Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan 6

Pandangan Individualisme,
Pandangan Sosialisme, dan Pandangan Pancasila
(Buku Pegangan Bab III, Halaman 52-58)

Dilema kepentingan individu (pandangan individualisme) dan kepentingan sosial atau


masyarakat (pandangan sosialisme) adalah dilema yang mewarnai persaingan umat manusia
dalam sejarah peradabannya, dalam masyarakat manapun, dan dari waktu ke waktu dan. Sebagai
individu manusia mempunyai kepentingan pribadi yang khas dan spesifik yang bisa sama, bisa
pula berbeda dengan kepentingan sosial atau masyarakat umum. Di samping itu, individu yang
bergabung dalam kelompok masyarakat tertentu, tentu mempunyai kepentingan bersama yang
khas dan spesifik, yang tentu bisa sama dengan kepentingan individu lain, bisa pula berbeda. Di
mana letak perbedaannya?
Pertama, perbedaan kepribadian individu. Manusia adalah individu yang unik. Setiap
orang memiliki pikiran, perasaan, dan pendirian yang berbeda-beda dengan individu yang lainnya.
Perbedaan itu menjadi salah satu faktor perbedaan kepentingan antara individu dengan
masyarakat. Dalam menjalani hubungan sosial, kepentingan seorang individu tidak selalu sejalan
dengan kepentingan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terhibur dengan
pentas musik itu, namun ada yang merasa terganggu dengan pentas itu karena berisik.
Kedua, perbedaan latar belakang budaya dan pendidikan individu. Sikap seseorang sedikit
banyak dipengaruh dan mempengaruhi pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya yang
mencerminkan kebiasaan atau kebudayaan kelompoknya. Perbedaan latar belakang budaya dan
pendidikan itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan pandangan antara individu dengan
individu lain, antara individu dengan kelompok masyarakat.
Ketiga, perbedaan kepentingan antara individu dan kepentingan kelompok masyarakat.
Suatu kenyataan yang tak dapat disangkal, kepentingan individu sering tidak sejalan dengan
kepentingan kelompok. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para
tokoh masyarakat menganggap hutan sebagai kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Para petani menebang pohon-pohon untuk membuka kebun atau ladang baru. Para pengusaha
kayu, pohon-pohon ditebang untuk kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan
membuka lapangan kerja. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari
lingkungan hidup dan harus dilestarikan.
Keempat, perbedaan kepentingan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Di sini
jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu orang dengan orang lain, antara satu orang
dengan kelompok, antara satu kelompok dengan kelompok lain. Perbedaan kepentingan itu
memunculkan konflik sosial di tengah masyarakat. Misalnya, konflik terjadi antara kelompok
buruh dengan pengusaha menyangkut jaminan hidup atau upah buruh karena adanya perbedaan
kepentingan antara kedua pihak.
Kelima, perubahan-perubahan nilai yang cepat dalam masyarakat. Perubahan nilai secara
cepat bahkan mendadak dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi, akan memunculkan konflik sosial. Sebabnya, ada
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara mendadak
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat yang bercorak industri. Ciri khas masyarakat tradisional,
seperti nilai kerja sama dan gotong royong berubah menjadi nilai kontrak kerja dalam masyarakat
industri dengan upah yang disesuaikan menurut jenis dan beratnya pekerjaannya.
Keenam, perubahan karena hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural
organisasi. Nilai-nilai kekerabatan dan kebersamaan berubah menjadi hubungan struktural
organisatoris dan individualis. Nilai pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat dalam
masyarakat tradisional berubah menjadi pembagian waktu yang tegas, seperti jadwal kerja dan
jadwal istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini akan membuat kegoncangan
proses sosial dalam masyarakat. Akibatnya, akan terjadi upaya penolakan terhadap bentuk-bentuk
perubahan sosial karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

Pandangan Individualisme
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus
diutamakan. Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang tertinggi yang harus
diperjuangkan melalui persamaan dan kebebasan. Yang menjadi sentral pandangan individualisme
adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Pandangan individualisme
menghasilkan paham atau pandangan liberalisme.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme merupakan
suatu pandangan yang memberi kebebasan penuh pada setiap individu serta memandang setiap
individu berada pada posisi yang sederajat dalam kemerdekaan/kebebasan dan hak-hak miliknya.
Liberalisme menolak segala pengekangan terhadap individu. Liberalisme memberi kebebasan
manusia untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam bidamg politik,
ekonomi, maupun sosial budaya, dan lain-lain.
Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi politik, kebebasan berbicara,
berpendapat, berserikat, dan menjamin hak-hak asasi manusia. Liberalisme dalam bidang ekonomi
menghasilkan kapitalisme dan pasar bebas. Liberalisme dalam bidang siosial budaya
menghasilkan kebebasan individu untuk mengekspresikan sikap, perilaku, seni, dan budayanya.

Pandangan Sosialisme
Pandangan sosialisme menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Masyarakat tidak sekadar kumpulan dari individu. Masyarakat merupakan entitas (satuan yang
berwujud) yang besar dan berdiri sendiri di mana individu-individu itu berada. Individu dan
kepribadiannya dianggap sebagai alat rekayasa dari masyarakat. Kedudukan individu hanyalah
objek dari masyarakat.
Menurut pandangan sosialisme, hak-hak individu sebagai hak dasar atau hak asasi manusia
tidak diperhatikan bahkan hilang. Pandangan ini menyatakan bahwa hak-hak individu timbul
karena keanggotaannya dalam masyarakat, individu terikat pada komitmen kelompok. Pandangan
ini mementingkan masyarakat secara keseluruhan, bukan individu. Sosialisme adalah pandangan
yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil dan selaras, bebas, serta sejahtera, bebas
dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi.
Dalam pandangan sosialisme yang radikal atau ekstrim cara untuk meraih hal itu dengan
menghilangkan hak kepemilikan pribadi dan penguasaan alat-alat produksi secara perorangan.
Sosialisme yang radikal itu adalah komunisme.
Pandangan individualisme dan pandangan sosialisme saling bertolak belakang dalam
memandang hakikat manusia dan kepentingannya. Dalam Declaration of Independence Amerika
Serikat 1776 (contoh mewakili pandangan individualisme), orientasinya lebih ditekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, tidak seorang pun berhak
mencampuri urusan pribadinya. Manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang
luhur. Sebaliknya, dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels (contoh mewakili
pandangan sosialisme), orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk
sosial semata. Menurut pandangan ini, manusia sebagai makhluk pribadi tidak dihargai, yang
dihargai sebagai makhluk sosial, warga masyarakat. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan
masyarakat banyak (negara).
Pandangan individualisme bertumbuh dan berkembang di negara-negara liberal/kapitalis di
Eropa dan Amerika Serikat, sedangkan pandangan sosialisme bertumbuh dan berkembang di
negara-negara sosialis, seperti Rusia dan Cina. Dua pandangan inilah yang mewarnai pertarungan
ideologi berbagai negara di dunia sejak Abad Pertengahan sampai dengan Abad Modern ini.
Terus, bangsa Indonesia berada di mana, apakah pandangan individualisme atau sosialisme?

Pandangan Pancasila
Bagaimana kita bangsa Indonesia memposisikan diri atas kedua pandangan besar tersebut?
Kepentingan manakah yang harus diutamakan, kepentingan individu, pribadi, privat atau
kepentingan masyarakat, umum, publik?
Indonesia mempunyai pandangan sendiri sebagai dasar negara sekaligus ideologi negara,
yakni pandangan Pancasila. Pancasila adalah pandangan bangsa Indonesia terhadap manusia dan
kemanusiaan. Manusia dipandang memiliki sifat pribadi atau individu sekaligus sifat sosial secara
berimbang. Pancasila memandang bahwa manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk
sosial. Hal ini tidak sekadar menggabungkan dua pandangan (individualisme dan sosialisme),
tetapi secara hakiki (mendasar) bahwa kedudukan manusia memang sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Menurut pandangan Pancasila, manusia bukanlah makhluk individu,
bukan pula makhluk sosial, tetapi manusia adalah “makhluk individu sekaligus makhluk sosial.”
Paduan harmonis antara individualisme dan sosialisme dalam diri bangsa Indonesia
dinyatakan secara jelas dalam Sila ke-2 dan ke-3 Pancasila. Sila ke-2 Pancasila berbunyi:
“Kemanusiaan yang adil dan beradab.” Sila ini menyatakan penghargaan manusia sebagai
makhluk yang memiliki harkat dan martabat yang luhur, kerena itu manusia harus dihargai dan
dijunjung tinggi. Konkretisasi atas hal tersebut adalah jaminan atas hak-hak asasi manusia dan
hak-hak warga negara bangsa Indonesia.
Sedangkan Sila ke-3 Pancasila berbunyi: “Persatuan Indonesia.” Sila ini menyatakan
bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia perlu untuk diperjuangkan dan dilestarikan.
Bangsa Indonesia memiliki prinsip menempatkan kepentingan bersama, kepentingan persatuan di
atas kepentingan pribadi dan golongan, namun demi kepentingan bersama itu tidak boleh
mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara. Kepentingan individu dan kepentingan bersama
dijunjung tinggi dalam Pancasila. *

Anda mungkin juga menyukai