Anda di halaman 1dari 110

WELDING KNOWLEDGE

WELDING TECHNOLOGY
◼ DEFINISI

◼ APLIKASI PENGELASAN

◼ KLASIFIKASI FUSION WELDING

◼ PROSES SMAW

◼ PROSES GMAW / MIG

◼ PROSES FCAW

◼ KELEBIHAN & KEKURANGAN MIG

◼ JENIS-JENIS SAMBUNGAN LASAN


& PREPARASINYA
▪ Penyambungan antara dua/lebih material dalam
keadaan plastis atau cair dengan menggunakan panas
(heat) atau tekanan (pressure) atau keduanya. Logam
pengisi (filler metal) dengan temperatur lebur yang
sama dengan TL dari logam induk dapat atau tanpa
digunakan dalam proses penyambungan tsb. (British
Standards Institution 1983 : BS 449: Part 1)

▪ Penyambungan dari logam atau non-logam yang


dihasilkan dengan memanaskan material hingga
temperatur las, dengan atau tanpa menggunakan
tekanan (pressure), atau hanya tekanan, dengan atau
tanpa menggunakan logam pengisi. (American Welding
Society 1989 Welding Handbook Vol.I 8th ed.)
Garis Fusi
Preparasi Lasan

Kampuh
Logam Lasan
HAZ HAZ
Induk
JOINING METHODS

Welding Mechanical Fastening Adhesive Bonding

Brazing
Fusion Solid State and
Soldering
1. Sumber Energi :
a. Listrik (resistansi, radiasi, induksi, conduksi
dan busur listrik/arc)
b. Kimiawi (nyala api/flame, radiasi, eksplosif
dan reaksi padatan/solid reactants)
c. mekanis (tanpa dipanaskan tetapi ada friksi)
2. Mekanisme penghilangan kontaminasi
pada permukaan sambungan
3. Perlindungan terhadap kontaminasi
udara
4. Pengontrolan metalurgi las
❑ STRUKTURAL (Jembatan,
Bangunan Kapal, dll)
❑ KOMPONEN ENJINIRING
(Turbin, Otomotif, dll)
❑ PRODUK SETENGAH JADI
• DISAIN
• PRODUKSI
• INSPEKSI
➢ Las elektroda terbungkus
( Coated-electrode welding – SMAW )
➢ Las busur rendam
( Submerged Arc Welding - SAW )
➢ Las listrik terak
( Electro-Slag Welding - ESW )
➢ Las tungsten gas mulia (TIG)
( Gas Tungsten Arc Welding - GTAW )
➢ Las logam gas mulia (MIG)
( Gas-shielded Metal Arc Welding – GMAW )
➢ Las elektroda kontinyu
( continuous-electrode welding – FCAW )
▪ Panas dihasilkan oleh
adanya busur listrik
(kira-kira temperaturnya
4000 derajat celcius)
▪ Kawah logam
merupakan tempat
peleburan kawat las dan
logam induk bersama-
sama.
▪ Busur (arc) merupakan
bentuk plasma (gas yang
terionisasi)
➢ Las elektroda terbungkus ini juga dikenal dengan stick
welding dan metoda ini paling luas pemakaiannya untuk
penyambungan logam.
A. Skematik proses SMAW.
Hampir kurang lebih
50% operasi pe-
nyambungan di Industri
skala besar meng-
gunakan proses ini.

B. Proses ini disebut se-


bagai stick welding, ka-
rena elektroda dalam
bentuk batangan (stick).
❑Keuntungan / Kelebihan
➢Peralatan simpel, murah, dan portabel
➢ Prosesnya dapat digunakan untuk berbagai posisi las
➢ Digunakan untuk repair di workshop, sambungan pipa
saluran (pipeline), konstruksi bangunan (kapal,dll).
❑Kelemahan / keterbatasan
➢ Kecepatan depositnya rendah karena keterbatasan
panjang kawat las (~ 40 cm) dan adanya terak (slag).
➢ Lasan tidak terproteksi dari atmosfir secara baik
➢ Lasan lebih banyak terjadi inklusi/pengotor
dibandingkan proses pengelasan lainnya.
Jenis AWS spesifikasi Contoh
Baja karbon A5.1 E60XX & E70XX

