Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI MENCAPAI LKPD YANG BERKUALITAS BAIK DENGAN OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP)

O L E H

DR. SINYO HARRY SARUNDAJANG GUBERNUR SULAWESI UTARA DISAMPAIKAN PADA REGIONAL PUBLIC SECTOR CONFERENCE II YANG DISELENGGARAKAN OLEH IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) TAHUN 2011 DI JAKARTA

PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (GOOD

GOVERNANCE)

diperlukan

upaya-upaya

perubahan

(reformasi).

Reformasi tata kelola keuangan telah ditandai dengan diterbitkannya paket peraturan undang-undangan untuk meningkatkan TRANSPARANSI dan AKUNTABILITAS pengelolaan keuangan Negara/Daerah, peraturan perundang-undangan tersebut antara lain sebagai berikut : UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. Selain itu, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

Pemerintahan Daerah pun dilakukan revisi, yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk dapat mengimplementasikan perundang-undangan tersebut di atas, Pemerintah telah menetapkan aturan-aturan pelaksanaannya yaitu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang 1

Pedoman Pengelolaan Keuangan, sabagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman mendorong administrasi Pengelolaan pemerintah keuangan Keuangan daerah (financial untuk Daerah. Dengan pola diimplementasikannya aturan-aturan tersebut, hal ini telah mengubah

administration)

menjadi

pengelolaan keuangan (financial management).

II. KONDISI. Dengan diterbitkannya paket peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan reformasi pengelolaan keuangan beserta aturan-aturan implementasinya, Pemerintah Daerah tidak serta merta dapat segera mengimplementasikannya sehingga, dibutuhkan berbagai upaya kongkrit dan konsisten untuk dapat mewujudkannya. Berdasarkan laporan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (Bepeka-RI) untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Sulawesi Utara dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2008 memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion). Kemudian Hasil Audit Bepeka-RI atas LKPD Provinsi Sulawesi Utara untuk Tahun 2009 dan Tahun 2010 telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion).

III. UPAYA-UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA UNTUK MERAIH OPINI WTP. Salah satu ukuran terwujudnya pemerintah daerah yang akuntabel adalah diperolehnya opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah WAJAR TANPA PENGECUALIAN (Unqualified Opinion) yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI (Bepeka-RI). Syarat minimal untuk memperoleh opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualifide Opinion) adalah:

Fulldisclosure dengan arti bahwa Laporan Keuangan telah


mengungkap seluruh transaksi dan kejadian keuangan (tidak ada yang disembunyikan).

Compliance

berarti

bahwa

ketaatan

terhadap

peraturan

perundangan yang berlaku. Pelaksanaan APBD telah dilaksnakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, misalnya taat kepada taat prosesdur dan mekanisme pengadaan pengelolaan barang/Jasa. keuangan, kepada ketentuan

Internal Control yang memadai artinya bahwa APBD telah


dilaksanakan dengan Sistem Pengendalian Internal yang memadai, misalnya : Menyusun Sistem dan Prosedur pengelolaan keuangan daerah. Menyusun Kebijakan akuntansi, serta kebijakan-kebijakan lain (seperti Peraturan Gubernur tentang Pemberian Bantuan Sosial) sebagai acuan dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan komputerisasi. 3 keuangan dan barang milik daerah secara

Bebas Salah Saji Materil artinya bahwa Laporan Keuangan telah


disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Untuk dapat meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) bukan sesuatu hal yang mudah, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan serius untuk mewujudkannya. Beberapa upaya yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, antara lain: 1. Memberikan Pemahaman Yang Memadai tentang arti

pentingnya dan manfaat opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Laporan keuangan yang harus disusun oleh Pemerintah Daerah setidak-tidaknya terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan Keuangan Perusahaan Daerah atau Badan Usaha lainnya. Isi dan bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah harus disajikan dan mengacu pada Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP). LKPD dengan opini legitimasi WTP mempunyai pengaruh atas antara lain

memperoleh

secara

independen

pengelolaan

keuangan sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat serta meningkatnya jumlah alokasi anggaran dari Pemerintah Pusat dan dana investasi ke daerah, selain itu opini WTP juga mempengaruhi kecenderungan bebas dari terjadinya penyimpangan.

Langkah-langkah yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mempercepat proses pemahaman kepada aparat pemerintah tentang manfaat atau pentingnya laporan keuangan yang sesuai standar dan dapat dipercaya serta berguna bagi pengambilan putusan

stakeholders adalah dengan melakukan

bimbingan teknis dan sosialisasi tentang implementasi pengelolaan keuangan yang baik kepada seluruh pegawai mulai dari pimpinan dan pejabat struktural pemerintah daerah terutama Bendaharawan dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Pejabat Penatausaha Keuangan SKPD (PPK-SKPD), sampai kepada para Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran (PA)/Pengguna Barang (PB) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Kuasa Pengguna Barang (KPB). Selain itu juga dibangun pemahaman yang sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tentang pengelolaan keuangan daerah yang baik dan benar. 2. Adanya komitmen yang kuat untuk mewujudkan opini WTP. Komitmen yang paling dibutuhkan untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang baik dan benar adalah komitmen Kepala Daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Komitmen tersebut diwujudkan dengan selalu memberikan arahan, bimbingan serta petunjuk dalam setiap kegiatan bimbingan teknis, sosialisasi dan kesempatan lain, serta tidak melakukan intervensi terhadap pengelolaan keuangan daerah yang kewenangannya telah diserahkan kepada para pejabat pengelola keuangan daerah. Kemudian komitmen tersebut dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah, Para Kepala SKPD selaku PA/KPA, PPK-SKPD, PPTK dan 5

Bendahara anggaran, indisipliner

diwujudkan serta maka

dengan

disiplin

dalam yang

melaksanakan berlaku dalam

mentaati akan

ketentuan

melaksanakan pengelolaan keuangan dan apabila terdapat tindakan dikenakan sanksi berupa penundaan pelayanan, serta diberikan teguran.

3. Melaksanakan fungsi dan membentuk kelembagaan yang secara mandiri dalam pengelolaan keuangan daerah. Gubernur selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah telah melimpahkan kewenangannya Kepada Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah dan Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran/Barang atau Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dan Bendahara Umum Daerah (BUD). Dalam pelaksanaannya, setiap SKPD telah mandiri dan dalam menganggarkan, merealisasikan, mencatat, melaporkan,

sehingga untuk kelancaran pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah di setiap SKPD dibentuk Pejabat Penatausaha Keuangan (PPK-SKPD) yang berfungsi sebagai biro keuangan kecil antara lain mempunyai fungsi verifikasi, fungsi perbendaharaan, dan fungsi pencatatan/akuntansi. SKPD selaku Entitas Akuntansi wajib melaksanakan fungsi pencatatan terhadap seluruh transaksi keuangan maupun barang, sehingga menghasilkan laporan keuangan setidak-tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca beserta lampirannya, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Biro Keuangan dan Aset selaku Entitas Pelaporan atau Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) melaksanakan kewajibannya 6

untuk

menyusun

LKPD

dengan

cara

menggabungkan

atau

mengkonsolidasi laporan keuangan seluruh SKPD, sehingga dapat menyajikan LRA, Neraca beserta lampirannya, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. 4. Menyediakan Sistem dan Prosedur Yang Memadai. Untuk mewujudkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang baik dengan opini WTP perlu menyediakan Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah serta Kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah. Saat ini Pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara telah menjalin kerjasama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang tugasnya antara lain membantu mengasistensi penyusunan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dan kebijakan akuntansi yang mengacu pada ketentuan pengelolaan keuangan serta standar akuntansi pemerintahan, sebagai acuan dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dan menyusun Laporan Keuangan Provinsi Sulawesi Utara. Selain menyusun Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Kebijakan Akuntansi, juga telah diterbitkan kebijakankebijakan pengelolaan keuangan daerah antara lain Kebijakan Penyusunan Anggaran, adanya Kebijakan Pelaksanaan yang Anggaran kurang dan jelas Kebijakan Penyusunan Laporan Keuangan. Dan untuk menekan (meminimalisir) Bantuan Sosial. transaksi-transaksi aturannya, misalnya Peraturan Kepala Daerah tentang Pemberian

Selain itu juga, dalam pengelolaan keuangan dilakukan pengawalan sejak penyusunan anggaran dengan melakukan evaluasi dan asistensi penyusunan RKA-SKPD, dalam pelaksanaan anggaran dilakukan rekonsiliasi dan evaluasi realisasi keuangan dan barang milik daerah secara periodik antara SKPD dengan SKPKD serta rekonsiliasi harian antara rekening kas daerah dengan Bank. Sedangkan pada penyusunan laporan keuangan akhir tahun dilakukan rekonsiliasi dan konsolidasi atas laporan keuangan SKPD menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Kerjasama dengan BPKP juga turut membantu Pemerintah Sulawesi Utara mengembangkan sistem pengelolaan keuangan dan barang milik daerah, serta pengelolaan gaji yang berbasis komputer, dimana proses akuntansi saat ini menjadi real time and accurate. 5. Peningkatan kompetensi kemampuan tenaga pengelola keuangan daerah. Untuk mewujudkan Laporan Keuangan Daerah yang berkualitas dengan predikat WTP tentunya harus didukung dengan tenagatenaga yang handal dan profesional di bidang keuangan. Kendala yang sering dihadapi adalah belum cukup tersedianya tenaga-tenaga akuntansi pada Pemerintah Daerah. Tidak sedikit Pemerintah Daerah yang mengangkat Pejabat Pengelola Keuangan Daerah tidak mempunyai latar belakang pedidikan akuntansi, bahkan tidak memahami akuntansi. Untuk mengatasi masalah tersebut Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan upaya, antara lain meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga-tenaga pengelola keuangan 8

dengan cara melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis tentang keuangan secara terus menerus. Selain itu juga telah menjalin kerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan pelatihan-pelatihan tentang keuangan, bahkan telah menempatkan pegawai BPKP pada Biro Keuangan dan Aset Sekretariat Daerah. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga telah melakukan kerja sama dengan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) untuk mendidik tenaga-tenaga akuntansi dan melakukan recruitment sarjana Akuntansi atau akuntan. Tenaga-tenaga sarjanatersebut

ditempatkan pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan pengelola keuangan di setiap SKPD. Disamping itu juga Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melakukan kerjasama dengan Bank Dunia (World Bank) melalui Program PEACH (Public Expenditure Analisys and Capacity Harmonitation) dengan melakukan penelitian untuk memperoleh gambaran pengelolaan keuangan dan melakukan pelatihan guna peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan. IV. UPAYA YANG PERLUKAN DALAM RANGKA PENERAPAN PP 71 TAHUN 2010 TENTANG SAP. Dalam implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan, dimana terdapat perubahan metode pencatatan yang semula berbasis kas menuju akrual (Cash

toward accrual) menjadi pencatatan yang berbasis akrual akan banyak


mengalami kendala atau hambatan.

Selama ini Pemerintah Daerah merasa lebih mudah melaksanakan pencatatan dengan metode Basic Cash dimana transaksi diakui/dicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat pada kas, misalnya Pendapatan diakui/dicatat pada saat diterima di kas daerah dan Belanja diakui/dicatat pada saat dikeluarkan dari kas daerah. Sedangkan jika mengeluarkan Basis Akrual sangat berbeda dimana, mengakui transaksi dan peristiwa tersebut terjadi (bukan pada saat kas diterima/dikeluarkan). Meskipun Basis Akrual mempunyai kelebihan menyajikan informasi dengan lebih lengkap serta memenuhi fungsi Manajerial dan Pengawasan. Kondisi yang dialami pemerintah daerah saat ini dapat digambarkan antara lain sebagai berikut : 1) Penerapan PP 24 Tahun 2005 masih banyak mengalami kendala, hal ini dibuktikan dengan banyak LKPD memperoleh opini tidak wajar (adverse) dan tidak memberikan pendapat (disclaimer) 2) Masih terbatasnya tenaga-tenaga akuntan atau yang memahami akuntansi di Pemerintah Daerah. 3) Kondisi kesiapan Teknologi Informasi (sistem komputerisasi) pengelolaan keuangan daerah belum memadai. 4) Perbedaan format penganggaran keuangan daerah yang masih sangat jauh berbeda dengan format standar pelaporan sehingga menyulitkan pemerintah daerah dalam melakukan konversi. Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam rangka mengatasi

permasalahan penerapan/implementasi PP 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan antara lain : 1) Perlu dilakukan persiapan berupa pembuatan peraturan perundangan yang menjembatani peralihan dari PP 24 Tahun 2005 ke PP 71 Tahun 2010. 10

2) Melakukan Maping terhadap kesiapan daerah untuk mengidentifikasi daerah mana yang sudah siap dan daerah mana yang belum siap. 3) Menyelenggarakan kursus-kursus, pelatihan-pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis terhadap penerapan PP 71 Tahun 2010 yang lebih intensif. 4) Perlu dibuat rencana aksi (Action Plan) yang kongkrit dengan melibatkan IAI, Kemendagri, Kemenkeu, dan seluruh Pemda.

Upaya lain yang perlu dilakukan adalah dengan mengoptimalkan peran akuntan seperti : 1) Akuntan pendidik diharapkan dapat mendidik tenaga-tenaga akuntan yang siap pakai untuk dipekerjakan pada Pemerintah Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah. 2) Akuntan pelaksana diharapkan dapat mengoptimalkan perannya dalam melakukan pendampingan, jasa konsultasi dalam pengelolaan keuangan terutama penyusunan Sistim dan Prosedur, Kebijakan Akuntansi dan Sistim Akuntansi Keuangan Daerah. 3) Auditor internal dan eksternal diharapkan dapat lebih meningkatkan kapasitasnya dalam melakukan perannya sebagai pengawas dan pemeriksa. 4) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dalam menyusun standar dan atau buletin teknis diharapkan melibatkan para akuntan pelaksana (Praktisi). 5) Standar yang disusun diharapkan adalah standar yang dibangun berdasarkan praktek-praktek yang ada. 6) Diharapkan terwujud kerjasama aktif antara KSAP dengan Kementerian Dalam Negeri yang mewakili Pemerintah Daerah, serta

11

Perguruan Tinggi dalam penempatan dan atau pendidikan akuntan praktisi keuangan daerah. V. KESIMPULAN Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mewujudkan pengelolaan keuangan yang baik sehingga laporan keuangan daerah dapat memperoleh opini WTP, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan upaya-upaya, antara lain sebagai berikut : 1. Memberikan Pemahaman Yang Memadai tentang arti pentingnya dan manfaat opini atas Laporan Kuangan Pemerintah Daerah 2. Komitmen yang kuat untuk mewujudkan opini WTP. 3. Melaksanakan fungsi dan membentuk kelembagaan yang secara mandiri dalam mengelolaan keuangan daerah. 4. Menyediakan Sistem dan Prosedur Yang Memadai. 5. Peningkatan kompetensi kemampuan tenaga pengelola keuangan daerah. 6. Upaya yang diperlukan dalam rangka penerapan PP 71 Tahun 2010 tentang SAP.

12

Anda mungkin juga menyukai