1. Pendahuluan
Tebu yang telah ditebang sebaiknya segera dikirim ke Pabrik Gula (PG) dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya. Agar tebu tidak kemayu dan senantiasa segar. Mempertahankan kesegaran tebu adalah
upaya mempertahankan kandungan sakarosa (gula) pada tebu. Sebab, sakarosa dapat berubah
menjadi fruktosa dan bahkan dapat hilang sejalan dengan waktu kemayuan tebu.
Setelah tebu tiba di PG, terlebih dahulu diperiksa kebersihannya. Yaitu dengan melakukan analisa
trash. Analisa trash dilakukan terhadap sample tebu yang diambil dari media sarana angkutan tebu
(truck, lori, container). Dari sample itu dipisahkan kotoran-kotoran berupa : klaras/ daun tebu,
sogolan/ tebu muda, pucuk tebu, tebu mati dan kotoran lainnya. Sebaiknya masing-masing jenis
trash ditimbang dan dicatat. Kemudian total berat trash dibagi berat sample dikali 100% =
persentase trash. Msalnya diambil sample tebu 30 Kg, setelah dipisahkan, berat trashnya 2 Kg. maka
persentase trash = (2/30 )x 100% = 6,67%. Pada umumnya PG mengharapkan persentase trash yang
baik dibawah 5%. Analisa ini bermaksud untuk mengatahui persentase kotoran tebu sebagai nilai
disiplin pemanen tebu dan sebagai bahan evaluasi kinerja tanaman.
Setelah dilakukan analisa trash, selanjutnya tebu ditimbang. Ada juga PG yang terlebih dahulu
menimbang tebu kemudian dilakukan analisa trash. Dari stasiun timbangan, sarana angkutan
diarahkan menuju cane yard atau langsung menuju alat pembongkar tebu lainnya. Untuk segera
dilakukan proses pengolahan oleh instalasi PG itu.
2. Instalasi PG terdiri dari beberapa stasiun pengolahan, stasiun utilitas dan fasilitas. Yaitu:
1. Kapasitas Giling, besar kecilnya ukuran pabrik gula ditentukan berdasarkan kemampuan
memerah tebu dalam sehari (24 jam) yang merupakan kapasitas nominal dari suatu pabrik
gula.
2. Kapasitas Inklusif Stop (KIS), istilah ini digunakan untuk menyatakan kapasitas giling yang
dicapai dalam sehari termasuk jam-jam berhenti. Maksudnya banyaknya tebu digiling dalam
sehari tetapi mungkin tidak penuh selama 24 jam karena adanya jam berhenti giling.
Mungkin karena rusak atau karena keterlambatan pasokan tebu.
3. Kapasitas Exklusif Stop (KES), artinya adalah kapasitas giling yang dihitung dalam sehari,
didalamnya tidak terdapat adanya jam-jam berhenti. Banyaknya tebu digiling dalam 24 jam
penuh tanpa berhenti.
Contoh: Suatu PG beroperasi sehari menggiling tebu sebanyak 4564 ton. Dalam sehari itu
terjadi kerusakan sehingga berhenti selama 1,5 jam. Maka :
KIS = 4.564 ton.
KES = 24/(24-1,5) x 4.564 = 4.868,3 ton.
4. Kapasitas Desain, artinya kemampuan suatu pabrik gula menggiling tebu yang
diperhitungkan/ dirancang sedemikian rupa sehingga meskipun terdapat jam-jam berhenti
dalam jumlah tertentu, tebu yang tergiling dapat mencapai jumlah sesuai dengan
nominalnya. Biasanya dalam mendesain pabrik gula digunakan jumlah jam giling sehari 22
jam, sisa 2 jam diasumsikan untuk persiapan dan perbaikan.
Tebu yang telah ditimbang dimasukkan kedalam conveyor Cane Cutter. Sambil bergerak maju,
batang tebu dicacah/ dicincang dengan pisau-pisau berputar yang disebut cane cutter.
Pencacahan itu, dilakukan hingga 2 kali tahapan. Setelah tebu menjadi berupa cacahan,
kemudian dimasukkan kedalam mesin penggilingan untuk diperas guna menggambil air tebunya
atau disebut nira mentah. Proses penggilingan dilakukan hingga 5 tahapan. Sambil digiling
cacahan tebu disiram dengan air panas/ air imbibisi. Dari stasiun gilingan ini, ampas tebu dan
nira mentah terpisah. Ampas dialirkan ke stasiun boiler, sedangkan nira dialirkan ke stasiun
pemurnian. Pada stasiun pemurnian, nira dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dari warna gelap
nira, sehingga menjadi nira bersih. Bahan-bahan pemurni nira adalah susu kapur /Ca(OH)2,
flokulant dan gas belerang/ SO2. Dari proses pemurnian dihasilkan nira bersih/ encer dan limbah
blotong. Kemudian nira bersih itu dialirkan ke stasiun penguapan atau evaporator. Pada stasiun
penguapan ini, nira bersih dimasak hingga terjadi penguapan air dan ditambahkan lagi gas SO2.
Pada stasiun Evaporator Nira yang telah diuapkan, berubah menjadi nira kental dan
mengeluarkan air kondensat. Dari stasiun penguapan, nira kental dialirkan menuju stasiun
masakan untuk dimasak lanjutan. Sambil dimasak, nira kental terus diaduk-aduk hingga terjadi
kristalisasi sakarosa. Bahan lain yang bukan sakarosa, seperti fruktosa tidak bisa mengkristal.
Inilah yang akan menjadi produk tetes atau molases atau gula cair. Selanjutnya, sakarosa yang
sudah mengkristal tadi dialirkan menuju stasiun putaran dan stasiun masakan mengeluarkan air
kondensat lagi. Pada stasiun putaran, butiran gula masih melakat bersama molases. Bahan ini
disebut massecuite, kemudian kedua bahan itu dipisahkan dengan cara diputar kecepatan tinggi
pada silinder basket. Akibat putaran tersebut, terjadi gaya sentrifugal yang mengakibatkan
massecuite terpelanting kuat ke dinding basket itu. Basket putaran itu dibikin berlubang-lubang
seperti saringan. Maka karena gaya sentrifugal, molases terdorong keluar dari lobang-lobang
basket sedangkan butiran gula terperangkap pada basket. Kemudian, butiran gula dituang ke
conveyor pengeringan dan diteruskan ke stasiun pengemasan. Pada stasiun pengemasan ini,
gula Kristal putih dikemas dalam karung per 50 Kg dan atau karung 1 kg. Sedangkan molases
dialirkan ke tangki penyimpanan molases.
Pemadam Kapur
Nira Mentah
(Susu Kapur/Ca(OH)2)
Nira Encer
Air Condensat 47,71M3/jam
= 1,36 %/jam Tanki Air
Tobong Belerang ST Evaporator Imbibisi
(Gas SO2)
Nira Kental
GKP
Gudang
ST Pengemasan
Produksi
GKP dalam Karung
245 t = 7%