Baja paduan rendah A5.5 E7010-A1, E8016-C2

Baja tahan karat A5.4 E310-15, E310-16

Besi Tuang (Cast iron) A5.15 Nikel, Ni-Fe, Ni-Cu

Al dan paduannya A5.3 1100 (Al murni), 4043

Cu dan paduannya A5.6 ECuAl-A2

Ni dan paduannya A5.11 ENiCrFe-1

Surfacing A5.13 dan A5.21 EWC


Polaritas DCEN ( DCSP / -- ).
(Direct Current Elektroda Negatif) (DIRECT CURRENT
STRAIGHT POLARITY)

1. Busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga


tumbukan elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas
berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.
2. Pada polaritas DCEN menghasilkan pencairan material dasar lebih
banyak dibanding elektrodanya sehingga hasil las mempunyai
penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang
lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang tebal.
Polaritas DCEP . (DCRP / + ) (Direct Current Elektroda
Positif). Direct Current Revers Polarity).

• 1. Busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan


elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda
dan 1/3 panas berada di material dasar.
2. Polaritas DCEP menghasilkan pencairan elektroda lebih banyak sehingga
hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada
pengelasan pelat tipis dengan manik las yang lebar.
Arus Yang Diberikan Terlalu Kecil Arus Yang Diberikan Terlalu Besar
KARAKTERISTIK: Menggunakan busur yang terbentuk antara
kawat las terumpan dan weld pool. Serta menggunakan gas
sebagai pelindung dan tanpa tekanan
Torch gas Wire feeder

Wire +
feed Power
source

Weld Metal

Weld pool
Base material Return Lead
➢ Sistim pengumpan kawat (wire feeder) mengontrol arus las,
aliran gas dan pendingin air (bila ampernya besar)
➢ Power supply yang dipakai adalah tipe constant-voltage
(DCCV).
➢ Hampir selalu menggunakan DCRP (DCEP) yang akan
memberikan penetrasi yang dalam.
❑ KEUNGGULAN :
➢ Merupakan satu-satunya proses elektroda terumpan yang dapat
digunakan untuk mengelas semua logam dan paduannya
➢ Mengatasi permasalahan mengenai panjang elektroda yang
terbatas pada SMAW
➢ Pengelasan dapat dilakukan pada semua posisi
➢ Deposition rate lebih besar dibandingkan dengan SMAW
➢ Kecepatan las lebih cepat dibandingkan SMAW
➢ Weld yang panjang dapat dibuat tanpa harus mengalami
penyetopan

❑ KELEMAHAN :
➢ Peralatan lebih kompleks dibandingkan SMAW
➢ Penggunaannya lebih sulit dibandingkan dengan SMAW
Karakteristik :
a) Busur listrik tercipta antara
elektroda terumpan & weld pool
b) Pelindung yang di gunakan
berupa fluks yang terdapat
didalam elektroda yg berongga
c) Prosesnya tanpa tekanan dan
dapat diberi tambahan gas
sebagai pelindung
d) Merupakan proses semi-
automatic
e) Merupakan kombinasi SMAW,
MIG dan SAW
Source: Lindberg, Roy A., Processes and Materials of Manufacture 4th Ed, Prentice Hall, Upper Saddle River, 1990 pg. 653,
Fig. 15-21(a) (Courtesy of Arcos Corporation)
Prinsip proses FCAW-G Prinsip proses FCAW-S
▪ KEUNGGULAN :
➢ Kecepatan deposisinya lebih tinggi dari SMAW &
GMAW (MIG)
➢ Dapat mengelas untuk berbagai posisi las.
➢ Lebih Efisien dan ekonomis dibandingkan MIG

▪ KELEMAHAN :
➢ Terak (Slag) harus dibersihkan antar passnya
➢ Banyak asap (smoke) dan radiasi sinar UV
➢ Besar kemungkinan dapat terjadi inklusi terak
POSISI PENGELASAN 1 G( PIPA )
POSISI PENGELASAN 2 G ( PIPA )
POSISI PENGELASAN 5G
POSISI PENGELASAN 6 G
Keselamatan Kerja Las dan
Terminologi Proses Las Busur Listrik

38
1. TUJUAN PELAJARAN

Menguraikan secara garis besar prinsip-prinsip kerja pada las busur


listrik, yang mempunyai korelasi dengan lingkungan dan keselamatan
kerja las, serta memahami terminologi yang berhubungan dengan
proses las busur listrik.

KRITERIA PENILAIAN :

• Menginformasikan bahaya yang berhubungan dengan busur las ( arc


welding ) dan meng-identifikasi peralatan keselamatan kerja juru las
(welders ).
• Menjelaskan fungsi sumber daya ( power source ) yang dapat digunakan
pada las busur listrik.
• Menjelaskan fungsi dari kelengkapan alat pada las busur listrik.
• Menjelaskan terminology pada las busur listrik dan terminology
trade yang dapat di aplikasikan pada juru las ( welders ).

39
2. PENDAHULUAN
Proses las busur listrik yang dikenal dengan istilah Manual Metal
Arc Welding (MMAW) atau dapat juga disebut Shielded Metal Arc
Welding (SMAW), yang di lapangan disebut dengan istilah Stick
Electrode Welding.
Jenis proses pengelasan ini paling populer dan banyak digunakan
oleh para pekerja ( handyman ) untuk pekerjaan-pekerjaan reparasi
dan di industri banyak digunakan untuk mengelas bangunan
konstruksi, jembatan, kapal laut, fabrikasi manufaktur seperti :
pekerjaan pemipaan, dan pembuatan bejana tekan ( pressure vessel
).
Untuk dapat menggunakan las busur listrik secara baik maka
sebaiknya dipahami terlebih dahulu beberapa faktor penting
sebagaimana berikut ini :
* Mengenali dan memahami safety hazards dan mampu
memilih peralatan safety untuk melindungi diri dari bahaya
kecelakaan pada saat melakukan pengelasan.
* Memahami bagaimana proses las busur listrik bekerja.
* Menggunakan terminologi yang lazim dalam proses las
busur listrik. 40
SUMBER BAHAYA ( HAZARD RESOURCES )
Dalam setiap proses las busur listrik, safety adalah aspek yang paling penting,
tidak hanya untuk juru las ( welders ), tetapi juga untuk orang-orang lain di
sekitarnya.Sumber bahaya pada las busur listrik antara lain disebabkan oleh :
• Luka bakar ( burns )
• Sengatan Arus Listrik.
• Sinar Ultraviolet ( arc flash )
• Gas / debu pengelasan ( fume )

Luka Bakar ( Burns )


Luka bakar ( burns ) adalah kecelakaan yang sangat menyakitkan. Luka bakar ini
bias bersifat ringan, seperti : kulit kemerahan, atau melepuh dan yang berat
adalah yang membutuhkan perawatan yang serius di rumah sakit, cedera kulit
atau cacat seumur hidup.

41
Sumber bahaya pada las busur listrik dapat di identifikasi berasal dari
beberapa sumber antara lain seperti :
• Logam yang panas
• Sinar dari busur las
• dan percikan yang timbul pada saat pengelasan dilakukan

Baja karbon rendah ( low carbon steel ) mempunyai titik leleh pada suhu
1535oC, yang mana tidak akan di tahan oleh kulit manusia.
Bahkan sebelum baja karbon tersebut meleleh, sudah berubah warnanya
dan sudah cukup panas untuk menciptakan luka bakar yang serius.
Las busur listrik menimbulkan busur las ( arc welding ) kira-kira pada suhu
6000oC, dan hal ini jelas menjadi sumber bahaya yang mudah dideteksi dan
sangat berbahaya.
Begitu juga dengan percikan logam las ( spatter ) adalah logam yang
meleleh yang tercecer oleh karena tenaga yang dikeluarkan oleh busur las (
arc ) dari daerah logam las cair ( weld pool ).
Spatter ini biasanya berukuran kecil, seperti pasir, yang apabila mengenai
pakaian maka akan melubangi pakaian, yang dapat menciptakan sumber
bahaya kebakaran.
42
Pencegahannya.
Untuk menghindari terjadinya luka bakar maka juru las ( welders ) mesti
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja las seperti :
• Overall panjang dari katun
• Safety boots
• Sarung Tangan kulit ( Gloves )
• Apron kulit
• Topi untuk juru las
• Leathers Spats
• Safety Glass
• Topeng las ( Helmets )

Tindakan Preventif.
• Selalu waspada bahwa logam tersebut panas
• Ketika selesai mengelas, sebaiknya dinginkan terlebih dahulu benda kerja las
• Diberi tanda menggunakan kapur panas ( stick marker ), agar orang lain
terhindar dari luka bakar.
• Singkirkan atau tutupi bahan/logam yang masih panas
• Hindari bahan yang mudah terbakar disekitar area mengelas.

43
44
Sengatan Arus Listrik

Arus listrik bias benar benar berbahaya, bahkan biasa bersifat


mematikan apabila juru las tidak hati-hati. Sikap hati-hati,
waspada, akan mencegah terjadinya kecelakaan akibat arus
listrik.
Selalu mengontrol semua komponen dan kelengkapan
peralatan las busur listrik sebelum digunakan untuk mengelas.

Penyebab :
- leads dan kabel las yang rusak sebaiknya di isolasi atau dig anti
demi keamanan dalam bekerja.
- Plug atau switch yang rusak sebaiknya diganti.
- Hindari bekerja pada kondisi yang lembab dan basah
- Pertanahan yang membahayakan, sehingga juru las masuk
dalam area aliran listrik.

45
46
Pencegahannya.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya sengatan
listrik maka sebaiknya dilakukan :
• Memeriksa secara rutin kondisi lead dan kabel lead,
jika sudah rusak sebaiknya diganti yang baru.
• Kondisi Isolating switch, plug, kabel lead utama (
primer ) dan mesinnya rusak, maka gunakan ahli
elektronik yang berpengalaman untuk
memperbaikinya.
• Jika mesti ditempat yang lembab, maka amankanlah
diri anda lebih dahulu dengan cara berdiri pada kayu
yang kering, karet atau bahan lain yang bersifat non-
konduktif.

47
48
Arc Flash dan Arc Burns

Kita mengetahui bahwa sinar matahari mengeluarkan sinar ultra-violet


dan sinar infra-merah dan apa yang tidak diketahui oleh juru las ( welders
) bahwa sinar yang berasal dari busur las juga mengeluarkan sinar-sinar
tersebut.
Yang mempunyai kharakter 200 ~ 300 kali lebih kuat dari sinar matahari.
Sehingga sinar-sinar tersebut akan merusak kulit dan mata, serta untuk
jangka panjang akan menyebabkan kanker kulit dan katarak pada mata.

Arc Flash
Luka ini disebabkan oleh mata yang diarahkan pada sinar ultra-violet
yang dikeluarkan oleh busur las ( arc welding ) dan sinar ini akan
membakar lapisan tipis pada mata, sehingga menyebabkan iritasi (gatal)
pada mata dan sakit.
Arc flash itu sendiri bukanlah merupakan cacat seumur hidup, akan tetapi
jika di derita secara berulang-ulang akan menyebabkan kebutaan pada
mata.

49
Arc Burn
Arc burn adalah bahaya yang hampir sama dengan terbakar oleh
matahari (sun-burn ) dan sinar dari busur las amat kuat, dan terjadi amat
cepat pada kulit yang terbuka dan akibatnya sangat sakit.

Pencegahan :
Tidak hanya juru las (welders) akan tetapi orang yang berada disekitarnya
juga harus melindungi diri dari sinar tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dengan pencegahan sebagai berikut :

• Menggunakan pelindung tangan dan atau kepala dengan lensa filter


yang sesuai.
• Melindungi semua kulit yang terbuka.
• Menggunakan sarung tangan kulit, mantel kulit, apron dan spats.
• Menggunakan penghalang ( curtains )di sekeliling tempat kerja.
• Menggunakan kaca mata anti flash.
• Memperingatkan orang-orang disekitarnya bahwa akan dilakukan
pengelasan.

50
51
Gas/debu pengelasan ( Fume )

Gas atau uap yang dihasilkan oleh busur las (arc ) jika terhisap oleh juru las
( welders ) dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan masalah pada
kesehatan juru las tersebut.
Bahan/logam yang akan di las juga menghasilkan uap atau gas melalui
busur las, apalagi apabila melakukan pengelasan pada bahan/logam yang
telah di lapis ( coating ).
Pelapisan permukaan pada baja seperti : baja yang disepuh, zincalum, atau
di cat ketika terbakar akan menghasilkan uap/gas yang berbahaya.
Untuk pengelasan pada baja yang disepuh dapat menimbulkan penyakit
seperti “ metal fever “ , dengan cirri-ciri sebagai berikut :
– berkeringat
– pusing ( sakit kepala )
– mual
Cara mengurangi gas atau uap yang dihasilkan melalui pengelasan, dapat
dilakukan dengan membuat :
– Ventilasi alamiah ( Natural Ventilation )
– Ekstraksi Bertekanan ( Forced extraction )

52
Natural Ventilation
Uap atau gas dihilangkan dengan perubahan
alamiah udara melalui jendela dan pintu yang
terbuka, sebagaimana banyak kita lihat di pabrik
manufaktur yang menggunakan pintu yang lebar
dan tinggi, hal ini dimaksudkan untuk terjadinya
gerakan alamiah udara yang memadai.

53
Ekstraksi bertekanan ( Forced Extraction )
Ketika juru las bekerja pada tempat-tempat yang sempit atau ruang
yang tertutup, seperti tangki misalnya, maka gerakan udara akan
terbatas, untuk itulah diperlukan adanya ekstraksi bertekanan (
forced extraction ).
Metoda ini dimaksudkan extraction hood dipasangkan sedekat
mungkin dengan sumber gas atau uap dan dipasang exhaust fan
untuk memompa uap atau gas supaya menjauh dari daerah
pernapasan juru las ( welders ).

54
Respirator
Menggunakan respirator adalah suatu metoda lain yang dapat
digunakan oleh juru las
( welder) untuk melindungi dari uap atau gas yang dihasilkan oleh
busur las.
Respirator, mestinya terbuat dari jenis bahan yang
direkomendasikan untuk menanggulangi uap atau gas yang timbul.
Apabila menggunakan respirator dari jenis catridge maka
catridgenya yang harus diganti secara berkala, dan gunakanlah
respirator yang cocok dan benar.

55
Perlengkapan Pelindung Diri
Dalam kaitannya dengan pengelasan, operator/juru las ( welders ) perlu
memperhatikan perlengkapan-perlengkapan sebagai berikut :
Nama Pencegahan Utama
A. Apron Tahan Api Mencegah Terbakarnya Pakaian
B. Kaca mata hitam untuk pengelasan Melindungi Mata dari cetus Api
/pemotong dengan gas.
C. Sarung Tangan Mencegah terbakarnya kulit
D. Sepatu Pengaman ( tutup kaki baja ) Mencegah rusaknya jari kaki
E. Penutup pergelangan kaki Supaya tidak ada baja cair yang
menjatuhi sepatu
F. Baju Ketel Melindungi leher dan dada

56
Gambar 8 : Perlengkapan
Pelindung Diri 57
Nama Pencegahan Utama
A. ( i )Kaca bening Melindungi Lensa Bewarna
A. ( ii ) Lensa Bewarna Membatasi cahaya yang menyilaukan
B. Badan Kaca Mata Menghambat Cetus Api
C. Lubang Udara Mencegah Pengaburan
D. Pegangan Lensa Mengganti Lensa Yang Pecah
E. Jerat Pengatur Menyesuaikan Ukuran

58
Nama Pencegahan Utama
A. Kipas Pengekstraksi Menarik Asap
B. Masker Penyaring Debu dan asap
C. Pelindung Kepala Mencegah Terbakarnya Kulit
D. Lensa bewarna yang dpt diperbaharui Melindungi Mata Silau
E. Mantel Kulit dengan lengan Untuk Pekerjaan Yang Terletak Diatas

59
WELDING DEFECT

CACAT PENGELASAN
DEFECT adalah cacat secara alamiah (flaws by nature) yang
efeknya terakumulasi pada suatu produk sehingga tidak
dapat memenuhi standard atau spesifikasi minimum yang
diper-syaratkan dan istilah umumnya di reject (A flaw or
flaws that by nature or accumulated effect render a part
or product unable to meet minimum applicable acceptance
standards or specifications. The term designates
rejectability)

DISCONTINUITY adalah ketidak seragaman dari tipical


struktur suatu material seperti ketidak homogenan pada
sifat mekanisnya, metalurginya atau sifat fisikanya.
Diskontinue tidak selalu merupakan cacat. (An interruption
of the typical structure of a material, such as a lack of
homogeneity in its mechanical, metallurgical, or physical
characteristics. A discontinuity is not necessarily a defect.)
▪ Semua proses pengelasan dapat menghasilkan
cacat pengelasan seperti inklusi, porositas,
undercutting, pembekuan tidak sempurna, penetrasi
tak sempurna dan retak

