Anda di halaman 1dari 9

PERAN STRATEGIS LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM PENGEMBANGAN

KURIKULUM

DISUSUN OLEH:

Nama : Arju Hendi Firmansyah

Nim : 5191121002

Dosen Pengampu : Dr. Yuniarto Mudjisusatyo, M.Pd

Mata Kuliah : Telaah Kurikulum (A)

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
A. Pengertian Landasan Sosiologis

Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan


tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh.
Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat.
Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada
tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang memepelajari
masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam
realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial, maka lahirlah berbagai cabang
sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi
pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-lain.

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut
fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara

B. Peran Strategis Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut
fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
negara.

Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan


tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh.
Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat.
Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada
tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang memepelajari
masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam
realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial, maka lahirlah berbagai cabang
sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi
pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-lain.

Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam


pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam
proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan
kebutuhan masyarakat, berperan dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam
memahami keunikan individu, masyarakat dan daerah.

Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum


yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa lebih
menekankan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat
pendidikan tertentu yang sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber
masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan konten
kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang sesuai. Dengan kata
lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum dalam merumuskan
tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society source) agar
kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial


hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di
dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. D alam
lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita.

Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma
dan adat kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu masing-
masing dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang
menjadi pertimbangan dalam pengembangan sebuah kurikulum, termasuk perubahan
tatanan masyarakat akibat perkembangan IPTEK. Sehingga masyarakat dijadikan salah
satu asas dalam pengembangan kurikulum.

Faktor pengembangan kurikulum dalam masyrakat

Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan


kurikulum dalam masyrakat, antara lain ;

1. Kebutuhan masyarakat

Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh
karena itu lembaga pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang
terampil yang dapat dijadikan sebagai penggali kebutuhan masyarakat.

2. Perubahan dan perkembangan masyarakat

Masayarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan berubah.
Perubahan dan perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan
konflik antar generasi. Dengan diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi
antar generasi dapat teratasi.

3. Tri pusat pendidikan

Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat
bertempat di rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain itu mass media, lembaga
pendidikan agama, serta lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan.

4. Ruang lingkup pengembangan kurikulum dalam masyrakat


Lingkungan atau dunia sekitar manusia pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar,
yaitu :

5. Dunia alam kodrat

Dunia alam kodrat merupakan segala sesuatu di luar diri kita yang berpengaruh
sangat kuat dalam kehidupan kita, misalnya : penampakan alam (gunung,laut,dll).
Untuk mengubah dan mengatasi pengaruh tersebut maka kita harus dapat
menggunakan IPTEK dengan benar. Dengan demikian dalam mengembangkan
kurikulum hendaknya kita berusaha untuk memasukkan masalah-masalah yang berupa
gejala-gejala dalam alam kodrat.

6. Dunia sekitar benda-benda buatan manusia

Dunia sekitar benda-benda buatan manusia merupakan benda-benda yang


diciptakan manusia sebagai alat pemuas kubutuhannya. Untuk itu keterampilan fisik
dan psikis harus dikembangkan dalam pembelajaran, sehuingga dapat menghasilkan
segala sesuatu yang menjadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat.

7. Dunia sekitar manusia

Merupakan dunia yang paling kompleks, sebab selalu berubah dan dinamis.
Interaksi antar individu berjalan sangat aktif. Untuk itu diperlukannya norma dalam
pergaulan masyarakat agar interaksi dalat berjalan dengan baik.

Fungsi sistem dan lembaga pendidikan dari segi sosiologis bagi kepentingan
masyarakat

Dari segi sosiologis sistem dan lembaga pendidikan di dalamnya dapat


dipandang sebagai badan yang mempunyai berbagai fungsi bagi kepentingan
masyarakat, antara lain:
· Mengadakan perbaikan, bahkan perombakan sosial

· Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan mengadkan penelitian ilmiah

· Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan nasional

· Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional

· Mengeksploitasi orang banyak demi kesejahteraan dolongan elite

· Mewujudkan revolusi sosial untuk melenyakan pengaruh pemerintahan terdahulu

· Mendukung golongan tertentu seperti golongan militer, industri atau politik

· Mengarahkan dan mendisiplinkan jalan pikiran generasi muda

· Mendorong dan mempercepat laju kemajuan IPTEK

· Mendidik generasi mudamenjadi arga negara nasional dan warga dunia

· Mengajar keterampilan pokok seperti membaca, menulis, dan berhitung

· Memberi keterampilan dasar berkaitan dengan mata pencaharian.

Sosiologi Sebagai Landasan Kurikulum

Kurikulum mutlak diperlukan dalam proses pendidikan karena tujuan dalam


kurikulum itulah yang akan menghasilkan lulusan dengan kompetensinya. Oleh karena
itu diperlukan kurikulum yang benar-benar menggali nilai sosial budaya serta mampu
menyiapkan peserta didik untuk menghadapi perubahan zaman.

Menurut undang-undang SISDIKNAS no. 21 tahun 2003 tujuan pendidikan di


Indonesia adalah melahirkan generasi yang bertaqwa, cerdas dan memiliki
keterampilan hidup. Ketaqwaan dibangun dari nilai-nilai agama serta budaya yang
santun. Kecerdasan dan keterampilan hidup ditumbuhkan dengan berbagai bacaan,
eksperimen dan pelatihan. Jika dirunut kualitas atau keunggulan suatu generasi
ternyata terletak pada karakter yang kokoh dan baik. Disinilah pentingnya memasukkan
kurikulum untuk membangun karakter tersebut.

Kurikulum karakter bersumber pada nilai agama dan nilai sosial budaya yang
terpuji. Bangsa kita yang mayoritas muslim dan secara turun temurun hidup dalam
budaya yang harmonis serta gotong royong hendaknya menjadi acuan dalam
penyusunan kurikulum sehingga kurikulum kita semestinya berisi tentang pengamalan
agama yang benar, membudayakan kebiasaan gotong royong dan santun pada setiap
jenjang pendidikan.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu


rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi
bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke
lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal


maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang


menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya.
Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya


tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi
di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa


melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.

Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya


mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial –
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

C. Kesimpulan

Dalam membuat suatu kurikulum diperlukan kajian yang mendalam tentang


budaya & kebiasaan masyarakat setempat. Kurikulum tidak boleh melanggar adat
istiadat & tata karma masyarakat setempat. Apabila kurikulum melanggar adat istiadat
dikhawatirkan menyebabkan masalah-masalah social baru seperti cultural lag bahkan
konflik horizontal.

Untuk mengetahui adat istiadat masyarakat setempat diperlukan penelitian


berupa observasi atau wawancara langsung terhadap masyarakat setempat. Observasi
dipilih sebagai metode penelitian yang tepat dikarenakan hukum adat bersifat
abstrakdan tidak tertulis (konvensi). Biasanya hukum ini terlahir setelah adanya
kesepakatan nonformal masyarakat setempat.

Kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Kebutuhan-


kebutuhan masyarakat tersebut dalam bentuk skill/keahlian khusus yang bermanfaat
bagi lingkungannya. Diutamakan sebuah kurikulum dapat membimbing masyarakat
menjadi sumberdaya yang produktif dalam mengolah potensi alam & social secara
efisien.
Kondisi sosial budaya mempengaruhi proses pemelajaran dan
lulusannya.Pendidikan akan melahirkan lulusan yang akan menjadi insan yang
mempengaruhi kondisi sosial budaya di masa mendatang.

Daftar Pustaka

Syaripudin, T., (1994), Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan


Umum, (Tesis), PPS IKIP Bandung.
Pribadi, S. (Ed.), (1984), Landasan Kependidikan, Jurusan FSP FIP IKIP Bandung.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/
http://sevannisa.blogspot.com/2012/11/landasan-filosofis-pengembangan.html

Anda mungkin juga menyukai