Anda di halaman 1dari 16

Bab 5

Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara (APBN)

5.1 Pendahuluan
Di negara manapun juga, baik yang beraliran sosial maupun berbasis kapitalis
atau gabungan dari dua sistem ekonomi tersebut, pemerintah mempunyai suatu
peran yang sangat penting di dalam kegiatan ekonomi nasional. Walaupun
dalam praktiknya di banyak Negara intervensi pemerintah sangat luas, bahkan
menguasai atau memonopoli ekonomi (Tambunan, 2018).
Dalam sejarah Indonesia sejak Orde Baru hingga sekarang, sering kali
pemerintah berperan sebagai motor utama, jika tidak bisa dikatakan sebagai
satu-satunya penggerak perekonomian nasional. Mungkin bukti paling nyata
yang menunjukkan besarnya peran pemerintah di dalam perekonomian
Indonesia selama ini adalah keberadaan APBN (Tambunan, 2015).

5.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara (APBN)
Anggaran (budget) adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang
penerimaan dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka waktu
satu tahun (Suparmoko, 2000).
Menurut Syamsi (1994), anggaran adalah hasil perencanaan yang berkaitan
dengan bermacam-macam kegiatan secara terpadu yang dinyatakan dalam
satuan uang dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Musgrave (dalam Basri dan Subri, 2005), ada 3 (tiga) fungsi utama
dari suatu anggaran yaitu:
1. Fungsi alokasi, adalah fungsi pemerintah yang mengadakan
alokasi terhadap sumber-sumber dana untuk mengadakan barang-
barang kebutuhan perseorangan dan sarana yang dibutuhkan
untuk kepentingan umum. Semuanya itu diarahkan agar terjadi
keseimbangan antara uang yang beredar dan barang serta jasa
dalam masyarakat.
2. Fungsi distribusi, adalah fungsi pemerintah untuk
menyeimbangkan, menyesuaikan pembagian pendapatan dan
mensejahterahkan masyarakat.
3. Fungsi stabilisasi, adalah fungsi pemerintah untuk meningkatkan
kesempatan kerja serta stabilisasi harga barang-barang kebutuhan
masyarakat dan menjamin selalu meningkatnya pertumbuhan
ekonomi yang mantap.

Menurut (Basri dan Subri, 2005) Ada bermacam-macam sistem


penganggaran, antara lain:
1. Sistem penganggaran tradisional, adalah sistem penganggaran
yang mencurahkan perhatiannya pada pengembangan sistem
pengawasan atas pengeluaran dan penerimaan uang. Sistem
penganggaran ini prioritas utamanya digunakan sebagai alat
pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya penyelewengan.
2. Sistem penganggaran hasil karya, adalah suatu sistem
penganggaran yang menyajikan kebutuhan dana atau biaya dan
kegiatan (rutin) dan program (proyek) yang diusulkan dan berisi
data kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengukur
bagaimana hasil akhir pelaksanaan program nantinya itu dapat
dicapai.
3. Sistem penganggaran, perencanaan, dan pemrograman, adalah
suatu sistem penganggaran yang menekankan pada fungsi
perencanaan, pembuatan program dan penganggaran dari suatu
“organisasi” yang diikat dalam suatu sistem secara menyeluruh.
Bab 5 Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 3

4. Sistem penganggaran dasar nol, adalah sistem penganggaran di


mana setiap program pembangunan/kegiatan itu diuji secara
keseluruhan pada setiap kali penyusunan anggaran baru, tanpa
memperhatikan apa yang telah berlaku sebelumnya.

Beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam rangka penyusunan


suatu anggaran, yaitu : (Soejipto dam Seno, 1987)
a) Prinsip Keterbukaan; dalam negara demokrasi, pembahasan anggaran
antara pemerintah dan DPR merupakan pengikutsertaan rakyat
melalui wakil-wakilnya dalam menentukan kebijaksanaan anggaran
negara.
b) Prinsip Periodik; suatu anggaran disusun untuk periode tertentu,
biasanya satu tahun.
c) Prinsip Pembebanan Anggaran Pengeluaran dan Menguntungkan
Anggaran Penerimaan;
d) Prinsip Fleksibilitas; yaitu prinsip yang memungkinkan pemerintah
mengajukan rencana tambahan dan perubahan anggaran.
e) Prinsip Prealabel; yaitu bahwa pengajuan anggaran dan
persetujuannya oleh badan perwakilan harus mendahului pelaksanaan
anggaran.
f) Prinsip Kecermatan; yaitu anggaran harus diperkirakan secara cermat
dan teliti.
g) Prinsip Kelengkapan; yaitu agar semua pengeluaran dan penerimaan
dimuat dalam anggaran.
h) Prinsip Komprehensif; yaitu anggaran disusun untuk semua aktivitas
pemerintah.
i) Prinsip Terinci; yaitu setiap anggaran diklasifikasikan pada
kelompok-kelompok yang telah ditentukan.
j) Prinsip Anggaran Berimbang; yaitu pengeluaran harus didukung oleh
penerimaan.
k) Prinsip Pendapatan Yang Ajeg, Kontinyu; yaitu diusahakan agar
pendapatan rutin dapat menutup belanja rutin, sedangkan pendapatan
pembangunan diperuntukkan bagi belanja pembangunan.
4 Perekonomian Indonesia

l) Prinsip Anggaran Yang Setiap Tahun Ada Kenaikan; yaitu


diusahakan adanya tabungan pemerintah (pendapatan dalam negeri
dikurangi dengan pengeluaran rutin), dan pendapatan pembangunan
(bantuan program dan proyek) yang secara relatif cenderung
menurun.

Berdasarkan penjabaran dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 17


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud APBN adalah:
 Rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui
oleh DPR (pasal1, ayat 7).
 Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan (pasal 11 ayat 2).
 Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 januari sampai
dengan tanggal 31 Desember (pasal 4).
 Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang (pasal 11 ayat 1).
 Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi (pasal 3 ayat 4).

Terdapat 5 Unsur dari APBN, jika mengacu pada Pasal 23 Ayat 1 UUD
(Perubahan), yaitu:
1. APBN sebagai pengelolaan keuangan Negara
2. APBN ditetapkan setiap tahun dan berlaku satu tahun
3. APBN ditetapkan dengan undang-undang
4. APBN dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab
5. APBN ditujukan untuk kemakmuran rakyat.

Fungsi APBN di Indonesia berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 Undang-Undang


Republik Indonesia No.17 Tahun 2003, ditegaskan APBN memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Fungsi Otoritasi, bahwa anggaran Negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan, bahwa anggaran Negara menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
Bab 5 Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 5

c. Fungsi Pengawasan, bahwa anggaran Negara menjadi pedoman


untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah
Negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi alokasi, bahwa anggaran Negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya.
Efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi, bahwa kebijakan anggaran Negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi stabilisasi, bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

Ruang lingkup APBN adalah seluruh penerimaan dan pengeluaran.


Penerimaan berasalkan dari pajak maupun non pajak serta hibah. Pengeluaran
atau belanja adalah belanja pemerintah pusat dan daerah. Jika pengeluaran
lebih besar dari pendapatan berarti terjadi defisit maka dicari pembiayaan yang
bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Seluruh penerimaan dan
pengeluaran ditampung dalam satu akun rekening disebut Bendahara Umum
Negara (BUN) di Bank Indonesia.
Terkait pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus
tercakup dalam APBN. Sehingga ketika APBN dipertanggungjawabkan,
semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening khusus harus
dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN.
Sejak diterapkan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal setelah berakhirnya
era Orde Baru, Indonesia mengenal dua tingkatan anggaran pendapatan dan
belanja Negara yang berbeda, yakni APBN untuk pemerintah pusat dan APBD
untuk pemerintah daerah. Sumber APBD lebih terfokus pada Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan juga dana transfer dari pemerintah pusat. Sedangkan
APBN lebih menitikberatkan pada penghasilan pajak selain utang, baik utang
dalam negeri maupun utang luar negeri (Tambunan, 2018).
Selama Orde Baru hingga krisis keuangan Asia 1997/1998, APBN disusun
dan diumumkan setiap April. Jadi, pada masa itu, tahun fiskal dimulai setiap
bulan April. Setelah krisis keuangan Asia 1997/1998, tahun fiskal ditetapkan
mulai Januari hingga Desember. Berarti dalam beberapa bulan menjelang
akhir tahun, semua departemen pemerintah dan lembaga pemerintah non-
departemen sibuk menyiapkan anggaran pengeluarannya, tidak saja yang
6 Perekonomian Indonesia

sifatnya rutin seperti gaji, subsidi dan tunjangan pegawai negeri hingga biaya
rutin lainnya untuk menjalankan kegiatan rutin departemen dan lembaga non-
departemen, tetapi juga pengeluaran untuk membiayai proyek-proyek dan
program-program pembangunan. Anggaran dari setiap departemen dan
lembaga non-departemen diserahkan ke Departemen Keuangan untuk
penetapan jumlah anggaran APBN, yang selanjutnya diusulkan ke Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendapatkan persetujuan dari lembaga
tersebut. Karena penyusunan APBN tahun ini adalah tahun depan, maka
umum disebut rancangan atau Rencana APBN (atau RAPBN). Jadi, pada
tahun 2020 dibuat RAPBN 2021, dan sejak 1 Januari hingga 31 Desember
2021 menjadi APBN 2021.
Gambar 5.1. Siklus Penyusunan APBN 2021

Sumber : Kementerian Keuangan, 2021


Berdasarkan Gambar 5.1 diatas siklus penyusunan APBN Tahun Anggaran
2021, berawal pada Januari 2020 Presiden menetapkan arah dan kebijakan
serta prioritas pembangunan nasional. Lalu dilanjutkan tahapan-tahapan
selanjutnya penyusunan Resource Envelope, surat bersama pagu indikatif dan
rancangan RKP, pengajuan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal serta RKP ke DPR, surat bersama pagu anggaran dan
penyelesaian penyusunan RKA-KL oleh kementerian/lembaga, dilanjutkan
Bab 5 Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 7

Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka pengajuan RUU dan Nota


Keuangan RAPBN 2021, Pembahasan RUU dan Nota Keuangan 2021,
kemudian Undang-undang No.9 Tahun 2020 tentang APBN 2021 disahkan,
penetapan rincian APBN dalam Peraturan Presiden, serta penetapan dan
penyerahan DIPA.
Penyusunan RAPBN atau penetapan besarnya pengeluaran dan pendapatan
untuk tahun depan, didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai nilai-nilai dari
sejumlah variable ekonomi makro pada tahun depan, seperti tingkat inflasi,
nilai tukar rupiah terutama terhadap dolar AS, pertumbuhan ekonomi dunia,
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ingin dicapai dan harga minyak di pasar
internasional. Dalam penyusunan APBN 2021, asumsi makro yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN 2020 dan 2021

Asumsi Makro 2020 2021

1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,3 5,0

2. Inflasi (%) 3,1 3,0

3. Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 14.400 14.600

4. Tingkat Bunga SBN 10 Tahun (%) 5,4 7,29

5. Harga Minyak (US$/barel) 63 45

6. Lifting Minyak (ribu barel/hari) 755 705

7. Lifting Gas (ribu barel setara minyak/hari) 1.191 1.007

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021


Pada asumsi dasar APBN 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia
diproyeksikan kembali menuju trajectory pertumbuhan jangka menengah,
meskipun masih penuh ketidakpastian. Faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi yaitu penanganan Covid-19, dukungan stimulus fiskal
untuk melanjutkan program PEN dalam rangka pemulihan ekonomi, dan
pertumbuhan ekonomi global maka itu pertumbuhan ekonomi tahun 2021
diasumsikan 5,0% (outlook 2020 sebesar -1,7% s.d – 0,6 %).
8 Perekonomian Indonesia

Tingkat inflasi tahun 2021 dipengaruhi oleh pulihnya aktivitas konsumsi


masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional sehingga diasumsikan inflasi
tahun 2021 sebesar 3,0% ( outlook 2020 sebesar 1,5).
Pemulihan ekonomi domestik di tahun 2021 akan semakin menarik arus
modal masuk dan memperkuat Rupiah. Peluang pemulihan ekonomi Negara
maju, akan mempengaruhi kondisi likuiditas di pasar global sehingga
diasumsikan nilai tukar Rupiah untuk APBN 2021 sebesar 14.600 (dengan
outlook 2020 sebesar 14.650).
Dalam APBN 2021, tingkat suku Bunga SPN 3 bulan digantikan ke tingkat
suku bunga SBN 10 tahun. Tingkat bunga SBN 10 tahun akan dipengaruhi
antara lain oleh risiko ketidakpastian pasar keuangan global dan prospek
membaiknya perekonomian Indonesia. Kerja sama otoritas fiskal dan moneter
akan semakin diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan sehingga diasumsikan pada APBN 2021 sebesar 7,29 persen.
(dengan outlook 2020 sebesar 3,5 persen).
Asumsi Makro APBN 2021 pada harga minyak mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2020. Faktor yang mempengaruhi harga minyak 2021
antara lain peluang perbaikan kondisi perekonomian global berdampak pada
naiknya permintaan minyak di pasar komoditas minyak mentah global
sehingga diasumsikan harga minyak US$ 45 / barel (dengan outlook 2020
sebesar US$39).
Demikian juga dengan target lifting migas tahun 2021 akan dipengaruhi oleh
potensi penurunan alamiah sumur-sumur existing dan optimalisasi lifting
migas melalui peningkatan upaya teknis, reformasi birokrasi, serta perbaikan
iklim usaha (ease of doing business) sehingga diasumsikan lifting minyak
sebesar 705 ribu/barel dan lifting gas 1.007 ribu barel setara minyak/hari.
Besarnya perubahan APBN dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi
yang diharapkan, penciptaan lebih banyak kesempatan kerja, stabilitas harga,
dan stabilitas posisi eksternal (yang tercerminkan dalam besar kecilnya defisit
neraca pembayaran) dicerminkan oleh sifat dari kebijakan fiskal. Jika
pemerintah menambah defisit APBN, yakni menambah pengeluaran atau
mengurangi pendapatan lewat misalnya mengurangi tarif pajak, maka
dikatakan bahwa pemerintah melakukan kebijakan fiskal ekspansif, karena
paling tidak secara teori dan harapan pemerintah, bahwa laju pertumbuhan
ekonomi akan meningkat. Sebaliknya, disebut kebijakan fiskal kontraktif jika
pemerintah mengurangi defisit APBN, yakni mengurangi pengeluaran atau
Bab 5 Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 9

menaikkan tarif pajak karena sebagai akibatnya laju pertumbuhan ekonomi


akan merosot, ceteris paribus (Tambunan, 2015).
Dalam APBN 2021 terdapat juga Sasaran dan Indikator Pembangunan yang
diupayakan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu antara lain
ditunjukkan dengan kesepakatan untuk memperbaiki indeks Nilai Tukar Petani
dan Nilai Tukar Nelayan dalam APBN 2021 seperti yang terlihat pada tabel
5.2 dibawah ini:
Tabel 5.2.Sasaran dan Indikator Pembangunan APBN 2021

Sasaran dan Indikator Pembangunan 2020 2021

1. Tingkat Pengangguran (%) 4,8 - 5,0 7,7 – 9,1

2. Indeks Pembangunan Manusia 72,51 72,78 – 72,95

3. Gini Ratio 0,375 – 0,380 0,377 – 0,379

4. Kemiskinan 8,5 – 9,0 9,2 – 9,7

5. Nilai Tukar Petani - 102 - 104

6. Nilai Tukar Nelayan - 102 - 104

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021


APBN mempunyai dua komponen besar, yakni anggaran pengeluaran dan
anggaran pendapatan. Selanjutnya, kedua komponen tersebut masing-masing
mempunyai banyak sub-komponen. Anggaran pendapatan terdiri atas berbagai
macam pajak, retribusi, royalti, bagian dari laba BUMN, dan berbagai
pendapatan non-pajak lainnya. Namun demikian, yang paling dominan dan
sekaligus paling krusial sebagai instrumen fiskal dari sisi penerimaan adalah
pajak. Sedangkan anggaran pengeluaran terdiri atas dua sub-komponen besar,
yakni pengeluaran pemerintah pusat dan pengeluaran pemerintah daerah,
yakni transfer ke pemerintah daerah dan desentralisasi fiskal, yang dapat
dibagi lagi menjadi menjadi dua komponen, yakni dana perimbangan dan dana
penyesuaian dan dana otonomi khusus. Sedangkan anggaran pengeluaran
meliputi gaji pegawai negeri, pengeluaran material, investasi, pembayaran
bunga pinjaman, subsidi, dan lainnya (Tambunan, 2015).
Tabel 5.3. Postur APBN 2020 dan 2021
10 Perekonomian Indonesia

Rincian 2020 2021

I. Pendapatan Negara 1.699,9 1.743,6

Penerimaan Perpajakan 1.404,5 1.444,5

Penerimaan Negara Bukan Pajak 294,1 298,2

Hibah 1,3 0,9

II Belanja 2.739,2 2.750,0

Belanja Pemerintah Pusat 1.975,2 1.954,5

Transfer ke Daerah & Dana Desa 763,9 795,5

III Keseimbangan Primer (700,4) (633,1)

IV Defisit Anggaran (1.039,2) (1.006,4)

V Pembiayaan Anggaran 1.039,2 1.006,4

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat kita lihat pendapatan Negara di APBN
2021 mengalami pertumbuhan 2,6 % dibandingkan APBN 2020 yang lalu.
Pertumbuhan pendapatan Negara sebesar 2,6 persen ini membawa angina
segar untuk pemulihan ekonomi Indonesia yang sebelumnya menurun -13,3 %
dikarenakan pandemik Covid 19 melanda dunia. Maka itu di APBN 2021,
kebijakan pendapatan Negara untuk mendorong percepatan pemulihan
ekonomi nasional melalui pemberian insentif sejalan dengan reformasi di
perpajakan dan PNBP.
Perkembangan besarnya pendapatan negara tiap tahunnya bisa kita lihat pada
gambar 5.2 dibawah ini:

Gambar 5.2 Perkembangan Jumlah & Pertumbuhan Pendapatan


Negara Periode 2016 – 2020
Bab 5 Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 11

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021


Perkembangan pendapatan negara dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019
sebelum terjadinya pandemik Covid 19 selalu mengalami peningkatan dan
selalu mengalami pertumbuhan. Peningkatan terbesar terjadi di tahun 2018
dengan pertumbuhan sebesar 16,6 persen. Sedangkan yang terendah terjadi di
tahun 2020 yang lalu sebesar -13,3 persen. Kebijakan pemerintah untuk hal ini
adalah perpajakan untuk mendukung pemulihan ekonomi & transformasi
ekonomi dan optimalisasi & reformasi perpajakan.
Demikian juga dengan Belanja Negara yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pada APBN 2021, Belanja Negara tumbuh 0,4 % yang didorong
untuk lebih optimal dengan pendekatan spending better yang fokus pada
pelaksanaan program prioritas, berbasis hasil (result based). Dan efisiensi
kebutuhan dasar, serta antisipatif terhadap berbagai tekanan (automatic
stabilizer). Dalam tahun 2020, belanja negara mengalami penyesuaian dalam
mengantisipasi dampak pandemi Covid 19 yang terjadi pada kuartal pertama
tahun 2020.
Pada gambar 5.3 dibawah ini bisa kita lihat perkembangan Belanja Negara dari
tahun 2016 – 2021 sebagai berikut:

Gambar 5.3 Perkembangan Belanja Negara dari tahun 2016 – 2021


12 Perekonomian Indonesia

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021

Dilihat dari trennya, belanja Negara secara nominal mengalami peningkatan


dari tahun 2016 sampai dengan 2021. Peningkatan belanja Negara tersebut
merupakan perwujudan komitmen Pemerintah untuk mencapai target
pembangunan dan mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan berkeadilan. Terlebih lagi di tahun 2020, dimana pemerintah
mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus untuk menangani dampak pandemi
Covid-19 yang penanganannya dilanjutkan di tahun 2021. Dalam periode
tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 belanja Negara tumbuh rata-rata 7,4
persen dari sebesar Rp.1.864.257,1 miliar pada tahun 2016, menjadi
Rp.2.309.287,3 miliar pada tahun 2019. Pada tahun 2020, outlook belanja
Negara diperkirakan mencapai Rp.2.739.165,9 miliar atau tumbuh 18,6 persen
dari tahun 2019. Sedangkan untuk tahun 2021, belanja negara dialokasikan
sebesar Rp.2.750.028,0 miliar. Alokasi belanja Negara tahun 2021 tersebut,
terdiri dari Belanja K/L sebesar Rp.1.031.960,5 miliar (37,5 persen terhadap
belanja Negara), dan Belanja Non K/L (Bagian Anggaran BUN) sebesar
Rp.922.588,0 miliar (33,5 persen), serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa
sebesar Rp.795.479,5 miliar (28,9 persen).
Meskipun secara nominal jumlah belanja Negara semakin meningkat setiap
tahunnya, bila dilihat dari persentasenya terhadap PDB, besaran belanja
Negara dari tahun 2016-2021 cenderung tetap berada pada kisaran 14,6-16,7
persen. Dengan porsi belanja Negara terhadap PDB tersebut, pemanfaatan
Bab 5 Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 13

belanja Negara harus dilaksanakan seoptimal mungkin agar dapat memberikan


manfaat sebesar-besarnya.
Keseimbangan Primer pada APBN 2021 mengalami defisit sebesar -5,70
persen dari GDP. Bila dibandingkan dengan APBN 2020 yang lalu mengalami
defisit sebesar -6,34 persen dari GDP keseimbangan Primer pada APBN 2021
mengalami koreksi. Pada tahun 2021 ditempuh kebijakan fiskal yang
ekspansif – konsolidatif dalam rangka mendorong pengelolaan fiskal yang
fleksibel, prudent, dan sustainable. Perkembangan keseimbangan Primer dari
tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 5.4 Perkembangan Keseimbangan Primer & Defisit 2016-2021

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021


Dalam periode lima tahun terakhir, Pemerintah menerapkan kebijakan fiskal
ekspansif secara konsisten untuk menciptakan akselerasi pembangunan
nasional sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar tumbuh
tetap tinggi dan berkesinambungan. Kebijakan fiskal ekspansif dijalankan
Pemerintah juga untuk menghindari opportunity loss sejalan dengan semakin
tingginya pencapaian berbagai sasaran dan target pembangunan nasional.
Untuk mendukung implementasi kebijakan fiskal yang ekspansif, pemerintah
mengimplementasikan anggaran defisit yang didasari dengan penguatan
pengelolaan kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan.
Langkah kebijakan defisit anggaran dilakukan dengan cara sebagai berikut:
14 Perekonomian Indonesia

1. Mengendalikan defisit anggaran


2. Menjaga rasio utang terhadap PDB
3. Mendorong keseimbangan primer menuju level positif.

Dalam APBN tahun 2021, rangkaian pembiayaan anggaran akan disajikan dari
aspek model dan peruntukan pembiayaannya yaitu pembiayaan utang,
pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, kewajiban penjaminan, dan
pembiayaan lainnya. (Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan
RI , 2021)
Sejalan dengan ditempuhnya kebijakan ekspansif-konsolidatif pada tahun
2021, arah kebijakan pembiayaan akan ditujukan untuk mendorong
pengembangan skema pembiayaan kreatif dan inovatif dalam rangka
mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional paska pandemi Covid-19 di
tahun 2020. Selain itu, kebijakan pembiayaan diarahkan untuk meningkatkan
efisiensi sumber-sumber pembiayaan, dilakukan antara lain melalui pengadaan
utang di pasar domestik dengan tingkat bunga yang kompetitif. Berikut ini
gambar perkembangan pembiayaan anggaran pada APBN tahun 2020 dan
2021, sebagai berikut:
Gambar 5.5. Perkembangan Pembiayaan Anggaran 2020-2021

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021


Bab 5 Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 15

Pustaka

Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri (2005) “Keuangan Negara dan
Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri” Jakarta: Penerbit PT
Rajagrafindo Persada.
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI (2020) “Pokok-
Pokok APBN 2020: Akselerasi Daya Saing Melalui Inovasi dan
Penguatan Kualitas Sumber Daya Manusia” Jakarta: Kementerian
Keuangan
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan RI (2021) “Informasi
APBN 2021: Percepatan Pemulihan Ekonomi Dan Penguatan
Reformasi” Jakarta: Kementerian Keuangan.
Gudban, Ya’qud Ananda. (2017) “Konsep Penyusunan Anggaran Publik
Daerah” Malang: Penerbit Intrans Publishing
Kuncoro, Mudrajad (2015) “Mudah Memahami & Menganalisis Indikator
Ekonomi” Yogyakarta: Penerbit UPP STIM YKPN
Suparmoko, M (2000) “Keuangan Negara: Dalam Teori dan Praktek”
Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Syamsi, Ibnu (1994) “Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara”
Jakarta: Rineka Cipta.
Tambunan, Tulus T.H. (2015) “Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris” Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Tambunan, Tulus T.H. (2018) “Perekonomian Indonesia 1965 - 2018” Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
16 Perekonomian Indonesia

Biodata Penulis:
Darwin Damanik, SE, MSE adalah seorang pria asal
Kota Pematangsiantar. Ia lahir di Jakarta, 28 Desember
1981. Ia menyelesaikan studi S-1 di Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung (FE UNILA) pada tahun
2005. Selanjutnya, ia merampungkan studi S-2 di Jurusan
Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia (FEB UI) pada tahun 2008. Saat ini,
ia tengah menempuh studi doktor (S-3) di Jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU). Tak hanya itu,
ia juga beraktivitas sebagai Dosen Tetap dan juga menjabat saat ini sebagai
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi
Universitas Simalungun (FE USI) di Kota Pematangsiantar. Mata kuliah yang
diampunya adalah Ekonomi Makro, Ekonomi Pembangunan, dan
Perekonomian Indonesia. Beberapa buku yang pernah ditulisnya yaitu
Pengantar Ekonomi Makro (Citapustaka Media, 2014), Sistem Perekonomian
Indonesia (Kita Menulis, 2021), Ekonomi Pembangunan (Kita Menulis, 2021),
Ekonomi Internasional (Kita Menulis, 2021). Penulis dapat dihubungi melalui
email: darwin.damanik@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai