Kelas D
Oleh:
KELOMPOK 2
Putri Agustin (150810301012)
Singgih Adhi Prasetyo (150810301019)
Shita Silvia Nahdia Riesky (150810301027)
Kholillah Sakinah Ulza Haz (150810301030)
Diah Rina Oktavia (150810301032)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2017
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA INTERNASIONAL
Perekrutan dan seleksi pegawai, sering kali disebut sebagai susunan kepegawaian
(staffing), harus ditentukan dengan cara yang konsisten dengan salah satu dari
empat pendekatan IHRM yang digunakan oleh perusahaan, sebagaimana yang
akan dibahas selanjutnya
Seorang warga negara tuan rumah adalah seorang karyawan yang bekerja untuk
sebuah perusahaan dalam operasi yang merupakan seorang warga dari negara
dimana operasi itu ditempatkan, tetapi kantor pusat perusahaan tersebut berada
dinegara lain. Tujuannya karena organisasi tersebut ingin memperlihatkan dengan
jelas bahwa organisasi membuat satu komitmen dengan negara tuan rumah dan
bukan hanya membuka sebuah operasi luar negara.
Karyawan ini adalah seorang warga dari satu negara yang bekerja dinegara
kedua, dan diperkerjakan oleh sebuah organisasi yang berkantor pusat negara
ketiga.
Contoh Kasus:
Doni adalah seorang spesialis sumber daya manusia (SDM) yang bekerja untuk
perusahaan multinasional. Perusahaannya berbasis di Seattle, Washington di
Amerika Serikat. Perusahaan ini mempekerjakan karyawan dari berbagai negara.
Doni berinteraksi dengan tiga tipe karyawan seperti: Warga Negara Induk, Warga
Negara Tuan Rumah, dan Warga Negara Ketiga. Mari kita lihat setiap jenisnya:
1. Keluarga Ekspatriat
Disebutkan bahwa sebanyak 9 dari 10 kegagalan ekspatriat terkait
dengan keluarga, dan 81% pegawai yang menolak ke lokasi dalam
penelitian terbaru mengatakan bahwa pertimbangan keluarga menjadi
dasar. Berbeda dengan imigran yang biasanya berkomitmen untuk menjadi
bagian dari negara baru tempat tinggal mereka, ekspatriat biasanya hanya
tinggal sementara di negara baru, sehingga mereka sering kali tidak bisa
mengadopsi negara budaya tuan rumah dan jarang berusaha menjadi warga
negara di negara tersebut. Banyak ekspatriat dan anggota keluarganya juga
mengalami gegar budaya yang dapat berdampak signifikan terhadap
kualitas pengalaman internasional. Tekanan untuk beradaptasi secara
budaya cukup besar untuk pasangan para ekspatriat tersebut, terutama
karena tidak tersedianya pekerjaan bagi mereka di negara tuan rumah dan
mungkin akan menghadapi tantangan yang lebih besar mengenai identitas
pribadi mereka.
Pasangan ekspatriat biasanya juga perlu berinteraksi lebih luas
dengan komunikasi lokal dibandingkan mitra asingnya untuk hal-hal
seperti berbelanja, bersekolah, dan manajemen bantuan domestik, serta
isu-isu terkait yang membuat teknan penyesuaian lebih besar. Tekanan
kepindahan keluar negeri terhadap pasangan dan anak-anak ekspatriat
pada akhirnya akan berdampak kepada pegawai yang tidak peduli dedikasi
mereka kepada perusahaan. Pasangan hidup yang tidak bahagia adalah
alasan terbesar pegawai meminta untuk kepulangan lebih awal. Biaya
relokasi untuk eksekutif tingkat tinggi bisa mencapai ratusan ribu dolar.
Bahkan yang lebih buruk, perusahaan kehilangan investasi pelatihan
perusahaan bernilai jutaan dolar yang telah ditanamkan kepada eksekutif
tersebut. Disisi lain, ekspatriat cenderung memiliki kepuasan dan kinerja
yang lebih baik pasangan mereka dan anggota keluarga lain bisa
menyesuaikan diri dengan baik kedalam suasana negara tuan rumah.
Meskipun penelitian terbaru menunjukkan bahwa 77% perusahaan
menganggap pelatihan antar budaya penting hanya 21% perusaahan yang
mengharuskan pelatihan tersebut untuk ekspatriat dan keluarga.
a. Pasangan yang ikut dalam keluarga dengan dua karier
Sementara 82% ekspatriat ditemani oleh pasangan hidupnya,
jumlah keluarga kedua orang tuanya bekerja semakin meningkat. Ini
adalah factor utama yang memengaruhi penyesuaian dan kinerja
ekspatriat, dan hal ini bias memperumit keadaan saat satu pasangan
ditawari pekerjaan yang menarik diluar negeri.
Dalam upaya untuik mengatasi permasalahn ini, beberapa
perusahaan memulai program yang memberikan bantuan dalam
penyesuaian pasangan pegawai yang tujuannya, menulis resume,
memberikan pelatihan bahasa dan budaya, mengidentifikasi
kesempatan karier, atau memberikan tips terbaik wawancara lokal.
Pilihan lain yang sering dipilih perusahaan adalah memperkerjakan
orang yang belum menikah dan biasanya juga berusia lebih muda
untuk penugasan ekspatriat.
b. Anak-anak ekspatriat mungkin yang paling menderita
Penelitian terbaru menunjukkan sebuah hasil yang menarik dari
pengalaman anak anak yang menjadi bagian dari ekspatriasi individu
yang tinggal dinegara asing untuk suatu periode waktu masa remaja
yang mudah dipengaruhi memiliki atribut “ anak-anak buda ke tiga “.
Banyak anak yang mengalami norma budaya dan perilaku yang
berbeda dengan budaya pada saat mereka dibesarkan selama mereka
masih kanak kanak telah mengembangkan kerangka referensi budaya
yang berbeda dari budaya asli, sehingga mereka membentuk budaya
ketiga. Para remaja ekspatriat ini diketahui memilki sifat yang berbeda
dalam hal persepsi tentang internasional, dan mereka memiliki pilihan
yang berbeda mengenai keinginan dan konsekuensi perpindahan
internasional. Disebutkan bahwa para TCK ini mungkin telah
mengembangkan banyak keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa
beradaptasi dala penugasan internasional, sehingga mereka akan
menjadi kandidat terbaik untuk perusahaan yang mencari personil
ekspatriat dimasa depan.
2. Pelatihan Bahasa
Kemampuan bahasa asing telah menjadi factor penting yang
memengaruhi keefektifan penyesuian bagi para ekspatriat dan anggota
keluarga mereka dinegara tuan rumah, dan perusahaan amerika semakin
mempertimbangkan kemampuan bahasa para pegawainya. Namun,
perusahaan amerika maupun sebagian besar perusahaan Australia, inggris,
kanada dan selandia baru tampaknya tidak terlalu serius untuk memastikan
kefasihan berbahasa, sebab beberapa perusahaan internasional memastikan
bahwa ada cukup waktu dan sumber daya untuk memberikan pelatihan
bahasa inggris tampaknya penjebak dalam perangkap bahasa (language
trap). Bahasa inggris telah menjadi lingua franca didunia; sehingga ini
adalah bahasa kedua bagi semua orang. Saat anda mencoba untuk menjual
kepada calon pelanggan lebih baik berbicaralah dalam bahasa inggris
mereka sebagaimana yang berbahasa inggris berusaha menjual di luar
negeri, pelanggan mereka lebih mungkin akan berbicara bahasa inggris
dibandingkan orang yang berbahasa inggris tersebut bisa berbicara bahasa
pelanggan. Pelanggan kemudian bias bersembunyi dibalik bahasa mereka
selama negosiasi.
3. Repatriasi – Guncangan Kembali ke Rumah
Terkadang terjadi gegar budaya berbalik saat ekspatriat kembali ke
Negara asalnya. Ekspatriat akan memperoleh keterampilan dan
pengetahuan baru dan sikap perusahaan dan orang-orang sudah berubah.
Jika dimanfaatkan dengan sepenuhnya, ekspatriat yang kembali bias
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang langka, sulit untuk ditiru
dan bernilai dalam persaingan kepada perusahaan.
Pegawai dan pemberi kerja harus membahas terlebih dahulu
bagaimana penugasan akan sesuai dengan tujuan karier jangka panjang
pegawai dan bagaimana perusahaan akan menangani pengembaliannya.
Tantangan repatriasi harus dibahas sebelum keberangkatan, dan program
mentor tersebut harus dipertimbangkan antara ekspatriat dan mentor
dinegara asal. Selama penugasan ekspatriat harus didorong untuk
melakukan kunjungan berkala ke Negara sala untuk membantunya tetap
familier dan merasa sebagai bagian dari jaringan organisasi. Saat ekpatriat
pulang, perusahaan harus memahami bahwa mereka akan menjadi orang
yang berbeda dan harus berusaha memanfaatkan pengetahuan baru
mereka.
4. Layanan Ekspatriat
Meskipun sebagian besar ekspatriat asal AS saat ini memiliki
asuransi kesehatan dari perusahaan domestiknya, kami mengharapkan
bahwa hal tersebut akan berubah dalam waktu dekat karena program
perawatan kesehatan ekpatriat dibuat untuk membantu perusahaan dan
ekspatriat dalam hal administrasi klaim, terjemahan bahasa, penukan mata
uang, dan standardisasi layanan. Bank-bank juga mengembangkan layanan
ekspatriat, memungkinkan ekspatriat mengajukan pelayanan secara online
dan memberikan pelayanan 24 jam kepada para pelanggan mereka, tanpa
mempertimbangkan lokasi ekspatriat tersebut diseluruh dunia. Perusahaan
khusus telah memberikan layanan pajak kepada ekspatriat.
Dengan adanyan permasalahan keluarga para ekspatriat, beberapa
perusahaan telah mulai mempersiapkan keluarga-keluarga ini. Bantuan
bias berbentuk pratinjau realistis pekerjaan untuk para ekspatriat, pelatihan
budaya bahasa dinegara tuan rumah, bantuan dalam mencari sekolah yang
sesuai atau tenaga kesehatan khusus atau bahkan mengatur perawatan
jarak jauh bagi anggota berusia lanjut atau orang tua ekspatriat yang
berada diluar negeri. Pencarian tempat tinggal juga akan dibantu, dan
ekspatriat akan ditemani untuk berbelanja makan dan bahan kebutuhan
hidup lain baik penduduk lokal atau ekspatriat yang sudah lebih dulu
tinggal dinegara tersebut. Penduduk lokal bisa mengajari norma-norma
social dan tempat anda bisa berbelanja atau sebaiknya tidak berbelanja.
Ekspatriat bisa memberikan tahu anda tempat-tempat yang menjual benda
benda yang hanya diinginkan oleh kaum ekspatriat. Situs yang focus pada
masalah ekspatriat dan bisa membantu anda dalam mempersiapkan,
menyesuaikan, atau kembali dari penugasan ekspatriat antara lain
www.ExpatExpert.com dan www.branchor.com.
E. KOMPENSASI
1. Gaji
Praktik untuk menggaji dalam jumlah yang sama antara warga negara
asal yang bekerja di luar negeri dengan penduduk negara asal yang bekerja di
kantor pusat memungkinkan konsistensi bagian paket kompensasi ini di
seluruh dunia. Oleh karena meningkatnya penggunaan warga negara ketiga,
maka para personel tersebut umumnya juga diperlakukan dengan sama.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa pola pikir global, yang salah satunya
ditandai dengan kompleksitas kognitif dan pandangan cosmopolitan, adalah
atribut dasar seorang manajer global. Manajer tersebut dapat menangani tingkat
kompleksitas dan ambiguitas yang tinggi dan terbuka pada dunia..
Salah satu tugas dari fungsi MSDM adalah untuk mendorong harmoni dan
meminimalkan konflik antara perusahaan dan tenaga kerja yang terorganisasi.
Dengan pemikiran ini, bagian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Hari itu merupakan pagi yang buruk bagi John Ross, seorang manajer
umum ventura bersama China XCO. Dia baru saja menerima telepon dari bosnya
di St Louis,Phil Smith, orang yang menuntut ingin mengetahui mengapa tingkat
imbal hasil investasi ventura bersama tersebut masih berada diangka 1 digit yang
rendah selama 4 tahun setelah Ross mengambil alih posisi puncak perusahaan.
“Kami mengharapkan kinerja yang lebih baik mulai sekarang,” kata Smith,
“terutama catatan prestasi Anda; Anda harus memperbaikinya John. Kesabaran
kami bukan tidak terbatas. Anda mengetahui bahwa tujuan perusahaan adalah
untuk mencapai tingkat imbal hasil investasi sebesar 20% atas unut pelaksana, dan
unit Anda bahkan belum mendekati ke angka tersebut. “Ross mendapat perasaan
yang buruk bahwa Smith telah memberikan peringatan keras secara langsung
kepadanya tersirat suatu ancaman yang mendasari tuntutan Smith untuk
meningkatkan kinerjanya. Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun karirnya di
XCO, Ross merasakan bahwa jabatannya sedang dipertaruhkan.
John Ross telah mengelola XCO China selama 4 tahun. Dia ditempatkan
di XCO China setelah karir gemilangnya di XCO, yang mana termasuk catatatn
karir hebatnya di Meksiko dan Hongaria. Ketika dia mengambil tawaran posisi di
China, Ross berpikir bahwa apabila dia berhasil mungkin dia akan ditempatkan
pada posisi penting di kantor pusat dalam beberapa tahun. Dia telah mengetahui
bahwa dia telah mengambil tantangan dengan XCO China, tetapi tidak
mempersiapkan diri dengan apa yang dia temukan disana. Ventura bersama itu
sangat bermasalah. Kegiatan operasionalnya sangat tidak efisien. Kendati tingkat
upah yang sangat kecil, produktivitasnya dirusak dengan kualitas produk yang
sangat rendah dan sistem pengendalian atas persediaan yang lemah. Ventura
bersama ini mungkin memperkerjakan terlalu banyak karyawan, tetapi rekan
usaha XCO China memandang ventura bersama ini sebagai sebuah program untuk
menciptakan banyak lowongan pekerjaan dan berulang kali keberatan untuk
memangkas karyawannya. Buat permasalahan menjadi semakin parah. XCO
China gagal dalam pengembangan terbarunya dalam Manufacturing Technology
dan jauh ketinggalan dibelakang para pesaingnya. Ross berniat untuk
mengubahnya, tetapi bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Pertanyaan:
1. Mengapa anda berpendapat bahwa John Ross seorang ekspatriat yang telah
mengalami banyak pengalaman gagal dalam mempersiapkan dirinya untuk
mengemban tugas mengelola XCO Cina?
2. Pengalaman apa yang diceritakan oleh ekspatriat XCO mengenai
permasalahn dalam pekerjaan luar negeri dan mengenai kesulitan
menggunakan karyawan asal Amerika Serikat untuk membagi
pengetahuan yang berharga dengan perusahaan multinasional?
Jawaban Kasus
REFERENSI