benar agar sang
teman turut di dalamnya. Sungguh berbahaya teman seperti itu.
Sedangkan berteman dengan orang yang salih akan memberikan banyak manfaat. Ia akan selalu
mengajak kita kepada kebaikan dan menjauhi kemaksiatan. Ia menjadi penolong kita ketika kesusahan.
Ia menjadi pelipur lara dalam kesedihan. Ketika kita sangat memerlukan nasihat dan bimbingan, teman
yang salih selalu bersedia membimbing dan mengarahkan. Ia tidak akan mengumbar aib dan keburukan
kita kepada orang lain. Bahkan akan membela dan membersihkan nama kita ketika ada orang yang
menfitnah atau menyiarkan keburukan kita di depan orang banyak.
Mari kita renungkan pengaruh pertemanan dengan orang-orang jahat dalam kisah Abu Thalib.
Beliau menjadi pembela dan penolong Rasulullah sejak beliau diutuskan. Akan tetapi, pada akhir
hayatnya, ia menolak untuk bersyahadat “tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah” karena
pengaruh buruk pemuka-pemuka Makkah. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam
Muslim dalam kitab Shahih mereka,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengunjungi Abu Thalib di saat-saat


dirinya tengah menghadapi sakaratul maut. Beliau mendapati Abu Jahal dan
Abdullah bin Abu Umaiyyah bin al-Mughirah turut berada di sana. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Paman! ucapkanlah dua Kalimah Syahadat,
supaya aku menjadi saksi bagimu di hadapan Allah." Lalu Abu Jahal dan
Abdullah bin Abu Umayyah menyela, 'Wahai Abu Thalib, apa kamu sanggup
meninggalkan agama Abdul Muththalib?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tidak berputus asa dan terus menuntunnya mengucap dua Kalimah Syahadat
dengan mengulanginya berkali-kali. Akan tetapi, ucapan terakhir yang keluar
dari mulut Abu Thalib adalah bahwa ia tetap mengikuti agama Abdul
Muththalib, dan enggan mengucapkan Kalimah Syahadat. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Demi Allah, aku akan mohonkan
ampunan dari Allah untukmu," sehingga Allah menurunkan ayat: “Tidak
dibenarkan bagi Nabi dan orang-orang yang beriman meminta ampun bagi orang-orang
yang syirik sekalipun orang itu kaum kerabat sendiri setelah nyata bagi mereka bahwa
orang-orang syirik itu adalah ahli Neraka” (Qs. At-Taubah: 113). Lalu Allah
menurunkan firman-Nya berkenaan dengan peristiwa Abu Thalib:
“Sesungguhnya kamu wahai Muhammad tidak berkuasa memberi hidayat petunjuk
kepada siapa yang kamu kasihi supaya dia menerima Islam tetapi Allah jualah yang
berkuasa memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Dia jualah yang
lebih mengetahui siapakah orang-orang yang (bersedia) untuk mendapat petunjuk memeluk
Islam”. (Qs. Al-Qashash: 56). (Hr. al-Bukhari dan Muslim)

Demikianlah pertemanan dengan orang jahat bisa sejauh itu memberikan kemudharatan kepada
seseorang. Sebaliknya, berteman dengan orang baik, akan mengangkat derajat dan memberikan
kemuliaan. Bacalah kisah Ash-habul Kahfi dalam Al-Qur’an. Seekor anjing yang derajatnya rendah,
menjadi mulia dan terabadikan dalam Al-Qur’an karena bergaul dengan orang-orang salih. Padahal ia
hanyalah seekor anjing biasa, tidak berbeda dengan binatang lainnya. Akan tetapi karena pertemanannya
dengan orang-orang salih, ia ikut mendapat karomah tidur selama 309 tahun dan kisahnya terabadikan
dalam kitab paling suci dan mulia sepanjang sejarah manusia.

3
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Dalam konteks pergaulan yang lebih luas kita juga perlu berhati-hati dalam menyatakan afiliasi
ataupun keberpihakan pada sebuah kelompok. Apalagi dalam memilih kelompok untuk bergabung di
dalamnya. Haruslah dipastikan bahwa kelompok tersebut adalah kumpulan orang-orang yang memiliki
visi Rabbani dan tidak menyimpang dari jalan agama. Pengaruh buruk satu orang teman saja sudah
membahayakan, apalagi pengaruh sekelompok orang yang menebarkan keburukan, tentu lebih
berbahaya.
Pilihlah teman atau kelompok yang selalu mengingatkan kita kepada Allah, yaitu orang-orang
berilmu yang dengan ilmunya Allah jadikan indah pribadinya. Tetaplah bersama mereka dalam kondisi
apapun, karena keselamatan ada bersama mereka. Janganlah tergiur untuk meninggalkan mereka dan
bergabung bersama orang-orang fasik, betapapun tawaran kenikmatan dunia merayu-rayu. Pepatah
َ َ َ َ َ َْ ْ َ َ ُ ْ َ
Arab mengatakan, ‫ﺎك ﻻ َﻣ ْﻦ أ ْ َ ﻜ َﻚ‬ ‫“ ﺻ ِﺪﻳﻘﻚ ﻣﻦ أﺑ‬Temanmu adalah yang membuat kamu
menangis bukan yang membuat kamu tertawa.” Maksud ungkapan itu adalah orang yang membuat
menangis karena mengingat Allah dan dosa-dosa, bukan orang yang membuat tertawa karena
kesenangan dunia yang melalaikan.
Bagi seorang mukmin memilih teman atau kelompok bukanlah persoalan sepele, karena dia
menentukan jati dirinya dalam beragama. Oleh sebab itu kita perlu memohon petunjuk kepada Allah
agar dipilihkan teman-teman dan kelompok yang tepat bagi kita untuk melangkah bersama di jalan
Allah. Bersama mereka kita menempa diri menjadi pribadi yang dicintai Allah dan berjuang seiringan.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Dalam konteks kehidupan bernegara, memilih seorang pemimpin juga tidak boleh mengabaikan
orang-orang yang ada di sekitarnya. Para pembisik yang berada dalam lingkaran utama seorang tokoh
akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan dan keberpihakannya. Sejarah mencatat, para pemimpin
yang zalim selalu dikelilingi orang-orang yang jahat. Lihatlah Fir’aun yang mempunyai perdana menteri
yang lebih buruk darinya yaitu Haaman. Lihatlah Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi, seorang gubernur zalim
yang membunuh banyak shahabat yang mempunyai penasehat yang jahat bernama Yazid bin Abi
Muslim. Para pembisik itulah yang mempunyai peran yang besar dalam membuat para pemimpin yang
zalim menjadi semakin zalim. Maka, hendaknya kita menjadikan hal ini sebagai pertimbangan dalam
memilih para pemimpin kita.
Semoga Allah memberikan karunia kepada kita teman-teman yang salih, lingkungan masyarakat
yang salih dan juga para pemimpin yang salih. Amin Ya Rabbal Alamin.
ْ ّ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ‫ُْ ْ ْ َ ْ َََ َ ْ َ ﱠ‬ ْ ُ ََ ْ ُ َ َ َ
‫اﻟﺬﻛ ِﺮ‬ ِ ‫ﺎت و‬
ِ ‫ وﻧﻔﻌ ِ و ِإﻳﺎﻛﻢ ِﺑﻤﺎ ِﻓﻴ ِﮫ ِﻣﻦ ﻳ‬،‫ك ﷲ ِ وﻟﻜﻢ ِ اﻟﻘﺮ َ ِآن اﻟﻌ ِﻈﻴ ِﻢ‬ ‫ﺑﺎر‬
َ ْ ْ ُْ ُ َ ْ ْ َ َ َ َ ُ َ
َ ‫ َوأ ْﺳﺘﻐﻔ ُﺮ‬،‫ أﻗ ْﻮ ُل ﻗ ْﻮ ْ ﺬا‬،‫ا ْ َ ﻜ ْﻴﻢ‬
‫ﷲ اﻟ َﻌ ِﻈ ْﻴ َﻢ ِ ْ َوﻟﻜ ْﻢ َو ِﻟ َﺴﺎ ِﺋ ِﺮ اﳌﺴ ِﻠ ِﻤ ن‬ ِ ِ ِ ِ ُْ
ْ ّ ُ ْ َُ ْ َ ُ ُ ّ ُ ُْ ْ َ ْ َ َ ْ َ
‫ ﻓﺎﺳﺘﻐ ِﻔﺮوﻩ ِإﻧﮫ ﻮ اﻟﻐﻔﻮر اﻟﺮ ِﺣﻴ ِﻢ‬،‫ﺎت‬ ِ ‫واﳌﺴ ِﻠﻤ‬

4
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ُّ‬ ‫ّ‬ ‫َۡ َ َ َ ُ َ ُ ُۡ َ ٰ َ ۡ ۡ َ ّ ُ ۡ َُ ََ‬ ‫ۡ َ ۡ ُ ﱣ ﱠ‬


‫اﻟﺪ ۡﻳ ِﻦ ِﻠ ِﮫ‬ ‫ِ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻈ‬
‫ِ ِ ِ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻖ‬ ‫ا‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬
‫ِ ِ‬‫د‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎﻟ‬ ‫ﺑ‬
‫ِ‬ ‫ﮫ‬ ‫ﻮﻟ‬ ‫ﺳ‬ ‫ر‬ ‫ﻞ‬ ‫ﺳ‬ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ﺬ‬‫ا ﻤﺪ ِﻟﻠ ِﮫ ِ‬
‫اﻟ‬
‫ﱠ َ‬ ‫ََ‬
‫َوﻛﻔ ٰﻰ ِﺑﺎﻟﻠ ِﮫ ﺷ ِ ۡﻴ ًﺪا‪.‬‬
‫ُ‬ ‫َ ۡ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ ۡ َۡ َ َٰ ﱠ ﱣ‬
‫أﺷ َ ُﺪ أن ﻻ ِإﻟﮫ ِإﻻ اﻟﻠ ُﮫ َو ۡﺣﺪ ُﻩ ﻻ ﺷ ِﺮۡ َﻚ ﻟ ُﮫ‪َ ،‬و أﺷ َ ُﺪ أ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ۡﺒ ُﺪ ُﻩ َو َر ُﺳ ۡﻮﻟ ُﮫ‪.‬‬
‫ٰ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ َ‬ ‫ﱣ‬
‫ﺻ ِ ّﻞ َو َﺳ ِﻠ ۡﻢ َﻋ َﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ ِآﻟ ِﮫ َو َ ۡ ِﺒ ِﮫ َو َﻣ ۡﻦ ﺗ ِﺒ َﻌ ُ ۡﻢ ِﺑ ِﺈ ۡﺣ َﺴ ٍﺎن ِإ َﻳ ۡﻮ ِم‬ ‫اﻟﻠ ُ ﱠﻢ َ‬
‫ّ‬
‫اﻟﺪ ۡﻳ ِﻦ‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َ ۡ َ ﱣ َ َ ٰ َ َ ۡ َ َ ُۡﱠ ُ ۡ َ‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ﱣ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫أ ﱠﻣﺎ َ ْﻌ ُﺪ‪ :‬ﻓ َﻴﺎ ِﻋ َﺒ َﺎد اﻟﻠﮫ‪ ،‬أ ۡو ِﺻ ۡﻴﻜ ۡﻢ َوﻧ ‪5‬ﻔ ِ ِﺑﺘﻘﻮى اﻟﻠ ِﮫ ﻌﺎ ﻓﻘﺪ ﻓﺎز اﳌﺘﻘﻮن‪.‬‬
‫ﱣَ َ ﱠ َُ‬ ‫ۡ ُ ۡ ٰ ۡ َ ۡ َٰٓ َ ﱡ َ ﱠ ۡ َ َ َ ُ ﱠ ُ‬ ‫َ َ ﱣ َ‬
‫ﺎل اﻟﻠ ُﮫ َﻌﺎ ٰ ِ اﻟﻘﺮا ِن اﻟﻜ ِﺮ ِﻢ‪)) :‬ﻳﺄ ﺎ ٱﻟ ِﺬﻳﻦ ءاﻣﻨﻮا اﺗﻘﻮا اﻟﻠﮫ ﺣﻖ ﺗﻘﺎ ِﺗ ِﮫۦ‬ ‫ﻗ‬
‫ََ َ ُ ُۡ ﱠ ﱠ َ ُ ﱡ ۡ ُ‬‫َ‬
‫وﻻ ﺗﻤﻮﺗﻦ ِإﻻ و أﻧﺘﻢ ﻣﺴ ِﻠﻤﻮن((‬

‫اﻟﺮ ِﺣ ْﻴﻢ‪:‬‬ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤﻦ ﱠ‬ ‫ﷲ ﱠ‬ ‫ِ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺴ‬ ‫ْ‬


‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ﱡ َ َ ۡ َ َ ُّ‬ ‫ﱠ ﱠ َ َ َ َٰٓ َ َ ُ ُ َ ﱡ َن َ َ ﱠ ّ َٰٓ َ ﱡ َ ﱠ َ َ َ ُ‬
‫)) ِإن ٱﻟﻠﮫ و ﻣﻠ ِﺌﻜﺘﮫ ﻳﺼﻠﻮ ﻋ ٱﻟﻨ ِ ِ ‪ ،‬ﻳﺄ ﺎ ٱﻟ ِﺬﻳﻦ ءاﻣﻨﻮا ﺻﻠﻮا ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳ ِﻠﻤﻮا‬
‫َ ۡ ً‬
‫ﺴ ِﻠﻴﻤﺎ((‬
‫ﱣُ ﱠ َ ّ ََ ُ َ ﱠ َ ََ ٰ ُ َ ﱠ َ َ َﱠۡ َ ََ ۡ ٰ ۡ َ ََ ٰ‬
‫وﻋ ا ِل‬ ‫اﻟﻠ ﻢ ﺻ ِﻞ ﻋ ﻣﺤﻤ ٍﺪ وﻋ ا ِل ﻣﺤﻤ ٍﺪ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﺻﻠﻴﺖ ﻋ ِإﺑﺮ ِ ﻴﻢ‬
‫ۡ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ٰ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬
‫ِإ ۡﺑ ٰﺮ ِ ۡﻴ َﻢ ِإﻧ َﻚ َﺣ ِﻤ ۡﻴ ٌﺪ َﻣ ِﺠ ۡﻴ ٌﺪ‪َ .‬و َ ﺎ ِر ۡك َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ ا ِل ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ‪ ،‬ﻛ َﻤﺎ َﺑ َﺎرﻛﺖ َﻋ ِإ ۡﺑ ٰﺮ ِ ۡﻴ َﻢ‬
‫ﱠ‬ ‫ََ ٰ‬
‫وﻋ ا ِل ِإ ۡﺑ ٰﺮ ِ ۡﻴ َﻢ‪ِ ،‬إﻧ َﻚ َﺣ ِﻤ ۡﻴ ٌﺪ َﻣ ِﺠ ۡﻴ ٌﺪ‪.‬‬
‫ﺎت‪ۡ َ ۡ ،‬ﺣ َﻴ ٓﺎ ِء ﻣ ۡ ُ ﻢۡ‬ ‫ِ‬
‫َ ُۡ ۡ ۡ َ َ ُۡ ۡ َ‬
‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺆ‬ ‫اﳌ‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬‫ﺆ‬ ‫اﳌ‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺎت‬
‫ِ‬ ‫ﻤ‬ ‫اﻏﻔ ۡﺮ ﻟ ۡﻠ ُﻤ ۡﺴﻠﻤ ۡ َن َو ۡاﳌُ ۡﺴﻠ َ‬ ‫ﱣُ ﱠ ۡ‬
‫اﻟﻠ ﻢ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ُ‬ ‫ۡ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ۡ‬ ‫ﱠ َ َ ٌۡ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ۡۡ‬
‫ات‪.‬‬ ‫ات‪ِ ،‬إﻧﻚ ﺳ ِﻤﻴﻊ ﻗ ِﺮ ﺐ ﻣ ِﺠﻴﺐ اﻟﺪﻋﻮ ِ‬ ‫و ﻣﻮ ِ‬
‫ْ ََ‬ ‫َْ ََ َ ﱠ َ َْ‬ ‫ﱠ ُ ﱠ ْ ُ َْ َ ﱠ َ َ ْ ُ ﱠ‬
‫ﺎﺻ ِﺮْ َﻦ‪َ ،‬واﻓﺘ ْﺢ ﻟﻨﺎ ﻓ ِﺎﻧ َﻚ ﺧ ْ ُ اﻟﻔﺎ ِﺗ ِﺤ ْ ن‪َ ،‬واﻏ ِﻔ ْﺮ ﻟﻨﺎ‬ ‫ِ‬ ‫اﻟﻨ‬ ‫اﻟﻠ ﻢ اﻧﺼﺮﻧﺎ ﻓ ِﺎﻧﻚ ﺧ‬
‫اﻟﺮا ِز ِﻗ ْ ن‪،‬‬ ‫اﺣﻤ ْ ن‪َ ،‬و ْار ُز ْﻗ َﻨﺎ َﻓ ِﺎ ﱠﻧ َﻚ َﺧ ْ ُ ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺮ‬ ‫ُ‬ ‫َﻓﺎ ﱠﻧ َﻚ َﺧ ْ ُ ْاﻟ َﻐﺎﻓﺮْ ﻦ‪َ ،‬وا ْر َﺣ ْﻤ َﻨﺎ َﻓﺎ ﱠﻧ َﻚ َﺧ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬
‫اﻟﻈ ْ َ َ ْ َ ْ َ‬
‫ﺎﳌ ن واﻟ ﺎ ِﻓ ِﺮ ﻦ‪.‬‬
‫ﱠ‬ ‫َْ‬ ‫َ َ َ‬
‫َوا ْ ِﺪﻧﺎ َوﻧ ِ ّﺠﻨﺎ ِﻣ َﻦ اﻟﻘ ْﻮ ِم‬
‫ِِ‬
‫ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ َ َ ﱠ َْ َ َ ُ َ‬ ‫َ ﱠُ ﱠ َ ْ ْ ََ َْ َ ﱠ‬
‫اﻟﻠ ﻢ أﺻ ِ ﻟﻨﺎ ِدﻳ ﻨﺎ اﻟ ِﺬى ﻮ ِﻋﺼﻤﺔ أﻣ ِﺮﻧﺎ وأﺻ ِ ﻟﻨﺎ دﻧﻴﺎن اﻟ ِ ِﻓ ﺎ ﻣﻌﺎﺷﻨﺎ‬
‫ُ ّ َ ْ َ ْ َ َْ ْ َ‬ ‫ََ َ ﱠ َْ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ً َ َ‬ ‫ََ ْ ْ ََ‬
‫آﺧﺮﺗﻨﺎ اﻟ ِ ِﻓ ﺎ ﻣﻌﺎدﻧﺎ واﺟﻌ ِﻞ ا ﻴﺎة ِز ﺎدة ﻟﻨﺎ ِ ِﻞ ﺧ ٍ واﺟﻌ ِﻞ اﳌﻮت‬ ‫وأﺻ ِ ﻟﻨﺎ ِ‬
‫ﺷﺮ‬‫اﺣ ًﺔ َﻟ َﻨﺎ ﻣ ْﻦ ُ ّﻞ ّ‬ ‫َر َ‬
‫ِ ِ ٍ‬

‫‪5‬‬
‫ّﱠ‬ ‫ُُ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َﱠ َ ۡ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ﱠ ۡ َ َ َ ُ ۡ َ ۡ‬
‫ﺎﻹ ۡﻳ َﻤ ِﺎن‪َ ،‬وﻻ ﺗ ۡﺠ َﻌ ۡﻞ ِ ﻗﻠ ۡﻮ ِ ﻨﺎ ِﻏﻼ ِﻟﻠ ِﺬ ۡﻳ َﻦ‬
‫ر ﻨﺎ اﻏ ِﻔﺮ ﻟﻨﺎ و ِ ِﻹﺧﻮا ِﻧﻨﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ ﺳﺒﻘﻮﻧﺎ ِﺑ ِ‬
‫َ ﱠ ُ ٌ‬ ‫ُ‬
‫َآﻣﻨ ۡﻮا َرﱠ ﻨﺎ ِإﻧ َﻚ َرؤ ۡوف ﱠر ِﺣ ۡﻴﻢ‪.‬‬
‫َﱠ َ ََ ۡ َ َۡ ُ َ َ َ ۡ ﱠ ۡ َ ۡ ۡ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ُ ۡ َ ﱠ َ ۡ َ‬
‫ﺎﺳ ِﺮۡ َﻦ‪.‬‬
‫ر ﻨﺎ ﻇﻠﻤﻨﺎ أﻧﻔﺴﻨﺎ و ِإن ﻟﻢ ﻐ ِﻔﺮ ﻟﻨﺎ وﺗﺮﺣﻤﻨﺎ ﻟﻨﻜﻮﻧﻦ ِﻣﻦ ا ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ﱠُ ﱠ ْ ُ ْ ََ‬ ‫ُ‬ ‫َ ﱠُ ﱠ ْ ُ ْ ََ‬
‫ﺼﺮ ِإﺧ َﻮاﻧﻨﺎ ِ ْ ِ ّﻞ َﻣ ٍﺎن َﻳﺎ َر ﱠب‬ ‫ﺼ ْﺮ ِإﺧ َﻮاﻧﻨﺎ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ِﻤﻲ أ ْﻳ ُﺠﻮر‪ ،‬اﻟﻠ ﻢ اﻧ‬ ‫اﻟﻠ ﻢ اﻧ‬
‫ْ َ َ‬
‫ﺎﳌ ْ ن‪.‬‬
‫اﻟﻌ ِ‬
‫ﱡَۡ َ َ َ ً َ َۡ َ َ َ َ ً َ َ َ َ َ ﱠ‬ ‫َٓ َ‬
‫اب اﻟﻨﺎر‪.‬‬ ‫ِﺧﺮ ِة ﺣﺴﻨﺔ و ِﻗﻨﺎ ﻋﺬ‬ ‫َرَ ﻨﺎ َءا ِﺗﻨﺎ ِ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﺣﺴﻨﺔ ِو‬
‫ّ‬ ‫َ ۡ‬ ‫َ ُۡ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ‬ ‫ۡ‬ ‫َ‬
‫ُﺳ ۡﺒ َﺤﺎن َرِّ َﻚ َر ِ ّب اﻟ ِﻌ ﱠﺰ ِة َﻋ ﱠﻤﺎ َﻳ ِﺼﻔ ۡﻮن‪َ ،‬و َﺳﻼ ٌم َﻋ اﳌ ۡﺮ َﺳ ِﻠ ن‪َ ،‬وا َ ۡﻤ ُﺪ ِﻟﻠ ِ ٰﮫ َر ِ ّب‬
‫ﱠَ َ‬ ‫ۡ َٰ َ َ‬
‫اﻟﺼﻼة‪...‬‬ ‫اﻟ َﻌﻠ ِﻤ ن‪َ ،‬وأ ِﻗ ۡﻴ ُﻤ ۡﻮا‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai