Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan Rahmat taufik dan hidayah Nya sehingga
Penulisan Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul PENGELASAN LOGAM - LAS INDUKSI ,
didalam Makalah saya ini terdapat beberapa pembahasan diantaranya
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat
bantuan dan dorongan serta bimbingan dari Dosen Pembimbing serta
berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya
serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan
prestasi dimasa yang akan datang.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................ii
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.

Latar Belakang .......................................................................1


Rumusan Masalah...................................................................1
Batasan Masalah.....................................................................1
Tujuan......................................................................................1

PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sejarah pengelasan ...............................................................2


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengelasan......................4
Alat Keselamatan Kerja...........................................................9
Jenis Jenis Pengelasan.........................................................13
Perbedaan Mengelas, Membrasing, dan Menyolder..............19
Prinsip dan Proses Kerja Las Induksi......................................19

PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................................................22
2. Saran ....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................23

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam dunia industri yang berkaitan dengan material logam
pasti

terdapat

tempat

peleburan

logam.

Logam

dilebur

untuk

membentuk suatu pola yang diinginkan. Namun untuk melebur suatu


logam diperlukan bahan bakar yang tidak sedikit karena logam yang
dilebur harus bervolume besar.Selain itu faktor keselamatan juga
menjadi perhatian khusus dalam proses peleburan logam karena ketika
proses peleburan berlangsung akan menghasilkan suhu yang sangat
tinggi. Sehingga sangat berbahaya apabila panas yang dihasilkan
terkena oleh manusia. Untuk itu proses alternatif sangat diperlukan
dalam peleburan logam ini agar dapat menghemat bahan bakar dan
menambah faktor keselamatan sehingga dapat mengurangi resiko
kecelakaan dan kematian.
2. Rumusan Masalah
a. Sejarah Pengelasan
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyangkut pengelasan
c. Pengertian mesin las dan macam macam las
d. Definisi dan cara kerja las induksi
3. Batasan Masalah
Batasan masalah dari makalah ini adalah sebatas menegenai
pengelasan induksi atau yang berbasis induksi.
4. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah Pengelasan Logam Las Induksi ini
adalah untuk :
a. Mengasah

kemampuan

pembuat

makalah

terkait

pengelasan

induksi.
b. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
jurusan Teknik Mesin
c. Menambah referensi pembaca dari kalangan manapun

PEMBAHASAN
1. Sejarah Pengelasan
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno
mulai menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM
(untuk membuat pipa tembaga dengan memalu lembaran yang
tepinya saling menutup). Winterton menyebutkan bahwa benda seni
orang Mesir yang dibuat pada tahun 3000 SM terdiri dari bahan dasar
tembaga dan emas hasil peleburan dan pemukulan. Jenis pengelasan
ini, yang disebut pengelasan tempa {forge welding), merupakan usaha
manusia yang pertama dalam menyambung dua potong logam. Contoh
pengelasan tempa kuno yang terkenal adalah pedang Damascus yang
dibuat dengan menempa lapisan-lapisan besi yang berbeda sifatnya.

Pengelasan
tempa
dan

telah

berkembang

penting

bagi

orang

Romawi kuno sehingga mereka menyebut salah satu dewanya sebagai


Vulcan (dewa api dan pengerjaan logam) untuk menyatakan seni
tersebut. Sekarang kata Vulkanisir dipakai untuk proses perlakuan
karet dengan sulfur, tetapi dahulu kata ini berarti mengeraskan.
Dewasa ini pengelasan tempa secara praktis telah ditinggalkan dan
terakhir dilakukan oleh pandai besi.
Tahun 1901-1903 Fouche dan Picard mengembangkan tangkai
las yang dapat digunakandengan asetilen (gas karbit), sehingga sejak
itu dimulailah zaman pengelasan danpemotongan oksiasetilen (gas
karbit oksigen).Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode
pemakaian

las

yang

terutamasebagai

cara

perbaikan,

dan

perkembangan yang paling pesat terjadi selama Perang Dunia I (19141918). teknik pengelasan terbukti dapat diterapkan terutama untuk
2

memperbaiki kapal yang rusak. Winterton melaporkan bahwa pada


tahun 1917 terdapat 103 kapal musuh di Amerika yang rusak dan
jumlah buruh dalam operasi pengelasan meningkat dari 8000 sampai
33000 selama periode 1914-1918. Setelah tahun 1919, pemakaian las
sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi mulai berkembang dengan
pertama mwnggunakan elektroda paduan (alloy) tembaga-wolfram
untuk pengelasan titik pada tahun 1920. Pada periode 1930-1950
terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan mesin las. Proses
pengelasan busur nyala terbenam (submerged) yang busur nyalanya
tertutup di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial pada
tahun 1934 dan dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih
dari 50 macam proses pengelasan yang dapat digunakan untuk
menyambung pelbagai logam dan paduan.
Pengelasan yang kita lihat sekarang ini jauh lebih kompleks
dan sudah sangat berkembang. Kemajuan dalam teknologi pengelasan
tidak begitu pesat sampai tahun 1877. Sebelum tahun 1877, proses
pengelasan tempa dan peyolderan telah dipakai selama 3000 tahun.
Asal mula pengelasan tahanan listrik {resistance welding) dimulai
sekitar tahun 1877 ketika Prof. Elihu Thompson memulai percobaan
pembalikan polaritas pada gulungan transformator, dia mendapat hak
paten pertamanya pada tahun 1885 dan mesin las tumpul tahanan
listrik {resistance butt welding) pertama diperagakan di American
Institute Fair pada tahun 1887.
Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan
tumpul nyala partikel (flash-butt welding) yang menjadi satu proses las
tumpul yang penting. Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses
las busur nayala karbon {carbon arc welding) dengan menggunakan
dua elektroda karbon, dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia
merupakan orang pertama yang menggunakan proses busur nyala
logam dengan memakai elektroda telanjang (tanpa lapisan). Coffin
yang bekerja secara terpisah juga menyelidiki proses busur nyala
logam dan mendapat hak paten Amerika dalam tahun 1892. Pada
tahun 1889, A.P. Strohmeyer memperkenalkan konsep elektroda logam
yang dilapis untuk menghilangkan banyak masalah yang timbul pada
pemakaian elektroda telanjang. Thomas Fletcher pada tahun 1887
3

memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen yang terbakar, serta


menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam.
Pada saat sekarang ini teknik las telah dipergunakan secara
luas yang dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Luasnya penggunaan
teknologi las disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat
dengan mempergunakan teknik pengelasan ini menjadi lebih murah.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengelasan


Pekerjaan pengelasan merupakan salah

satu

proses

pemesinan yang penuh resiko karena selalu berhubungan dengan api


dan bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak terutama sekali
pada las gas yaitu gas oksigen dan Asetilin. Kecelakaan yang terjadi
sebenarnya dapat dikurangi atau dihindari apabila kita sebagai
operator dalam mengoperasikan alat pengelasan dan alat keselamatan
kerja dipergunakan dengan baik dan benar, memiliki penguasaan caracara pencegahan bahaya akibat proses las.
Adapun bahaya yang didapati dalam pengelasan adalah
sebagai berikut :
a. Gas dalam asap las
sewaktu proses pengelasan berlangsung terdapat gas-gas yang
berbahaya yang perlu diperhatikan , yaitu :
Gas Karbon Monoksida (CO)
Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin
(Hb) yang akan menurunkan daya penyerapannya terhadap

oksigen.
Gas Karbon Dioksida (CO2)
Gas ini sendiri sebenarnya tidak berbahaya terhadap tubuh
tetapi bila konsentrasi CO2 terlalu tinggi dapat membahayakan
operator terutama bila ruangan tempat pengelasan tertutup

seperti di laboratorium.
Gas Nitrogen Monoksida (NO)
Gas NO yang masuk ke dalam pernafasan tidak merangsang,
tetapi akan bereaksi dengan haemoglobin (Hb) seperti halnya
gas CO. Tetapi ikatan antara NO dan Hb jauh lebih kuat daripada
CO dan Hb maka gas NO tidak mudah lepas dari haemoglobin,
bahkan mengikat oksigen yang dibawa oleh haemoglobin. Hal ini

menyebabkan kekurangan oksigen yang dapat membahayakan

sistem syaraf.
Gas Nitrogen Nioksida (NO2)
Gas ini akan memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata
dan lapisan pernafasan, bereaksi dengan haemoglobine (Hb)
yang dapat menyebabkan sakit mata dan batukbatuk pada
operator. Keracunan gas ini apabila dipakai untuk jangka waktu
yang lama akan berakibat operator menderita penyakit TBC atau

paruparu.
Gas-gas beracun yang terbentuk karena penguraian dari bahan
pembersih dan pelindung terhadap karat.

Adapun Pencegahan atau tindakan yang harus diambil oleh operator


untuk menghindari bahaya gas dalam asap las adalah:

Pekerjaan las harus dikerjakan dalam ruang terbuka atau ruang


yang berventilasi agar gas dan debu yang terbentuk segera

terbuang
Apabila ventilasi masih belum cukup memadai maka sebaiknya

memakai masker hidung.


Untuk pengerjaan pengelasan dalam tangki perlu menggunakan
penghisap gas/ debu, membutuhkan seorang rekan operator di
luar tangki atau bejana yang selalu siaga apabila terjadi bahaya,
dan voltage lampu penerangan maksimum 12 volt.

b. Bahaya Listrik
Tubuh manusia dapat dikatakan sebagai bahan yang konduktif.
Sehingga apabila tegangan listrik terkena bagian badan, arus dapat
mengalir dan dapat menimbulkan kejut, terbakar, kelumpuhan atau
kematian. Tegangan listrik yang tidak terlalu tinggi pun dapat
menyebabkan kasus tersebut di atas, namun akibat dari padanya
tergantung pada banyak faktor seperti halnya ; dibagian mana arus
listrik mengenai bagian tubuh ataupun seberapa efektif kontak
dengan tegangan listrik tersebut. Tegangan listrik (voltage) induk
yang masuk ke peralatan listrik pada bengkel biasanya sebesar 480
volt untuk 3 phase dan 240 atau 120 volt untuk single phase.
Tegangan

ini

sering

disebut
5

sebagai

tegangan

primair.

Pada

beberapa

peralatan

mempergunakan

tegangan

transformer

listrik
untuk

ini

diturunkan

memperoleh

dengan
tegangan

sekundair yang lebih rendah. Teganan yang dibutuhkan pada


terminal output alat las biasanya sekitar 80 volt bila tidak ada arus
(OCV, open circuit voltage), dan tegangan akan menjadi 20 30 volt
bila arus mengalir dan nyala busur las di bentuk.
Beberapa type mesin las seperti halnya plasma welding mempunyai
tegangan sekundair cukup tinggi. Bahaya ikutan yang dapat terjadi
akibat shok yang sebenarnya hanya mengejutkan dapat menjadi
fatal karena posisi kerja juru las, misalnya juru las berada ditempat
yang tinggi dapat terjatuh dan lain sebagainya.
Apabila terjadi kecelakaan karena listrik, beberapa langkah yang
harus diambil antara lain adalah :

Jangan mencoba menarik korban dari kontak (kecuali tidak ada


alternative lain). Bila terpaksa penolong harus menarik korban
dari kontak, ia harus mempergunakan insulasi bagi dirinya missal

sarung tangan atau proteksi lain yang sejenis.


Putus aliran dan matikan sumber dahulu

pindahkan korban dari kontak.


Bila korban tidak bernafas

resuscitation/ rangsangan jantung dan paru-paru).


Letakkan korban pada posisi horizontal dan usahakan tetap

hangat.
Minta segera bantuan dokter terdekat.

berikan

CPR

baru

kemudian

(cardiopulmonary

Untuk menghindari terjadinya bahaya akibat listrik yang mungkin


terjadi disarankan agar :

Tidak mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi bidang


kerjanya atau karena tidak berkualifikasi dalam bidangnya.
Misalnya untuk pekerjaan penyambungan instalasi haruslah

dikerjakan oleh ahli listrik yang berkualifikasi.


Kabel tegangan tinggi harus selalu dijaga dan diusahakan
sependek mungkin serta setiap saat mendapat perlindungan
yang cukup. Misalnya dengan melindungi diri dari kemungkinan
tertimpa logam/ baja atau terinjak kendaraan.
6

Sebelum memasang atau melepaskan koneksi (Steker) arus

listrik harus dimatikan terlebih dahulu.


Bila menghidupkan tombol (switch) harus dari sisi yang sama.
Yakinkanlah bahwa koneksi kabel mesin las dalam kondisi yang
baik.

c. Bahaya Radiasi
Radiasi pada pengelasan dapat dikategorikan radiasi non ionizing.
Radiasi yang ditimbulkan oleh busur las ini mempunyai sifat dapat
dilihat, ultra violet dan infra merah. Bahaya radiasi non ionizing pada
proses pengelasan dapat menimbulkan luka terbakar, kerusakan
kulit dan mata. Kerusakan mata karena radiasi sinar ultra violet ini
disebut arc-eye, welders eye atau arc flash. Efek tidak dapat hilang
dalam beberapa jam setelah terekspose, oleh sebab itu mata harus
dilindungi dengan kaca gelap yang sesuai.
Pengelasan juga merupakan sumber bahaya bagi pekerja lain yang
berada di dekat pekerjaan las sebagaimana juru las itu sendiri.
Pekerja tersebut dapat juga terpapar sinar yang dipantulkan dari
dinding atau permukaan lain. Pantulan atau radiasi sinar ultra violet
yang besar ini biasanya dari pengelasan dengan proses gas
tungsten atau gas metal arc welding
pengelasan

aluminium

atau

yang dipergunakan untuk

baja

stainless.

Agar

tidak

membahayakan lingkungan setiap aktivitas pengelasan yang berada


di dekat lokasi kerja yang lain agar mempergunakan partisi yang
dibuat dari bahan tahan api dan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga

dapat

mengurangi

pantulan

atau

refleksi

ataupun

melindungi spatter keluar dari ruangan.


d. Bahaya Ledakan
Bahaya ledakan yang sering terjadi pada proses pengelasan produk
yang berbentuk tangki atau bejana bekas tempat penyimpanan
bahan-bahan yang mudah menyala atau terbakar . Pada proses
pengelasan / pemotongan ini diperlukan beberapa hal persiapan
pendahuluan untuk menghindari bahaya ledakan, seperti:
Pembersihan bejana atau tangki
Sebelum proses pengelasan berlangsung maka bejana atau
tangki perlu dibersihakan dengan:
7

o Air untuk bahan yang mudah larut


o Uap untuk bahan yang ,mudah menguap
o Soda

kostik

untuk

membersihkan

minyak,

gemuk

atau

pelumas

Pengisian bejana atau tangki


Setelah proses pembersihan selesai isilah tangki atau bejana
dengan air sedikit di bawah bagian yang akan dilas/dipotong.
Kondisi tangki sewaktu proses pengelasan
Selama proses pengelasan berlangsung kondisi tangki atau
bejana harus dalam keadaan terbuka agar gas yang menguap
karena pada proses pemanasan gas dapat keluar.

Penggunaan gas lain


Apabila dalam proses pengisian tangki atau bejana dengan air
mengalami kesulitan maka sebagai gantinya dapat digunakan
gas CO2 atau gas N2 dengan konsentrasi minimum 50 % dalam
udara.

e. Bahaya Jatuh
Untuk pengerjaan

konstruksi

bejana,

tangki

pertamina

atau

konstruksi bangunan lainnya yang membutuhkan tempat yang


tinggi, bahaya yang mungkin dapat terjadi adalah bahaya jatuh atau
kejatuhan yang berakibat fatal. Beberapa langkah yang perlu
diambil oleh operator untuk menghindari bahaya ini:
Menggunakan tali pengaman
Menggunakan topi pengaman untuk mencegah

terjadinya

kejatuhan benda benda atau kena panas matahari


f. Bahaya Kebakaran
Proses pengelasan selalu berhubungan dengan api sehingga bahaya
kebakaran sangat mungkin terjadi mengingat proses ini sangat
berhubungan erat dengan api dan gas yang mudah terbakar, untuk
itu operator perlu sekali mengambil langkah-langkah pengamanan
seperti:
8

Ruangan atau areal pengelasan harus bebas dari kain, kertas,


kayu, bensin, solar, minyak atau bahan-bahan lain yang mudah
terbakar atau meledakharus ditempatkan di tempat khusu yang
tidak akan terkena percikan las

Jauhkan tabung-tabung dan generator dari percikan api las, api


gerinda atau panas matahari

Perbaikan pada sambungan-sambungan pipa atau selang-selang


terutama saluran Asetilen

Penyediaan alat pemadam kebakaran di tempat yang mudah


dijangkau seperti bak air, pasir, hidrant

Kabel yang ada didekat tempat pengelasan diisolasi dari karet


ban.

g. Bahaya Percikan Api / Panas


Bahaya dari percikan api atau panas akan berakibat bahaya
kebakaran seperti yang diuraikan diatas , tetapi bahaya lainnya
adalah pada operator las sendiri yang terkena luka bakar atau sakit
mata. Untuk itu operator selalu dianjurkan menggunakan alat-alat
pelindung seperti:

sarung tangan

apron

sepatu tahan api

kaca mata las

topeng las

h. Bahaya Terhadap Kebisingan


tingkat bising yang tinggi dalam pekerjaan pengelasan dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Guna mengurangi pengaruh
bahaya terhadap juru las atau orang yang bekerja di dekat
pekerjaan pengelasan disarankan penggunaan pelindung telinga.
Tingkat kebisingan yang dihasilkan dalam pekerjaan pengalasan
adalah sebagai berikut :
9

Pengelasan dengan
Pengelasan dengan
Pengelasan dengan
Pengelasan dengan
Pengelasan dengan
Air carbon arc

GTAW
SMAW
FCAW
GMAW
Oxyfuel

50 60 dB
62 82 dB
50 86 dB
70 82 dB
< 70 dB
96 116 dB

Pelindung telinga harus dipergunakan pada waktu mengerjakan arc


gauging atau pekerjaan lain yang menimbulkan tingkat kebisingan
(dB) yang cukup tinggi.
3. Alat Keselamatan Kerja
Alat-alat keselamatan kerja saat menggunakan las listrik
antara lain:
a. Helm/topeng Las
Helm/ topeng las melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa
sinar ultra violet dan infra merah yang menyala terang dan kuat.
Sinar las ini tidak boleh dilihat secara langsung dengan mata
telanjang sampai jarak 15 meter. Selain itu bentuk helm/topeng las
yang menutup muka berguna melindungi kulit muka dari percikkan
api busur listrik dan asap gas dari proses peleburan elektroda pada
las listrik.
Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca, yang terdiri dari
satu kaca las khusus yang diapit oleh 2 kaca bening. kaca bening
berfungsi melindungi kaca khusus tersebut agar tidak mudah rusak
dan pecah.
Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik
yang dapat diatur pada mesin lasnya, sbb:
Kaca las no.6 dipakai untuk las titik (tack weld)
Kaca las no.6 dan no. 7 dipakai untuk pengelasan dengan arus

sebesar 30 Ampere
Kaca las no.8 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30

Ampere 75 Ampere
Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75

ampere 200 Ampere


Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar

200 Ampere 400 Ampere


Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus
sebesar diatas 400 Ampere.
10

b. Pakaian kerja (Apron)


Pakaian kerja berguna melindungi badan dari percikan bunga api.
Apron terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar . Apron terdiri
dari apron lengan dan apron dada.

c. Sarung Tangan (Welding Gloves)


Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak
menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit
elektroda atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus
11

selalu dipakai agar tangan tidak tidak terkena percikkan bunga api
atau benda panas yang dilas.

d. Sepatu Las
Karakteristik sepatu las sangat berbeda dengan sepatu biasa pada
umumnya. Sepatu las yang baik adalah yang terbuat dari bahan kulit
dan diujungnya terdapat besi plat pelindung. Ini berguna untuk
melindungi kaki dari kejatuhan benda kerja yang biasanya besi
keras, berat, dan mungkin tajam.

e. Masker
Berguna

untuk

menutup

mulut

dan

hidung

ditimbilkan oleh mencairnya fluks pada elektroda.


12

dari

asap

yang

f. Alat Bantu Pengelasan


Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengelasan, diperlukan
berbagai alat bantu yang berguna untuk menunjang kelancaran
proses pengelasan.

Palu Las
Palu las digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak
las pada jalur las dengan jalan memukulkan atau menggoreskan
pada

daerah

las.

Pada saat melepaskan terak las dengan menggunakan palu las


hendaknya
berhati-hati karena memungkinkan akan memercik ke mata atau
kebagian badan lainnya, Gambar dibawah adalah gambar palu
las dengan salah satu ujungnya runcing dan ujung yang lain
pipih.

Penjepit / Ragum
Penjepit las digunakan untuk menjepit benda pekerjaan yang
panas akibat pengelasan. Oleh karena bentuk benda yang dilas
13

bermacam-macam, maka diperlukan bentuk mulut penjepit yang


berbeda.

Sikat Baja
Sikat baja berfungsi untuk membersihkan kotoran yang ada pada
permukaan benda kerja. Kotoran yang berada di permukaan
benda kerja adalah karat, lapisan oksida dan terak yang
dihasilkan dari pengelasan.

Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari
sistem keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap
resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam mematuhi prosedur
kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan
pekerjaan.
4. Jenis Jenis Pengelasan
Beberapa perkembangan jenis jenis pengelasan yang ada
adalah sebagai berikut :
a. Las Busur Listrik (Electric Arc Welding)
Setelah

energi

listrik

ditemukan

maka

perkembangan

proses

pengelasan berjalan dengan pesat. Pada tahun 1885 alat-alat las


busur listrik (Electric Arc Welding) ditemukan oleh Bernardes. Las
busur listrik dengan electrode carbon batangan tanpa pembungkus
dengan

menggunakan

baterai

sebagai

sumber

tenaga

listrik.

Kelemahan utama proses las listrik carbon adalah oksidasi yang


cukup tinggi pada las yang menyebabkan las menjadi mudah
berkarat, sehingga teknik las ini tidak lagi dipakai.

b. Las Tahanan (Resistance Welding)


Pada waktu yang hampir bersamaan, tepatnya pada tahun 1877,
seorang ahli fisika dari Inggris bernama James Joule, menemukan las
tahanan (Resistance Welding). Pada tahun 1856 dia memanaskan
dua batang kawat dengan aliran listrik. Selama proses pemanasan,
kedua kawat tersebut ditekan satu sama lain. Ternyata kedua kawat
tersebut saling terikat setelah selesai dipanaskan. Las tahanan
14

mencapai perkembangan yang pesat setelah diciptakan berbagai


jenis robot. Untuk memenuhi kebutuhan dikembangkan berbagai
bentuk las tahanan listrik yang meliputi las titik, interval, seam
(garis) dan proyeksi. Las ini dalam prosesnya menerapkan panas
dan tekanan. Electrode berfungsi sebagai penyalur arus dan
penekanan benda yang dilas berbentuk plat. Pada perkembangan
selanjutnya, resistane welding menghasilkan beberapa jenis proses
pengelasan, seperti las kilat (Flash Welding) pada tahun 1920.
c. Las Thermit (Thermit Welding)
Pada

dekade

berikutnya,

diperkenalkan

las

thermit

(Thermit

Welding). Las thermit diperoleh dengan menuangkan logam cair


diantara dua ujung logam yang akan disambungkan sehingga ikut
mencair. Setelah membeku kedua logam menyatu dan cairan logam
yang dituangkan berfungsi sebagai bahan tambah.
d. Las Oksigen Acetylene (Oxygen Acetylene Welding)
Pada tahun 1892 gas acetylene ditemukan oleh Thomas Leopard
Wetson. Campuran gas acetylene dan oksigen dengan perbandingan
dan tekanan tertentu bila dibakar akan menghasilkan suhu yang
cukup tinggi untuk dapat melelehkan logam. Gas oksigen diproduksi
dengan cara mencairkan udara sehingga oksigen murni dapat
diambil. Cara ini dilakukan oleh Brins bersaudara, yaitu orang
Perancis pada tahun 1886. Alat untuk membakar campuran gas
acetylene dan oksigen dinamakan brander, ditemukan oleh Fouche
dan Picord. Alat ini mulai digunakan pada tahun 1901. Las ini
berhasil menggeser pemakaian las tempa dan mendominasi proses
pengelasan untuk beberapa dekade sampai dikembangkan las listrik.
Pada tahun 1925 las oksigen acetylene digeser oleh adanya
perbaikan las busur listrik dimana las busur tersebut memakai
electrode terbungkus. Setelah terbakar, pembungkus electrode
menghasilkan gas dan terak. Gas melindungi kawah las dari oksidasi
pada saat proses pengelasan sedang berlangsung. Terak melindungi
las

selama

proses

pembekuan
15

hingga

dingin

(sampai

terak

dibersihkan). Keterbatasan las busur electrode batangan adalah


panjang elektroda yang terbatas sehingga setiap periode tertentu
pengelasan harus berhenti mengganti elektroda.
Bertitik tolak dari kelemahan tersebut maka pada akhir tahun 1930an

diciptakan

las

busur

electrode

gulungan.

Secara

prinsip,

pengelasan tidak perlu berhenti sebelum sampai ujung jalur las. Dan
pengelasan dapat dilakukan dengan cara semi otomatis atau
otomatis. Sebagai pelindung dipakai flux. Flux dituangkan sesaat di
muka electrode sehingga busur nyala listrik terpendam oleh flux.
Keuntungannya, operator tidak silau oleh busur nyala listrik,
kelemahannya, las terbatas pada posisi di bawah tangan saja pada
posisi lain flux akan jatuh berhamburan sebelum berfungsi.

e. Las TIG (Tungsten Inert Gas)


Pada

tahun

1941

di

Amerika

ditemukan

electrode

Tungsten.

Tungsten tidak mencair oleh panasnya busur nyala listrik sehingga


tidak terumpan dalam lasan. Sebagai pelindung dipakai gas inti
(Inert) yang untuk beberapa saat dapat bertahan pada kondisinya.
Gas inti disemburkan ke daerah las sehingga las terhindar dari
oksidasi. Karena menggunakan las inti sebagai bahan pelindung, las
ini sering disebut las TIG (Tungsten Inert Gas).
Keberhasilan pemakaian gas inti pada alas tungsten dicoba pula
pada alas elektroda gulungan pada awal tahun 1950-an. Proses ini
selanjutnya disebut Gas Metal Arc Welding (GMAW) atau las MIG
(Metal Inert Gas). Karena gas argo sangat mahal maka dipakai gas
16

campuran argon dan oksigen atau gas CO yang cukup aktif. Las ini
biasa disebut dengan Metal Aktif Gas (MAG). Dapat pula dipakai
pelindung campuran argon dengan CO selama tidak lebih dari 20%
hasilnya

cukup

baik

karena

tidak

meninggalkan

terak.

Perlu

diketahui bahwa gas pelindung sangat mahal, maka cara tersebut


hanya dipakai untuk keperluan khusus.
f. Las Busur Berinti Flux (Flux Core Arc Welding)
Berikutnya

ditemukan

las

busur

electrode

gulungan

dengan

pelindung lasan berupa serbuk. Supaya dapat dipakai pada segala


posisi, elektroda dibuat berlubang seperti pipa untuk menempatkan
flux. Proses ini lebih murah dari pada las busur gas, dapat untuk
segala posisi dan teknik pengelasan dapat dikembangkan secara
semi otomatis atau otomatis penuh las ini disebut las busur berinti
flux (Flux Core Arc Welding).
g. Las Stud (Stud Welding)
Selanjutnya ada elektroda sebagai komponen yang akan dipasang
pada bagian lain. Las ini disebut las stud. Stud terpasang pada
benda utama melalui tiga tahap yaitu tata letak posisi, pencarian
ujung stud dan benda utama dan penekanan stud pada benda
utama sesaat setelah busur nyala dimatikan.
h. Las Induksi (Induction Welding)
Setelah itu dikembangkan las listrik frekuensi tinggi yaitu 10.000
sampai 500.000 Hz. Las listrik frekuensi tinggi sering disebut las
induksi. Ditinjau dari proses penyatuan benda yang dilas, las ini
termasuk las padat yang dibantu dengan panas untuk memecah
lapisan oksidasi atau kotoran pada permukaan benda yang dilas.
Panas yang dihasilkan sangat tipis di permukaan benda yang dilas
sehingga las ini sangat cocok untuk plat tipis.

17

i. Las Electron (Electron Beam Welding)


Pada tahun 1950-an, energi listrik diubah menjadi seberkas electron
yang ditembakkan pada benda yang akan dilas. Panas yang
dihasilkan lebih besar dan dimensi bekas electron jauh lebih kecil
dari busur nyala listrik, proses pengelasan sangat cepat sehingga
sangat cocok untuk produksi masal. Daerah panas menjadi lebih
sempit sehingga sangat cocok untuk bahan yang sensitif terhadap
perubahan panas. Kualitas las sangat baik dan akurat, hanya saja
peralatannya sangat mahal. Cara ini biasa disebut las electron
(Electron Beam Welding).
j. Las Gesek (Friction Welding)
Pada tahun 1950, AL Chudikov, seorang ahli mesin dari Uni Sovyet,
mengemukakan hasil pengamatannya tentang teori tenaga mekanik
dapat diubah menjadi energi panas. Gesekan yang terjadi pada
bagian-bagian mesin yang bergerak menimbulkan banyak kerugian
karena sebagian tenaga mekanik yang dihasilkan berubah menjadi
panas. Chudikov berpendapat, proses demikian mestinya bisa
dipakai pada proses pengelasan. Setelah melalui percobaan dan
penelitian dia berhasil mengelas dengan memanfaatkan panas yang
terjadi akibat gesekan. Untuk memperbesar panas yang terjadi,
benda yang dilas tidak hanya diputar, tetapi juga ditekan satu
terhadap yang lain. Tekanan juga berfungsi mempercepat fusi. Cara
ini disebut las gesek (Friction Welding).

18

k. Las Busur Plasma (Plasma Arc Welding)


Las busur plasma (Plasma Arc Welding). Proses plasma sebenarnya
merupakan penyempurnaan las tungsten, hanya saja busur nyala
listrik tidak muncul diantara elektroda dengan benda yang akan di
las, tetapi muncul antara ujung elektroda dengan gas inti yang
mengalir di sekitarnya. Las plasma ternyata lebih baik dari las
tungsten karena busur nyala listrik yang muncul lebih stabil dengan
diameter lebih kecil sehingga panasnya lebih terpusat. Proses
pengelasan bisa berjalan dengan lebih cepat, disamping itu tungsten
tidak pernah menyentuh benda yang dilas.

l. Las Ultrasonik (Ultrasonic Welding)


Awal tahun 1960 ditandai dengan penemuan las yang menggunakan
suara

frekuensi

tinggi

(Ultrasonic

Welding).

Las

ini

juga

menggunakan listrik dalam proses kerjanya, tidak ada aliran listrik


pada benda yang dilas, panas yang ditimbulkan semata-mata hasil
proses dan sifatnya hanya membantu dalam proses penyatuan
benda yang dilas. Suara yang digunakan berkisar antara 10.000
sampai 175.000 Hz, getaran suara disalurkan melalui sosotrode yang
dipasang pada benda yang dilas. Kemudian tekanan diterapkan pada
benda yang dilas selama proses. Kelebihan proses ini adalah sesuai
untuk

benda

tipis

dan

tidak

terpengaruh

jenis

bahan

yang

disambungkan. Tidak dipakainya energi panas sebagai energi utama


merupakan kelebihan sendiri pada bahan tertentu dan tipis, hanya
saja kurang berhasil untuk ketebalan benda yang dilas diatas 2,5 x 2
mm.
m.

Las Ledakan (Explosive Welding)

Las ledakan dikembangkan dari pengamatan seseorang di masa


Perang Dunia I, dimana terdapat pecahan-pecahan bom yang
melekat kuat pada
penelitiannya

logam lain yang tertumbuk.

menyimpulkan
19

bahwa

pecahan

Carl

bom

dalam

tersebut

menempel karena efek jet pada saat terjadi tumbukan. Efek jet
mampu membersihkan kotoran yang melekat pada permukaan
kedua benda sehingga terjadi kontak antar atom kedua benda dan
menghasilkan ikatan yang cukup kuat.
n. Las Laser (Laser Welding)
Pada tahun 1955 para ahli fisika berhasil menemukan sinar laser,
secara sederhana dapat dikatakan sinar yang diproduksi pada
panjang gelombang tertentu dan paralel, kemudian diperbesar, sinar
tersebut selanjutnya akan difokuskan. Panas yang dihasilkan pada
titik fokus sangat tinggi. Menjelang tahun 1970, laser mulai
diterapkan pada alas, laser sebagai sinar dapat diatur secara akurat
sehingga las laser sangat sesuai untuk peralatan-peralatan khusus.
Las laser dapat dipakai untuk mengelas benda-benda dengan
ketebalan 0,13 mm sampai 29 mm pada kecepatan geser berkisar
dari 21 mm/dt sampai 1,2 mm/dt. Persoalan yang timbul pada alas
laser sama halnya dengan las electron, kerenggangan benda yang
dilas sangat kecil antara 0,03 sampai 0,15.
5. Perbedaan Mengelas, Membrasing dan Menyolder
Ada beberapa perbedaan antara mengelas, membrasing,
maupun menyolder meskipun prinsip kerjanya hampir sama. Berikut
beberapa perbedaannya.
a. Mengelas
Mengelas adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan
jalan memanaskan bagian logam yang akan disambung beserta
bahan tambahannya (bila menggunakan) sehingga mencapai titik
cair logam tersebut kemudian keduanya dipadukan sehingga dapat
bercampur satu dengan yang lain, dan setelah dingin sambungan
akan menyatu dengan kuat.
b. Membrasing
Membrasing termasuk cara menyambung logam, hanya kalau di sini
benda yang akan disambung dipanaskan sampai di atas 475 derajat
celcius di bawah titik cairnya. Bahan tambahnya yang digunakan
20

biasanya dari logam non ferro, misalnya kuningan atau perak. Agar
hasil pembrasingan baik, maka perlu menggunakan flux.
c. Menyolder
Adalah suatu cara menyambung dengan menggunakan logam
pengisi. Biasanya logam pengisi mempunyai titik cair yang lebih
rendah dari logam yang akan disolder. Untuk mencairkan logam
pengisi

tidak

digunakan

api

langsung

ke

benda

yang

akan

disambung, melainkan menggunakan solder yang dipanasi terlebih


dahulu. Panas yang diperlukan kira-kira di bawah 450 derajat
celcius. Logam pengisi yang digunakan adalah dari bahan paduan
timbal.
6. Prinsip dan Proses Kerja Las Induksi
Sebuah sumber listrik digunakan untuk menggerakkan sebuah
arus bolak balik atau yang biasa disebut sebagai arus AC yang besar
melalui sebuah kumparan induksi. Kumparan induksi ini dikenal
sebagai kumparan kerja. Aliran arus yang melalui kumparan ini
menghasilkan medan magnet yang sangat kuat dan cepat berubah
dalam

kumparan

kerja.

Benda

kerja

yang

akan

dipanaskan

ditempatkan dalam medan magnet ini dengan arus AC yang sangat


kuat. Ketika sebuah beban masuk dalam kumparan kerja yang di aliri
oleh arus AC, maka nilai arus yang mengalir akan mengikuti
besarannya sesuai dengan nilai beban yang masuk. Medan magnet
yang tinggi akan dapat menyebabkan sebuah beban dalam kumparan
kerja

tersebut

melepaskan

panasnya,

sehingga

panas

yang

ditimbulkan oleh beban tersebut justru dapat melelehkan beban itu


sendiri. Karena panas yang dialami oleh beban akan semakin tinggi,
hingga mencapai nilai titik leburnya.

21

Sedangkan prosesnya merupakan proses pengelasan resistansi


listrik yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi untuk
menghasilkan panas, kemudian segera diikuti dengan memberikan
gaya

tekan

tambahan

(upset

force),

sehingga

terjadi

proses

penyambungan, seperti ditunjukkan dalam gambar

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 kHz, dan


elektrode

dikontakkan

dengan

benda

kerja

sehingga

dihasilkan

sambungan las-an dengan cepat. Variasi dari proses ini, disebut


pengelasan induksi frekuensi tinggi (high-frequency induction welding,
HFIW),

arus

pemanasan

diinduksikan

ke

benda

kerja

dengan

menggunakan kumparan induksi frekuensi tinggi, seperti ditunjukkan


22

dalam gambar 13.17b. Kumparan tidak bersentuhan dengan benda


kerja. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi dan pengelasan induksi
frekuensi tinggi adalah pengelasan tumpu kontinu yang digunakan
dalam penyambungan pipa atau tabung dengan kampuh yang
memanjang.

PENUTUP
1 Kesimpulan
a Mengelas adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan
jalan memanaskan bagian logam yang akan disambung beserta
23

bahan tambahannya (bila menggunakan) sehingga mencapai titik


cair logam tersebut kemudian keduanya dipadukan sehingga dapat
bercampur satu dengan yang lain, dan setelah dingin sambungan
akan menyatu dengan kuat.
b Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno mulai
menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM
c Pengelasan Induksi adalah suatu pengelasan (penyatuan) suatu
material yang menggunakan teknik Induksi elektromagnetik sebagai
pemanasnya.
d Cara kerja pengelasan

induksi

adalah

dengan

memanaskan

permukaan material yang akan di gabungkan menggunakan teknik


Induksi Elektromagnetik. Saat material sudah memenuhi panas yang
telah di tentukan , material akan di satukan. Setelah material
menyatu maka akan di dinginkan. Pengelasan induksi ini biasanya
digunakan untuk membuat pipa besi yang panjang.
2 Saran
Dalam melakukan suatu pekerjaan manapun, prioritaskan
keselamatan dan kesehatan kerja, perhatikan prosedur kerja maupun
kelengkapan

alat

keselamatan

kerja,

dan

bila

memungkinkan

periksalah alat alat kerja maupun keselamatan kerja tersebut secara


rutin guna menentukan kelayakan dari alat alat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
fikrimiftahidayat3m2.blogspot.com/2012/01/pengertian-mesin-las.html
24

lasmurah.blogspot.com/2013/06/sejarah-pengelasan.html
repository.binus.ac.id/content/D0592/D059216967.doc
http://technopark.surakarta.go.id/id/component/k2/item/410-keselamatan-kerjapengelasan?tmpl=component&print=1
http://engineering-display.blogspot.co.id/2012/05/bahaya-pengelasan-secaraumum-dan.html
https://www.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=450307308420002&id=439688499481883

25

Anda mungkin juga menyukai