Anda di halaman 1dari 11

Hany Sukma Setyaningtyas (11)

Javier Reynold Prisadi (18)


Muhamad Rizal Yuniar (22)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha,serta
perubahan dalam posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga
merupakan kesimpulan dari pencatatan transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas tidak terkecuali oleh Pemerintah, khsususnya Pemerintah Daerah
yang akan kita bahas lebih lanjut.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang dimaksudkan tersebut
disusun berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010. Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah merupakan wujud tanggung jawab pemerintah kepada
masyarakat selaku pemegang kekuasaan tertinggi di negara demokrasi
Indonesia ini. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut juga akan
diaudit oleh Badan Pemeriksaan Keuangan atau kerap disebut BPK. BPK
dapat memberikan opini terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Opini tersebutlah yang menjadi faktor penentu bagaimana kualitas dari
penyelenggaraan dari suatu pemerintahan telah berjalan sesuai dengan yang
seharusnya. Namun kenyataannya, masih terdapat pemerintah daerah yang
memiliki opini Wajar Tanpa Pengecualian terhadap Laporan Keuangannya
namun masih terdapat banyak permasalahan baik dalam birokrasi maupun
dalam ekonomi secara lebih luas.
Dalam tulisan berjudul “Analisis Opini Audit BPK terhadap
Pembangunan Daerah” ini, penulis melakukan analisis terhadap enam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dari Provinsi Bali, Provinsi Jawa
Timur, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Nganjuk, dan
Kabupaten Jember.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini antara lain:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi diberikannya suatu opini
bagi laporan keuangan daerah
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
2. Mengetahui keterkaitan kelengkapan informasi (pengungkapan) dengan
pemberian opini laporan keuangan.
3. Mengetahui keterkaitan kualitas laporan keuangan dengan pembangunan
daerah.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penulis dapat belajar membuat karya tulis, mengetahui bagaimana kinerja
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya, dan
memahami praktik akuntansi di sektor pemerintahan daerah.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dalam
penyelenggaraan pemerintahannya sehingga dapat melaksanakannya
dengan lebih baik lagi.
D. Landasan Teori
1. Definisi
Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) adalah laporan yang
menjelaskan kondisi dan kinerja keuangan pemerintah daerah. Salah satu
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah adalah masyarakat.
Masyarakat berkepentingan untuk memantau penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dibayai dari uang masyarakat melalui pajak.
LKPD terdiri dari Laporan Realisasi APBD (LRA), Neraca, Laporan Arus
Kas (LAK), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan (komite standar akuntasi pemerintah
pusat dan daerah).
2. Pengguna LKPD
a. Pemerintahan daerah (internal)
b. Pengguna eksternal antara lain:
1) DPRD
2) Badan Pengawas Keuangan
3) Pemerintah pusat
4) Masyarakat
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR PENYEBAB LAPORAN KEUANGAN MENDAPATKAN OPINI


TERSEBUT
Berdasarkan hasil pencarian melalui website resmi BPK dan surat kabar terkait
laporan keuangan daerah Provinsi Bali, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Jember
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2016, didapat hasil sebagai berikut:
1. Provinsi Bali
BPK menilai bahwa Laporan Keuangan Provinsi Bali telah disajikan secara
wajar dan mengapresiasi upaya Pemprov Bali karena telah berupaya sebaik
mungkin untuk melakukan perbaikan dalam segala bidang. Hasilnya adalah
Bali, pada tahun 2017 berhasil mendapatkan opini WTP empat tahun
berturut-turut. Padahal pada tahun 2008 masih mendapat disclaimer.
2. Provinsi Jawa Timur
BPK menilai Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menyajikan informasi
secara wajar dalam laporan keuangan serta sesuai dengan kriteria yang
digunakan BPK untuk memberikan opini terhadap kewajaran laporan
keuangan. BPK merekomendasikan kualitas informasi dan akuntabilitas
laporan keuangan dengan memberi perhatian dan mengambil
langkahlangkah yang diperlukan dalam rangka menindak lanjuti
rekomendasi-rekomendasi BPK sebagaimana tercantum dalam LHP. BPK
antara lain merekomen dasikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur agar
mengoptimalkan penatausahaan aset tanah yang masih belum tertib
sehingga ke depan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat semakin tertib
dalam menatausahakan Aset Tetap Tanah.
3. Kabupaten Pasuruan
Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disebut di atas, menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah
Kota Pasuruan tanggal 31 Desember 2016, dan realisasi anggaran,
perubahan saldo anggaran lebih, operasional, arus kas, serta perubahan
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
4. Kabupaten Sumenep
Sebagaimana diungkap dalam Catatan 5.4.1.3 atas Laporan Keuangan,
Pemerintah Kabupaten Sumenep menyajikan nilai Lain-lain Pendapatan
Yang Sah – LO sebesar Rp90,81 miliar. Nilai tersebut belum termasuk
pendapatan dari dana BOS yang diterima oleh sekolah negeri pada Tahun
Anggaran 2015 berdasarkan laporan Dinas Pendidikan sebesar Rp66,60
miliar yang penggunaan dananya baik berupa perolehan Aset Tetap maupun
beban tidak dicatat dengan tertib terkait klasifikasi jenis pengeluarannya.
Demikian juga perolehan Aset Tetap dan pengakuan Beban – LO yang
bersumber dari pendapatan tersebut belum disajikan dalam Laporan
Keuangan. BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan berupa catatan
dan data yang cukup dan tepat dari Dinas Pendidikan tentang klasifikasi
jenis Aset Tetap dan Beban yang merupakan penggunaan dari dana BOS
Tahun Anggaran 2015. Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat menentukan
apakah diperlukan penyesuaian terhadap angka tersebut diatas.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 5.3.1.2.2 atas Laporan
Keuangan, Pemerintah Kabupaten Sumenep menyajikan Investasi
Permanen per 31 Desember 2015 sebesar Rp169,26 miliar. Dari nilai
tersebut, diantaranya merupakan Investasi Permanen – Penyertaan Modal
pada PT WUS yang disajikan menggunakan metode ekuitas sebesar
Rp14,40 miliar. Nilai penyertaan per 31 Desember 2015 tersebut termasuk
penyertaan modal yang berasal dari konversi Piutang Dividen sebesar
Rp2,16 miliar. Konversi tersebut dilakukan pada Tahun 2013 berdasarkan
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) Tahun 2013. Namun demikian,
penambahan penyertaan modal yang berasal dari konversi tersebut belum
didukung dengan peraturan daerah. Selain itu, terdapat
permasalahanpermasalahan dalam kegiatan operasional dan investasi pada
PT WUS antara lain 1) pendapatan participating interest (PI) fpada Blok
Madura Offshore dari PT PPM tidak dilaporkan dalam Laporan Keuangan
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
PT WUS sebesar USD773,702.84 dan penggunaan dana atas pendapatan
PI tersebut, di antaranya sebesar USD167,660.24 dan Rp1,13 miliar tidak
dapat dipertanggungjawabkan; 2) pembayaran dividen kepada PT MMI
sebesar Rp129,07 juta tidak sesuai ketentuan; 3) penyerahan uang tunai
kepada Direktur Utama PT WUS tidak dapat dipertanggungjawabkan
sebesar Rp506 juta; 4) pengeluaran kas tidak jelas peruntukkannya dan
tidak ada hubungannya dengan operasional perusahaan serta tidak
didukung bukti pertanggungjawaban sebesar Rp2,66 miliar; 5) kekurangan
kas SPBU sebesar Rp1,01miliar, dan pelunasan piutang BBM tidak diterima
di kas PT WUS sebesar Rp799,94 juta. Permasalahan-permasalahan
tersebut mengakibatkan jumlah Laba dan Ekuitas yang disajikan dalam
Laporan Keuangan PT WUS Tahun 2011 s.d. 2015 tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya dan berindikasi merugikan perusahaan. Kondisi
tersebut berdampak pada nilai Dividen yang seharusnya dibagikan kepada
pemegang saham (termasuk di antaranya Pemerintah Kabupaten Sumenep)
dan kewajaran penyajian saldo Investasi Permanen – Penyertaan Modal
pada PT WUS per 31 Desember 2015 dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Sumenep. Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat
menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap angka tersebut
diatas.
"Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak hal yang dijelaskan dalam
paragraf dasar opini wajar dengan pengecualian, laporan keuangan yang
disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Surnenep tanggal 31 Desember
2015 , dan realisasi anggaran perubahan saldo anggaran lebih, operasional,
arus kas serta perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan."
5. Kabupaten Nganjuk
Sebagaimana diungkap dalam Catatan 7.5.3.1.A.1f atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Nganjuk menyajikan nilai Kas Lainnya per 31
Desember 2016 sebesar Rp2,94 miliar. Nilai tersebut bukan merupakan sisa
kas riil tunai dan bank per 31 Desember 2016. Saldo kas tersebut belum
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
memperhitungkan nilai saldo awal sebenarnya yang dimiliki satuan
pendidikan. Pada sisi penerimaan belum memperhitungkan adanya setoran
lebih salur dari sekolah penerima hibah BOS, dan pada sisi pengeluaran
belum menyajikan penggunaan dana BOS secara tepat. Pemerintah
Kabupaten Nganjuk telah memiliki kebijakan yang mengatur tentang
pencatatan, penyajian dan pengungkapan terkait Dana BOS dan Kas
Lainnya, namun kebijakan tersebut belum diterapkan secara memadai.
Selain itu, nilai pada Kas Lainnya belum memasukkan saldo dana titipan
pasien pada RSUD Nganjuk dan RSUD Kertosono. Selama tahun 2016,
RSUD Nganjuk dan RSUD Kertosono menerima dana titipan pasien masing-
masing sebesar Rp2,36 miliar dan Rp0,77 miliar yang dikelola secara tidak
tertib. RSUD Nganjuk dan RSUD Kertosono tidak menyajikan saldo kas
yang berasal dari sisa dana titipan pasien tersebut. BPK tidak dapat
memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat tentang nilai tersebut,
karena tidak tersedianya data dan informasi memadai pada satuan kerja
terkait. Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat menentukan apakah diperlukan
penyesuaian terhadap angka tersebut di atas.
Sebagaimana diungkap dalam Catatan 7.5.3.1.C.7 atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Nganjuk menyajikan nilai Akumulasi Penyusutan
sebesar Rp1.710,22 miliar. Pada Tahun 2016 Pemerintah Kabupaten
Nganjuk mencatat penambahan aset tetap dari kapitalisasi pekerjaan
rehabilitasi/renovasi dan penambahan umur ekonomis aset tetap yang
melebihi umur ekonomis yang ditetapkan dalam kebijakan akuntansi.
Kesalahan dalam menentukan umur ekonomis tersebut berdampak pada
nilai Beban Penyusutan dan Akumulasi Penyusutan untuk Gedung
Bangunan serta Jalan Jaringan dan Instalasi salah disajikan minimal
sebesar Rp19,51 miliar. BPK tidak dapat memperoleh data pemeriksaan
yang cukup dan tepat tentang nilai tersebut. Sebagai akibatnya, BPK tidak
dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap angka tersebut
di atas.
Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak hal yang dijelaskan dalam
paragraf dasar opini wajar dengan pengecualian, laporan keuangan yang
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
disebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Nganjuk tanggal 31 Desember
2016, dan realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, operasional,
arus kas, serta perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.”
6. Kabupaten Jember
Sebagaimana diungkap dalam Catatan 5.1.3.3 atas Laporan Keuangan,
Kabupaten Jember menyajikan nilai Aset Tetap per 31 Desember 2016
sebesar Rp5.936.458 Milyar. Dari nilai tersebut diantaranya terdapat aset
tetap sebanyak 148 bidang tanah, 1.495 unit peralatan dan mesin, 626 unit
gedung dan bangunan, 197 bangunan irigasi, dan 2.008 aset tetap lainnya
dicatat dengan nilai Rp0,00, sebanyak 1.084 bidang tanah dengan nilai
sebesar Rp213 Milyar dicatat dengan luas 0 M2 s.d 1 M2, dan penghitungan
penyusutan bangunan gedung dan bangunan jaringan irigasi tidak sesuai
ketentuan yang diatur dalam pedoman kebijakan penyusutan Kabupaten
Jember Tahun 2014. Selain itu terdapat perbedaan jumlah dan nama ruas
jalan, jembatan, dan jaringan irigasi antara data dasar jalan, jembatan, dan
jaringan irigasi Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air dengan KIB D
yang tidak dapat ditelusuri dan dijelaskan. Kabupaten Jember telah memiliki
kebijakan pencatatan, penyajian dan pengungkapan Aset Tetap, tetapi
belum dilaksanakan secara memadai. BPK tidak dapat memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup dan tepat tentang nilai tersebut, karena tidak
tersedia data dan informasi pada satuan kerja terkait. Sebagai akibatnya,
BPK tidak dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap
angka tersebut diatas.
“Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak hal yang dijelaskan dalam
paragraf dasar opini wajar dengan pengecualian, laporan keuangan yang
disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Jember tanggal 31 Desember 2016,
dan realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, operasional, arus
kas, serta perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.”
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)

B. EVALUASI KELENGKAPAN INFORMASI DALAM LAPORAN KEUANGAN


Kewajiban untuk mempertimbangkan kecukupan pengungkapan
laporan keuangan sebagai salah satu kriteria perumusan opini telah dimuat
dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Lebih lanjut lagi, Bultek SPKN No. 01
menyebutkan bahwa apabila laporan keuangan pemerintah tidak menyajikan
pengungkapan yang diharuskan oleh SAP, maka auditor harus memberikan
opini WDP atau TW. Berdasarkan penulisan M. Iqbal (2016), peningkatan
jumlah daerah yang mendapatkan opini WTP ternyata tidak disertai dengan
adanya perbaikan dalam hal pengungkapan (disclosure) secara lengkap. Hal
itu dikarenakan adanya tekanan politik eksternal, ketidakleluasaan auditor
dalam memberikan opini, serta adanya pemberian toleransi dari auditor
kepada daerah dengan menganggap pengungkapan yang ada sudah cukup.
Berdasarkan sampel laporan keuangan daerah di Provinsi Jawa Timur
yang mendapat opini WDP pada tahun 2016, didapatkan bahwa sebagian
besar penyebabnya adalah kurangnya pengungkapan dan bukti pendukung
yang tidak memadai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi
positif antara ketersediaan informasi (pengungkapan) yang memadai dengan
pemberian opini oleh BPK.

C. HUBUNGAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DENGAN PEMBANGUNAN


DAERAH
Laporan Keuangan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
menunjukan Pemerintah Daerah tersebut telah menyusun LKPD-nya sesuai
SAPD yang berlaku dan bebas dari salah saji yang materiil. Tanpa ada
campur tangan orang lain atau moral hazard seperti manipulasi pembuatan
laporan keuangan agar terlihat baik, maka seharusnya LKPD tersebut sudah
menjelaskan secara lengkap kinerja, kondisi keuangan dan pembangunan
yang terjadi di daerah.
Opini BPK pada Kabupaten Nganjuk adalah WDP namun Bupati
Kabupaten Nganjuk, Taufiqurrahman menjadi tersangka gratifikasi. Hal ini
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
tidak dapat ditelusuri melalui laporan keuangannya karena korupsi tersebut
merupakan moral hazard atau perilaku dari pejabat-pejabat masung-masing
daerah yang menyalahgunakan wewenang. Oleh karena itu, opini WTP,
bukan berarti di sana bebas dari segala bentuk penyimpangan atau korupsi.
Dalam hal pembangunan ekonomi daerah, daerah di Jawa Timur yang
mendapat opini BPK, pada tahun 2016, Wajar Dengan Pengecualian
sebanyak 8 kabupaten/kota dari 39 kabupaten/kota/provinsi atau 20,51% dan
selebihnya WTP. Mengingat bahwa secara umum provinsi Jawa Timur
merupakan salah satu provinsi yang sudah cukup berkembang, ditandai
dengan Indeks Pembangunan Manusia 0,70 (tinggi) dan kontribusi PDB
14,85%, adanya daerah yang masih mendapat opini WDP menjadi
pertanyaan. Seharusnya dengan kondisi yang mumpuni seperti itu sudah
tidak ada lagi wilayah yang mendapat opini WDP. Dibandingkan dengan
provinsi Bali, Provinsi Jawa Timur masih kalah. Semua
kabupaten/kota/provinsi di provinsi Bali berhasil 100% mendapat opini WTP
pada tahun 2016. Jika diteliti penyebab daerah di Jawa Timur yang mendapat
opini WDP sebagian besar dikarenakan kurangnya pengungkapan dan bukti
yang kuat. Sehingga sebenarnya pemerintah daerah hanya perlu
memperbaiki pelaporan keuangannya agar pengungkapan informasi dan
penyediaan bukti-bukti lebih baik
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Opini yang diberikan oleh BPK kepada Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah mencerminkan keandalan laporan dan kesesuaian dengan
Permendagri no. 64 Tahun 2013 tentang SAP Penerapan SAP berbasis
Akrual pada Pemerintahan Daerah serta menandakan laporan tersebut bebas
salah saji yang material. Oleh karena itu opini BPK terhadap LKPD tidak
dipengaruhi kondisi ekonomi setempat dan tidak menjamin Pemerintahan
yang bebas dari penyimpangan dan korupsi.
B. Saran
BPK atau lembaga lain sebaiknya memaksimalkan pemeriksaan kinerja dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) di Pemerintahan Daerah agar
kasus-kasus penyimpangan dan korupsi dapat dicegah dari awal serta
memberikan transparansi hasil pemeriksaan kepada masyarakat luas agar
masyarakat dapat ikut menilai dan memberikan saran untuk Pemerintahan
Daerahnya masing-masing.
Hany Sukma Setyaningtyas (11)
Javier Reynold Prisadi (18)
Muhamad Rizal Yuniar (22)
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal, Muhammad. 2016. Apakah Kecukupan Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Dipertimbangkan dalam Formulasi Opini
BPK?. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada

Medynatul. 2017. ANALISIS TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. Akuntansi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Padang

surabaya.bpk.go.id, diakses pada 25 Desember 2018


jariungu.com, diakses pada 2 Januari 2019
birokeu.baliprov.go.id, diakses pada 3 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai