PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari akuntansi sektor
publik, yang mencatat dan melaporkan semua transaksi yang berkaitan dengan
keuangan daerah. Yang disebut keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Ruang lingkup keuangan negara yang
dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), dan yang dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik APBN maupun APBD
merupakan inti dari akuntansi keuangan pemerintahan. Oleh karena itu, kedudukan
APBN dan APBD dalam penatausahaan keuangan dan akuntansi pemerintahan
sangatlah penting. APBN dan APBD merupakan rencana kegiatan pemerintah yang
dinyatakan dalam satuan uang dan meliputi rencana pengeluaran dan pemenuhan
pengeluaran tersebut. Setelah dikeluarkannya paket Undang-Undang Keuangan
Negara yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka informasi keuangan
negara yang meliputi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dilengkapi dengan
informasi Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan, selain
informasi mengenai Laporan Realisasi APBN/APBD. Pelaporan keuangan
pemerintah selanjutnya harus mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah seperti
yang tertuang dalam PP 24 Tahun 2005. Selanjutnya dalam PP No. 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah diatur bahwa Pemerintah Daerah harus
membuat sistem akuntansi yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Sistem
akuntansi keuangan pemerintah daerah adalah sistem akuntansi untuk mencatat,
menggolongkan, menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi
keuangan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan
APBD.
1.2. Rumusan masalah
Makalah ini akan membahas tentang masalah-masalah
1. Bagaimana Pengertian Apa Pengertian Akuntansi ?
2. Bagaimana Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah ?
3. Bagaimana Sistem Pencatatan ?
4. Bagaimana Siklus Akuntansi ?
5. Bagaimana Asumsi Dasar ?
6. Bagaimana Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ?
7. Bagaimana Basis Akuntansi ?
8. Bagaimana Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan?
9. Contoh kasus
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Akuntansi ?
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan akuntansi keuangan daerah?
3. Untuk mengetahui sistem pencatatan?
4. Untuk mengetahui siklus akuntansi ?
5. Untuk mengetahui bagaimana Asumsi Dasar ?
6. Untuk mengetahui karakteristik kualitatif laporan keuangan ?
7. Untuk mengetahui basis akuntansi ?
8. Untuk mengetahui prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan ?
9. Untuk mengetahui contoh kasus pada gambaran umum akuntansi keuangan daerah?
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntansi
Pemerintah Sosial
Pusat Daerah
Kota Kabupaten
2.1.3 Sistem Pencatatan
Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan
Daerah (2014), akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu jenis akuntansi,
maka didalam akuntansi keuangan daerah juga terdapat proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan ekonomi yang
terjadi di pemerintah daerah. Ada beberapa sistem pencatatan yang dapat digunakan
yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, triple entry, sedangkan akuntansi
dapat menggunakan double entry dan triple entry.
1. Single entry
Sistem pencatatan single entrysering disebut juga dengan sistem tata buku
tunggal. Dalam sistem , pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat di
sisi penerimaan, sedangkan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan
dicatat di sisi pengeluaran di dalam buku kas umum (BKU). Single entry ini
disebut dengan pembukuan. Sistem pencatatan single entry memiliki beberapa
kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami. Namun, sistem ini memiliki
kelemahan, antara lain kurang bagus untuk pelaporan (kurang memudahkan
penyusunan laporan), sulit menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi.
Disamping itu, sistem ini memiliki kelemahan karena tidak dapat menggambarkan
posisi keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam akuntansi ada sistem
pencatatan yang lebih baik yang dapat mengatasi kelemahan tersebut, yakni
sistem pencatatan double entry.
2. Double Entry
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga sistem tata buku berpasangan.
Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali,
dalam artian, bahwa setiap transaksi minimal akan memengaruhi dua perkiraan,
satu di sisi debit dan satu di sisi kredit. Sisi debit ada di sebelah kiri, dan sisi
kredit ada disebelah kanan. Dalam melakukan pencatatan tersebut, setiap
pencatatan harus menjaga keseimbangan antara sisi debit dan sisi kredit dari
persamaan dasar akuntansi. Pencatatan dengan sistem double entry sering disebut
dengan istilah menjurnal.
3. Triple entry
Sistem pencatatan triple entry pada dasarnya adalah sistem pencatatan yang
menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran.
Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan pencatatan tentang anggaran yang
telah digunakan sesuai dengan pencatatan pada double entry. Dengan adanya
catatan triple entryini, maka dapat dilihat sisa anggaran untuk masing-masing
komponen yang ada di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Pencatatan
dengan sistem triple entry ini dilaksanakan saat pencatatan double
entrydilaksanakan, maka sub bagianpembukuan ( Bagian Keuangan) pemerintah
daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran.
Pencatatan dan
penggolongan peringkasan pelaporan
SP2D-LS dan Buku Buku Laporan
SPJ+BKU Jurnal Besar keuangan
Buku Kertas
Pembantu kerja
Kebijakan akuntansi
Sumber: permendagri No.13 Tahun 2006 tentang pendoman pengelolaan Keuangan Daerah
Laporan Realisasi
Buku Data Pendukung Anggaran
Pembantu Laporan Keuangan Laporan Perubahan SAL
Neraca
Laporan Operasional
Laporan Arus kas
Laporan Perubahan
Ekuitas
Catatan atas Laporan
Keuangan
Jurnal penutup
1. Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai
unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan,
sehingga tidak terjadi kekacauan antara-unit instansi pemerintah dalam laporan
keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan
entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan penuh tanggung
jawab. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar
neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau
kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat
putusan entitas, serta terlaksana atau tidaknya program yang telah ditetapkan.
2. Kesinambungan Entitas
Laporan Keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan
likuidasi atas entitas pelaporan jangka pendek.
3. Keterukuran dalam satuan Uang (Monetary Measurement)
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan
dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
2.1.6 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Pp No.71 Tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan,
paragraf 35-40 menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-
ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi, sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.
a. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termasuk
didalamnya dapat memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian,
informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud
penggunaanya.
Informasi yang relevan:
1. Memiliki manfaat Umpan Balik (Feedback Value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu, sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam
pengambila keputusan.
4. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat memengaruhi pengambilan
keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan
keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi
tersebut dapat dicegah.
b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.
Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dan menyesatkan.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
1. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
2. Dapat diverifikasi (verifiability)
Informasi disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan
simpulan yang tidak berbeda jauh.
3. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan
pihak tertentu.
Ditambahkan dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan, Paragraf 56-59 bahwa kendala informasi akuntansi dan
laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya
kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan
adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal
dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan
andal akibat keterbatasan (limitation) atau karena alasan-alasan kepraktisan.
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan
keuangan pemerintah, yaitu:
1. Materialitas
Walaupum idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah
hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencamtumkan atau
kesahalan dalam mencatat informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan
segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.
Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan
yang substansial. Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi
yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain
di samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan
informasi lanjutan kepada kreditur mungkin akan mengurangi biaya yang
dipikul oleh suatu entitas pelaporan.
3. Keseimbangan antarakarakteristik kualitatif
Keseimbangan antarakarakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi oleh pelaporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif
antarakarakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi
dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik
kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.
c. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan entitas
pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat dilakukan apabila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan
akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang saat ini diterapkan,
perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan
pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
Neraca
Kas Rp 10.000
Ekuitas Rp 10.000
Karena fokus pengukuran pada basis akrual adalah semua sumber daya yang dimiliki,
maka transaksi pembelian kendaraan tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Dr. Kendaraan Rp 3.000
Cr. Kas Rp 3.000
Dengan demikian, neraca pada basis akrual akan menampilkan akun kendaraan (aset
tetap) selain KAS di sisi aset, sedangkan ekuitas dana di sisi pasiva tetap RP 10.000. Hal
tersebut menunjukkan fokus pengukuran basis akrual yang melaporkan semua perubahan
kekayaan, sehingga transaksi tersebut dianggap sebagai penambahan aset tetap.
Terlihat terjadi perbedaan dalam kedua neraca tersebut sebagai akibat dari satu
kejadian transaksi yang sama. Dalam neraca berbasis akrual terdapat akun mobil yang tidak
diakui pada neraca berbasis kas. Akan tetapi, yang lebih penting untuk diperhatikan adalah
dari transaksi yang sama kedua neraca tersebut menghasilkan nilai ekuitas dana yang
berlainan (Rp 7.000 pada neraca berbasis kas dan RP 10.000 pada neraca berbasis akrual).
Ketika sebuah entitas pemerintah harus memilih salah satu dari kedua basis tersebut,
pertanyaanya adalah informasi ekuitas dana manakah yang lebih baik?
Informasi tentang ekuitas yang disampaikan oleh neraca berbasis akrual diyakini
memberikan informasi yang lebih komprehensif karena merepresentasikan seluruh sumber
daya yang dimiliki pemerintah. Akan tetapi, banyak pihak juga menghendaki pelaporan
ekuitas dana seperti yang tercantum dalam neraca berbasis kas karena benar-benar
menunjukkan jumlah ketersediaan kas yang dimiliki pemerintah, sebuah informasi yang
berguna dalam pengendalian anggaran sekaligus menunjukkan kemampuan keuangan
pemerintah dalam mengeksekusi program-program jangka pendeknya.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah berdasarkan PP
No. 71 Tahun 2010 tentang kerangka konseptual Akuntansi Pemerintahan, Paragraf 39 adalah
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi
anggaran, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
Selanjutnya, dikatakan dalam paragraf 40-41, kalau basis kas untuk laporan realisasi
anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum
negara/daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari
rekening kas umum negara/daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak
menggunakan istilah laba. Penentuan sisa pembiayaan anggaran baik lebih ataupun kurang
untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran.
Pendapatan dan belanja bukan tunai seperti bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang
dan jasa disajikan pada laporan realisasi anggaran. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa
aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadi transaksi, atau pada saat
kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.