Anda di halaman 1dari 12

PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH

Teknis penyusunan APBD


Resume materi ke- 10

Ringkasan eksekutif

Mata kuliah : Penyusunan anggaran pemerintah (EDK-223)


Nama : sherly Cecilia
No BP :1800542002
Jurusan :keungan Negara
Kelas : KN 4.2

Materi-10
02-TEKNIS PENYUSUNAN APBD

A. STRUKTUR APBD :
1. Postur APBD :
1) Pendapatan Daerah
Merupakan perkiraan yang terukur, rasional dan memiliki kepastian dasar hukum
penerimaannya.

2) Belanja Daerah
Untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi kewenangannya,
pelaksanaan urusan wajib berdasarkan SPM yang telah ditetapkan.

3) Pembiayaan Daerah
Menutup defisit atau memanfaatkan surplus.

1
2. Struktur Pendapatan Daerah :
a. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari :
b. Dana Perimbangan, terdiri dari :
c. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, terdiri dari :

A. PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH


1. Sistem Penganggaran
1) Perda tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berpedoman pada UU 28/2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP 97/2012 tentang Retribusi
Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga
Kerja Asing;

2) Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada TA. 2020 yang berpotensi terhadap target
pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya;

3) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) paling sedikit
10%, termasuk yang dibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untuk
mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan modal dan
sarana transportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) UU
28/2009;

2. Upaya peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari PDRD

1) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah
dan retribusi daerah, Pemerintah Daerah harus melakukan kegiatan penghimpunan
data obyek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah;

2) Penentuan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang sampai dengan
kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah kepada wajib pajak Daerah
dan retribusi daerah serta pengawasan penyetorannya.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah


Penganggarannya memperhatikan Rasionalitas, dengan :
1) memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan;
2) memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam
jangka waktu tertentu;
Berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah).

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan


Bagi Perusahaan Daerah yang belum menunjukkan kinerja yang memadai (performance
based), tidak memperoluntungan (Tidak Untung), dengan kondisi demikian maka
manajemen perusahaan harus melakukan langkah-langkah penyehatan perusahaan
daerah, seperti :
1) Efisiensi, Rasionalisasi, Restrukturisasi sampai dengan pilihan untuk melakukan
penjualan aset (disposal) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan
terlebih dulu melakukan proses due dilligence melalui lembaga appraisal yang certified
terkait hak dan kewajiban perusahaan daerah.

2) Upaya hukum atas penyertaan modal tersebut, mengingat seluruh/sebagian aset dan
kekayaan perusahaan dimaksud tetap merupakan kekayaan pemerintah daerah yang
2
tercatat dalam ikhtisar laporan keuangan perusahaan dimaksud sebagai salah satu
lampiran Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah


Penganggaran Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, terdiri dari :
1) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi
jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD,
jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek
Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima.

2) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun
pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro
Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai
peruntukannya.

B. DANA PERIMBANGAN
Dana Perimbangan adalah terdiri dari :
1) Dana Bagi Hasil;
2) Dana Alokasi Umum; dan
3) Dana Alokasi Khusus.

PENDAPATAN DAERAH
2. DANA PERIMBANGAN

JENIS DASAR HUKUM TEKNIS PENGANGGARAN

1) DANA BAGI HASIL 1) Perpres mengenai Rincian  Dalam hal Perpres


a. DBH Pajak [DBH-PBB APBN TA 2020 atau PMK ttg mengenai Rincian
selain kota dan desa; perkiraan alokasi DBH-Pajak APBN TA 2020 atau
DBH PPh; DBH-CHT]; TA 2020; PMK tentang
2) PMK blm ditetapkan: perkiraan alokasi
gunakan realisasi DBH Pajak DBH-Pajak DI LUAR
3 tahun terakhir; DBH-CHT ditetapkan
3) informasi resmi oleh setelah perda tentang
Kemenkeu ttg daftar alokasi APBD TA 2020
transfer ke daerah TA 2020. ditetapkan, maka
pemda harus
menyesuaikan alokasi
DBH-Pajak dimaksud
pada perda tentang P-
APBD TA 2019 atau
dicantumkan dalam
LRA bagi pemda yang
tidak melakukan P-
APBD TA 2019;

 Penggunaan DBH-CHT
diarahkan untuk
meningkatkan
kualitas bahan baku,

3
pembinaan industri,
pembinaan
lingkungan sosial,
sosialisasi ketentuan
di bidang cukai
dan/atau
pemberantasan
barang kena cukai
palsu (cukai illegal)
sesuai dengan PMK
yang dijabarkan
dengan keputusan
gubernur.

Lanjutan
JENIS DASAR HUKUM TEKNIS PENGANGGARAN

1) DANA BAGI HASIL 1) Perpres mengenai Rincian  Dalam hal Perpres


b. DBH SDA [kehutan, APBN TA 2020 atau PMK ttg mengenai Rincian
pertmbang umum, perkiraan alokasi DBH-SDA APBN TA 2020 atau
perikanan, minyak TA 2020; PMK tentang
bumi, gas bumi, panas Perkiraan Alokasi
bumi] 2) Realisasi pendapatan DBH- DBH-SDA DI LUAR
SDA 3 tahun terakhir, yaitu DANA REBOISASI yang
TA 2019, TA 2018 dan TA merupakan bagian
2017, dengan antisipasi dari DBH-Kehutanan
kemungkinan tidak stabilnya ditetapkan setelah
harga dan hasil produksi perda tentang APBD
(lifting) minyak bumi dan gas TA 2020 ditetapkan,
bumi TA 2020; maka pemda harus
menyesuaikan alokasi
DBH-SDA dimaksud
pada perda tentang P-
APBD TA 2020 atau
dicantumkan dalam
LRA bagi pemda yang
tidak melakukan P-
APBD TA 2019;

4
2). Dana Alokasi Umum 1) Peraturan Presiden tentang a) Apabila Peraturan
DAU Daerah Prov/Kab/Kota Presiden atau
TA 2020; informasi resmi oleh
Kementerian
2) Alokasi DAU daerah provinsi, Keuangan atau Surat
kabupaten dan kota TA 2020 Edaran Menteri
yang diinformasikan secara Keuangan belum
resmi oleh Kemenkeu; diterbitkan, maka
penganggaran DAU
3) SE Menteri Keuangan setelah tersebut didasarkan
RUU tentang APBN TA 2020 pada alokasi DAU TA
disetujui bersama antara 2019;
Pemerintah dan DPR-RI
b) Apabila Perpres atau
informasi resmi oleh
Kementerian
Keuangan atau SE
Menteri Keuangan
tersebut diterbitkan
setelah perda tentang
APBD TA 2020
ditetapkan, maka
pemda harus
menyesuaikan
alokasi DAU pada
perda tentang P-
APBD TA 2019 atau
dicantumkan dalam
LRA bagi pemda yang
tidak melakukan P-
APBD TA 2019.

Lanjutan

3). Dana Alokasi Khusus a. Perpres mengenai Rincian 1) Dalam hal Perpres
APBN TA 2020 atau PMK mengenai Rincian
tentang Alokasi DAK TA 2020; APBN TA 2020 atau
PMK tentang alokasi
b. Alokasi DAK daerah provinsi, DAK ditetapkan setelah
kabupaten dan kota TA 2020 perda tentang APBD TA
yang diinformasikan secara 2020 ditetapkan, maka
resmi oleh Kemenkeu; pemda dapat

5
dilaksanakan
c. Surat Edaran Menteri mendahului penetapan
Keuangan setelah RUU Perda tentang P-APBD
tentang APBN TA 2020 dengan cara :
disetujui bersama antara a) Menetapkan
Pemerintah dan DPR-RI. Perkada tentang
Perubahan
Penjabaran APBD
dan
memberitahukan
kepada Pimpinan
DPRD.

