Anda di halaman 1dari 10

PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH

Teknis penyusunan APBD


Resume materi ke- 9

Ringkasan eksekutif

Mata kuliah : Penyusunan anggaran pemerintah (EDK-223)


Nama : sherly Cecilia
No BP :1800542002
Jurusan :keungan Negara
Kelas : KN 4.2

1
Materi-9
01-TEKNIS PENYUSUNAN APBD
I. Dasar Hukum :
1) Pasal 308 UU 2 Tahun 2015 Tentang Pemerintah Daerah;
2) Pasal 34 ayat (2) PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
3) Pasal 83 Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan
Permendagri No. 21 Tahun 2011.
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri RI (Permendagri-RI) No. 33 Tahun 2019,
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2020.

II. Substansi Permendagri :


1) Singkronisasi Kebijakan PEMDA dengan Kebijakan Pemerintah;
2) Prinsip Penyusunan APBD;
3) Kebijakan Penyusunan APBD;
4) Teknis Penyusunan APBD;
5) Hal-hal khusus Lainnya.

1) Singkronisasi Kebijakan PEMDA dengan Kebijakan Pemerintah


mengenai RKP Tahun Anggaran (TA) 2020, acuan Peraturan Presiden,
terdiri dari :
a) Tema dan Sasaran RKP Tahun Anggaran;
b) Bidang-bidang Pembangunan;
c) Isu-isu Strategis Pembangunan.

ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2020


I. Tema Kebijakan Fiskal :
APBN untuk akselerasi Daya Saing melalui Inovasi dan Penguatan SDM;
1) mobilisasi pendapatan negara untuk menarik investasi dan mendorong
daya saing;
2) kebijakan belanja negara yang berkualitas;

Berbagai program Pemerintah terus diarahkan untuk mendukung peningkatan


kesejahteraan masyarakat dan penurunan ketimpangan pendapatan :
1) Tingkat Kemiskinan
penurunan tingkat kemiskinan didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan keberhasilan program perlindungan sosial (dalam persen).
2) Tingkat Ketimpangan
Penurunan tingkat ketimpangan menunjukkan terwujudnya pembangunan yang
lebih berkeadilan.
3) Tingkat Pengangguran

2
Pemerintah akan terus mendorong perluasan dan kualitas pendidikan, serta
peningkatan sektor formal dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
(dalam persen).

II. Hal Baru dan Strategis


1) Pemberian Insentif Perpajakan
Dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia dan daya saing :
Super deduction untuk kegiatan vokasi & litbang;
Mini tax holiday untuk investasi di bawah Rp500 miliar

2) Peningkatan Kualitas SDM dan Perlindungan Sosial


Kartu Indonesia Pintar Kuliah
mendukung kelanjutan pendidikan pada masyarakat miskin ke jenjang yang
lebih tinggi.

Kartu Sembako
mendukung penguatan perlindungan masyarakat miskin akan akses pangan.

3) Percepatan penyelesaian 5 destinasi pariwisata super prioritas :


Pengembangan destinasi wisata :
a) Danau Toba;
b) Borobudur;

4) Penguatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa :


a) Penguatan DAK Fisik pada 2 bidang baru; sosial dan transportasi laut;
b) Pengalokasian DAU Tambahan untuk Penyetaraan Penghasilan Tetap (Siltap)
Kepala Desa dan Perangkat Desa serta Dukungan Penggajian Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

5) Penguatan Neraca Transaksi Berjalan


Mendukung penurunan defisit neraca transaksi berjalan baik dalam jangka
panjang maupun pendek.

6) Dana Abadi untuk SDM dan Kebudayaan


Pemanfaatan hasil investasi dana abadi antara lain untuk pemajuan kebudayaan
nasional dan peningkatan kualitas perguruan tinggi, melalui :
a) Dana abadi kebudayaan;
b) Dana abadi perguruan tinggi;
c) Penambahan dana abadi penelitian secara signifikan.

II. Bidang Ekonomi


1) Terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta berkelanjutan;
2) Terciptanya sektor ekonomi yang kokoh;
3) pembangunan kedaulatan pangan;
.

3
III. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dalam bentuk memberikan
sumbangan nyata bagi daya saing sektor produksi.

IV. Bidang Sarana dan Prasarana


1) pemenuhan terhadap layBidang Sarana dan Prasarana
2) anan dasar, melalui: peningkatan akses terhadap layanan air minum dan sanitasi
yang layak dan berkelanjutan;
3) pengembangan industrialisasi perumahan, serta meningkatkan efektifitas dan
efisiensi manajemen lahan dan hunian perkotaan.

V. Pembangunan Politik
Pembangunan politik dalam negeri merupakan satu proses konsolidasi
demokrasi secara berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja lembaga-lembaga
demokrasi.

VI. Bidang Pertahanan dan Keamanan


1) Pemenuhan kebutuhan alutsista TNI dan almatsus POLRI, Kesejahteraan dan
profesionalisme prajurit TNI, serta profesionalisme POLRI, Intelijen dan kontra
intelijen;
2) Penanganan gangguan keamanan di wilayah perbatasan dan pelanggaran hukum
di laut;
3) Penurunan prevalensi penyalahgunaan narkoba
4) Sistem keamanan yang integratif.

VII. Bidang Wilayah dan Tata Ruang


1) Pembangunan Daerah Tertinggal dan Perbatasan;
2) Pengelolaan Risiko Bencana;
3) Sinergi Pembangunan Perdesaan.

VIII. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan :


1) Perkuatan Ketahanan Pangan;
2) Peningkatan Ketahanan Energi;

Prinsip Penyusunan APBD :


1) Sesuai dengan kebutuhan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan
Urusan dan kewenangannya;
2) Tertib, taat pada ketentuan peraturan per-undang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat;
3) Tepat Waktu;
4) Transparan;
5) Partisipatif;
6) Tidak bertentangan dengan kepentingan Umum, Peraturan yang lebih tinggi dan
Peraturan Daerah Lainnya.
1. Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah/ PP No 58/2005 menegaskan bahwa semua hak dan kewajiban daerah

4
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang.
Sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) tentang petunjuk Teknis Penyusunan APBD
menyatakan bahwa Penganggaran Keuangan Daerah (PKD) dilaksanakan dalam
suatu system yang terintegrasi dan diwujudkan dalam APBD.

Terdapat 4 Asas Umum APBD yang terdiri dari :


1. Disusun sesuai kebutuhan dan penyelenggaraan pemerintah daerah;
2. Berpedoman pada RKPD dalam rangka Mewujudkan Pelayanan Kepada
Masyarakat;
3. Mempunyai fungsi Otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi; dan
4. Ditetapkan dengan PERDA.

Teknis Penyusunan APBD


I. Pendahuluan
Teknis Penyusunan APBD dalam TA. 2020, Pemerintah Daerah dan DPRD
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Penetapan APBD harus tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember
2019 untuk APBD TA. 2020 sudah selesai diproses dan ditetapkan Perda
(Permendagri No. 13 Tahun 2006 ttg Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
pasal 116 ayat -2).
2) Pemda harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBD mulai dari
penyusunan, penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS kepada DPRD
untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat akhir bula juli.

TAHAPAN DAN JADWAL PROSES PENYUSUNAN APBD


Tabel-1
Tahapan dan Jadwal Proses
Penyusunan APBD
No Uraian Waktu Keterangan
1. Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei
2. Penyampaian Rancangan Minggu 1 bulan Juni 1 minggu
KUA dan Rancangan PPAS oleh
Ketua TAPD kepada kepala daerah
3. Penyampaian Rancangan KUA dan Pertengahan bulan Juni 6 minggu
Rancangan PPAS oleh kepala
daerahkepada DPRD
4. Kesepakatan antara kepala daerah Akhir bulan Juli
dan DPRD atas Rancangan KUA dan
Rancangan PPAS

Lanjutan, …
No Uraian Waktu Keterangan
5. Penerbitan Surat Edaran kepala Awal bulan Agustus 8 minggu
daerah perihal Pedoman
penyusunan RKA-SKPD dan RKA-
PPKD

5
6. Penyusunan dan Awal bulan Agustus sampai
pembahasan RKA-SKPD dan RKA- dengan akhir bulan September
PPKD serta penyusunan Rancangan
APBD
7. Penyampaian Rancangan APBD Minggu pertama bulan Oktober 2 bulan
kepada DPRD
8. Pengambilan persetujuan Bersama Paling lama 1 (satu) bulan 3 hari
DPRD dan kepala daerah sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan
9. Menyampaikan Rancangan Perda 3 hari kerja setelah persetujuan 15 hari
tentang APBD dan Rancangan bersama
Perkada tentang Penjabaran APBD
kepada MDN/Gub untuk dievaluasi;
10. Hasil evaluasi Rancangan Perda Paling lama 15 hari kerja setelah
tentang APBD dan Rancangan Rancangan Perda tentang APBD
Perkada tentang Penjabaran APBD; dan Rancangan Perkada tentang
Penjabaran APBD diterima oleh
MDN/Gubernur.
11. Penyempurnaan Rancangan Perda Paling lambat 7 hari kerja (sejak 7 hari
tentang APBD sesuai hasil evaluasi diterima keputusan hasil evaluasi)
yang ditetapkan dengan keputusan
pimpinan DPRD tentang
penyempurnaan Rancangan Perda
tentang APBD
12. Penyampaian keputusan DPRD 3 hari kerja setelah keputusan 3 hari
tentang penyempurnaan Rancangan pimpinan DPRD ditetapkan
Perda tentang APBD kepada
MDN/Gubernur;
13. Penetapan Perda tentang APBD dan Paling lambat akhir Desember 31 Desember
Perkada tentang Penjabaran APBD (31 Desember)
sesuai dengan hasil evaluasi;
14. Penyampaian Perda tentang APBD Paling lambat 7 hari kerja setelah 7 hari
dan Perkada tentang Penjabaran Perda dan Perkada ditetapkan
APBD kepada MDN/Gubernur.

1) Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan


peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 ditetapkan
paling lambat akhir bulan September 2020, dengan tahapan dan jadwal proses
Penyusunan Perubahan APBD sebagaimana tergambar pada Tabel 2 berikut ini.

2. Kebijakan Umum Lainnya dalam Penyusunan APBD :


1) Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan peraturan daerah
tentang APBD Tahun Anggaran 2020 paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
dimulainya Tahun Anggaran 2020;

2) DPRD dan kepala daerah yang tidak menyetujui bersama rancangan peraturan
daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 sebelum dimulainya Tahun Anggaran
2020, dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam)
bulan.

Tabel-2
Tahapan dan Jadwal Proses
Penyusunan Perubahan APBD
6
No Uraian Waktu Keterangan
1. Penyampaian Rancangan KUPA dan Paling lambat minggu I bulan Minggu-1
Rancangan PPAS Perubahan oleh Agustus Agustus
Ketua TAPD kepada DPRD
2. Kesepakatan antara kepala daerah Paling lambat minggu II bulan Minggu-2
dan DPRD atas Rancangan KUPA dan Agustus Agustus
Ranc. PPAS Perubahan
3. Penerbitan Surat Edaran kepala Paling lambat minggu I bulan Minggu-1
daerah perihal Pedoman penyusunan September September
RKA-SKPD, RKA-PPKD dan DPPA-
SKPD/PPKD serta Penyusunan
Rancangan Perda ttg Perubahan
APBD dan Ranc. Perkada tentang
Penjabaran Perubahan APBD
4. Penyampaian Rancangan Perda Paling lambat minggu II bulan Minggu-2
tentang Perubahan APBD kepada September September
DPRD
5. Pengambilan persetujuan bersama Paling lambat 3 bulan sebelum Minggu-2
DPRD dan kepala daerah terhadap tahun anggaran berakhir September
ranperda Perubahan APBD
6. Menyampaikan Rancangan Perda 3 hari kerja setelah persetuju-an 3 hari kerja
tentang Perubahan APBD dan bersama
Rancangan Perkada tentang
Penjabaran Perubahan APBD kepada
MDN/ Gubernur untuk dievaluasi.
7. Hasil evaluasi Rancangan Perda Paling lama 15 hari kerja setelah 15 hari kerja
tentang Perubahan APBD dan Rancangan Perda tentang
Rancangan Perkada tentang Perubahan APBD dan Rancangan
Penjabaran Perubahan APBD Perkada tentang Penjabaran
Perubahan APBD diterima oleh
MDN/Gubernur

Tabel-2
Tahapan dan Jadwal Proses
Penyusunan Perubahan APBD
Lanjutan, …
No Uraian Waktu Keterangan
8. Penyempurnaan Rancangan Perda Paling lambat 7 hari kerja (sejak 7 hari kerja
tentang Perubahan APBD sesuai hasil diterima keputusan hasil evaluasi)
evaluasi yang ditetapkan dengan
keputusan pimpinan DPRD tentang
penyempurnaan Rancangan Perda
tentang Perubahan APBD
9. Penyampaian keputusan DPRD 3 hari kerja setelah keputusan 3 hari kerja
tentang penyempurnaan Rancangan pimpinan DPRD ditetapkan
Perda tentang Perubahan APBD
kepada MDN/Gubernur
10. Penetapan Perda tentang Perubahan
APBD dan Perkada tentang
Penjabaran Perubahan APBD sesuai
dengan hasil evaluasi
11. Penyempurnaan Rancangan Perda Paling lambat 7 hari kerja (sejak 7 hari kerja
tentang Perubahan APBD sesuai hasil diterima keputusan hasil evaluasi)
evaluasi yang ditetapkan dengan
keputusan pimpinan DPRD tentang

7
penyempurnaan Rancangan Perda
tentang Perubahan APBD

3. Kebijakan Dalam Perubahan APBD Tahun 2020


1) Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020, pemerintah daerah tidak
diperkenankan untuk :
a) menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja langsung;
b) menganggarkan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus
kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa pada kelompok
belanja tidak langsung.

2) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk
selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah me-nyampaikan rancangan
peraturan daerah kepada DPRD, tentang : (1) APBD, dan (2) Perubahan
APBD.

3) Apabila kepala daerah dan wakil kepala daerah berhalangan sementara,


maka kepala daerah dapat mendelegasikan kewenangannya kepada
Sekretaris Daerah selaku Koordinator TAPD untuk menyampaikan ranperda
kepada DPRD tentang :
a) APBD, dan
b) Perubahan APBD.

4. Kebijakan Pendukung Dalam Perubahan APBD Tahun 2020


1) Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020, pemerintah daerah tidak
diperkenankan untuk :
a) menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja langsung;
b) menganggarkan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus
kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa pada kelompok
belanja tidak langsung.

2) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk
selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah menyampaikan rancangan
peraturan daerah kepada DPRD, tentang : (1) APBD, dan (2) Perubahan APBD.

3) Apabila kepala daerah dan wakil kepala daerah berhalangan sementara, maka
kepala daerah dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Sekretaris
Daerah selaku Koordinator TAPD untuk menyampaikan ranperda kepada DPRD
tentang :
a) APBD, dan
b) Perubahan APBD.

II. DEFISIT/ SURPLUS DAN SILPA DALAM APBD

Defisit/ Surplus dan SILPA dalam Anggaran Daerah, Apakah Saling


Berhubungan?

8
Ada fenomena menarik dalam pengelolaan keuangan daerah belakangan ini,
yakni seringnya terjadi sisa anggaran (SILPA) dalam laporan realisasi anggaran
(LRA). Padahal dalam anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya (APBD)
Pemda telah menetapkan prediksi akan terjadi defisit, yakni pendapatan daerah
tidak dapat menutupi seluruh belanja daerah.
Anggaran adalah rencana keuangan, APBD adalah rencana keuangan
pemerintah daerah (Pemda), yang disepakati dan ditetapkan bersama oleh
kepala daerah dan DPRD dalam bentuk peraturan daerah (Perda). APBD disusun
melalui sebuah proses yang bersifat partisipatif dan desentralistis, yang
melibatkan konstituen dan pengguna anggaran di daerah.

Beberapa pertanyaan kemudian dapat saja muncul,


misalnya :
1) Apakah anggaran di-sengajakan defisit? Oleh siapa?
2) Apakah keuntungan atau kerugian untuk anggaran yang defisit bagi Pemda
dan atau DPRD?
3) Bagaimana pula untuk masyarakat yang akan menerima outcome anggaran
tersebut?
SiLPA dan SILPA
Sisa anggaran adalah dana milik pemda yang belum terpakai selama satu
tahun anggaran atau masih tersisa pada akhir tahun anggaran. Dalam konsep
anggaran berbasis kas, sisa anggaran sama dengan jumlah uang atau kas
Pemda yang belum terpakai.
Ada dua bentuk sisa anggaran, yakni ; SiLPA dan SILPA.
SiLPA adalah sisa lebih pembiayaan anggaran tahun lalu yang ada dalam APBD
tahun anggaran berjalan/ berkenaan. SiLPA merupakan penerimaan daerah
yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya.

Sebagai contoh :
1) SiLPA di dalam APBD 2020 adalah SILPA tahun anggaran 2019 yang belum
terpakai.
2) Sedangkan SILPA dalam APBD 2020 adalah “rencana” sisa anggaran pada
akhir tahun 2020, yang akan menjadi definitif ketika Perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah ditetapkan.
3) Di beberapa daerah dibuat kebijakan (misalnya di Provinsi Jawa Tengah)
bahwa SILPA dalam APBD di Pemda kabupaten dan kota  diharuskan
bernilai 0 (nol) atau nihil (tanpa nilai rupiah).
Artinya, tidak direncanakan terjadi selisih antara jumlah penerimaan dan
jumlah pengeluaran daerah.

Hubungan Defisit/Surplus dan SILPA


1) Pemda yang menetapkan APBD defisit mungkin saja memiliki SILPA
realisasian yang lebih besar dari pada APBD surplus.

9
Hal ini disebabkan oleh adanya komponen pembiayaan neto yang
diperhitungkan dalam penentuan angka SILPA.
2) Agency (untuk konteks pemerintahan daerah di Indonesia disebut SKPD)
bekerja berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan secara politik oleh
kepala daerah dan lembaga perwakilan daerah/ Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
3) TAPD menyusun rancangan anggaran daerah berdasarkan usulan SKPD
(internal participative budgeting).
.
4) Penetapan Perda APBD berarti persetujuan DPRD atas potensi varian yang
mungkin terjadi nantinya.

5) Akibat dari penggelembungan anggaran adalah terjadinya sisa anggaran,


baik ketika output kegiatan sudah tercapai atau belum.
Ada dua akibat dari “ketidak-akuratan” dalam penganggaran, yakni
terjadinya senjangan anggaran atau budget slack dan varian anggaran
(budget variances).

10

Anda mungkin juga menyukai