Anda di halaman 1dari 6

Seri Naskah Khutbah Jum’at Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Wilayah DIY

Edisi 152, Jum’at 8 Maret 2019

AWAS, JUAL BELI KEBENARAN


Oleh: : Ust. Selamet Abdurrahman, S.Ag., M.Si.
(Kabid Pendidikan dan Pesantren, PW IKADI DIY)

Khutbah Pertama

َ ُ َْ ُْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ‫ْ َ ﱠ‬
،‫ َو ُﻌ ْﻮذ ِﺑﺎ ِ ِﻣﻦ ﺷﺮو ِر أﻧﻔ ِﺴﻨﺎ‬،‫ِإ ﱠن ا َ ْﻤﺪ ِﻟﻠ ِﮫ ﻧ ْﺤ َﻤ ُﺪ ُﻩ َو ْﺴﺘ ِﻌ ْﻴﻨ ُﮫ َو ْﺴﺘﻐ ِﻔ ُﺮ ُﻩ‬
ُ.‫ﻀﻠ ْﻞ َﻓ َﻼ َ ﺎد َي َﻟﮫ‬ ْ ‫ َو َﻣ ْﻦ ُﻳ‬،‫ﷲ َﻓ َﻼ ُﻣﻀ ﱠﻞ َﻟ ُﮫ‬ ُ ‫ َﻣ ْﻦ َ ْ ﺪﻩ‬،‫َو َﺳ ّ َﺌﺎت َأ ْﻋ َﻤﺎﻟ َﻨﺎ‬
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ‫َ ْ َُ ْ َ ََ ﱠ‬ َ َ
.‫ َوأﺷ َ ُﺪ أ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪ ُﻩ َو َر ُﺳ ْﻮﻟ ُﮫ‬،‫ﷲ َو ْﺣﺪ ُﻩ ﻻ ﺷ ِﺮْ َﻚ ﻟ ُﮫ‬ ‫وأﺷ ﺪ أن ﻻ ِإﻟﮫ ِإﻻ‬
َ َ َ َ َ َ َ َ ‫َا ﱠﻟﻠ ُ ﱠﻢ‬
‫ﺻ ِ ّﻞ َﻋ ﻧ ِﺒ ِّ ﻨﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ آ ِﻟ ِﮫ َوأ ْ َ ِﺎﺑ ِﮫ َو َﻣ ْﻦ ﺗ ِﺒ َﻌ ُ ْﻢ ِﺑ ِﺈ ْﺣ َﺴ ٍﺎن ِا َﻳ ْﻮ ِم‬
ّ
.‫اﻟﺪ ْﻳ ِﻦ‬
ِ
َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ‫َ َ َ َ َﱠ‬ َ ْ َ ْ َ ُ
َ ْ ْ ْ ُ َ َ َ ْ ‫ﱠ‬َ ُ َ َ
.‫ﷲ وﻃﺎﻋ ِﺘ ِﮫ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﻔ ِ ﻮن‬ ِ ‫ او ِﺻﻴﻜﻢ وﻧﻔ ِ ِﺑﺘﻘﻮى‬: ‫ﷲ‬ ِ ‫ ﻓﻴﺎ ِﻋﺒﺎد‬:‫أﻣﺎ ﻌﺪ‬
ََ َ ُ ‫ﱠ َ َ ﱠ‬ ُ ‫ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َﱡَ ﱠ َ َ ُ ﱠ‬ َ َ ُ َ َ
‫ ))ﻳﺎ أ ﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا اﺗﻘﻮا اﻟﻠﮫ ﺣﻖ ﺗﻘﺎ ِﺗ ِﮫ وﻻ‬:‫ﷲ َﻌﺎ ِ اﻟﻘﺮ ِآن اﻟﻜ ِﺮ ِﻢ‬ ‫ﻗﺎل‬
َ َ
ُْ ‫َ ُ ﱠ‬
.((‫ﺗ ُﻤﻮﺗ ﱠﻦ ِإﻻ َوأﻧﺘ ْﻢ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ُﻤﻮن‬
Maasyiral muslimini rahimakumullah,
Nikmat yang agung bagi Umat Islam adalah bahwa kita telah diberi petunjuk jalan kehidupan
yang tidak meragukan, yaitu dengan Al-Qur’an.

