Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASURANSI

“SYARIAH SPEKTIFI BISNIS PELAYARAN”

DOSEN PEMBIMBING:

Kamaludin

DISUSUN OLEH:

Raden Mohammad Ridwan Sadeli

NIK:

1932-5170

KELAS:

KPN 1

Jl. DUKUH SEMAR NO.1, KECAP, KEC. HARJAMUKTI

KOTA CIREBON

JAWA BARAT 45142

TAHUN AJARAN 2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ASURANSI ”SYARIAH SPEKTIFI

BISNIS PELAYARAN”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ASURANSI “ SYARIAH SPEKTIFI BISNIS

PELAYARAN ” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 15 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR PUSTAKA

COVER……………………………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………....3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………4

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi
Syariah………………………………………………………………………………………………6

2.2 Apa Pengertian Asuransi Kapal?…………………………………………………………………7

2.3 Jenis Perjanjian Asuransi Kapal?………………………………………………………………..8

2.4 Objek Pertnggungan?……………………………………………………………………………8

2.5 Jenis Kapal Yang Dipertanggungkan?………………………………………………………….9

2.6 Jenis Polis………………………………………………………………………………………9

2.7 Full Premium If Loss Clause…………………………………………………………………..9

2.8 Luas Jaminan Polis……………………………………………………………………………10

2.2 Landasan Hukum Asuransi Syariah…………………………………………………………..10

2.3 Prinsip Asuransi Syariah………………………………………………………………………11

2.4 Manfaat Asuransi Syariah……………………………………………………………………..11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………12

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………..13

3
3.3 Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau sebuah masalah
yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian atau risiko. Nah dalam hal ini ada
yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut. Sebagai orang
muslim disini kami akan membahas mengenai akuntansi transaksi Asuransi Syariah tentunya.
Sehingga dengan adanya pembahasan ini maka kita akan tahu dan paham mengenai akuntansi
Asuransi. Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini adalah yang digunakan di lembaga
keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada beberapa prinsip yang ada didalamnya yang
harus diterpakan meliputi: saling bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling melindungi. Dan
akuntnasi asuransi syariah dan konvensional mempunyai perbedaan.
Hubungan antara risiko dan asuransi merupakan hubungan yang erat satu dengan yang lain. Dari
sisi manajemen risiko, asuransi malah dianggap sebagai salah satu cara yang terbaik untuk
menangani suatu risiko. Secara sederhana dapat dijabarkan bahwa seseorang yang ingin mengalihkan
risiko yang akan timbul diharuskan membayar premi kepada perusahaan asuransi, kemudian apabila
risiko itu terjadi maka adalah suatu kewajiban bagi pihak asuransi untuk membayar klaim tersebut.
Namun dalam prakteknya tidak sesederhana itu, seperti dalam masalah pertanggungan terhadap
kapal akibat kecelakaan karena cuaca buruk, tabrakan, kebakaran, pembajakan dan lain-lain. Faktor
lain penyebab terjadinya kecelakaan kapal adalah ketidakpatuhan terhadap regulasi dan pengelolaan
pelayaran yang tidak semestinya.
Kecelakaan merupakan risiko yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Asuransi merupakan alat
pengendali risiko, semakin tinggi tingkat risiko kecelakaan akan berdampak pada semakin tingginya
premi asuransi yang dibayarkan oleh pemilik kapal dan pengguna jasa. Namun fenomena yang
terjadi adalah persaingan tarif premi merambah juga dalam bisnis asuransi ini, padahal peluang klaim
cukup tinggi. Sejak tahun 2001 hingga 2008, rasio klaim (perbandingan jumlah klaim dan jumlah
premi) asuransi kapal sebesar 54,5%. Angka ini lebih tinggi dari pada rasio klaim asuransi harta
benda (43,5%) dan asuransi kendaraan bermotor (40,5%). Keterbatasan kemampuan dan kehati-
hatian/kedisiplinan para underwriter juga menjadi persoalan dalam menjalankan bisnis asuransi ini.

4
Ditambah lagi, polis dan hukum yang digunakan dalam penyelesaian klaim lebih banyak mengacu
pada hukum
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Asuransi Syariah?

B. Apa Pengertian Asuransi Kapal?

C. Jenis Perjanjian Asuransi kapal?

D. Objek Pertanggungan?

E. Jenis Kapal Yang Dipertanggungkan?

F. Jenis Polis?

G. Full Premium if Loss Clause?

H. Luas Jaminan Polis?

I. Bagaimana Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah?

J. Apa Manfaat dan Tujuan Sistem Asuransi Syariah?

1.3 Tujuan Penulisan


A. Untuk mengetahui jenis kapal

B. Untuk mengetahui jenis polis

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Menurut Syariah


Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan
tertanggung disebut mu’amman lahhu atau musta’min. At-ta’min memiliki arti member
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta’min-kan sesuatu, artinya
adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya
mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti
terhadap harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang mempertanggungkan atau mengangsuransikan
hidupnya, rumahnya atau mobilnya’.

Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-qifayah ‘kecukupan’ dan
al-amnu ‘keamanan’. Sebagaimana firman Allah swt, “Dialaha Allah yang mengamankan mereka
dari ketakutan’’, sehingga sebagaian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk
keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu al-qidza i aman konsumsi. Dari prinsip tersebut,
Islam mengarahkan kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa
mendatang maupun untuk keluarganya sebagai nasihat Raul kepada Sa’ad bin Abi Waqqash agar
mensedekahkan sepertiga hartanya saja. Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka
tidak menjadi beban masyarakat. Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat
lima aspek yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan aspek matematika.

Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan
maksiat.

Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang telah
diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiawa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma)

6
yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut, mereka dapat
menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang
pedoman umum asuransi syariah, memberikan definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi
Syariah (Ta’min, Tafakul, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah. Dari definisi di tersebut tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan
tolong menolong yang disebut dengan ta’awun. Yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling
tolong menolong atas dasar ukhuwal Islamiyah antara sesame anggota perserta Asuransi Syariah
dalam menghadapi malapetaka (risiko).

2.2 Apa Pengertian Asuransi Kapal


Asuransi rangka kapal (marine hull) merupakan pertanggungan atas kerugian karena rusak
atau musnahnya badan kapal termasuk mesin serta peralatannya yang sedang berlayar yang
disebabkan oleh bahaya alam dilautan atau sebab – sebab lain yang dipertanggungkan. Dalam setiap
pertanggungan selalu dibuat akta otentik yang disebut dengan polis. polis ditandatangani oleh
penanggung yang menjelaskan maksud bahwa dalam pertanggungan ini, penanggung memberikan
jaminan akan memenuhi kewajibannya kepada tertanggung jika terjadi suatu peristiwa yang tidak
pasti menyangkut objek pertanggungan.

Polis pertanggungan pada umumnya diatur dalam Pasal 256 KUHD, adapun syarat tambahan
yang terdapat pada polis pertanggungan laut terdapat pada Pasal 592 KUHD, antara lain :

1. Nama Kapal dan Nahkodanya.

2. Nama tempat dimana barang dimuat.

3. Pelabuhan pemberangkatan.

4. Pelabuhan pembongkaran.

5. Pelabuhan mana saja kapal itu akan singgah.

6. Harga kapal atau barang yang dipertanggungkan.

7
Pasal 593 KUHD juga menjelaskan dengan lebih rinci Mengenai objek pertanggungan laut,
diantaranya :

a. Kasko (Rangka kapal) / lunas kapal

b. Alat perlengkapan kapal 18

c. Segala keperluan kapal dan isinya

d. Barang muatan

e. Uang angkut yang akan diperoleh

f. Keuntungan yang akan didapat.

2.3 Jenis Perjanjian Asuransi Kapal


Menurut Radiks Purba Pertanggungan yang diperlukan oleh pemilik kapal (Pengangkut)
dalam kegiatannya mengoperasikan kapal maupun sebagai alat pengangkut muatan adalah asuransi
sebagai berikut :

a. Hull Insurance, termasuk mesin, ketel, semua perlengkapan peralatan kapal sehingga
disebut juga Hull and Machinery (H & M) insurance.
b. Increased value insurance atau Disbursement insurance.
c. Freight insurance.

2.4 Objek Pertanggungan

1. Hull and Machinery : asuransi atas rangka kapal beserta mesin-mesin maupun
peralatannya.
2. Third Party Liability : asuransi atas kemungkinan tuntutan pihak ketiga atau tanggung
gugat dari pihak ketiga yang diajukan akibat atau berkenaan dengan kegiatan yang dilakukan.

2.5 Jenis Kapal Yang Dipertanggungkan

1. Tanker (membawa crude oil, asphalt, chemical, dan gas/LNG)


2. Timber / log carrier
3. Passenger vessel
4. Tug boat
5. Barge
6. Landing craft tank (LCT)
8
7. Sport vessel (speed boat & yacht)
8. Ro-ro ferry (roll off - roll on)
9. General cargo vessel
10. Special craft (fishing vessel, rescue vessel, research ship)

2.6 Jenis Polis


Time Policy : pertanggungan polis selama jangka waktu yang disepakati (biasanya 12 bulan).
Polis berlaku mulai pukul 00.00 tanggal efektif dan berakhir pukul 24.00 tanggal berakhirnya
pertanggungan. Jika terjadi penggantian manajemen, perubahan bendera kapal dan penarikan
sertifikat kelas dalam periode tersebut maka dapat mengakhiri polis. Time policy selalu akan
menetapkan batas wilayah atau Trading warranty suatu kapal. Bila kapal berlayar diluar batas
perairan yang telah ditetapkan maka polis akan berakhir.

2.7 Full Premium If Loss Clause


Penanggung selalu beriorentasi pada pendapatan premi setahun (annual premium basis).
Apabila polis tersebut berjangka waktu kurang dari 12 bulan, pihak penanggung akan mencantumkan
klausula Full Premium if Loss. Artinya, Tertanggung harus membayar premi sejumlah premi setahun
jika kapal yang dipertanggungkan mengalami Total Loss.

Voyage Policy: pertanggungan diberikan untuk satu kali perjalanan kapal dari satu pelabuhan
ke pelabuhan lain.

At and from ... to…

Penutupan asuransi mulai berlaku sejak kapal tertambat dengan aman (safety moored) dengan
menurunkan sauh/jangkar di lokasi yang sudah ditetapkan oleh syahbandar (port authority) kemudian
mengangkat sauh ke pelabuhan tujuan.

From ... to…

Penutupan asuransi mulai berlaku sejak kapal mengangkat sauh untuk berlayar ke pelabuhan
tujuan. Voyage policy akan beakhir 2x24 jam setelah kapal tiba di pelabuhan tujuan. Jika kapal
berubah haluan selain yang ditetapkan dalam polis deviation/change of voyage) maka polis akan
berakhir.

9
2.8 Luas Jaminan Polis

Total Loss Only (Institute Clause Hulls 1/10/83 Cl. 284 atau Cl. 289)Ganti rugi yang dijamin
dalam polis ini diberikan apabila kapal mengalami kerugian total seluruhnya, sehingga tidak dapat
diambil manfaatnya lagi.Actual Total Loss: kapal tenggelam, hancur, terbakar habis, atau
hilang.Constructive Total Loss: kapal mengalami kerugian dan biaya untuk memperbaikinya (cost of
repair) atau biaya untuk memperoleh kembali (cost of recovery) melampaui harga pertanggungan
kapal.

2.9 Landasan Hukum Asuransi Syariah


Hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka artinya Allah SWT dalam Al-Quran hanya
memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujahit untuk
mengembangkan melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadist .
Al-Qur’an maupun hadist tidak menyebutkan secara nyata apa dan bagaimana berasuransi. Namun
bukan berarti bahwa asuransi hukumnya adalah haram karena ternyata dalam hokum Islam memuat
substansi perasuransian secara Islami. Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung
jawab, saling bekerjasama, saling tolong menolong, dan saling melindungi penderitaan satu sama
lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syaria’h, karena prinsip-prinsip dasar syariat
mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat kerataan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu
yang meringankan bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam Al-Quran surah al-
Maidah ayat 2 yang artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa melakukan persiapan untuk
menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam surat al Hasyr ayat 18: Artinya: Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui yang kamu kerjakan [al Hasyr: 18] . Ayat ini dikaitkan oleh sebagian umat Islam dengan
aktivitas menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya mengumpulkan dana untuk
kepentingan mendesak atau kepentingan yang lebih besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah
upaya berjaga-jaga jika suatu musibah datang menimpa, di mana hal ini membutuhkan perencanaan
dan kecermatan.

10
Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan legalitasnya
pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi
asuransi syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan
prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992, tidak dapat dijadikan landasan hokum yang
kuat bagi asuransi syariah. Adapun peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan
pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu :

1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang


perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
3. Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis,
Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan
system Syariah.

3.0 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah


Prinsip utama dalam asuransi syaraiah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa al-taqwa (tolong-
menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta’min (rasa aman). Para pakar
ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi tafakul ditegakan atas tiga
prinsip utama, yaitu

A. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu. Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, seorang muslim dituntut mampu merasakan dan memikirkan saudaranya
yang akan menimbulkan sikap saling membutuhkan dalam menyelesaikan masalah. “Dan tolong
menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa. Dan jangan tolong,menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al Maidah[5];2)
B. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain. Hubungan sesama
muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan terganggu atau kesakitan maka seluruh
badan akan ikut merasakan. Maka saling membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat. “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu
menghardiknya”’.(Adh.Duiha [93]9-10)
C. Sesama muslim saling bertanggungjawab Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi
tanggung jawab sesama muslim. Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.
“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah
akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah) bermusuh-musuhan, maka, Allah
11
merpersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

3.1 Manfaat Asuransi Syariah


Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para
peserta asuransi antara lain sebagai berikut:

1. Rasa aman dan perlindungan.

2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.

3. Berfungsi sebagai tabungan.

4. Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta sebagai bentuk
saling tolong menolong dan membantu diantara mereka.

5. Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan melakukan investasi
sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan
tertanggung disebut mu’amman lahhu atau musta’min. At-ta’min memiliki arti member
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.

Asuransi rangka kapal (marine hull) merupakan pertanggungan atas kerugian karena rusak
atau musnahnya badan kapal termasuk mesin serta peralatannya yang sedang berlayar yang
disebabkan oleh bahaya alam dilautan atau sebab – sebab lain yang dipertanggungkan. Dalam setiap
pertanggungan selalu dibuat akta otentik yang disebut dengan polis. polis ditandatangani oleh
penanggung yang menjelaskan maksud bahwa dalam pertanggungan ini, penanggung memberikan
jaminan akan memenuhi kewajibannya kepada tertanggung jika terjadi suatu peristiwa yang tidak
pasti menyangkut objek pertanggungan.

3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.

1. Asuransi syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat muslim yang ingin
membantu sesamanya
2. Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari asuransi syariah ini kepada
masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan informasi mengenai produk-produk yang
ditawarkan.
3. Perlu pemahaman akan isi polis untuk agen asuransi secara detail agar tertanggung
memahami hak dan kewajibannya. Dalam proses penyelesaian klaim agar reasuradur
segeramengkonfirmasi kepada pihak tertanggung untuk melakukan pembayaran klaimguna
mengefisiensikan waktu penyelesaian klaimnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Radiks Purba, 1998, Asuransi Angkutan Laut, Jakarta, Rineka Cipta

Hartono. Sri Redjeki, 2001, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar Grafika

14

Anda mungkin juga menyukai