b) Menyusun RKA-
SKPD dan
menetapkan DPA-
SKPD sebagai dasar
pelaksanaan
kegiatan;

c) Ditampung dalam
perda tentang P-
APBD TA 2020 atau
dicantumkan dalam
LRA bagi pemda
yang tidak
melakukan P-APBD
TA 2020;

Lanjutan
JENIS DASAR HUKUM TEKNIS PENGANGGARAN

2) Penyediaan dana
pendamping atau
sebutan lainnya hanya
diperkenankan untuk :
a) Kegiatan yang telah
diwajibkan oleh
peraturan
perundang-
undangan, seperti
DAK sebagaimana
diamanatkan
Undang-Undang
Nomor 33 Tahun

6
2004;

b) Penerimaan hibah
dan bantuan luar
negeri sepanjang
mempersyaratkan
dana pendamping
dari APBD
sebagaimana diatur
dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 2
Tahun 2012 tentang
Hibah Daerah

C. PENDAPATAN

PENDAPATAN DAERAH
3. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
LAIN2 PENDAPATAN
DAERAH DASAR HUKUM PENGANGGARAN
YANG SAH

1. Bagi Hasil Pajak dari Alokasi belanja Bagi Hasil 1) Dalam hal penetapan
Provinsi ke Kab/Kota Pajak Daerah dari pemprov TA APBD kab/kota TA 2020
2020 (Perda Provinsi ttg APBD mendahului penetapan
TA 2020 sipemberi bagi hasil). APBD prov TA 2020,
penganggarannya
didasarkan pada
alokasi Bagi Hasil Pajak
Daerah TA 2019
dengan memperhatikan
realisasi Bagi Hasil
Pajak Daerah TA 2018;

2) bagian pemerintah
kab/kota yang belum
direalisasikan oleh
pemprov akibat
pelampauan target TA
2019, ditampung dalam
perda tentang P-APBD
TA 2019 atau
dicantumkan dalam
LRA bagi pemda yang
tidak melakukan P-
APBD TA 2019.

7
Lanjutan
LAIN2 PENDAPATAN
DAERAH DASAR HUKUM PENGANGGARAN
YANG SAH

2. Tunjangan Profesi Guru Perpres mengenai Rincian 1) PMK belum ditetapkan,


APBN TA 2016 atau PMK penganggaraan TPG
mengenai Pedoman Umum dan didasarkan pada
Alokasi TPG PNSD TA 2020 alokasi TPG TA 2020
dengan memperhatikan
realisasi TA 2019.

2) PMK ditetapkan setelah


Penetapan APBD :
Pemda harus
menyesuaikan alokasi
TPG pada perda
tentang P-APBD TA
2020 atau dicantumkan
dalam LRA bagi pemda
yang tidak melakukan
P-APBD TA 2019.
3. Dana Insentif Daerah Perpres mengenai Rincian 3) PMK ditetapkan setelah
APBN TA 2020 atau PMK Penetapan APBD :
mengenai Pedoman Umum dan Pemda harus
Alokasi DID TA 2020. menyesuaikan alokasi
DID pada perda tentang
P-APBD TA 2019 atau
dicantumkan dalam
LRA bagi pemda yang
tidak melakukan P-
APBD TA 2019.

PENDAPATAN DAERAH
DANA HIBAH

Penerimaan Dana Hibah bersumber dari :


1) Pemerintah
2) Pemda Lainnya
3) Pihak Ketiga :
a. Badan
b. Lembaga

8
c. Organisasi Swasta
d. Kelompok Masyarakat.

Perjanjian Hibah
Perjanjian Hibah Antara Kepala Daerah/Pejabat Yang Diberi Kuasa Selaku Pemberi
Dengan Kepala Daerah/ Pejabat Yang Diberi Kuasa Selaku Penerima, Sedangkan Untuk
Penerimaan Hibah Yang Bersumber Dari Pihak Ketiga Juga Didasarkan Pada Perjanjian Hibah
Antara Pihak Ketiga Selaku Pemberi Dengan Kepala Daerah/ Pejabat Yang Diberi Kuasa
Selaku Penerima.

D. BELANJA

KEBIJAKAN PENGANGGARAN TERKAIT OTONOMI BELANJA APBD

 BELANJA YG DIARAHKAN (EARMARK);


 BELANJA YANG BERSIFAT MENGIKAT/ WAJIB;
 BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASE-NYA SESUAI AMANAT PER UNDANG-UNDANGAN;
 BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM (SURAT PERINTAH MEMBAYAR)

BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung, terdiri dari :
1) Belanja Pegawai;
2) Belanja Bunga;
3) Belanja Subsidi;
4) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial;
5) Belanja Bagi Hasil;
6) Belanja Bantuan Keuangan;
7) Belanja Tidak Terduga.

1. Belanja Pegawai
Penganggarannya, terdiri dari :
1. Gaji Pokok dan Tunjangan PNSD sesuai peraturan perundang-undangan;
2. Pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi Tahun 2020.

2. Belanja Bunga
Bagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bunga pinjaman, baik jangka
pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang supaya dianggarkan pembayarannya
dalam APBD TA. 2020.

9
3. Belanja Subsidi

4. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial


1) Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD
mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan dengan Pasal 298
ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah dan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012.

2) Belanja belanja hibah dan bantuan sosial dianggarkan dalam APBD sesuai
kemampuan keuangan daerah SETELAH MEMPRIORITASKAN pemenuhan belanja
Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan
lain dalam ketentuan perundang-undangan.

5. Belanja Bagi Hasil Pajak


1) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari pendapatan
pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota harus mempedomani
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

2) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi daerah dilarang untuk
dianggarkan dalam APBD Tahun 2020 sebagaimana maksud Pasal 94 UU No. 28
Thn 2009 dan Pasal 18 ayat (2) PP No. 58 Tahun 2005.

6. Belanja Bantuan Keuangan


Belanja Bantuan Keuangan dialokasikan untuk :
1) Kepada Pemda Lainnya;
2) Partai Politik; dan
3) Pemerintah Desa.

Sistem Penganggarannya, adalah :

1) Pemerintah Daerah Lainnya

2) Partai Politik

7. Belanja Tak Terduga

Belanja Langsung

1. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan;

2. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil
yang terukur sesuai dengan misi SKPD;

a. .
a) Belanja Pegawai
a) Belanja Pegawai dalam penganggarannya dialokasikan untuk transaksi pengeluaran
Honorarium bagi PNSD dan non PNSD memperhatikan asas kepatutan\.
10
b) Keberadaan PNSD dan non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan
kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan.

b) Belanja Barang dan Jasa


a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis
Belanja Barang dan Jasa dengan menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru
serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya


diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat
perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi.

Anggaran Jaminan Kesehatan


1) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak
mampu sesuai dengan : Undang-Undang No. 40 Tahun 2004, Undang-Undang No. 24
Tahun 2011, Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan.

2) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden
No. 111 Tahun 2013, yang tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan
melalui BPJS yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat menganggarkannya
dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan
pemberi pelayanan kesehatan.

3) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan penyelenggaraan jaminan


kesehatan yang disediakan oleh BPJS hanya diberikan kepada :

.
c) Belanja Modal
1) Pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD Tahun
Anggaran 2016 untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang
terkait dengan peningkatan pelayanan kepada masyarakat :

2) Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuai dengan kemampuan


keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas, ekonomis
dan transparansi dengan mengutamakan produk-produk dalam negeri :

Daftar Singkatan

PDRB : Pendapatan Domestik Regional Brutto

RKPD : Rencana Kerja Perangkat Daerah

MDG’s : Millenium Development Goal’s

CAR : Capital Adequacy Ratio

SKPKD : Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah

DBH-DR : Dana Bantuan Hibah-Dana Reboisasi

TAPD : Tim Anggaran Pemerintah Daerah


11
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

12

Anda mungkin juga menyukai