▪ Penyebab terjadinya ;
• teknik pengelasan yang tidak baik,
• pemilihan parameter las yang tidak tepat,
• logam induk dan kawat las yang tidak tepat
serta
• tidak sesuainya gas pelindung yang digunakan.
Desain lasan yang jelek
Sulit mengakses saat mengelas
Kesalahan juru las (welder)
Skill yang kurang memadai
(Lack of skill)
Penempatan lasan yang jelek
Kebersihannya kurang baik
Welding prosedur (WPS)
kurang baik
▪ Retak (Cracks)
Di kampuh lasan (weld metal) atau HAZ
▪ Porositas
Gelembunga udara terperangkap di kampuh
lasan
▪ Incomplete fusion (interrun or at preparation edge)
▪ Inklusi (Inclusions)
Terak (Slag) or material lain yang terperangkap
di kampuh lasan
▪ Profil yang cacat (defective profile)
Under-weld, over-weld, lack of penetration, overlap,
undercut
➢ Merupakan cacat yang dijumpai pada logam las yang dihasilkan
dari proses arc welding yang menggunakan fluks sebagai
pelindung atmosfir.
➢ Terbentuk karena adanya terak, oksida atau sisa elektroda yang
masuk ke deposit las
Penyebab :
❖ Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi/rendah,
❖ Kampuh terlalu lebar,
❖ Arus terlalu rendah, konsumsi elektroda yang berlebih
❖ Kontak antara elektroda dengan logam induk terlalu lama dan
❖ Komposisi fluks tidak sesuai.

Mengatasi :
➢ Preparasi las harus
baik;
➢ Gunakan kawat las
kecil dan yang sesuai,
➢ Bersihkan sambungan
sebelum mengelas
Penyebab : Mengatasi :
- arus terlalu rendah , - meningkatkan arus,
- diameter elektroda terlalu - diameter elektroda
besar; diperkecil,
- tidak cukup gap (celah) - beri celah las (gap)
- sudut kawat las terlalu - sudut kawat las 45 deg.
curam; - las sesuai urutan
- urutan las tidak benar
▪ cacat pada bagian bawah logam induk yang tidak terisi
Penyebab : Mengatasi :
• penggunaan arus dan voltase yang • Arus dikecilkan,
terlalu tinggi, • busur dijaga tetap
• kecepatan pengelasan yang terlalu pendek,
tinggi, • diameter elektroda
• penggunaan kawat pengisi yang terlalu diperkecil
sedikit dan • sudut kawat las 45 deg.
• kemiringan elektroda yang kurang tepat. • pakai “weave”
• no-weave
▪ Jenis cacat yang dikarenakan tidak terisinya kampuh las
secara sempurna oleh kawat pengisi
Penyebab : Mengatasi :
• penggunaan arus yang terlalu rendah, • arus ditingkatkan,
• kecepatan pengelasan yang terlalu • Diameter elektroda
tinggi, diperkecil,
• geometri sambungan yang kurang tepat • Sudut kawat las
dan 45 deg.
• diameter elektroda yang terlalu besar. • bersihkan permukaan
sebelum mengelas
▪ Jenis cacat berupa lubang halus yang terjadi
akibat adanya udara/gas yang terperangkap
dalam deposit las

▪ Penyebab porositas antara lain; elemen pengotor,


kelembaban atmosfir dan kontaminasi bahan lain
seperti minyak, pelumas atau kotoran lain.
Slag
inclusion

Wormhole
porosity

Incomplete
fusion Overlap
Solidification
Cracks
▪ Tegangan sisa = tegangan yang tetap hadir dalam suatu
struktur sebagai akibat adanya perlakuan termal atau
perlakuan mekanik atau keduanya.

▪ Tegangan yang ditimbulkan pada material yang mengalami


pengelasan disebabkan utamanya oleh kontraksi dari logam
cair yang membeku.

▪ Efek Utama Tegangan sisa pada dearah lasan;


• distorsi
• kegagalan prematur dari daerah lasan.

▪ Tegangan yang ditimbulkan oleh regangan menghasilkan


gaya internal yang menyebabkan penciutan material
sehingga terjadinya perubahan dimensi yang disebut distorsi.
▪ Pemanasan yang tidak merata menyebabkan
ekspansi panas yang terbatas.
▪ Pada akhir siklus panas lasan akan terjadi distorsi
atau terjadi restrain akan mengakibatkan
tegangan sisa.
▪ Medan tegangan sisa (residual stress fields)
sangat kompleks, tetapi besarnya hampir
mendekati tegangan luluh (yield stress).
▪ Tegangan tersebut perlu untuk dihilangkan atau
dieliminir melalui “stress relief heat treatment”
(PWHT)
Memperkecil kecepatan pendinginan pada logam
induk dan logam lasan, sehingga membuat lebih
ulet dan tahan thd keretakan.
Memperkecil kecepatan pendinginan untuk memberi
kesempatan hydrogen keluar, sehingga
memperkecil keretakan.
Memperkecil tegangan akibat penyusutan pada
logam lasan yang berbatasan dengan logam
induk.
Meningkatkan beberapa baja pada temperatur
tertentu terhadap kegetasan yang terjadi pada
fabrikasi.
Ada dua dasar dalam merekomendasikan minimum preheat
dan interpass temperature untuk baja paduan yang di las
dengan proses arc welding atau sebagai panduan untuk
pencegahan terbentuknya retak pada HAZ digunakan

Susceptibility index = 12 Pcm + log10


dimana H = tingkat hidrogen yang dapat berdifusi, mL/100 g
logam las dan Pcm = composition parameter

Si Mn Cu Ni Cr Mo V
compositio n parameter ( Pcm ) = C + + + + + + + + 5B
30 20 20 60 20 12 10
Mn Cr + Mo + V Ni + Cu
CE IIW =C+ + +
6 5 15

Preheating Requirement Based on CE


CE
Preheating Required
(%)

Up to 0.45 Preheat optional

0.45 to 0.60 Preheat to 93 - 205 deg C

Over 0.60 Preheat to 205 to 370 deg C


Definisi :
Serangkaian perlakuan panas setelah welding,
biasanya digunakan untuk meningkatkan sifat fisik
lasan

PWHT diperlukan untuk:


1. Mereduksi stress yang disebabkan karena proses
manufaktur
2. Untuk meningkatkan ketahanan terhadap Brittle
Fracture
3. Untuk meminimalkan potensial hidrogen induced
cracking (HIC).

Untuk Baja Karbon :


Hasil lasan dipanaskan pada temperatur 600 – 6500C
dan ditahan selama 1 jam/25 mm tebal lasan
Butt Tee

Edge

Lap Corner
POSISI PENGELSAN ADALAH PPOSISI BENDA YANG AKAN
DI LAS ( DOWN HAND, HORIZONTAL, VERTICAL, OVERHEAD ),
DAN KONDISI OPERATOR LAS ( DIAM ATAU BERGERAK )

ISTILAH POSISI DIDALAM DUNIA PENGELASAN DISIMBULKAN


SEBAGAI BERIKUT :
F = SAMBUNGAN DUA MATERIAL TANPA BEVEL ( CHAMPER )
G = SAMBUNGAN DUA MATERIAL DENGAN BEVEL ( CHAMPER )

POSISI PENGELASAN DIKELOMPOKKAN :


1. DOWN HAND ( TANPA BEVEL / 1F, DENGAN BEVEL / 1G )
2. HORIZONTAL ( TANPA BEVEL / 2F, DENGAN BEVEL / 2G )
3. VERTICAL ( TANPA BEVEL / 3F, DENGAN BEVEL / 3G )
4. OVER HEAD ( TANPA BEVEL / 4F, DENGAN BEVEL / 4G )
5. ALL POSITION ( PENGELASAN PIPA )
1G : DOWN HAND POSITION 2G : HORIZONTAL POSTION
( PA ) ( PC )

4G : OVER HEAD POSTION


3G : VERTICAL POSTION ( PF ) ( PE )
* POSISI PENGELASAN PIPA :
1. PENGELASAN POSISI PIPA HORIZONTAL, PIPA BERPUTAR
OPERATOR DIAM POSISI PENGELASAN FLAT ( 1F/1G )
2. PENGELASAN POSISI PIPA VERTICAL, PIPA BERPUTAR
OPERATOR DIAM POSISI PENGELSAN HORIZONTAL ( 2F/2G )
3. PENGELASAN POSISI PIPA HORIZONTAL, PIPA BERPUTAR
OPERATOR DIAM POSISI PENGELASAN VERTICAL ( 3F/3G )
4. PENGELASAN POSISI PIPA HORIZONTAL, PIPA BERPUTAR
OPERATOR DIAM POSISI PENGELASAN OVERHEAD ( 4F/4G )
5. PENGELASAN DENGAN KONDISI PIPA DIAM, OPERATOR
BERGERAK ( 5F/5G )
6. PENGELASAN DENGAN KONDISI PIPA MIRING 450 PIPA DIAM
OPERATOR BERGERAK ( 6F/6G)
7. PENGELASAN DENGAN KONDISI PIPA MIRING 450 ADA
PENAMBAHAN RING PADA PIPA, PIPA DIAM OPERATOR
BERGERAK ( 6GR )
1F : POSISI PIPA HORIZONTAL
PIPA BERPUTAR 2F : POSISI PIPA VERTICAL
OPERATOR DIAM ( PA ) PIPA BERPUTAR
OPERATOR DIAM ( PB )

3F : POSISI PIPA HORIZONTAL 4F : POSISI PIPA HORIZONTAL


PIPA BERPUTAR PIPA BERPUTAR
OPERATOR DIAM ( OPERATOR DIAM
450

5F : POSISI PIPA HORIZONTAL 6F : POSISI PIPA MIRING 450


KONDISI PIPA DIAM KONDISI PIPA DIAM
OPERATOR BERGERAK ( PF ) OPERATOR BERGERAK
( AL045 )
1G : POSISI PIPA HORIZONTAL 2G : POSISI PIPA VERTICAL
PIPA BERPUTAR PIPA DIAM
OPERATOR DIAM ( PA ) OPERATOR BERPUTAR ( PC )
5G : POSISI PIPA HORIZONTAL
KONDISI PIPA DIAM 450
OPERATOR BERGERAK ( PG )

6G : POSISI PIPA MIRING 450


KONDISI PIPA DIAM
450 OPERATOR BERGERAK
( HL045 )
6GR : POSISI PIPA MIRING 450
KONDISI PIPA DIAM
OPERATOR BERGERAK
10 X 15

10

15

10 X 15

10

15
10

12

10 12

10 12
10 X 15
15 X 10

10 15

15 10
2 Tempat
10

10 10

10 10
50 - 150
50 - 150

Depan
Samping
50
150

Atas
9 50 - 100
9 50 - 100
6
6

Depan

Samping
50
100
50

9
50 - 100 50 - 100

Depan

Samping
50
100

Atas
2
Gab
Butt Joint
2

0
Gab

Edge Joint

2
Gab
Corner Joint
2
14 2
600
600

Butt Joint Sudut


Gab
14
Kedalaman Champer 2
Tebal Plate
14 0
600 600

Sudut
Gab
Edge Joint Kedalaman Champer

14
600
14
2
600
Corner Joint Sudut
14
Gab 2
Kedalaman Champer
Tebal Plate 7
2 Gab
600
Sudut Champer
Kedalaman Champer

14

600
Butt Joint

7
14

2
Butt Joint 27
R - 6
Radius Akar Champer
0 Gab
250 Sudut Champer
Kedalaman Champer
30

Tebal Plate
250

6
30

0
20
T Joint

20 Besar Las
6
Horizontal
Tebal Plate 18
0 Gab
450 Sudut Champer
18
450 20
Besar Las
Kedalaman Champer
20
6

6
20
18
Butt Joint 3 Gab
450 Sudut Champer
Kedalaman Champer

20

450

18

3
T Joint 20

20

Horizontal
Tebal Plate 9
2 Gab
450 Sudut Champer
9 15
450 450
Besar Las
Kedalaman Champer
15 2 15

15 15
Butt Joint 9
2 Gap
450 Sudut Champer
Kedalaman Champer

20

450
G Finishing rata
dengan grinding

Finishing cekung
dengan grinding
M Finishing rata
dengan Machine

C Finishing cekung
dengan chipping
Throat Thickness

Toe
Reinforcment

Effective
Throat Thickness
Leg Length

Leg Length
HAZ Depth of Penetration
( Head Affective Zone )

Anda mungkin juga menyukai