Nim : 045002497
Pokjar : Pangkalan Balai
Administrasi Pemerintahan Daerah (ADPU4440)
JAWABAN NOMOR 1:
Proses penyusunan APBD mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77
Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2021 dan tahun-tahun berikutnya, yang selaras dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Secara umum, penyusunan
APBD terdiri dari 6 (enam) tahapan, yaitu:
Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA): Tahap ini merupakan tahap awal
yang bertujuan untuk menentukan arah dan prioritas pembangunan daerah dalam
APBD. KUA disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) dan memperhatikan kondisi makro ekonomi, fiskal, dan pembangunan
daerah.
Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS): Tahap ini bertujuan
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan pembangunan daerah dengan kemampuan
keuangan daerah. PPAS memuat prioritas dan plafon anggaran sementara untuk setiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA
SKPD): Tahap ini merupakan tahap rincian program dan kegiatan SKPD yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. RKA SKPD disusun oleh masing-masing
SKPD dan harus selaras dengan KUA dan PPAS.
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) APBD: Tahap ini bertujuan
untuk menyusun Ranperda APBD yang memuat seluruh komponen pendapatan dan
belanja daerah. Ranperda APBD disusun oleh Badan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (Banggar) DPRD bersama dengan SKPD terkait.
Pembahasan Ranperda APBD di DPRD: Tahap ini merupakan tahap pembahasan
Ranperda APBD oleh DPRD dan SKPD terkait. DPRD dapat memberikan saran,
masukan, dan/atau perubahan terhadap Ranperda APBD.
Penetapan APBD: Tahap akhir ini merupakan tahap penetapan APBD menjadi
Peraturan Daerah (Perda) oleh DPRD. Perda APBD menjadi dasar bagi pelaksanaan
program dan kegiatan yang telah direncanakan dalam APBD.
Efisiensi: Pendapatan dan belanja daerah harus dikelola secara efisien untuk mencapai
hasil yang optimal dengan biaya seminimal mungkin.
Efektivitas: Pendapatan dan belanja daerah harus digunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara efektif.
Transparansi: Proses penyusunan dan pelaksanaan APBD harus dilakukan secara
terbuka dan transparan kepada masyarakat.
Akuntabilitas: Penanggung jawab anggaran daerah harus mempertanggungjawabkan
pelaksanaan APBD kepada DPRD dan masyarakat.
Partisipasi: Masyarakat harus dilibatkan dalam proses penyusunan APBD.
SUMBER REFERENSI:
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021 dan
tahun-tahun berikutnya https://peraturan.bpk.go.id/Details/162792/permendagri-no-
77-tahun-2020
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
https://peraturan.bpk.go.id/Details/49730/pp-no-58-tahun-2005
JAWABAN NOMOR 2:
Proses penatausahaan keuangan daerah di Indonesia mencakup pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan. Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pengelolaan keuangan daerah, yang menjadi kewenangan daerah
sebagai akibat dekontrasalasi. Menteri Dalam Negeri dan Gubernur melakukan pembinaan
dan pengawasan di bidang pengelolaan keuangan daerah. Permasalahan yang sering terjadi
dalam penatausahaan keuangan daerah di Indonesia antara lain:
Kendala jaringan pada aplikasi SIPD (Sistem Informasi Pemerintahan Daerah), seperti
gangguan error dan kendala dalam proses masuk atau login ke dalam aplikasi.
Belum adanya pelatihan dan bimbingan teknis lanjutan dalam pengoperasian SIPD,
yang menyebabkan kekurangan sumber daya manusia yang handal dan terampil
dalam mengoperasikan aplikasi SIPD.
Perbaikan dan perluasan jangkauan server masih menjadi tuntutan untuk mengakses
aplikasi SIPD di seluruh Indonesia.
Belum adanya bimbingan teknis (Bimtek) dan pelatihan yang berkelanjutan, yang
membuat Badan Pengelolaan Keuangan Kota Banda Aceh belum dapat
mengoperasikan SIPD dalam seluruh tahapan pengelolaan keuangan, mulai dari
perencanaan keuangan, penatausahaan keuangan hingga pelaporan keuangan.
Proses penatausahaan keuangan daerah di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah, yang
merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah. Secara umum, proses penatausahaan keuangan daerah di Indonesia
meliputi:
1. Penatausahaan Penerimaan
Penerimaan Pajak Daerah: Dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang bertugas mengelola pajak daerah, seperti Badan Pajak Daerah
(Bapenda).
Penerimaan Retribusi Daerah: Dilakukan oleh SKPD yang bertugas mengelola
retribusi daerah, seperti Dinas Perhubungan, Dinas Perdagangan, dan Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Penerimaan Lain-Lain: Dilakukan oleh SKPD yang bertugas mengelola
pendapatan lain-lain daerah, seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.
2. Penatausahaan Pengeluaran
Pengeluaran Belanja Barang dan Jasa: Dilakukan oleh SKPD yang
melaksanakan program dan kegiatan, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Pendidikan, dan Dinas Kesehatan.
Pengeluaran Belanja Modal: Dilakukan oleh SKPD yang melaksanakan
pembangunan infrastruktur daerah, seperti Dinas PUPR dan Dinas
Perhubungan.
Pengeluaran Belanja Hibah: Dilakukan oleh SKPD yang bertugas mengelola
hibah, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas
Sosial.
3. Penatausahaan Pembiayaan
Penerimaan Pinjaman Daerah: Dilakukan oleh SKPD yang bertugas mengelola
pinjaman daerah, seperti Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD).
Pengeluaran Penyertaan Modal Daerah: Dilakukan oleh SKPD yang bertugas
mengelola penyertaan modal daerah, seperti BPKD dan Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM).
Meskipun telah diatur dengan jelas, proses penatausahaan keuangan daerah di Indonesia
masih sering mengalami beberapa permasalahan, antara lain:
SUMBER REFERENSI:
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Daerah:
https://peraturan.bpk.go.id/Details/162792/permendagri-no-77-tahun-2020
BMP ADPU4440
JAWABAN NOMOR 3:
1. Pembinaan Umum
Pembinaan umum difokuskan pada penyiapan landasan hukum, kebijakan, dan strategi
pengelolaan keuangan daerah. Bentuk pembinaan umum meliputi:
2. Pembinaan Teknis
Pengawasan preventif
Pengawasan represif
Pengawasan evaluatif
SUMBER REFERENSI:
BMP ADPU4440
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
JAWABAN NOMOR 4:
5. Tantangan Teknologi
Kesulitan Mengakses Data: Kesulitan dalam mengakses data yang relevan
dapat menghambat proses pengawasan.
Keterbatasan Keterampilan Teknis: Kurangnya keterampilan teknis dalam
menggunakan teknologi pengawasan dapat menghambat efektivitas
pengawasan.
Keamanan Siber yang Lemah: Keamanan siber yang lemah dapat membuat
data pengawasan rentan terhadap kebocoran dan penyalahgunaan.