َ ‫ّْ ﱠ‬ َ ُ َ ْ َ َ
‫ﺎب ﻻ َرْ َﺐ ِﻓ ِﻴﮫ ُ ًﺪى ِﻟﻠ ُﻤﺘ ِﻘ ن‬‫ذ ِﻟﻚ اﻟ ِﻜﺘ‬
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa” (Qs. Al-Baqarah: 2)

Dan bahkan kita dibimbing untuk mengucapkan permohonan agar selalu mendapat petunjuk
dari-Nya.
َ ‫ﺴﺘﻘ‬َ ُ َ َّ َ
‫ﻴﻢ‬ ِ ‫اﳌ‬ ‫اط‬
‫ﺮ‬ ‫اﻟﺼ‬
ِ ‫ـﺎ‬ ‫ـ‬ ‫ﻧ‬ ‫ا ِﺪ‬
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (Qs. Al-Fatihah: 5)

Kaum muslimin rahimakumullah,


Sesungguhnya kebenaran itu parameternya (ukurannya) jelas, tidak bias. Jika kebenaran
parameternya tidak jelas, tidak ada gunanya Allah menurunkan al-Quran dan tidak ada gunanya pula
bimbingan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1
Dalam al-Quran, Allah banyak memerintahkan kita untuk yakin dan yakin, dan melarang untuk
ragu dengan ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah,

َ َ ‫ﻮﻧ ﱠﻦ ﻣ َﻦ ْاﳌُ ْﻤ‬


‫ﻳﻦ‬
َ ُ َ ََ َ َّ ْ ‫ْ َ ﱡ‬
‫ا ﻖ ِﻣﻦ رِ ﻚ ﻓﻼ ﺗﻜ‬
ِ ِ
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-
orang yang ragu” (QS. al-Baqarah: 147)

Dalam proses pencarian petunjuk kebenaran, manusia sering menjumpai perilaku sebagian
orang yang secara sengaja menyesatkan orang lain untuk kepentingan pribadi. Allah Subhanahu wata’ala
mengingatkan kita:

َ َ َ ‫َ ُ ْ َ َ َْ ُ ُ َ ّ ً َّ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ ﱠ‬
‫َوﻻ‬ ‫و ِآﻣﻨﻮا ِﺑﻤﺎ أﻧﺰﻟﺖ ﻣﺼ ِﺪﻗﺎ ِﳌﺎ ﻣﻌﻜﻢ وﻻ ﺗﻜﻮﻧﻮا أول ﺎ ِﻓ ٍﺮ ِﺑ ِﮫ‬
ْ ْ ُ َْ َ َ ُ‫ََ ً َ ً َ ﱠ َ َ ﱠ‬ ْ َْ َ
‫َ ﱠﻖ‬ ‫ وﻻ ﺗﻠ ِ ﺴﻮا ا‬ ِ ‫ﺸ ُ وا ِﺑ َﺂﻳﺎ ِ ﻲ ﺛﻤﻨﺎ ﻗ ِﻠﻴﻼ و ِإﻳﺎي ﻓﺎﺗﻘﻮ‬
‫ن‬
َ َ َ َ ْ ْ ْ َْ
‫ﺎﻃ ِﻞ َو َﺗﻜ ُﺘ ُﻤﻮا ا َ ﱠﻖ َوأ ُﻧﺘ ْﻢ ْﻌﻠ ُﻤﻮن‬
ِ ‫ِﺑﺎﻟﺒ‬
“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang
membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang
pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga
yang rendah (sedikit), dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. Dan janganlah
kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan
yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (Qs. Al Baqarah 40-41)

Asbabun nuzul atau sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut adalah banyaknya orang
yang masuk Islam di Madinah pada masa Nabi. Karena alasan ini, para tokoh Yahudi berusaha
menghalangi masyarakat Madinah, terutama kaum Yahudi, agar tidak mengikuti dakwah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Padahal di dalam hati, mereka mengetahui
dengan yakin, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi terakhir seperti yang
disebutkan dalam Taurat. Mereka menghalangi karena khawatir akan kehilangan pengaruh/dominasi
atas masyarakat Madinah.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan: “Makna ayat tersebut, janganlah kalian mengambil dunia,
dengan sengaja menyembunyikan penjelasan, informasi, dan tidak menyebarkan ilmu yang bermanfaat
kepada masyarakat, serta membuat samar kebenaran. Agar kalian bisa mempertahankan posisi
kepemimpinan kalian di dunia yang murah, rendah, dan sebentar lagi akan binasa. (Tafsir Ibnu Katsir,
1/244).
Harun bin Zaid menceritakan, “Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang firman Allah, “Tsamanan
Qalila” (harga yang rendah). Kata beliau, “Harga yang rendah adalah dunia seisinya.” (Tafsir Ibnu
Katsir, 1/243)

2
Adapun terkait ayat:
َ َ َ َ ْ ْ ْ َ ‫ﻮا ا ْ َ ﱠﻖ ﺑ ْﺎﻟ‬
ْ ُ َْ َ َ
‫ﺎﻃ ِﻞ َو َﺗﻜ ُﺘ ُﻤﻮا ا َ ﱠﻖ َوأ ُﻧﺘ ْﻢ ْﻌﻠ ُﻤﻮن‬‫ﺒ‬
ِ ِ ‫وﻻ ﺗﻠ ِ ﺴ‬
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah
kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (Qs. Al Baqarah 40-41)

Larangan ini merupakan larangan yang sangat serius. Karena akibat yang ditimbulkan dari
mencampur kebenaran dengan kebatilan atau menyembunyikan kebenaran adalah tidak diketahuinya
kebenaran yang seharusnya diketahui masyarakat. Juga menyebabkan hukum Allah bercampur aduk
antara larangan dan perintah. Artinya, hal perbuatan tersebut berpotensi besar menyebabkan kerusakan
dan kekacauan dalam masyarakat.
Kemudian, dari sisi bahasa, kata “talbisuu” bisa berasal dari kata “la-bi-sa” yang berarti memakai,
atau dari kata “la-ba-sa” yang bermakna mengacaukan atau menyamarkan. Bisa juga diambil dari kata
“al-ba-sa” yang berarti memakaikan. Maka jika dipadukan menjadi: “Memakai pakaian kebenaran (al-
Haqq) untuk menutupi tubuh aslinya yang salah (al-Baathil). Maka, orang yang membantu, setuju atau
membiarkan tindakan ini disebut memakaikan pakaian kebenaran kepada kebatilan. Baik yang memakai
ataupun yang memakaikan al-Haqq kepada al-Baathil punya andil yang sama dalam mengacaukan
pandangan masyarakat tentang ajaran agama yang benar.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ada beberapa tanda perilaku menjual ayat atau kebenaran dengan murah. Diantaranya:
Pertama; menggunakan ayat atau dalil untuk tujuan salah. Disini ada dua pengertian: Pertama,
memakai ayat untuk kepentingan orang tanpa mengetahui untuk apa penggunaannya. Padahal, mungkin
seseorang ingin mengetahui sebuah ayat untuk tujuan yang salah. Kedua, menggunakan ayat-ayat Al-
Qur’an dalam berbagai kesempatan untuk kepentingan materi, uang, jabatan dsb.
Kedua; Menjelaskan ayat atau kebenaran secara samar-samar atau kabur. Ciri kedua perilaku
“menjual ayat” adalah mengutip atau menyebutkan sebuah ayat Al-Qur’an secara samar-samar demi
menyenangkan orang atau agar orang tidak tersinggung. Arti yang sebenarnya disembunyikan, agar
orang tidak tersinggung, atau agar enak didengar, atau agar dirinya kelihatan simpatik.
“Tasytaru” (menjual/menukarkan) adalah perilaku memilih-milih ayat Al-Qur’an dalam
berdakwah atau dalam berkomunikasi. Agar tidak menyinggung orang, maka dipilihlah ayat-ayat dan
pengertian yang lunak, menghibur dan menyenangkan. Sementara ayat-ayat yang terdengar keras, pahit
dan isinya ancaman Allah tidak diungkapkan. Dengan begitu, ia tetap laku dan disukai orang lain yang
ingin didekatinya.
“Tasytaru” juga bermakna melegitimasi tindakan, pikiran, situasi dan persoalan seseorang
dengan ayat Al-Qur’an tanpa melihat benar salahnya. Agar mendapatkan simpati, seseorang mendukung
pernyataan orang yang mempunyai kedudukan seperti penguasa, pejabat dll menggunakan ayat Al-
Qur’an. Ini adalah bentuk perilaku menjual ayat dengan harga murah. Ayat Al-Qur’an yang agung dan

3
luhur disampaikan tapi dipilih-pilih hanya untuk menyenangkan individu tertentu. Akhirnya, benar-
benar harga murah atau kerendahan derajatlah yang didapatkan, yaitu kesenangan dan pujian orang. Ia
kemudian dianggap sebagai seorang Ustadz yang bijak, santun dan gelar-gelar lainnya. Atau mungkin ia
mendapatkan keuntungan materi dari perbuatannya tersebut.
Ketiga; Menyampaikan kebenaran dengan tidak tegas. Makna ketiga “menjual ayat dengan harga
murah” adalah menyatakan kebenaran dengan tidak tegas agar tidak terdengar ekstrim. Tidak diragukan
bahwa menyampaikan kebenaran harus diiringi dengan kebijaksanaan. Tapi ini tidak berarti mengurangi
porsi kebenaran tersebut atau menghindari menyampaikannya secara tegas, sesuai dengan yang
diinginkan oleh Allah sebagai sumber kebenaran.
Kebenaran harus disampaikan apa adanya, tidak ada yang disembunyikan. Menyampaikan
kebenaran juga tidak boleh takut resiko, karena jika takut resiko berarti belum siap berdakwah. Menyeru
kebenaran yang merupakan perilaku luhur dan mulia tentu mempunyai resiko yang besar. Bahkan
pendakwah sekelas Nabi Muhammad yang merupakan manusia paling mulia harus menghadapi hinaan,
cemoohan, ancaman, siksaan, bahkan usaha pembunuhan. Oleh karena itu, seorang penyeru kebenaran
harus lebih takut kepada Allah daripada takutnya pada manusia. Ia harus meniatkan aktifitas dakwahnya
semata-mata untuk mencari ridha Allah, bukan simpati dan belas kasih manusia. Dalam konteks ini
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

ُ َ َ ْ َ ‫ُ ْ َ ﱠ‬
‫ﻗ ِﻞ ا ﻖ و ِإن ﺎن ﻣﺮا‬
“Katakanlah kebenaran walaupun terasa pahit.” (Hr. Ibnu Hibban)

Orang yang memilih ayat yang lunak-lunak, yang lembut, agar mendapat simpati, agar
ceramahnya dipakai lagi, agar tetap laku sebagai ustadz, adalah perilaku “menjual ayat dengan murah”
yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Yang keempat; Tidak peduli dengan kesalahan yang terjadi, padahal ia mengetahui kebenarannya.
Rasulullah memerintahkan kepada kita ketika melihat kesalahan untuk merubahnya, baik dengan
kekuasaan ataupun lisan. Derajat paling rendahnya adalah merubah dengan hati, yaitu dengan merasa
tidak rela kemaksiatan atau kesalahan itu terjadi. Namun karena keterbatasannya, ia tidak mampu
merubahnya dengan tangan ataupun lisannya. Adapun orang yang tidak ada keimanan dalam hatinya,
maka ia tidak peduli dengan kejadian apapun di depan matanya. Tidak ada sedikitpun keinginan untuk
merubah kesalahan, padahal ia mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Atau ia tidak mau
merubahnya karena pertimbangan-pertimbangan duniawi. Misalnya, ada orang atau sekelompok teman
yang melakukan kesalahan, tetapi tidak diingatkan. Perasaan takut menyinggung dan “tidak enak” lebih
diikuti daripada menyampaikan kebenaran. Ini termasuk indikasi menjual ayat dengan harga murah.

4
Menukarkan yang mahal (memberikan nasehat kebenaran) dengan yang murah (pertemanan yang tidak
saling mengingatkan).
Termasuk dalam kategori ini apalagi bila kita mendukung seorang pemimpin tanpa pernah
menegurnya ketika ia berbuat salah, bahkan tetap mendukungnya, agar ia tetap memakai kita. Itu semua
adalah perilaku “menjual/menukarkan ayat dengan harga murah.” Seharusnya, bila tak mampu
mengingatkan, hindari jangan didekati, jangan bergaul dengan orang yang berakhlak buruk seperti itu
karena pertemanan itu akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah kelak. Allah berfirman:

َ ‫ﻴﻼ َﻓ‬
‫ﺼ ﱡﺪوا َﻋ ْﻦ َﺳ ِ ِﻴﻠ ِﮫ ِإ ﱠ ُ ْﻢ َﺳ َﺎء َﻣﺎ‬
ً َ ًََ
‫ﷲ ﺛﻤﻨﺎ ﻗ ِﻠ‬ ‫ﺎت‬ َ ‫اﺷ َ َ ْوا ﺑ‬
‫ﺂﻳ‬
ْ
ِ ِ ِ
َ ُ َ
‫ُﺎﻧﻮا َ ْﻌ َﻤﻠﻮن‬
“Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka
kerjakan.” (QS. at-Taubah: 9).

‫ﱠ‬ ً َ ً َ ْ َْ َ َ َ ْ َ ‫َ َ َ ْ َ ُْ ﱠ‬
‫ﺎس َواﺧﺸ ْﻮ ِن َوﻻ ﺸ ُ وا ِﺑ َﺂﻳﺎ ِ ﻲ ﺛ َﻤﻨﺎ ﻗ ِﻠﻴﻼ َو َﻣﻦ ﻟ ْﻢ‬ ‫ﻓﻼ ﺗﺨﺸﻮا اﻟﻨ‬
َ َْ َ َُ ّ َ ُ
‫َﻳ ْﺤﻜﻢ ِﺑ َﻤﺎ أ َﻧﺰ َل اﻟﻠ ُﮫ ﻓﺄ ْوﻟـ ِﺌ َﻚ ُ ُﻢ اﻟ ﺎ ِﻓ ُﺮون‬
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan
janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.” (Qs. Al-Maidah: 3)

Semoga kita dapat mengetahui dan mengikuti yang benar adalah benar, dan berlindung dari
yang salah adalah salah.

َْ ُ ً َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ْ ‫ُ ﱠ َ َ َ ﱠ َ ّ ً َ ْ ُز‬
‫ﺎﻃﻼ َو ْارزﻗﻨﺎ‬
ِ ‫ﺑ‬ ‫ﻞ‬‫ﺎﻃ‬
ِ ‫اﻟﺒ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻧ‬
‫ِر‬‫أ‬‫و‬ ‫ﺔ‬‫ﺎﻋ‬‫ﺒ‬ ِ ‫اﻟﻠ ﻢ أ ِرﻧﺎ ا ﻖ ﺣﻘﺎ وار ﻗ‬
‫ﺘ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻨ‬
َ ْ
‫اﺟ ِﺘﻨ َﺎﺑ ُﮫ‬
“Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah
kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kami yang bathil itu
bathil dan berikanlah kami kekuatan untuk menjauhinya.” (H.R. Bukhari dan
Muslim)

َ ْ ُْ َََ َ َ ُ ‫َﺟ َﻌ َﻠﻨﺎ‬


،‫ َوأ ْدﺧﻠﻨﺎ ِوإ ﱠﻳﺎﻛﻢ ِ ُز ْﻣ َﺮ ِة ِﻋ َﺒ ِﺎد ِﻩ اﳌﺆ ِﻣ ِﻨ ْ ن‬،‫ﷲ َو ﱠإﻳﺎﻛﻢ ِﻣ َﻦ اﻟﻔﺎ ِﺋ ِﺰ ﻦ ِﻣ ِﻨ ن‬
َ َ ُْ َ ُ ‫َ َﱠ‬
‫ﷲ َﻋ َﺳ ِّﻴ ِﺪ اﳌ ْﺮ َﺳ ِﻠ ْ ن َو َﻋ ِآﻟ ِﮫ َو َ ْ ِﺒ ِﮫ أ ْﺟ َﻤ ِﻌ ن‬ ‫وﺻ‬

5
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫َ‬ ‫ْ َ ْ ُ ﱠ َ ْ ً َ ًْ َ َ ََ َ ََ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ﱠ ُ َ َ َ‬
‫ﷲ َو ْﺣﺪ ُﻩ ﻻ ﺷ ِﺮْ َﻚ ﻟﮫ‪،‬‬ ‫ا ﻤﺪ ِﻟﻠ ِﮫ ﺣﻤﺪا ﻛ ِﺜ ا ﻛﻤﺎ أﻣﺮ‪ ،‬وأﺷ ﺪ أن ﻻ ِإﻟﮫ ِإﻻ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ُ‬ ‫َ ْ َ‬
‫ﺻ ِ ّﻞ َﻋﻠ ْﻴ ِﮫ َو َﻋ ِآﻟ ِﮫ َوأ ْ َ ِﺎﺑ ِﮫ َو َﻣ ْﻦ ﺗ ِﺒ َﻌ ُ ْﻢ‬ ‫اﻟﻠ ُ ﱠﻢ َ‬ ‫َوأﺷ َ ُﺪ أ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪ ُﻩ َو َر ُﺳ ْﻮﻟﮫ‪.‬‬
‫اﻟﺪ ْﻳ ِﻦ‪.‬‬ ‫ﺑﺈ ْﺣ َﺴﺎن إ َ َﻳ ْﻮم ّ‬
‫ِ ِ‬ ‫ٍَ ِ‬ ‫ِِ‬
‫أ ﱠﻣﺎ َ ْﻌ ُﺪ؛‬
‫ﱠ‬ ‫َ َ ُ‬
‫ﷲ َﺣ ﱠﻖ ﺗﻘﺎ ِﺗ ِﮫ َوﻻ ﺗ ُﻤ ْﻮﺗ ﱠﻦ ِإﻻ‬
‫َُ‬ ‫ﺎي ﺑ َﺘ ْﻘ َﻮى ﷲ‪َ ،‬ﻓ ﱠﺎﺗ ُﻘﻮا َ‬ ‫َﻓ َﻴﺎ ِﻋ َﺒ َﺎد ﷲ‪ُ ،‬أ ْوﺻ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َوإ ﱠﻳ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ َ ُ ْ ﱡ ْ ُ ْ َن َ َ َ َ َ ﱠ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ﱡ ْ َن َ َ ﱠ ّ َ َ ﱡ َ ﱠ ْ َ َ ُْ‬
‫وأﻧﺘﻢ ﻣﺴ ِﻠﻤﻮ ‪ .‬ﻗﺎل ﻌﺎ )) ِإن ﷲ وﻣﻼ ِﺋﻜﺘﮫ ﻳﺼﻠﻮ ﻋ اﻟﻨ ِ ِ ﻳﺎ أ ﺎ اﻟ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا‬
‫َﱡ ْ ََْ َ َ ّ ُ ْ َ ْ ْ ً‬
‫ﺻﻠﻮا ﻋﻠﻴ ِﮫ وﺳ ِﻠﻤﻮا ﺴ ِﻠﻴﻤﺎ((‬
‫َ‬ ‫ُ َ ﱠ َ َ َﱠ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ا ﱠﻟﻠ ُ ﱠﻢ َ‬
‫ﺻﻠ ْﻴﺖ َﻋ ِإ ْﺑ َﺮا ِ ْﻴ َﻢ َو َﻋ ِآل‬ ‫ﺻ ِ ّﻞ َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ ِآل ﻣﺤﻤ ٍﺪ‪ ،‬ﻛﻤﺎ‬
‫َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ِإ ْﺑ َﺮا ِ ْﻴ َﻢ‪َ ،‬و َ ﺎ ِر ْك َﻋ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ ِآل ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ‪ ،‬ﻛ َﻤﺎ َﺑ َﺎرﻛﺖ َﻋ ِإ ْﺑ َﺮا ِ ْﻴ َﻢ َو َﻋ ِآل‬
‫َ ََْ ﱠ َ َ ٌْ َ ٌْ َ ْ َ ﱠُ ﱠ َ ْ ََُ‬
‫اﺷ ِﺪ ْﻳ َﻦ‪َ ،‬و َﻋ ْﻦ‬ ‫ِ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺮ‬ ‫ﮫ‬ ‫ﺎﳌ ن ِإﻧﻚ ﺣ ِﻤﻴﺪ ﻣ ِﺠﻴﺪ‪ ،‬وارض اﻟﻠ ﻢ ﻋﻦ ﺧﻠ ِ ِ‬
‫ﺋ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻔ‬ ‫ِإﺑ َﺮا ِ ﻴﻢ‪ ِ ،‬اﻟﻌ ِ‬
‫ْ َْ‬
‫َ‬ ‫ﱠ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُْ ْ َ َ ُْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬ ‫ُ‬ ‫َ وْ‬
‫َ‬
‫ﺎت ِإ‬‫ﺎت اﳌﺆ ِﻣ ِﻨ ن‪ ،‬وﻋﻦ ﺳﺎ ِﺋ ِﺮ اﻟ ﺎﺑ ِﺔ أﺟﻤ ِﻌ ن‪ ،‬وﻋﻦ اﳌﺆ ِﻣ ِﻨ ن واﳌﺆ ِﻣﻨ ِ‬ ‫اﺟ ِﮫ أﻣ ِ‬ ‫أز ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫اﻟﺪ ْﻳﻦ‪َ ،‬و َﻋ ﱠﻨﺎ َﻣ َﻌ ُ ْﻢ ﺑ َﺮ ْﺣ َﻤﺘ َﻚ َﻳﺎ أ ْر َﺣ َ‬ ‫َﻳ ْﻮم ّ‬
‫اﺣ ِﻤ ْ ن‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺮ‬ ‫ﻢ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َْ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫َ ْ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ﱠ‬
‫ات‪،‬‬ ‫ﺎت‪ ،‬ﺣﻴ ِﺎء ِﻣ ُ ْﻢ و ْﻣﻮ ِ‬ ‫ﺎت‪ ،‬واﳌﺴ ِﻠ ِﻤ ن واﳌﺴ ِﻠ َﻤ ِ‬ ‫اﻟﻠ ُ ﱠﻢ اﻏ ِﻔ ْﺮ ِﻟﻠ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻨ ن واﳌﺆ ِﻣﻨ ِ‬
‫اﻟﺪ َﻋ َﻮات‪.‬‬ ‫إ ﱠﻧ َﻚ َﺳﻤ ْﻴ ٌﻊ َﻗﺮْ ٌﺐ ُﻣﺠ ْﻴ ُﺐ ﱠ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﱠُ ﱠ ْ َ ْ َ ْ ََ َ َ َ ْ ً َ ْ ُ ْ ً َ ْ َ ْ ََ ﱡََ ْ َ ْ ََ ﱡ ً‬
‫اﻟﻠ ﻢ اﺟﻌﻞ ﺟﻤﻌﻨﺎ ﺬا ﺟﻤﻌﺎ ﻣﺮﺣﻮﻣﺎ‪ ،‬واﺟﻌﻞ ﺗﻔﺮﻗﻨﺎ ِﻣﻦ ﻌ ِﺪ ِﻩ ﺗﻔﺮﻗﺎ‬
‫ً‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬ ‫َ ْ ُ ً‬
‫ﺼ ْﻮﻣﺎ‪َ ،‬وﻻ ﺗﺪ ْع ِﻓ ْﻴﻨﺎ َوﻻ َﻣ َﻌﻨﺎ ﺷ ِﻘﻴﺎ َوﻻ َﻣ ْﺤ ُﺮ ْوﻣﺎ‪.‬‬ ‫ﻣﻌ‬
‫ﱠ ُ ﱠ ُ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َُ ْ ََ‬ ‫َ‬ ‫ُْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﻠ ُ ﱠﻢ أ ِﻋ ﱠﺰ ِ ْﺳﻼ َم َواﳌ ْﺴ ِﻠ ِﻤ ْ ن‪َ ،‬و َو ِ ّﺣ ِﺪ اﻟﻠ ﻢ ﺻﻔﻮﻓ ﻢ‪ ،‬واﺟﻤﻊ ِﻠﻤ ﻢ ﻋ‬
‫ْ‬ ‫ﱠ َ َ َ َْ َ َ َ ْ ُ ْ‬ ‫ْ َ ّ َ ْ ْ َ َْ َ ﱠ ْ َ ُْ‬
‫ﺒﺎدك اﻟـﻤﺆ ِﻣ ِﻨ ن‪.‬‬ ‫ِ ِ‬‫ﻌ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ﻼ‬ ‫اﻟﺴ‬ ‫ﺐ‬ ‫ا ﻖ‪ ،‬واﻛ ِﺴﺮ ﺷﻮﻛﺔ اﻟﻈ ِﺎﻟـ ِﻤ ن‪ ،‬واﻛ ِ‬
‫ﺘ‬
‫َ َ َ ًَ َ َ ََ َ ﱠ‬ ‫ًَ‬ ‫ﱡْ‬ ‫َ َ‬
‫اب اﻟﻨ ِﺎر‪.‬‬ ‫ِﺧﺮ ِة ﺣﺴﻨﺔ و ِﻗﻨﺎ ﻋﺬ‬ ‫اﻟﺪﻧ َﻴﺎ َﺣ َﺴﻨﺔ َو‬ ‫َرﱠ ﻨﺎ آ ِﺗﻨﺎ‬
‫اﻟﻮ ﱠ ﺎب‪ُ.‬‬ ‫َرﱠ َﻨﺎ ﻻ ُﺗﺰ ْغ ُﻗ ُﻠ ْﻮ َ َﻨﺎ َ ْﻌ َﺪ إ ْذ َ َﺪ ْﻳ َ َﻨﺎ‪َ ،‬و َ ْﺐ َﻟ َﻨﺎ ﻣ ْﻦ َﻟ ُﺪ ْﻧ َﻚ َر ْﺣ َﻤ ًﺔ‪ ،‬إ ﱠﻧ َﻚ َأ ْﻧ َﺖ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ﱠ َﻨﺎ َﻇ َﻠ ْﻤ َﻨﺎ َأ ْﻧ ُﻔ َﺴ َﻨﺎ َوإ ْن َﻟ ْﻢ َ ْﻐﻔ ْﺮ َﻟ َﻨﺎ َو َﺗ ْﺮ َﺣ ْﻤ َﻨﺎ َﻟ َﻨ ُﻜ ْﻮ َﻧ ﱠﻦ ﻣ َﻦ ا َ ﺎﺳﺮْ ﻦ‪َ.‬‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ر‬
‫ْ َ‬ ‫ْ‬
‫َوا َ ْﻤ ُﺪ َر ِ ّب اﻟ َﻌﺎﳌ ن‪.‬‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai