Anda di halaman 1dari 12

Bila dibandingkan dengan rata-rata dunia

indonesia masih jauh dibawah rata-rata dunia sebesar

23, 60 %. Sedangkan rata-rata Asia dan ASEAN

indonesia berada diatas. Semenjak Pemilihan Umum

Tahun 1999 hingga Tahun 2014 Indonesia belom

mencapai anggka 30 Persen perempuan didalam

Parlemen (Getrintya, 2017).

3. Upaya Peningkatan Partisipasi Politik

Perempuan dalam Pemilihan Umum

International IDEA Conference Report 2002,

Strengthening Women’s Political Participation In

Indonesia Part 1, menjelaskan Untuk mendorong

peningkatan dalam partisipasi politik perempuan, perlu

pemahaman dan analisis secara menyeluruh sehingga

dihasilkan suatu rekomendasi kebijakan yang tepat.

Banyak argumen yang menjelaskan pentingnya

keterlibatan perempuan dalam pemilu serta

keterwakilan didalam politik, tetapi kondisi empiris juga

menujukan banyak faktor yang menghambat partispasi

poltik perempaun (Artina, 2016). Selain adanya dengan

menerbitkan peraturan perundang-undangan yang

dapat menjamin peningkatan keterwakilan perempuan

dikursi DPR juga harus didorong dengan upaya

peningkatan partispasi politik dalam pemilihan umum,

adapun upaya yang harus dilakuan adalah: Pertama,


harus dimulai pendidikan dari keluarga, bahwa

berkiprah serta berpartisipasi di dunia politik adalah

salah satu bagian yang penting untuk membangun

masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan politik

dalam lingkungan non formal ini juga harus diterapkan,

seperti adanya keterlibatan keluarga dalam mendorong

anggota keluarganya untuk mau diajak berbicara politik

dan berdiskusi dengan tema-tema politik yang ada

ditengah masyarakat. Keluaraga sebagai media atau

sarana paling awal ketika seorang peremupuan masuk

kedalam dunia politik dan keluarga juga yang paling

pertama menerima atau sebagai wadah untuk kaum

perempuan membicarakan persoalan politik setelah

berkecimpung di dalam masyarakat. Ketertarikan

perempuan akan politik juga memacu ketertarikan

bergabung dalam kontestasi pemilihan umum yang

mendorong semakin banyaknya peluang perempuan

yang akan duduk di parlemen.

Kedua, anak perempuan yang mengikuti

pendidikan politik dasar sejak disekolah menengah

sampai Universitas, didorong untuk aktif mengikuti

organisasi seperti OSIS, BEM, dan organisasi ekstra

universitas seperti HMI, GMNI, organisasi pemuda

seperti KNPI, dan organisasi kemasyarakatan seperti

Muhammadiyah, NU, dan lain-lain. Maka berarti secara


sadar kaum perempuan telah mempersiapkan diri

menjadi pemimpin. Sekarang ini, perempuan yang

banyak berkiprah di dunia politik adalah mereka yang

sejak menjadi pelajar dan mahasiswa telah aktif

diberbagai organisasi pelajar, dan organisasi

kemahasiswaan.

Ketiga, melakukan advokasi terhadap kaum

perempuan supaya terpanggil untuk berpartisipasi

dalam kancah politik. Memberikan penyadaran akan

pemenuhan hak yang adil bagi kaum perempuan

dalam setiap keputusan-keputusan politik, sehingga

mendorong partispasi perempuan masuk kedalam

dunia politik dengan tujuan agar dalam pengambilan

keputusan politik perempuan mempunyai andil

didalamnya untuk memperjuangkan kaumnya.

Keempat, mempersiapkan anak-anak

perempuan sejak dini untuk terpanggil dan tertantang

memasuki dunia politik melalui kurikulum pendidikan

yang berbasis pada pengenalan politik sejak dini. Cara

ini, akan memberi dampak pada masa depan yang

semakin banyak perempuan berkiprah dan

berpartisipasi di kancah politik.

Kelima, memberi pencerahan, penyadaran dan

dorongan kepada kaum perempuan supaya dalam

berbagai kegiatan politik seperti berpartisipasi dalam


kampanye, pemilih, menjadi calon legislatif, calon

Gubernur / Wakil Gubernur, Walikota / Wakil Walikota,

Bupati / Wakil Bupati, dan lain sebagainya. Upayaupaya

dalam meningkatkan keterwakilan juga harus

didorong agar keterpilihan atau keterwakilan

perempuan mencapai 30 Persen dalam kursi

parlemen. 40 Persen perempuan dalam daftar calon

tetap, menurut (Rumah Pemilu , 2018) untuk itu perlu

meningkatkan keterpilihan perempuan dalam

persaingan sistem pemilihan umum 2019 adalah:

Memiliki modal ekonomi dan basis social. Perempuan

pada umumnya terbatas dalam duahal itu. Figur kader

perempuan seperti ini cukup banyak ditemui di partai,

terutama di daera: punya basis sosial di kar rumput,

bekerja sukarela membesarkan partai tapi memiliki

modal yang minim. Mereka di apresiasi partai sebatas

pencalonan nomor urut dengan tidak pontensial (3,6,9

dst), diklahkan dari anggota baru baik laki-laki maupun

perempuan dengan modal yang kuat tapi minim basis

sosial. Oleh karena itu partai politik harus bergerak

mengkombinasikan duahal itu yaitu sosial dan ekonomi

dengan afirmasi internal, dengan mekanisme yang

memebri peluang dalam keterpilihan.

Beberapa peluang bagi perempuan untuk dapat

meningkatkan kualitas perannya dibidang politik antara


lain (Darwin, Muhadjir, 2005) :

1. Pasal 17 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. GBHN yang dibentuk tahun 1978;

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang

Pemilihan Umum;

4. Konvensi CEDAW dan The Convention On

Political Right Of Women

Peluang-peluang yang mendukung tersebut,

kaum perempuan sebenarnya mempunyai peluang dan

kesempatan yang besar untuk bisa berkiprah dan

berpartisipasi dalam dunia politik. Kiprah dan partispasi

perempuan di dunia politik inilah yang diharapkan

dapat menghasilkan kebijaskan serta keputusan politik

yang diambil memberikan rasa adil dalam

memperhatikan kebutuhan dan hak-hak kaum

perempuan. Era orde Reformasi, peluang perempuan

semakin terbuka untuk menjadi pemain, bukan lagi

sekedar partisipan pasif. Setidaknya, ada tiga faktor

yang memberikan harapan terbukanya peluang kepada

kaum perempuan untuk meningkatkan perannya di

dunia politik. Pertama, Pendidikan perempuan yang

tinggi menimbulkan kesadaran pentingnya perempuan

terlibat langsung dalam politik untuk berkontibusi dalam

pembangunan Indonesia yang maju dan adil. Kedua,


pengalokasian 30 persen kepada kaum perempuan

untuk menjadi calon anggota legislatif dalam kebijakan

hukum pemilu dapat dijadikan landasan hukum. Ketiga,

mengingat besarnya potensi yang ada pada wanita

Indonesia yang secara kuantitas lebih besar daripada

pria, maka sewajarnyalah bila peluang dan potensi

tersebut tidak disia-siakan.

Peran perempuan Indonesia di pentas politik

sudah waktunya mendapat porsi yang proporsional.

Seyogyanya tidak ada lagi ucapan yang meragukan

kemampuannya untuk tampil di pentas politik, oleh

karena itu harus ada gerakan yang mendorong

wujudnya kebijakan pemerintah yang memiliki

kepekaan gender.

When compared with the world average

Indonesia is still far below the world average of

23, 60%. Whereas the average of Asia and ASEAN

Indonesia is on top. Since the General Election

From 1999 to 2014 Indonesia was not yet

reaches 30 percent of women inside

Parliament (Getrintya, 2017).

3. Efforts to Increase Political Participation

Women in General Elections


International IDEA Conference Report 2002,

Strengthening Women's Political Participation In

Indonesia Part 1, explained To encourage

an increase in women's political participation, is necessary

thorough understanding and analysis so

an appropriate policy recommendation is produced.

Many arguments explain the importance

the involvement of women in elections as well

representation in politics, but also empirical conditions

addressing many factors that inhibit participation

female politics (Artina, 2016). Besides their existence with

issue laws and regulations

can guarantee increased representation of women

DPR seats must also be encouraged with efforts

increased political participation in elections,

As for the efforts that must be made are: First,

education must start from the family, that

take part and participate in politics is

an important part of building

society, nation and State. Political education

in this informal environment it must also be applied,

like family involvement in pushing

family members to be invited to talk politics

and discuss with existing political themes

in the middle of society. Family as media or


the earliest means when a woman enters

into the world of politics and family the most

first accept or as a forum for folk

women discuss political issues after

involved in society. Attraction

women in politics also spur interest

join in the general election contestation which is

encourage more and more women's opportunities

who will sit in parliament.

Second, girls who follow

basic political education since middle school

until the University, was encouraged to actively follow

organizations like OSIS, BEM, and extra organizations

universities such as HMI, GMNI, youth organizations

like KNPI, and social organizations like

Muhammadiyah, NU, and others. Then meaningfully

aware that women have prepared themselves

be a leader. Nowadays, women are

many take part in the political world are those who

since becoming a student and students have been active

in various student organizations, and organizations

student affairs.

Third, advocating for the people

women are called to participate

in the political arena. Provide awareness of


fulfillment of fair rights for women

in every political decision, so

encourage women's participation into

the political world with the aim that in taking

women's political decisions contribute

in it to fight for his people.

Fourth, prepare children

women from an early age to be called and challenged

enter politics through the education curriculum

based on the introduction of politics early on. Way

this, will have an impact on the future

more and more women take part and

participate in the political scene.

Fifth, enlightenment, awareness and

encouragement for women to be deep

various political activities such as participating in

campaign, voters, become legislative candidates, candidates

Governor / Deputy Governor, Mayor / Deputy Mayor,

Regent / Deputy Regent, and others. Effort

in increasing representation also must

encouraged to be elected or represented

women reach 30 percent in a chair

parliament. 40 Percent of women in the candidate list

still, according to (Rumah Pemilu, 2018) it is necessary

increase the choice of women in


2019 electoral system competition is:

Has economic capital and social base. Girl

generally limited in that way. Cadre figure

women like this are pretty much found in parties,

especially in the region: have a social base in kar lawn,

volunteering to bring up the party but have

minimal capital. They were appreciated by the party limited

nominating serial numbers with no potential (3,6,9

etc), was elected from new members both male and male

women with strong capital but minimal basis

social. Therefore political parties must move

combining that dual that is social and economic

with internal affirmations, with mechanisms that are

provide opportunities for electability.

Some opportunities for women to be able to

improve the quality of its role in the political field between

Other (Darwin, Muhadjir, 2005):

1. Article 17 and Article 21 of the Basic Law

Republic of Indonesia 1945;

2. GBHN established in 1978;

3. Law Number 7 of 2017 concerning

General election;

4. CEDAW Convention and The Convention On

Political Right Of Women

Opportunities that support it,


women actually have opportunities and

a great opportunity to be active and

participate in politics. Gait and participation

it is this woman in politics who is expected

can produce policies and political decisions

which is taken gives a deep sense of fairness

pay attention to the needs and rights of the people

women. Era of the Reformation, women's opportunities

more open to being a player, not anymore

just passive participants. There are at least three factors

which gives hope to opening opportunities to

women to increase their role in

politics. First, women's education

height raises awareness of the importance of women

directly involved in politics to contribute deeply

Indonesia's development that is advanced and equitable. Second,

30 percent allocation to women

to become a legislative candidate in policy

Election law can be used as a legal basis. Third,

considering the enormous potential that exists in women

Indonesia which is in quantity greater than

men, so naturally if the opportunities and potential

it is not wasted.

The role of Indonesian women in politics

it's time to get proportional portions.


There should be no more dubious remarks

his ability to appear on the political stage, by

therefore there must be encouraging movements

manifestation of government policy that has

gender sensitivity.

Anda mungkin juga menyukai