Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

STRUKTUR BAJA II

DOSEN PEMBIMBING :
MAYA SARI DEWI P ST., MT

OLEH:
KELOMPOK A5 :
1. Rico Urip Gunawan 418110023
2. Tri Wira Sandi Lukito 418110018
3. Wisman Rumingga 418110015
4. Wiya Kinanda 418110009

FAKULTAS TEKNIK
REKAYASA SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga tugas Paper kelompok A5 ini dapat diselesaikan. Tugas ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Struktur Baja II. Penulis berharap tugas tentang “Sambungan Las” ini dapat
menjadi referensi bagi pembaca agar lebih memahami materi terkait pokok bahasan.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mataram, 2 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sambungan Las

2.2 Keuntungan Dan Kerugian Sambungan Las Dibanding Sambungan Baut/Paku


Keling

2.3 Jenis-Jenis Pengelasan

2.4 Tipe Sambungan Las

2.5 Perhitungan Kekuatan Las

2.6 Tegangan Sambungan Las

2.7 Posisi Pengelasan

2.8 Macam-Macam Cacat Las

2.9 Cara Penanggulangan Cacat Las

2.10 Alat Dan Bahan Yang Diperlukan Serta Prosedur Pengelasan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Sejarah Pengelasan
Berdasarkan penemuan benda sejarah dapat diketahui bahwa teknik penyambungan
logam telah diketahui sejak zaman prasejarah, misalnya pada waktu antara 4000-300 SM, telah
diketahui dan dipraktekan pembrasingan logam paduan emas, tembaga, dan pematrian paduan
timah. Pada waktu itu sumber energy yang digunakan adalah hasil dari pembakaran kayu atau
arang. Berhubung suhu yang diperoleh dengan pembakaran kayu dan arang sangat rendah maka
teknik penyambungan pada waktu itu tidak berkembang lagi.
Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah, maka teknologi pengelasan
maju dengan pesat sehingga menjadi suatu teknik penyambungan yang rnutakhir. Pada akhir
abad ke 19 telah diciptakan cara dan teknik pengelasan. Pengelasan yang banyak di gunakan
adalah las busur, las resistensi listrik, las gas, dan las termit.
Pada tahun 1885 alat-alat busur sudah banyak dipakai. Bernardes adalah orang yang
pertama kali rnenggunakan las busur yang memakai ektroda yang dibuat dari batang karbon
atau grafit. Dengan cara mendekatkan elektroda las ke logam induk atau logam yang akan dilas,
dengan jarak kurang lebih 2 rnm, maka terjadilah busur listrik yang nrerupakan sumber panas
pada proses pengelasan tersebut. Karena terjadi panas, maka logam yang terbuat dari logam
yang sama dengan logam induk mencair dan akhirnya mengisi tempat sambungan.
Pada tahun 1892 Slovianoff adalah orang pertama kali yang menggunakan kawat logam
elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik. Dengan
penemuan ini elektroda yang berfungsi sebagai penghantar dan pembangkit busur lisrrik, juga
berfungsi sebagai logarn pengisi. Kemudian Kjellberg menemukan kwalitas sambungan las
rnenjadi lebih baik bila kawat elektroda logam dibungkus dngan terak.
Dan pada tahun 1886 Thomson menciptakan proses pengelasan resistansi listrik, dan
Glodschimiit tnenemukan las termit pada tahun 1895. Pada tahun 1900 adalah masa keemasan
pertama untuk pengelasan logam. Dan pada tahun 1926 adalah masa keemasan kedua dengan
adanya las hydrogenatom yang ditemukan oleh Lungumir, dan las busur logam dengan
perlindungan gas mulia yang ditemukan oleh Hobart dan Dener.
Selanjutrnya pada tahun 1935 Knnedy menemukan las busur redam, hal ini membuka
jalan kearah otomatisasi dalam bidang pengelasan yang dapat memperbaiki kualitas las.
Kemajuan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi las dicapai sampai dengan tahun
1950, dan pada tahun 1950 dianggap sebagai permulaan masa keemasan yang ketiga. Dan pada
tahun itu juga ditemukan cara-cara las baru antara lain: las dingin, las listrik terak, Ias laser dan
lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SAMBUNGAN LAS

Sambungan las adalah sambungan permanen yang didapatkan dari peleburan dari tepi
dua benda yang akan disambung dengan atau tidak dengan menggunakan tekanan dan material
tambahan. Panas yang digunakan untuk peleburan berasal dari terbakarnya gas (dalam hal ini
adalah las gas) atau dari busur listrik (dalam hal ini adalah las listrik). Metode las listrik lebih
sering digunakan karena kecepatan las yang lebih besar. Sambungan las sering digunakan
dalam sebuah perakitan sebagai metode alternatif pencetakan dan penempaan dan sebagai
pengganti sambungan baut dan sambungan paku keling. Sambungan las juga digunakan untuk
menyatukan kembali logam yang retak, memperbaiki bagian-bagian kecil yang rusak seperti
roda gigi, dan untuk memperbaiki permukaan yang aus seperti permukaan bearing.

2.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SAMBUNGAN LAS DIBANDING


SAMBUNGAN BAUT/PAKU KELING

Keuntungan:
1. Struktur dalam las biasanya lebih ringan daripada struktur dalam sambungan paku. Hal ini
dikarenakan gussets atau komponen penyambung lainnya tidak digunakan.
2. Sambungan las memberikan efisiensi maksimum (hamper 100%) yang tidak mungkin
diberikan oleh sambungan baut atau paku.
3. Perubahan atau penambahan bisa diberikan dengan mudah pada struktur atau sambungan las
yang sudah ada.
4. Karena struktur las berwujud halus, maka tampilannya akan terlihat lebih bagus.
5. Pada sambungan las, tegangan yang ada pada sambungan tidak melemah seperti pada
sambungan baut.
6. Sambungan las memiliki kekuatan yang besar. Seringkali sambungan las memiliki kekuatan
yang sama seperti benda yang telah dilas.
7. Terkadang, bentuk-bentuk seperti pipa sulit untuk disambung menggunakan sambungan
baut. Tapi bisa dengan mudah disambung dengan menggunakan las.
8. Sambungan las memberikan sambungan yang sangat keras.
9. Sangat mungkin untuk me-las bagian-bagian apa saja dan dari titik manapun. Sedangkan
sambungan baut membutuhkan daerah yang lebih banyak.
10. Prosesnya lebih cepat dibandingkan sambungan baut.
11. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama electrode las dan menyatu
dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
12. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
13. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
14. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1–1,5% dari berat konstruksi, sedangkan
dengan paku keling/baut berkisar 2,5–4% dari berat konstruksi.
15. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubang pk/baut, tak perlu
memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
16. Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya
utuh.

Kerugian:
1. Karena adanya ketidakseimbangan selama pemanasan dan pendinginan saat pengelasan,
maka benda yang dilas memiliki kemungkinan perubahan bentuk atau kemungkinan adanya
tegangan tambahan pada benda.
2. Pengelasan membutuhkan tenaga kerja dan pengawas yang memiliki keterampilan yang
tinggi.
3. Pemeriksaan untuk sambungan las lebih sulit dibandingkan dengan sambungan baut.
4. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya
baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna
maka kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat
fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya
sambungan yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan
kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk
konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak
diijinkan menggunakan sambungan las.
5. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

2.3 JENIS – JENIS PENGELASAN


Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:
a) Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang
disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan
sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi
listrik. Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu
sambungan tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik
digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat
tipis yang biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :
-Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik.
Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda
atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam
dan elektroda atas bergerak menekan pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan
disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua ujung
elektroda diberi air pendingin.

-Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)

Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi
titik, tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda
yang dapat berputar sesuai dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki

b) Las Busur Listrik

Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif
diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan
dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang
di las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-
3000º C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara
bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah
pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda diklasifikasikan menjadi
lima kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron
dan non ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan
elektroda dalam kelompok mild steel (baja lunak).
c) Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen

Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar


gas C2 H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair
logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen,
propan atau hidrogen.
Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen,
sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.

d) Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah
satu pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan
secara manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium
kuningan dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya.
Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali
habis (non consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini
adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari
terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan logam yang dilas.

e) Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya
diperoleh dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan
ujung kawat elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.

2.4 TIPE SAMBUNGAN LAS

a) Lap joint atau fillet joint :


overlapping plat, dengan beberapa cara :
 Single transverse fillet (las pada satu sisi) :melintang
 Double transverse fillet (las pada dua sisi)
 Parallel fillet joint (las paralel)

b) Butt Joint
 Pengelasan pada bagian ujung dengan ujung dari plat.
 Pengelasan jenis ini tidak disarankan untuk plat yang tebalnya kurang dari 5 mm
 Untuk plat dengan ketebalan plat (5 – 12,5) mm bentuk ujung yang disarankan adalah
: tipe V atau U.
2.5 PERHITUNGAN KEKUATAN LAS

a) Kekuatan transverse fillet welded joint

Jika ;
t = tebal las
L = panjang lasan
𝑡
Throat thickness, BD = leg sin 450 = = 0.707 𝑡
√2

A = Luas area minimum dari las (throat weld)


= throat thickness x length of weld
t𝑥L
= = 0.707 t 𝑥 L
√2
σt = tegangan tarik ijin bahan las.
Tegangan tarik/kekuatan tarik maksimum sambungan las :
• Single fillet :

• Double fillet :

b) Kekuatan las paralel fillet

A = luas lasan minimum

Jika ⎯τ ; tegangan geser ijin bahan las


• Gaya geser maksimum single paralel fillet :

• Gaya geser maksimum double paralel fillet :

Hal yang perlu diperhatikan dalam desain adalah :


1. Tambahkan panjang 12,5 mm pada lasan untuk keamanan.
2. Untuk gabungan paralel dan transverse fillet (melintang), kekuatan lasan merupakan
jumlah kekuatan dari paralel dan transverse.
Ftotal = Fparalel + Ftranverse
c) Kekuatan butt joint weld
1. Digunakan untuk beban tekan /kompensi
2. Panjang leg sama dengan throat thickness sama dengan thickness of plates (t)

Gaya tarik maksimum :


• Single V butt joint,

• Double V butt joint

Rekomendasi Ukuran Las Minimum

2.6 TEGANGAN SAMBUNGAN LAS

Tegangan pada sambungan las, sulit dihitung karena variabel dan parameter tidak
terprediksikan, misalnya :
• Homogenitas bahan las/elektroda
• Tegangan akibat panas dari las
• Perubahan sifat-sifat fisik.
Dalam perhitungan kekuatan diasumsikan bahwa :
• Beban terdistribusi merata sepanjang lasan
• Tegangan terdistribsi merata
Harga Tegangan Sambungan Las Dengan Beberapa Electrode Dan Beban

Faktor Konsentrasi Tegangan Las


Konsentrasi tegangan (k) untuk static loading and any type of joint, k = 1

Konsentrasi tegangan terjadi akibat penambahan material yang berasal dari material dasar yang
mungkin berbeda dengan material utama yang disambung.

Contoh simbol welding


2.7 POSISI PENGELASAN

a) Posisi di bawah tangan


Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh
sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat mungkin di
usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat
terhadap garis vertical kea rah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda
kerja.
b) Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke
bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang
mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda
sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda
kerja.
c) Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana
kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu
mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical
dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja.
d) Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan
dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap.
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan
elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat
terhadap benda kerja.
e) Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan
setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi,
tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam
pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diaplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa
diputar.
f) Posisi horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak
dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan
posisi horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan las akan selalu kebawah.
Adapun posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode
antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang
baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter
elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan
diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi
cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.
g) Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan pada
plate dan elektrode vertikal. Kesulitan pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G
akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah.
h) Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1.Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding tebal karena membutuhkan
panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya lebih rendah dibandingkan
pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi
dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi
horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil
pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan
2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian
dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode
untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur
½ kali diameter elektrode.
2. Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi.
Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih
ekonomis.
i) Pengelasan Posisi Fillet
Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan
pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi
mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan yang
relative mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah
kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator
las.

2.8 MACAM-MACAM CACAT LAS

Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih dengan
menggunakan energi panas sebagai medianya. Karena proses ini maka logam disekitar lasan
mengalami siklus termal cepat yang menyebabkan terjadinya deformasi. Hal ini erat
sekalihubunganya dengan terjadinya cacat las yang secara umum mempunyai pengaruh yang
fatal terhadap keamanan kontruksi material yang dilas. Cacat las ada beberapa macam, yaitu:
a) Retak las
Cacat las yang sering sekali terjadi pada saat proses pengelasan adalah retak las yang
dapat dibagi menjadi dua kategori yakni : retak dingin dan retak panas. Retak dingin adalah
retak yang terjadi pada daerah las pada suhu kurang lebih 300oC. Sedangkan retak panas
adalah retak yang terjadi pada suhu diatas 500oC. Retak dingin tidak hanya terjadi pada
daerah HAZ (Heat Affected Zone) atau sering disebut dengan daerah pergaruh panas tetapi
biasanya terjadi pada logam las. Retak dingin ini dapat terjadi pada daerah panas yang sering
terjadi. Dan retakan ini dapat dilihat dibawah manik Ias, retak akar dan kaki, serta retak
melintang.
Retak dingin didaerah HAZ ini biasanya terjadi antara beberapa menit sampai 48 jam
sesudah pengelasan. Retak dingin ini disebabkan oleh :.
o Struktur daerah pangaruh Panas.
o Hidrogen difusi didaerah las.
o Tegangan.
Sedangkan retak panas dibagi menjadi dua kelas yaitu retak karena pembebasan
tegangan pada daerah pengaruh panas yang terjadi pada suhu 500oC - 700oC dan retak yang
terjadi pada suhu diatas 900oC yang terjadi pada peristiwa pembekuan logam las. Retak
panas sering teriadi pada logam las karena pembekuan, biasanya berbentuk kawah dan retak
memanjang. Retak panas ini terjadi karena pembebasan tegangan pada daerah kaki didalam
daerah pengaruh panas.
Retak ini biasanya terjadi pada waktu logam mendingin setelah pembekuan dan terjadi
karena adanya tegangan yang timbul, yang disebabkan oleh penyusutan dan sifat baja yang
ketangguhannya turun pada suhu dibawah suhu pembekuan. Keretakkan las yang lain adalah
retak sepanjang rigi-rigi lasan retak disamping las dan retak memanjang diluar rigi-rigi
lasan. Akan tetapi penyebab umum pada semua jenis keretakan las ini adalah:
o Pilihan jenis elektroda yang salah atau tidak tepat.
o Benda kerja terbuat dari baja karbon tinggi.
o Pendinginan setelah pengelasan yang terlalu cepat.
o Benda kerja yang dilas terlalu kaku.
o Penyebaran panas pada bagian-bagian yang di las tidak seimbang.
Selain retak, cacat las yang juga sering terjadi, adalah penembusan las yang kurang dan
jelek. Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang timbul pada konstruksi adalah
kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena penembusan yang kurang. Karena kurang
penembusan inilah maka penyambungan tidak sempurna. Penyebab dari penembusan yang
kurang ini antara lain :
o Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi.
o Arus terlalu rendah.
o Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil.
o Benda kerja terlalu kotor.
o Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik.
o Busur las yang terlalu panjang.

b) Pengerukan / Under cut


Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan under cut pada
benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau konstruksi yang termakan oleh las
sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya telah
dilakukan pengelasan. Sebab-sebab pengerukan las antara lain :
o Arus yang terlalu tinggi.
o Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula.
o Busur nyala yang terlalu panjang.
o Ukuran elektroda yang salah.
o Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat.
o Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur.

c) Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan. Keropos ini
bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yangdiikuti dengan perkaratan atau korosi pada
konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena korosi tadi. Cacat ini memang
kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan
juga. Penyebab keropos ini yakni :
o Busur pendek.
o Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
o Kurang waktu pengisian.
o Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja.
o Kesalahan memilih jenis elektroda.
o Penggerutan Benda Kerja.
Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila di
dinginkan. Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang, maka setelah dingin
terjadilah pelengkungan atau melenting atau deformasi.
Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu) maka kedua
sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser, bahkan sampai kedua sisi tersebut dapat berimpit.
Penyebab pengerutan adalah:
o Pengisian pengelasan kurang.
o Pengkleman salah.
o Pemanasan yang berlebihan.
o Kesalahan persiapan kampuh.
o Pemanasan tidak merata.
o Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik.
o Salah urutan pengelasan.

2.9 CARA PENANGGULANGAN CACAT LAS

Dalam pembangunan kapal baru jumlah pekerjaan las kira-kira sepertiga dari seluruh
jumlah pekerjaan. Ada kapal yang dibangun dengan sistim blok dan ini berarti banyak sekali
konstruksi yang menggunakan pengelasan. Jadi cacat-cacat las yang ada harus ditekan sekecil
mungkin atau bahkan harus dihindari sebisa mungkin.
Untuk mengatasi macam-macam cacat las yang telah terjadi supaya hasil pekerjaan las dapat
memuaskan banyak pihak, maka perlu dilaksanakan cara-cara penanggulangannya, yaitu
sebagai berikut:
a) Penanggulangan Retak Las
Dalarn menghindari terjadinya retakan las pada daerah panas, atau usaha penaggulanganya
supaya tidak terjadi retak pada las antara lain :
o Menggunakan elektroda yang betul, dalam hal ini sedapat mungkin menggunakan
elektroda dengan fluk yang mempunyai kadar hydrogen rendah.
o Sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh harus dibersihkan dari air, karat, debu,
minyak dan zat organik yang dapat menjadi sunrber hidrogen.
o Mendinginkan perlahan-lahan setelah dilas.
o Membebaskan kampuh dari kekakuan.
o Mengadakan pemanasan pendahuluan sebelum memulai pengelasan, dengan cara ini retak
las dapat terhindarkan.

b) Penanggulangan Penembusan Las Yang Kurang Baik


Cara untuk mengatasi cacat las penembusan yang kurang baik dapat dilakukan dengan
langkahlangkah sebagai berikut :
o Penyetelan arus pengelasan yang tepat.
o Pengelasan diperlambat dan stabil agar panas yang didapat lebih merata.
o Mengatur kecepatan las, sehingga kedua sisi benda kerja mencair dengan baik.
o Memilih diameter elektroda yang sesuai dengan ukuran coakan.
o Membersihkan benda kerja dari terak dan kotoran yang ada.
o Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.

c) Penanggulangan Pengerukan las (Under Cut)


Cara untuk mengatasi cacat las pengerukan/under cut dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
o Menyetel arus yang tepat.
o Mengurangi kecepatan mengelas.
o Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
o Menggunakan ukuran elektroda yang benar.
o Menyetel posisi elektroda, sehingga gaya busur nyala akan menahan cairan pengelasan.
o Mengupayakan ayunan elektroda dengan teratur.

d) Penanggulangan Cacat Las Karena Keropos.


Cara untuk mengatasi cacat las keropos dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
o Mempertahankan jarak busur yang baik.
o Mengurangi kecepatan pengelasan atau kecepatan dipertinggi.
o Member waktu pengisian yang cukup untuk melepaskan gas.
o Membersihkan benda kerja.
o Menggunakan elektroda yang tepat.

e) Penanggulangan Pengerutan Benda Kerja


Pada setiap proses pengelasan akan terjadi yang namanya perubahan bentuk terhadap
benda kerja. Perubahan bentuk ini akan mengurangi ketelitian ukuran dan penampakan luar
serta dapat juga menurunkan kekuatan. Hal-hal untuk mengurangi terjadinya pengerutan
benda kerja atau perubahan bentuk antara lain :
o Pengurangan masuknya panas dan logam panas.
Dengan mengurangi masuknya panas lasan yang seperlunya saja maka tidak akan terjadi
suhu yang terlalu tinggi. Sehingga perubahan bentuk dapat dikurangi menjadi sekeci-
kecilnya. Bila logam las dikurangi, maka jumlah logam pada waktu mendingin tidak
terlalu banyak dan dengan sendirinya perubahan bentuk juga dapat dikurangi.
Pengurangan bahan las dapat dilakukan dengan mengurangi panjang las, memilih bentuk
kampuh yang sesuai, memotong plat yang akan dilas dan merakitnya dengan teliti.

Cara menanggulangi perubahan bentuk


o Pengelasan sedikit mungkin.
Pengelasan yang berlebihan akan menimbulkan penkerutan yang bertambah besar
o Dudukan benda yang hendak dilas sedikit
dimiringkan keluar, sehingga rigi-rigi las akan menariknya kepada kedudukan yang
didinginkan.
o Melakukan pengelasan yang bergantian pada
setiap sisi dan membuat urutan rigi-rigi yang menimbulkan gaya-gaya penyusutan yang
saling meniadakan.

Bila pada jenis sambungan I (kampuhV) dilas mengalami pengkerutan, rigi-rigi dapat
membuat kampuh menjadi berimpit sesamanya. Maka kerusakan ini dapat diatasi dengan
cara antara lain :
o Membuat las pengikat atau las atau las titik/tack weld.
Las pengikat ini diletakkan di tempat-tempat yang kiranya benda kerja akan mengerut bila
nanti dilas. Sehingga dengan adanya las pengikat ini pengerutan benda kerja tidak terjadi.
o Mebuat celah yang melebar.
Disini pelebaran celah tidak boleh asal melebar, akan tetapi masih dalam jangkauan
kemampuan las. Ini dimaksudkan agar bila nanti setelahpengelasan mengalami pengerutan
celah yang mengalami pelebaran tadi.
o Memasang pasak untuk mempertahankan lebar celah.
pasak ini berguna untuk menjaga lebar celah pada benda kerja yang juga disebut dengan
plat pengikat. Jadi bila setelah pengelasan kondisi kerja tetap pada posisi semula karena
telah diikat oleh pasak tadi.

Untuk mengurangi perubahan bentuk dari pengaruh urutan pengelasan dilakukan


dengan jalan:
o Pengelasan dilakukan dari titik yang terikat ketitik yang terbebas.
o Majunya pengelasan dibuat simetri tehadap sumbu netral.
o Menggunakan pengelasan susulan mundur atau kebelakang, untuk menghindari perubahan
bentuk pada daerah memanjang.

Untuk mengurangi perubahan bentuk dari segi persiapan kampuh adalah sebagai berikut:
o Membuat sudut kampuh sekecil mungkin.
o Membuat celah kampuh sekecil mungkin.
o Membuat kampuh ganda bila tebal plat lebih dari 16 mm.

Cara pengelasan kontuksi lambung kapal biasanya dilakukan langkah-langkah antara lain:
o Pemeriksaan ukuran alur
o Pemilihan bahan las yng tepat
o Penentuan ukuran pengelasan
o Pembersihan alur dari debu, karat, dan minyak.

Perlu diketahui bahwa perakitan konstruksi dimulai dari tengah menuju kesisi.
Sedangkan untuk pengelasan antar plat kulit dan rangka gladak atas urutanya adalah las
tumpul dan kemudian barulah las tumpang. Pengelasan dalam reparasi kapal harus
diperhatikan hal-hal berikut:
o Menentukan seteliti mungkin besarnya bagian yang rusak.
o Memperhatikan lingkungan kerja, misalnya dalam memindahkan tabung gas yang mudah
terbakar.
o memasang pengaman bila pengelasan dilakukan ditempat yang tinggi.
o mempersiapkan tenaga listrik yang diperlukan.
o Dalam penggantian plat harus disiapkan lubang batas dan harus menentukan urutan
pengelasan.

2.10 ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN SERTA PROSEDUR


PENGELASAN
Pekerjaan sambungan las struktur baja memerlukan berbagai alat dan bahan
sebagai berikut.
a) Mesin las yang sesuai/disyaratkan dengan perlengkapannya. Alih-alih
menggunakan las karbit, pengelasan pada struktur baja setidaknya telah
menggunakan las listrik.
b) Berbagai bahan tambahan yang dibutuhkan, seperti kawat las dengan ukuran
yang sesuai ketebalan pengelasan, dan sebagainya.
c) Gambar kerja (shop drawing) yang memuat detail sambungan, tipe dan ukuran
pengelasan serta berbagai keterangan terkait.
d) Peralatan untuk membersihkan kotoran pada permukaan baja, seperti sikat baja
atau sikat mekanik (mechanical wire brush), gerinda, dan lainnya.
e) Perhatikan peralatan untuk mengukur atau memeriksa ketebalan las agar sesuai
dengan gambar kerja.

Prosedur Pengelasan:
Untuk hasil terbaik, idealnya pengelasan dilakukan di pabrik atau bengkel.
Jika terpaksa dikerjakan di lapangan, kegiatan pengelasan harus disetujui oleh
pihak penanggung jawab, seperti pimpinan proyek atau konsultan. Perhatian
khusus harus diberikan pada posisi pengelasan demi mendapatkan hasil terbaik
dan menjaga keselamatan pekerja.
Di mana pun pengelasan dikerjakan, berbagai prosedur sebelum dan sesudah
pengelasan perlu dilakukan dengan benar. Pertama dengan memastikan
kelengkapan peralatan las dan bahan pendukung yang sesuai; dan kedua perhatikan
kebersihan setiap bagian yang akan dilas. Bagian yang akan dilas harus bebas dari
debu dan segala kotoran, termasuk cat, minyak, karat, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan sambungan las yang baik dan memenuhi standar, maka
pengelasan harus dilakukan oleh tukang atau pekerja las bersertifikat dan
berpengalaman. Kendati demikian, setelah proses pengelasan dilakukan,
penanggung jawab perlu memeriksa. Baik secara visual atau dengan peralatan
khusus untuk mengetahui ada tidaknya cacat ataupun kegagalan pada struktur.
Berikut informasi sistem sambungan las pada struktur baja yang perlu
diketahui dari KPS Steel, distributor besi Jakarta. Perlu selalu diingat bahwa
kualitas sambungan memengaruhi kekuatan struktur. Namun, lebih dari itu kualitas
material juga tak dapat diabaikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Sambungan las adalah sambungan permanen yang didapatkan dari peleburan
tepi dua benda yang akan disambungkan dengan atau tidak dengan
menggunakan tekanan dan material tambahan.
 Keuntungan sambungan las dibangdingkan sambungan baut/paku keling
yaitu; lebih ringan, memberikan efisieni maksimum(hampir 100%),
perubahan dan penambahan bisa diberikan dengan mudah, tampilan lebih
bagus, tegangan sambungan tidak melemah, lebih cepat rapi dan ringan, dll.
Sedangkan untuk kerugiannya yaitu ; konstruksi sambungan tid ak dapat
dibongkar pasang, benda yang dilas memiliki kemungkinan perubahan
bentuk atau kemungkinan adanya tegangan tambahan pada benda, dll.
 Jenis-jenis pengelasan : Las resistensi listrik/tahanan (terdiri dari dua jenis
yaitu las titik/ spot welding dan l as resistensi rol/rolled resistance welding),
las busur listrik, penyambungan dengan las Oxy-Asetilen, TIG(Tungsten
Inert Gas) atau GTAW(Gas Tungsten Arc Welding), dan las MIG (Metal
Inert Gas) atau GMAW (Gas Metal Arc Welding).
 Tipe sambungan las : lap joint/fillet joint dan butt joint.
 Perhitungan kekuatan las : kekuatan transverse fillet welded joint, kekuatan
las paralel fillet, dan kekuatan butt joint weld.
 Tegangan sambungan las sulit dihitung karena variabel dan parametertidak
terprediksikan.
 Posisi pengelasan : posisi dibawah tangan, posisi tegak (vertikal), posisi
datar (horizontal), posisi diatas kepala(overhead), posisi datar(1G), posisi
horizontal(2G), posisi vertikal(3G), posisi horizontal pipa (5G), dan
pengelasan posisi fillet.
 Macam-macam cacat las : Retak Las, Pengerukan / Under Cut, dan Keropos.
 Cara penanggulangan cacat las : Penanggulangan Retak Las,
Penanggulangan Penembusan Las Yang Kurang Baik, Penanggulangan
Pengerukan las (Under Cut), Penanggulangan Cacat Las Karena Keropos,
dan Penanggulangan Pengerutan Benda Kerja

3.2 SARAN

Kami tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

Semoga materi yang kami sajikan bermanfaat..


DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/document/makalah-sambungan-lasdocx.html

https://kpssteel.com/besi-baja/sambungan-las-dan-proses-pengelasan-pada-struktur-
baja/

Anda mungkin juga menyukai