Anda di halaman 1dari 48

Sambungan Las

IR. ZULYADEN LUBIS, MM.


Sejarah Pengelasan

 Berdasarkan penemuan benda sejarah dapat diketahui bahwa teknik


penyambungan logam telah diketahui sejak zaman prasejarah,
misalnya pada waktu antara 4000-300 SM, telah diketahui dan
dipraktekan pembrasingan logam paduan emas, tembaga, dan
pematrian paduan timah.
 Pada waktu itu sumber energi yang digunakan adalah hasil dari
pembakaran kayu atau arang. Berhubung suhu yang diperoleh dengan
pembakaran kayu dan arang sangat rendah maka teknik penyambungan
pada waktu itu tidak berkembang lagi.
Sejarah Pengelasan

 Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah,


maka teknologi pengelasan maju dengan pesat sehingga
menjadi suatu teknik penyambungan yang rnutakhir.
 Pada akhir abad ke 19 telah diciptakan cara dan teknik
pengelasan. Pengelasan yang banyak di gunakan adalah las
busur, las resistensi listrik, las gas, dan las termit.
Sejarah Pengelasan
Tahun Penemuan Aplikasi Teknologi
 .
Menggunakan las busur yang memakai ektroda
yang dibuat dari batang karbon atau grafit.

Dengan cara mendekatkan elektroda las ke


logam induk atau logam yang akan dilas, dengan
jarak kurang lebih 2 mm, maka terjadilah busur
Bernardes pada 1885 listrik yang merupakan sumber panas pada
proses pengelasan tersebut, karena terjadi
panas, maka logam yang terbuat dari logam
yang sama dengan logam induk mencair dan
akhirnya mengisi tempat sambungan.

Menggunakan kawat logam elektroda yang turut


mencair karena panas yang ditimbulkan oleh
busur listrik. Dengan penemuan ini elektroda
Slovianoff pada 1892 yang berfungsi sebagai penghantar dan
pembangkit busur lisrrik, juga berfungsi sebagai
logarn pengisi.
Sejarah Pengelasan
Tahun Penemuan Aplikasi Teknologi
Menemukan kwalitas sambungan las menjadi
Kjellberg lebih baik, bila kawat elektroda logam
dibungkus dngan terak.
Menciptakan proses pengelasan resistansi listrik,
Thomson pada 1886-1895 dan Glodschimiit tnenemukan las termit
Adanya las hydrogenatom dan las busur logam
Lungmuir pada 1926 dan Hobart - Dener
dengan perlindungan gas mulia
Menemukan las busur redam, hal ini membuka
jalan kearah otomatisasi dalam bidang
Knnedy pada 1935
pengelasan yang dapat memperbaiki kualitas
las.
Ditemukan cara-cara las baru antara lain: las
Pada 1950 ke atas dingin, las listrik terak, Ias laser dan lain
sebagainya.
Deskripsi

 Sambungan las adalah sambungan permanen yang didapatkan


dari peleburan dari tepi dua benda yang akan disambung
dengan atau tidak dengan menggunakan tekanan dan material
tambahan.
 Panas yang digunakan untuk peleburan berasal dari
terbakarnya gas (dalam hal ini adalah las gas) atau dari busur
listrik (dalam hal ini adalah las listrik).
 Metode las listrik lebih sering digunakan karena kecepatan las
yang lebih besar.
Deskripsi

 Sambungan las sering digunakan dalam sebuah perakitan


sebagai metode alternatif pencetakan dan penempaan dan
sebagai pengganti sambungan baut dan sambungan paku keling.
 Sambungan las juga digunakan untuk menyatukan kembali
logam yang retak, memperbaiki bagian-bagian kecil yang rusak
seperti roda gigi, dan untuk memperbaiki permukaan yang aus
seperti permukaan bearing
Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las dibanding
Sambungan Baut atau Paku Keling

Keuntungan 1. Struktur dalam las biasanya lebih ringan daripada struktur dalam
sambungan paku. Hal ini dikarenakan gussets atau komponen
penyambung lainnya tidak digunakan.
2. Sambungan las memberikan efisiensi maksimum (hampir 100%)
yang tidak mungkin diberikan oleh sambungan baut atau paku.

3. Perubahan atau penambahan bisa diberikan dengan mudah pada


struktur atau sambungan las yang sudah ada.

4. Karena struktur las berwujud halus, maka tampilannya akan


terlihat lebih bagus
Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las dibanding
Sambungan Baut atau Paku Keling

Keuntungan 5. Pada sambungan las, tegangan yang ada pada sambungan tidak
melemah seperti pada sambungan baut.

6. Sambungan las memiliki kekuatan yang besar. Seringkali


sambungan las memiliki kekuatan yang sama seperti benda yang
telah dilas.

7. Terkadang, bentuk-bentuk seperti pipa sulit untuk disambung


menggunakan sambungan baut. Tapi bisa dengan mudah disambung
dengan menggunakan las.
8. Sambungan las memberikan sambungan yang sangat keras.
Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las dibanding
Sambungan Baut atau Paku Keling

Keuntungan 9. Sangat mungkin untuk me-las bagian-bagian apa saja dan dari titik
manapun. Sedangkan sambungan baut membutuhkan daerah yang
lebih banyak.

10. Prosesnya lebih cepat dibandingkan sambungan baut.

11. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama


elektrode las dan menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).

12. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.

13. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih


ringan.
Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las dibanding
Sambungan Baut atau Paku Keling

Keuntungan 14. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5%


dari berat konstruksi, sedangkan dengan paku keling / baut berkisar
2,5-4% dari berat konstruksi.

15. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat


lubang lubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku /
pelat penyambung, dan sebagainya ).

16. Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi,
sehingga kekuatannya utuh.
Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las dibanding
Sambungan Baut atau Paku Keling

Kerugian 1. Karena adanya ketidakseimbangan selama pemanasan dan


pendinginan saat pengelasan, maka benda yang dilas memiliki
kemungkinan perubahan bentuk atau kemungkinan adanya tegangan
tambahan pada benda..
2. Pengelasan membutuhkan tenaga kerja dan pengawas yang
memiliki keterampilan yang tinggi.

3. Perubahan atau penambahan bisa diberikan dengan mudah pada


struktur atau sambungan las yang sudah ada.

4. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.


Keuntungan dan Kerugian Sambungan Las dibanding
Sambungan Baut atau Paku Keling

Kerugian 5. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas


pengelasan. Jika pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan
baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan
konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat
berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun
akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya
bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang
tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk
konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api
di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
Jenis-jenis Pengelasan
A. Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan
pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama
arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan
mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan las resistensi listrik
dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan tumpang dan
sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk
menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-
pelat tipis yang biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni
 Las titik (Spot welding) dan
 Las Resistenasi Rol (Rolled Resistance Welding)
 Las Titik (Spot Welding)
1. Pengelasan dengan las titik ini hasil
pengelasannya membentuk seperti titik.
2. Elektroda penekan terbuat dari batang
tembaga yang dialiri arus listrik yakni,
elektroda atas dan bawah.
3. Elektroda sebelah bawah sebagai
penumpu plat dalam keadaan diam dan
elektroda atas bergerak menekan pelat
yang akan disambung.
4. Agar pelat yang akan disambung tidak
sampai bolong sewaktu proses
terjadinya pencairan maka kedua ujung
elektroda diberi air pendingin.
 Las Resistenasi Rol (Rolled
Resistance Welding)

1. Proses pengelasan resistansi


tumpang ini dasarnya sama
dengan las resistansi titik, tetapi
dalam pengelasan tumpang ini
kedua batang elektroda diganti
dengan roda yang dapat berputar
sesuai dengan alur/garis
pengelasanyang dikehendaki
B. Las Busur Listrik
Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari
beberapa alternatif diantaranya energi dari panas pembakaran
gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil
proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan
elektroda yang di las.
Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses
pengelasan ini mencapai 2000-3000º C. Pada temperatur ini
daerah yang mengalami pengelasan melebur secara bersamaan
menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan
las busur listrk adalah pemilihan elektroda yang tepat. Secara
umum semua elektroda diklasifikasikan menjadi lima
kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special
alloy steel, cast iron dan non ferrous. Rentangan terbesar dari
pengelasan busur nyala dilakukan dengan elektroda dalam
kelompok mild steel (baja lunak).
C. Penyambungan dengan Las Oxy-
Asetilen

Pengelasan dengan gas oksi-asetilen


dilakukan dengan membakar bahan
bakar gas C2 H2 dengan O2, sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu
yang dapat mencair logam induk dan
logam pengisi.
Sebagai bahan bakar dapat digunakan
gas-gas asetilen, propan atau hidrogen.
Diantara ketiga bahan bakar ini yang
paling banyak digunakan adalah
asetilen, sehingga las pada umumnya
diartikan sebagai las oksi-asetilen.
D. Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten
Arc Welding)
Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten
Iner Gas) merupakan salah satu pengembangan dari
pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari
pengelasan secara manual yang khususnya untuk
pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan
dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-
logam anti korosi lainnya.
Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak
menggunakan proses elektroda sekali habis (non
consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari
proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan
fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari
terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan logam
yang dilas.
E. Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding
(GMAW)

Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh
dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung
kawat elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.
Tipe Sambungan Las
a. Lap joint atau fillet joint :

overlapping plat, dengan beberapa cara :

 • Single transverse fillet (las pada satu


sisi) :melintang

 • Double transverse fillet (las pada dua


sisi)

 • Parallel fillet joint (las paralel)


b. Butt Joint

 - Pengelasan pada bagian ujung dengan ujung


dari plat.

 - Pengelasan jenis ini tidak disarankan untuk


plat yang tebalnya kurang dari 5 mm

 - Untuk plat dengan ketebalan plat (5 – 12,5)


mm bentuk ujung yang disarankan adalah : tipe
V atau U.
Perhitungan Kekuatan Las

a.Kekuatan transverse fillet welded joint


Jika
 t : tebal las
 L : panjang lasan
 Throat thickness, BD : leg sin 45o

 A : Luas area minimum dari las (throat weld)


= throat thickness x length of weld

 σt = tegangan tarik ijin bahan las.


 Tegangan tarik/kekuatan tarik maksimum sambungan las
Single fillet :

Double fillet :
b. Kekuatan las paralel fillet
 A : luas lasan minimum
 Jika ⎯τ : tegangan geser ijin bahan las
• Gaya geser maksimum single paralel fillet :

• Gaya geser maksimum double paralel fillet :

 Hal yang perlu diperhatikan dalam desain adalah :


1. Tambahkan panjang 12,5 mm pada lasan untuk keamanan.
2. Untuk gabungan paralel dan transverse fillet (melintang),
kekuatan lasan merupakan jumlah kekuatan dari paralel dan
transverse.
Ftotal = Fparalel + Ftranverse
c. Kekuatan butt joint weld
1. Digunakan untuk beban tekan /kompensi
2. Panjang leg sama dengan throat thickness sama
dengan thickness of plates (t)

 Gaya tarik maksimum :


• Single V butt joint,

• Double V butt joint


Tabel Rekomendasi Ukuran Las Minimum
Tegangan Sambungan Las
 Tegangan pada sambungan las, sulit dihitung karena
variabel dan parameter tidak terprediksikan, misalnya:

 Homogenitas bahan las/elektroda


• Tegangan akibat panas dari las
• Perubahan sifat-sifat fisik.

 Dalam perhitungan kekuatan diasumsikan bahwa :


• Beban terdistribusi merata sepanjang lasan
• Tegangan terdistribsi merata
Harga Tegangan Sambungan Las Dengan Beberapa
Electrode Dan Beban
Faktor Konsentrasi Tegangan Las

Konsentrasi tegangan (k) untuk static loading and any type


of joint, k = 1

Konsentrasi tegangan terjadi akibat penambahan material yang


berasal dari material dasar yang mungkin berbeda dengan material
utama yang disambung.
Contoh Simbol Welding (Pengelasan)
Contoh Simbol Welding (Pengelasan)
Posisi Pengelasan
•Posisi di bawah tangan
 Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah
dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan
pengelasan sedapat mungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan.
Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea
rah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi tegak (vertical)
 Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit
karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat
diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat
terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi datar (horizontal)
 Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata
dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda
mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring
sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat –
80 derajat kearah benda kerja.

• Posisi di atas kepala (Overhead)


 Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair
banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu
diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi
ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan
elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75
derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
· Posisi datar (1G)
 Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan
Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga
dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya
sangat mudah. Dapat diaplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.

· Posisi horizontal (2G)


 Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan
pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan posisi
horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan las akan selalu kebawah.
Adapun posisi sudut electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode
antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang
baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter
elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan
diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi
cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.
· Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengelasan naik
 Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding tebal karena
membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya
lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga
panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan
turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap
dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut.
 Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld)
pada posisi jam 5-8-11 dan mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam
12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke
jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las
akar) adalah berbentuksegitiga teratur dengan jarak busur ½ kali
diameter elektrode.
 2. Pengelasan turun
 Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran
minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun
lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih
ekonomis.
Macam-macam Cacat Las
 Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau
lebih dengan menggunakan energi panas sebagai medianya. Karena
proses ini maka logam disekitar lasan mengalami siklus termal cepat
yang menyebabkan terjadinya deformasi.
 Hal ini erat sekalihubunganya dengan terjadinya cacat las yang
secara umum mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan
kontruksi material yang dilas. Cacat las ada beberapa macam,
yaitu:

A. Retak las
B. Pengerukan / Under cut
C. Keropos
A. Retak Las
 Cacat las yang sering sekali terjadi pada saat proses pengelasan
adalah retak las yang dapat dibagi menjadi dua kategori yakni :
retak dingin dan retak panas. Retak dingin adalah retak yang terjadi
pada daerah las pada suhu kurang lebih 300oC. Sedangkan retak
panas adalah retak yang terjadi pada suhu diatas 500oC.

Penyebab umum pada semua jenis keretakan las ini adalah:


 Pilihan jenis elektroda yang salah atau tidak tepat.
 Benda kerja terbuat dari baja karbon tinggi.
 Pendinginan setelah pengelasan yang terlalu cepat.
 Benda kerja yang dilas terlalu kaku.
 Penyebaran panas pada bagian-bagian yang di las tidak seimbang.
 Selain retak, cacat las yang juga sering terjadi, adalah penembusan las
yang kurang dan jelek. Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat
yang timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh
karena penembusan yang kurang. Karena kurang penembusan inilah maka
penyambungan tidak sempurna.

Penyebab dari penembusan yang kurang ini antara lain :


 Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi.
 Arus terlalu rendah.
 Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil.
 Benda kerja terlalu kotor.
 Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik.
 Busur las yang terlalu panjang.
B. Pengerukan / Under cut
Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan
under cut pada benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja
atau konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi
berkurang kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan
pengelasan. Sebab-sebab pengerukan las antara lain :
 Arus yang terlalu tinggi.
 Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula.
 Busur nyala yang terlalu panjang.
 Ukuran elektroda yang salah.
 Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat.
 Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur
C. Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan.
Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yangdiikuti
dengan perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi
rapuh karena korosi tadi. Cacat ini memang kelihatannya sepele akan
tetapi dampak yang ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan
juga.
Penyebab keropos:
 Busur pendek.
 Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
 Kurang waktu pengisian.
 Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja.
 Kesalahan memilih jenis elektroda.
 Penggerutan Benda Kerja.
Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut bila di dinginkan. Bila
salah satu permukaan las tipis dilas pada arah memanjang, maka setelah dingin terjadilah
pelengkungan atau melenting atau deformasi. Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa
membuat pengikat lebih dulu) maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser, bahkan
sampai kedua sisi tersebut dapat berimpit

Penyebab pengerutan adalah:


 Pengisian pengelasan kurang.
 Pengkleman salah.
 Pemanasan yang berlebihan.
 Kesalahan persiapan kampuh.
 Pemanasan tidak merata.
 Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik.
 Salah urutan pengelasan.
Cara Penanggulangan Cacat Las
A. Penanggulangan Retak Las
 Menggunakan elektroda yang betul, dalam hal ini sedapat mungkin
menggunakan elektroda dengan fluk yang mempunyai kadar hydrogen
rendah.
 Sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh harus dibersihkan dari
air, karat, debu, minyak dan zat organik yang dapat menjadi sunrber
hidrogen.
 Mendinginkan perlahan-lahan setelah dilas.
 Membebaskan kampuh dari kekakuan.
 Mengadakan pemanasan pendahuluan sebelum memulai pengelasan,
dengan cara ini retak las dapat terhindarkan
B. Penanggulangan Penembusan Las Yang Kurang Baik
 Penyetelan arus pengelasan yang tepat.
 Pengelasan diperlambat dan stabil agar panas yang didapat
lebih merata.
 Mengatur kecepatan las, sehingga kedua sisi benda kerja
mencair dengan baik.
 Memilih diameter elektroda yang sesuai dengan ukuran
coakan.
 Membersihkan benda kerja dari terak dan kotoran yang ada.
 Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
C. Penanggulangan Pengerukan las (Under Cut)

 Menyetel arus yang tepat.


 Mengurangi kecepatan mengelas.
 Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
 Menggunakan ukuran elektroda yang benar.
 Menyetel posisi elektroda, sehingga gaya busur nyala
akan menahan cairan pengelasan.
 Mengupayakan ayunan elektroda dengan teratur.
D. Penanggulangan Cacat Las Karena Keropos.

 Mempertahankan jarak busur yang baik.


 Mengurangi kecepatan pengelasan atau kecepatan
dipertinggi.
 Member waktu pengisian yang cukup untuk melepaskan gas.
 Membersihkan benda kerja.
 Menggunakan elektroda yang tepat.
E. Penanggulangan Pengerutan Benda Kerja

 Pengurangan masuknya panas dan logam panas.


 Pengelasan sedikit mungkin.
 Dudukan benda yang hendak dilas sedikit dimiringkan keluar
 Melakukan pengelasan yang bergantian pada
 Setiap sisi dan membuat urutan rigi-rigi yang menimbulkan gaya-gaya
penyusutan yang saling meniadakan.
 Membuat las pengikat atau las atau las titik/tack weld.
 Mebuat celah yang melebar.
 Memasang pasak untuk mempertahankan lebar celah

Anda mungkin juga menyukai